Obat tablet, pil, atau kaplet adalah obat bubuk yang terdiri dari satu ataupun lebih macam obat
yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan. Obat ini hanya dapat digunakan dengan
cara oral, mulut atau bawah lidah (subligual).
Shutterstock/Brian A Jackson
Cara menghitung dosis obat berbentuk tablet, pil, atau kaplet ini bisa menggunakan rumus
berikut:
Sediaan obat adalah jumlah dari total kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet, vial, atau ampul.
Contoh, ketika dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat
memiliki sediaan 500 mg.
Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan di dalam air yang sudah diberikan
tambahan eliksir (pemanis). Jenis obat ini hanya dapat diberikan melalui mulut atau oral.
©calpol
Beberapa jenis obat yang termasuk obat sirup yaitu obat drop, obat suspensi, dan tentunya obat
sirup. Untuk cara menghitung dosis obat sirup, Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:
Contoh, ketika dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol
Forte syrup adalah 240 mg tiap 5 mL.
Dalam pemberiannya pun juga membutuhkan alat seperti infus pump atau syringe pump. Untuk
menghitung dosis obat menggunakan alat ini, Anda bisa menggunakan rumus berikut:
atau,
Contohnya:
Heparin 1000 IU/jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000 IU, jumlah pelarut 100 cc.
Yang perlu diperhatikan ketika menghitung dosis obat yang akan diberikan menggunakan alat
adalah kesamaan satuan dosis yang digunakan dengan sediaan obat. Misalnya ketika order dokter
0,05 mikrogram tetapi sediaan obat ialah 200 mg. Maka Anda harus mengubah 200 mg menjadi
200.000 mcg.
Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan yaitu ketika waktu pemberian. Misalnya, dobutamin
0,1 mcg/kg BB/jam, maka kita harus mengubah jam 60 menit. Namun Jika order dokter 0,01 /kg
BB/menit, maka menit adalah 1 menit.
Anda bisa menjumpai jenis obat serbuk ini dalam bentuk obat-obatan antbiotik seperti
cefitriaxone, cefotaxim dan sebagainya. Cara menghitung dosis obat serbuk ini membutuhkan
kreativitas ketika menambahkan pelarutnya. Meskipun pada umumnya jenis obat antibiotik
serbuk juga telah dilarutkan dengan 10c aquabides sebelum diberikan untuk pasien, atau sebelum
dicampur dengan menggunakan cairan pelarut.
Untuk cara menghitung dosis obat serbuk, Anda bisa menggunakan kembali rumus untuk
menghitung dosis obat sirup. Anda mempunyai kebebasan dalam melarutkan obat serbuk.
Namun, yang perlu diingat ketika memberikan pelarut adalah jumlah pelarut jangan sampai
terlalu pekat ataupun terlalu sedikit. Jika jumlah pelarut terlalu sedikit, maka akan terasa sakit
pada saat diberikan. Namun, jangan pula terlalu banyak ketika memberikan pelarut ini.
Tugas 2
Petunjuk dalam pengenceran obat vial dapat ditemukan pada kemasan obat. Misalnya petunjuk
pengenceran obat. tambahkan 1,4 ml Normal saline untuk membuat 2 ml larutan rekonstitusi. ini
berarti jumlah obat didalam vial adalah 0,6 ml, jadi agar pas menjadi 2cc jangan ditambahkan
volume Normal saline 2 cc tapi harus sebanyak 1,4 ml. Jadi displacement factor adalah 0,6 ml.
Kata lain dari mengoplos obat adalah mencampur obat dalam bentuk larutan. Kenapa obat perlu
dioplos? Karena terdapat berbagai macam bentuk obat dari kapsul, tablet, sirup, serbuk dan
larutan. Nah, mengoplos obat berhubungan dengan memberikan obat kepada pasien dalam
bentuk larutan.
Advertisement
REPORT THIS AD
Lalu bagaimana jika bentuk obat awalnya serbuk untuk dijadikan larutan? Mari kita bahas
bersama-sama beberapa hal yang perlu diperhatikan
Dalam istilah mengoplos, jenis obat yang dioplos baik berbentuk serbuk atau larutan akan
dijadikan dalam bentuk larutan.
2. Jenis Pelarut
Zat pelarut yang sering digunakan untuk mengoplos obat adalah WFI (water for injection).
Namun, ada juga beberapa jenis obat yang membutuhkan zat pelarut lain seperti NaCl 0.9% dan
KCL.
Dosis obat yang digunakan berhubungan dengan takaran dari resep yang sesuai kondisi
kesehatan klien misalnya untuk obat amphicilin pasien @ 250mg untuk pasien X.
Jenis spuit yang biasa digunakan untuk mengoplos adalah spuit 3cc dan 5cc. Selanjutnya spuit
1cc biasanya digunakan pada obat yang lebih kental
Selanjutnya, dapat dimulai langkah pengoplosan. Langkah mengoplos ibat terdiri dari:
2. Menghitung cc zat pelarut yang dibutuhkan agar obat yang dioplos sesuai dengan resep
Adapun cara menghitung oplosan yang sesuai kondisi pasien dapat divontohkan dari kasus
dibawah ini.
Misal: Instruksi dari dokter pemberian obat ampicilin 3 x 250 mg. 1 VIAL = 1000 mg. Hitung
berapa ml yang diberikan kepada pasien?
Jawab:
2. 1 vial amphicilin = 1000mg. WFI dimasukkan dalam spuit 5cc namun diisi degan WFI
sebanyak 4cc.mKemudian 4cc WFI dimasukkan dalam vial Amphicilin. Jadi dalam 4cc spuit
terdapat 1.000mg. Untuk mencapai dosis 250mg maka cc spuit yang dibutuhkan adalah 1 cc.
Inti dari pengoplosan adalah menggunakan hukum perbandingan (rasio) dalam istilah
matematika. Waktu pertama kali, saya berpikir tidak heran jika para perawat mahir matematika.
Saya sendiri masih memerlukan banyak waktu untuk berpikir cepat mengoplos obat
menggunakan rumus rasio. Dan jangan lupa para pembaca untuk benar-benar mengetahui fungsi
obat yang diberikan dan efek samping yang dapat terjadi pada pasien.