Anda di halaman 1dari 33

Departemen Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
HUMAN IMMUNODEFICIENCY SYNDROM (HIV)
DI RUANG PERAWATANINFECTION CENTERLT.3
RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh:
RESKI MATTE, S.Kep
NIM: 70900119028

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 1
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan
pengetahuan sehingga laporan pendahuluan Sistem Imun dengan “Human
Immunodeficincy Syndrom (HIV)” ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-ide serta saran dan masukannya sehingga
laporan pendahuluan ini bisa diselesaikan dan disusun dengan baik dan rapi.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang


sempurna, Kami berharap semoga laporan pendahuluan ini bisa menambah
pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis sendiri.Maka dari itu kami penulis
mengharapakan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
penyusunan laporan pendahuluan yang lebih baik lagi.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan pendahuluan ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Makassar 09, Maret 2021

Reski Matte, S. Kep

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I KONSEP DASAR....................................................................................

A.. Defenisi ……………………………………………………………..


B...Etiologi ……………………………………………………………….
C...Patofisiologi …………………………………………………………
D.. Tanda dan Gejala………………....................………………………
E...Manifestasi Klinis ……………………………………………………
F.. .Penatalaksanaan………………………………………………………
G.. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………..

BAB II KONSEP KEPERAWATAN................................................................

A.. Pengkajian …………………………………………………………...


B...Diagnosa Keperawatan ……………………………………………...
C. Rencana Keperawatan ……………………………………………...
D. Penyimpangan KDM………………….......................……………...

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 3
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
HIV (Human immunodefeciency virus)  pertama kali menyerang di sub-
Sahara Afrika suatu pada abad ke-20 virus ini ditularkan oleh simpanse,
mungkin sewaktu manusia memburu lalu terkena darah simpanse. Penyakit ini
awalnya menyerang laki-laki homoseksual dan bioseksual tapi kemudian
meluas menyertakan pengguna obat terlarang yang disuntikan (Gallant, 2010,).
AIDS (Aquired immunodefeciency syndrome) yang disebabkan oleh virus
HIV(Human imunodefeciency virus), dimana virus ini menyerang sel-sel
darah putih atau sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang
terserang penyakit ini tidak dapat melawan berbagai jenis penyakit yang
menyerang tubuhnya. AIDS juga dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom
atau kumpulan gejala penyakit dengan karakterististik defesiensi imun yang
berat, dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV, antibodi HIV
posistif tidak identitik dengan AIDS karena AIDS harus menunjukkan adanya
satu atau lebih gejala penyakit defesiensi sistem imun idem (Katiandagho,
2015).
AIDS (Acquired immunodefeciency syndrome) juga bisa disebut 
penyakit berat yang ditandai dengan kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV). Akibat dari penyakit ini sistem kekebalan
tubuh bisa menurun secar bertahap disebabkan oleh infeksi HIV, Selama
perjalanan penyakit ini pasien sangat membutuhkan perawatan medis dan
keperawatan yang canggih (Bararah & Jauhar, 2013).

B. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV yaitu suatu virus yang masuk
ke dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini juga bisa dapat ditularkan

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 4
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan


masa perinatal (Bararah & Jauhar, 2013, p. 295)
HIV sendiri termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim
(protein) yang dapat mengubah asam rebonukleatnya(RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat(DNA). Kemampuan HIV untuk tetap tersembunyi yang
menyebabkan virus ini tetap ada seumur hidup bahkan dengan pengobatan
yang efektif. Penularan virus dapat ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual yang tidak terlindungi atau tanpa kondom dengan orang
yang telah terinfeksi HIV
2. Jarum sunti yang tidak disterilkan dan sering dipakai secara bergantian
3. Mendapatkan tranfusi darah dari penderita virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
(Gallant, 2010).

C. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV.Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit.Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi.Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong.Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 5
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,


makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.Infeksi HIV menyebabkan
hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh
dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat
memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.Pada beberapa bulan
pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh
berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah
sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang
stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan
penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun
sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis.Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi
yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan
infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang
bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali
organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6
bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif.Fase ini disebut “periode
jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 6
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi
AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
tahun setelah diketahui HIV positif.(Heri, 2012).

D. Tanda dan Gejala


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui
pada penderita AIDS :
1. Demam lebih dari 1 bulan,
2. Batuk-batuk,
3. Sariawan dan nyeri menelan,
4. Badan menjadi kurus sekali,
5. Diare ,
6. Sesak napas,
7. Pembesaran kelenjar getah bening,
8. Kesadaran menurun,
9. Penurunan ketajaman penglihatan,
10. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena
dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia,
misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru.
Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai
perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia
tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 –
2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi
imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 7
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,


limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi
AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi
lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial,
atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.

E. Manifestasi Klinis
1. Fase 1 : Terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai antibodi
terhadap HIV menjadi positif disebut window period.Lama window period
antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang
telah terinfeksi HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat saja, tanpa
menunjukkan gejala apapun bahwa ia sudah tertular HIV akan tetapi orang
ini juga sudah menularkan HIV pada orang lain (Katiandagho, 2015).
2. Fase 2 : Gejala-gejala mulai terlihat
Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak, seperti hilangnya
selera makan, gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan, diare,
pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit, demam serta keringat

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 8
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

berlebihan di malam hari tetapi gejala diatas belum dapat di jadikan


patokan bahwa itu adalah AIDS, karena itu masih gejala-gejala umum  dan
harus di periksakan ke dokter untuk hasil yang lebih spesifik (Katiandagho,
2015).
3. Fase 3 : Penyakit AIDS
Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS. Sistem kekebalan
tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan terhadap
penyakit yang menyerang termasuk kanker dan infeksi. Perwujudan
penyakit yang menyerang tubuh seseorang tergantung pada virus, bakteri,
jamur atau  protozoa yang menyebabkan infeksi, sehingga orang tersebut
akan menderita penyakit yang parah (Katiandagho, 2015).
4. Fase 4 : Penderita Meninggal karena salah satu Penyakit
Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa tanpa sistem kekebalan tubuh
yang baik sulit bagi seseorang untuk mempertahankan hidupnya dari
serangan penyakit. Seseorang bisa bertahan hidup terhadap berbagai
penyakit pada tahapan AIDS, tetapi hanya berlangsung selama 1-2 tahaun
saja, selanjutnya penderita akan meninggal dunia karena penyakt atau
komplikasi dari beberapa penyakit yang ia derita (Nurarif & Kusuma,
2015).

F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis HIV(Human Immunodefeciency Virus), luekloplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
a. Kandidiasis oral
Kandidiasis oral ditandai dengan bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut. Jika tidak terobati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengenai esofagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai
mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit dibalik
sternum(nyeri retrosternal).

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 9
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

b. Ensefalopati HIV atau yang disebut sebagai dimensia AIDS (ADC;


AIDS dmentia complex).
Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan konsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. Stadium lanjut menccakup gangguan kognitif
global, kelambatan dalam respons verbal, gangguan efektif seperti
peradangan yang kosong, hiperfleksi pareparesis spastik, psikosis,
halusinasi, tremor, inkontenensia, dan kematian (Bararah & Jauhar,
2013, p. 301)
c. Meningitis kriptokokus
Ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk,
mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. Diagnosis
ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal
2. Gastrointestianal
Wasting syndrome kini diikut sertakan dalam definisi kasus yang
diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup
penuruanan BB > 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 
30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau
menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunana berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
ilegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
c. Penyakit anorektal karena abses dan dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare
3. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas(dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan  demam yang  akan

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 10
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

menyertai berbagai infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh


Myobacterium Intracelluler (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides
4. Derrmatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi, dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi opurtunis seperti herpes zoster dan
herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus
yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformatis. Dematitis
sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang
kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan 
psoriasis
5. Sensorik
a. Pandangan : sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata :
retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan.
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi otot (Bararah & Jauhar,
2013).

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 11
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi


HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma,
serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila
>500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan.Sedangkan bila jumlahnya 200-
500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
pneumonia pneumocystis carinii.Pemberian profilaksi INH tidak tergantung
pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus
CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 12
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500


mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
2. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1) Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua
tahap dini penyakit infeksi HIV.
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi
tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body
Mass).
3) Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4) Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1) Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
2) Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang
terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia,

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 13
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan


menelan.
3) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
4) Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama
jaringan otot).
5) Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang
diberikan.
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
1) Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan
faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan
energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
2) Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein
disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3) Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis
lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada
malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang
(Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak
omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki
fungsi kekebalan.
4) Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka
Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A,
B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila
perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi
megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan
tubuh.
5) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
6) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan
gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan
diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 14
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi
thick fluid) dan cair (thin fluid).
7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu
diganti (natrium, kalium dan klorida).
8) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal
ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan,
dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi
penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian
makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau
makanan selingan.
9) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan:
1) Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare,
kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah
bening).
3) Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4) Infeksi HIV dengan TBC.
5) Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara,
yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan
secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin.Bila tidak mencukupi,
dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS
yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 15
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut,


dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak
nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah
pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur
susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan
pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan
menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan
sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi,
zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
2) Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I
setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk
saring atau cincang setiap 3 jam.Makanan ini rendah nilai gizinya
dan membosankan.Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat
gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan
atau sebagai makanan utama.
3) Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS
II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala.Bentuk
makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan
sering.Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral.
Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih
terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian
makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 16
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita HIV adalah
1. Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2. Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,
menangis.
4. Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses
rektal.
5. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
6. Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon
melambat.
7. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan
rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
8. Pernafasan.
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 17
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Pola Napas Tidak Efekif
a. Definisi
Inspirsai dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
b. Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis.nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernafasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram posistf,cedera
kepala,gangguan kejang)
7) Imatunitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inevarsi diafragma
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
c. Tanda dan gejala mayor
Subjektif : Dispnea
Objektif :
- Penggunaan otot bantu pernafsan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi)
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 18
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
a. Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tenon, tulang, kartigo, kapsul sendi dan/atau
ligament).
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif: kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif:
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
c. Kondisi Klinis Terkait
2. Gagal ginjal
3. Imobilisasi
4. Diabetes mellitus
5. Gagal Jantung Kongestif
6. Imunodefesiensi (mis. AIDS)
3. Ansietas
a. Definisi

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 19
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang


tidk jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif:
1. Tampak gelisah
2. Tampak teang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
Objektif:
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu.
c. Kondisi Klinis terkait
1. Kondisi kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 20
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

2. penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakkit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
4. Intoleran aktivitas
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 21
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

e. Kondisi klinis terkait


1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
5.Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
c. Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/Nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
d. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 22
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

2. Parkinson
3. Monius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromukular
9. Luka baka
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
6. Defisit Perawatan Diri
a. Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Menolak perawatan diri
Objektif: Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri
Gejalan dan Tanda Minor:
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif : Tidak tersedia
c. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera Medulla spinalis
3. Depresi
4. Arthritis
5. Retardasi mental
6. Delerium
7. Demensia
8. Gangguan amnesik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 23
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

10. Fungsi penilaian terganggu


C. Intervensi
1. Pola Napas Tidak Efektif
Reduksi Pola Napas Tidak Efektif:
Manajemen jalan napas
a. Observasi
1) Monitor pola napas(frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas)
Rasional: untuk mengetahui pola napas terkait frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napa.
2) Monitor bunyi napas
Rasional: untuk mengetahui ada atau tidak bunyi napas tambahan
3) Monitor adanya produksi sputum
Rasional: untuk mengetahui jumlah dan warna sputum
b. Terapeutik
1) Posisikan posisi semi fowler atau fowler
Rasional: pemberian dengan posisi semi fowler atau fowler
membantu pasien memaksimalkan ventilasi sehingga kebutuhan
oksigen terpenuhi melalui proses pernapasan
2) Berikan oksigen
Rasional: mengurangi sesak napas pda pasien
c. Edukasi
1) Mengajarkan teknik batuk efektif, jika perlu
2.Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan perbaikandengan criteria
Hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
b) Kemerahan menurun
c) Tekstur membaik
Intervensi keperawatan dan rasional :
Perawatan Integritas Kulit :

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 24
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem dan penurunan monilitas).
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas kulit
b) Terapeutik
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional: Untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
b. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
Rasional: untuk membantu penyembuhan pada kulit
3) Edukasi
a) Anjurkan memakai pelembab (mis. Lotion, serum)
Rasional: Agar kulit dapat tetap dalam keadaan lembab dan mengurangi
ruam semakin parah.
b) Anjurkan minum Air yang cukup
Rasional: turgor pada kulit tidak kering.
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
3. Ansietas
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan perbaikandengan criteria
Hasil :
a) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
b) Perilaku gelisah menurun
c) Konsentrasi membaik
Intervensi keperawatan dan rasional :
Reduksi Ansietas:
a) Observasi:
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Rasional: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu dan
stressor

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 25
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

b. Monitor tanda-tanda ansietas


Rasional: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas.
b) Terapeutik:
a. Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional: memdengarkan seksama keluhan pasien dapat mengurangi
ansietas.
b. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Rasional: perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi.
c) Edukasi:
a. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Rasional: Agara pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien merasa
nyaman.
b. Latih tekhnik relaksasi
Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
d) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.
Rasional: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.
4. Intoleransi Aktivitas
Manajemen Energi :
a) Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
a. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 26
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

b) Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
c) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
5. Defisit Nutrisi
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
1. Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat.
2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi cukup meningkat.
3. Nyeri abdomen cukup menurun.
4. Berat Badan Indeks Massa Tubuh (IMT) :
a. Frekuensi makan cukup membaik
b. Nafsu Makan cukup membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Manajemen Nutrisi :
1. Observasi :
a. Identifikasi status nutrisi
Rasional: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c. Monitor asupan makanan
Rasional: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang
keluar.
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygnel sebelum makan

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 27
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan


Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk
Rasional: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat
makan.
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antimetic).
Rasional: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
Rasional: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam
tubuh
Manajemen Berat Badan :
1. Observasi
a. Monitor Berat Badan
Rasional: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b. Monitor adanya mual muntah
Rasional: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau.
Rasional: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien
dalam menentukan makanan yang bergizi tinggi.
6. Defisit Perawatan Diri

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 28
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan pasien
tercukupi dengan kriteria hasil :
1. Kemampuan mandi dapat cukup meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3. Kemampuan makan meningkat
4. Kemampuan ke toilet meningkat
5. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
Intervensi keperawatan dan rasional
Dukungan perawatan diri :
Intervensi:
b) Observasi :
d. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Rasional: Untuk mengetahui kebiasaan aktivitas perawatan
diri pasien
e. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
Rasional: Untuk mengetahui kebutuhan alat bantu kebersihan
diri, berpakaian,
c) Terapeutik
b. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat,
rileks, privasi).
Rasional: Membantu pasien dalam keadaan yang nyaman dan
aman.
c. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Rasional: Membantu pasien untuk melakukan perawatan diri
seperti, membersihkan badan, memakai pakaian, berhias dan
makan sendiri.
d) Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 29
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Rasional: supaya pasien terbiasa melakukan perawatan diri


dengan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

 Desmon.(2015). Epidemiologi HIV/AIDS. Bogor: IN MEDIA- Anggota IKAPI.


Gallant, J. (2010). HIV dan AIDS. Jakarta: PT indeks.
Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV/AIDS. BOGOR: IN MEDIA-Anggota
IKAPI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Kunoli, F. (2012).Asuhan Keperawatan Penyakit tropis . Jakarta: CV.TRANS
MEDIA.
Muttaqin. (2011). Gangguan Gastrointestinal:Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011).Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda NIC-
NOC Jilid 1.jogjakarta: Mediafiction Jogja.
PPNI, T. p. (2016).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak . Jakarta Timur : Trans
Info Media .
Wilkinson, & Wilkinson, J. M. (2011).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi-9.
Jakarta: EGC.

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 30
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

PENYIMPANGAN KDM HIV/AIDS


Hubungan seks, transfusi darah, plasenta ibu menyerang keseluruh tubuh

HIV masuk dalam tubuh paru-paru terinfeksi sesak nafas sarkoma kaposi multi organ

Peredaran darah produksi mukus meningkat kelelahan otot pernafasan invasi kesaluran GI

Menginfeksi sel sasaran: sel T obstruksi jalan nafas penggunaan otot bantu pernapasan melekat dan merusak sel-sel

Perlekatan pada reseptor sel T pertukaran O2 inadekuat mukosa saluran GI


Ketidakefektifan
Oleh gp 120 HIV bersihan jalan nafas Pola napas tidak iritasi mukosa
efektif
Fusi HIV pada membran sel oleh gp 41 merangsang gerakan peristaltik

Masuk pada bagian tengah diare


sitoplasma limfosit peningkatan suhu tubuh Hipertermia
Kekurangan volume
transkripsi RNA virus menjadi cDNA cairan

terintegrasi ke dalam kromosom pejamu jaringan kulit

membentuk 2 untai DNA: provirus vesikel pada kulit, herpes kandidiasis oral

meninggalkan inti sel gatal bersisik lesi-lesi kutaneus ketidaknyamanan intake makanan

sitoplasma stimulasi serabut saraf nyeri turgor kulit jelek anorexia

pemotongan protein virus transmisi imfuls saraf Gangguan Integritas nutrisi inadekuat
oleh HIV protease Kulit
ke medulla spinalis

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 1
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

segmen-segmen kecil mengelilingi


RNA virus saraf pusat Perubahan Nutrisi
Kurang dari
Membentuk partikel virus menular respon nyeri kelemahan Kebutuhan Tubuh

Menyerang sel-sel rentan lain di seluruh tubuh Nyeri Defisit Perawatan


Diri

Menyerang jaringan limfoid

Destruksi sistem imun

AIDS penurunan sistem imun Resiko Infeksi

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Program Profesi Ners Uin Aauddin Makassar Angk. XVI


Reski Matte, S. Kep (70900119028)
Page 1

Anda mungkin juga menyukai