LAPORAN PENDAHULUAN
HUMAN IMMUNODEFICIENCY SYNDROM (HIV)
DI RUANG PERAWATANINFECTION CENTERLT.3
RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
Oleh:
RESKI MATTE, S.Kep
NIM: 70900119028
(...........................................) (...........................................)
KATA PENGANTAR
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan pendahuluan ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
HIV (Human immunodefeciency virus) pertama kali menyerang di sub-
Sahara Afrika suatu pada abad ke-20 virus ini ditularkan oleh simpanse,
mungkin sewaktu manusia memburu lalu terkena darah simpanse. Penyakit ini
awalnya menyerang laki-laki homoseksual dan bioseksual tapi kemudian
meluas menyertakan pengguna obat terlarang yang disuntikan (Gallant, 2010,).
AIDS (Aquired immunodefeciency syndrome) yang disebabkan oleh virus
HIV(Human imunodefeciency virus), dimana virus ini menyerang sel-sel
darah putih atau sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang
terserang penyakit ini tidak dapat melawan berbagai jenis penyakit yang
menyerang tubuhnya. AIDS juga dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom
atau kumpulan gejala penyakit dengan karakterististik defesiensi imun yang
berat, dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV, antibodi HIV
posistif tidak identitik dengan AIDS karena AIDS harus menunjukkan adanya
satu atau lebih gejala penyakit defesiensi sistem imun idem (Katiandagho,
2015).
AIDS (Acquired immunodefeciency syndrome) juga bisa disebut
penyakit berat yang ditandai dengan kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV). Akibat dari penyakit ini sistem kekebalan
tubuh bisa menurun secar bertahap disebabkan oleh infeksi HIV, Selama
perjalanan penyakit ini pasien sangat membutuhkan perawatan medis dan
keperawatan yang canggih (Bararah & Jauhar, 2013).
B. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV yaitu suatu virus yang masuk
ke dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini juga bisa dapat ditularkan
C. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV.Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit.Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi.Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong.Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi
AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
tahun setelah diketahui HIV positif.(Heri, 2012).
E. Manifestasi Klinis
1. Fase 1 : Terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai antibodi
terhadap HIV menjadi positif disebut window period.Lama window period
antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang
telah terinfeksi HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat saja, tanpa
menunjukkan gejala apapun bahwa ia sudah tertular HIV akan tetapi orang
ini juga sudah menularkan HIV pada orang lain (Katiandagho, 2015).
2. Fase 2 : Gejala-gejala mulai terlihat
Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak, seperti hilangnya
selera makan, gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan, diare,
pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit, demam serta keringat
F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis HIV(Human Immunodefeciency Virus), luekloplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
a. Kandidiasis oral
Kandidiasis oral ditandai dengan bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut. Jika tidak terobati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengenai esofagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai
mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit dibalik
sternum(nyeri retrosternal).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi
thick fluid) dan cair (thin fluid).
7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu
diganti (natrium, kalium dan klorida).
8) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal
ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan,
dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi
penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian
makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau
makanan selingan.
9) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan:
1) Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare,
kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah
bening).
3) Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4) Infeksi HIV dengan TBC.
5) Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara,
yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan
secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin.Bila tidak mencukupi,
dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS
yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita HIV adalah
1. Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2. Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,
menangis.
4. Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses
rektal.
5. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
6. Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon
melambat.
7. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan
rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
8. Pernafasan.
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Pola Napas Tidak Efekif
a. Definisi
Inspirsai dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
b. Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis.nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernafasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram posistf,cedera
kepala,gangguan kejang)
7) Imatunitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inevarsi diafragma
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
c. Tanda dan gejala mayor
Subjektif : Dispnea
Objektif :
- Penggunaan otot bantu pernafsan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi)
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
a. Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tenon, tulang, kartigo, kapsul sendi dan/atau
ligament).
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif: kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif:
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
c. Kondisi Klinis Terkait
2. Gagal ginjal
3. Imobilisasi
4. Diabetes mellitus
5. Gagal Jantung Kongestif
6. Imunodefesiensi (mis. AIDS)
3. Ansietas
a. Definisi
2. penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakkit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
4. Intoleran aktivitas
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis
2. Parkinson
3. Monius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromukular
9. Luka baka
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
6. Defisit Perawatan Diri
a. Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Menolak perawatan diri
Objektif: Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri
Gejalan dan Tanda Minor:
Subjektif: Tidak tersedia
Objektif : Tidak tersedia
c. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera Medulla spinalis
3. Depresi
4. Arthritis
5. Retardasi mental
6. Delerium
7. Demensia
8. Gangguan amnesik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem dan penurunan monilitas).
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas kulit
b) Terapeutik
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional: Untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
b. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
Rasional: untuk membantu penyembuhan pada kulit
3) Edukasi
a) Anjurkan memakai pelembab (mis. Lotion, serum)
Rasional: Agar kulit dapat tetap dalam keadaan lembab dan mengurangi
ruam semakin parah.
b) Anjurkan minum Air yang cukup
Rasional: turgor pada kulit tidak kering.
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
3. Ansietas
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan perbaikandengan criteria
Hasil :
a) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
b) Perilaku gelisah menurun
c) Konsentrasi membaik
Intervensi keperawatan dan rasional :
Reduksi Ansietas:
a) Observasi:
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Rasional: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu dan
stressor
b) Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
c) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
5. Defisit Nutrisi
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
1. Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat.
2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi cukup meningkat.
3. Nyeri abdomen cukup menurun.
4. Berat Badan Indeks Massa Tubuh (IMT) :
a. Frekuensi makan cukup membaik
b. Nafsu Makan cukup membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Manajemen Nutrisi :
1. Observasi :
a. Identifikasi status nutrisi
Rasional: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c. Monitor asupan makanan
Rasional: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang
keluar.
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygnel sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA
HIV masuk dalam tubuh paru-paru terinfeksi sesak nafas sarkoma kaposi multi organ
Peredaran darah produksi mukus meningkat kelelahan otot pernafasan invasi kesaluran GI
Menginfeksi sel sasaran: sel T obstruksi jalan nafas penggunaan otot bantu pernapasan melekat dan merusak sel-sel
membentuk 2 untai DNA: provirus vesikel pada kulit, herpes kandidiasis oral
meninggalkan inti sel gatal bersisik lesi-lesi kutaneus ketidaknyamanan intake makanan
pemotongan protein virus transmisi imfuls saraf Gangguan Integritas nutrisi inadekuat
oleh HIV protease Kulit
ke medulla spinalis