Anda di halaman 1dari 5

0711: Neni Nurainy dkk.

KO-223

PENGEMBANGAN VAKSIN HEPATITIS B BERBASIS PROTEIN


REKOMBINAN SUBUNIT INDONESIA

*Neni Nurainy 1) Dicky M 1) Gilang N 1)


David H. Muljono 2) Turyadi 2)
Tarwadi 3) Danang Waluyo 3) Fifit Juniarti3) Astuati 3)
Vanny Narita 4) Ade Djamal 4)
Ernawati Giri R 5) Debbie R 5) Dessy N 5)

1) PT Bio Farma (Persero) Div. Penelitian dan Pengembangan,


2) Lembaga Eijkman,
3 )Badan Pengkajian dan penerapan teknologi,
4) Universitas Al Azhar Indonesia,
5) Institut Teknologi Bandung

PT Bio Farma (Persero)


Divisi Penelitian dan Pengembangan
Jl. Pasteur No. 28 Bandung 40161
e-Mail: nur.ainy@biofarma.co.id

ABSTRAK
Hepatitis B masih merupakan masalah epidemiologi global, termasuk Indonesia dengan tingkat HBsAg positive yang relatif
tinggi. Indonesia pada tahun 2010 mengusulkan pada World Health Assembly tanggal 28 Juli sebagai hari Hepatitis sedunia dan
memutuskan untuk melakukan aksi pencegahan dan eliminasi Hepatitis B. Hal ini seiring dengan program WHO, bahwa pada
tahun 2012, diharapkan Western Pacific Region adalah daerah pertama yang menjadi target WHO untuk mengurangi angka
infeksi kronik Hep B menjadi 2% pada anak usia 5 tahun. Vaksinasi Hepatitis B telah masuk ke dalam Program Imunisasi
Nasional sejak tahun 2000 dan sukses dalam menurunkan angka prevalensi Hepatitis B di Indonesia, namun Indonesia masih
tergantung pada impor bulk antigen Hepatitis B dari luar negeri. Dalam rangka membangun kemandirian bangsa dalam produksi
bulk Hepatitis B, telah dibentuk Konsorsium Hepatitis B (HBV) yang merupakan program Kementrian Riset dan Teknologi
dalam upaya sinergi, produktivitas, dan pendayagunaan sumberdaya penelitian dan pengembangan (litbang) nasional, serta
peningkatan peran sektor produksi/swasta dalam program litbang kolaborasi. Konsorsium yang terdiri dari PT BIOFARMA,
Lembaga Eijkman, Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT, ITB dan Universitas Al Azhar Indonesia. Dalam proyek satu
tahun yang didanai oleh Insentif Sistem Inovasi Nasional (Isinas) Ristek ini, disiapkan rancangan konstruk vaksin Hepatitis B
rekombinan dengan memanfaatkan informasi sekuens nukleotida virus Indonesia. Makalah ini memaparkan hasil-hasil yang
diperoleh selama 10 bulan penelitian dan lesson learnt dari proyek Konsorsium HBV.

Kata Kunci: Virus Hepatitis B (VHB), Vaksin Hepatitis B Rekombinan, Konsorsium Hepatitis B, Isinas

I. PENDAHULUAN vaksin, maka dipandang perlu usaha dalam penguasaan


Hepatitis B masih merupakan permasalahan kesehatan teknologi produksi vaksin Hepatitis B yang merupakan
serius di dunia termasuk Indonesia. Salah satu resolusi yang vaksin rekombinan subunit protein antigen Hepatitis B
diajukan oleh Indonesia pada sidang World Health Assembly (HBsAg).
2010, adalah penetapan hari Hepatitis sedunia dengan aksi PT Bio Farma yang merupakan perusahaan kelas dunia
pencegahan dan eliminasi virus Hepatitis B salah satu menyatakan bahwa produk vaksin Hepatitis B belum
upayanya melalui vaksinasi Hepatitis B [1]. Walaupun menggunakan vaksin yang diproduksi di Indonesia dan
vaksinasi Hepatitis B sudah menjadi program Imunisasi teknologi vaksin Hepatitis B terkini masih sangat tergantung
nasional dan telah berhasil menurunkan angka prevalensi pada negara lain. Biaya royalty dari seed vaksin dan teknologi
Hepatitis B, bulk vaksin masih diimpor dari luar negri. vaksin ini relatif tinggi. Padahal Vaksin ini merupakan
Dalam rangka kemandirian bangsa dalam penyediaan kebutuhan nasional sesuai dengan inisiatif pemerintah
KO-224 0711: Neni Nurainy dkk.

untuk melenyapkan Hepatitis B dalam program Indonesia konstruk gen HbsAg pada sistem Hansenula polymorpha,
Sehat 2010 [2]. sedangkan BPPT pada sistem Saccaromyces cereviseae dan ITB
Beberapa universitas dan lembaga litbang di Indonesia pada sistem Pichia pastoris.
telah melakukan penelitian di bidang pengembangan seed Tulisan ini menjelaskan progres yang dicapai oleh
vaksin. Namun, sebagian besar penelitian tersebut kadang Konsorsium Hepatitis B terhadap dua tujuan ditahun 2012,
masih merupakan penelitian dasar dan belum merupakan yaitu (i). deteksi, isolasi, dan karakterisasi virus Hepatitis B
jawaban dari kebutuhan pasar. Oleh karena itu, bottleneck isolat Indonesia sampai ke tingkat molekular; dan (ii)
yang dihadapi adalah belum dikomunikasikannya konstruksi vektor ekspresi gen subunit kandidat vaksin
kebutuhan industri vaksin Indonesia akan indigeneous seed Hepatitis B di dalam sistem mikroba, seperti yeast.
vaksin kepada para pelaku penelitian vaksin.
Dengan dikembangkannya vaksin Hepatitis B ini, II. METODOLOGI
maka kerugian beban sosial ekonomi dan kesehatan karena Deteksi, isolasi, dan karakterisasi molekuler patogen virus
pengobatan dan kematian akibat penyakit Hepatitis B dapat Hepatitis B
diturunkan. Vaksin Hepatitis B juga dapat diproduksi dalam Virus diisolasi dan diamplifikasi dari serum pasien asal
skala industri, sehingga bisa diperjualbelikan tidak hanya di isolat Indonesia. Karakterisasi sampai tingkat molekuler
negara Indonesia, namun juga pada negara-negara. dilakukan terhadap semua isolat yang mewakili setiap
Prakiraan oleh Amarasinghe et al. (2010) menunjukkan kelompok antigen, baik yang sudah berada dalam koleksi
sekitar 2.4-3.5 milyar dosis vaksin dibutuhkan pada 5 tahun maupun yang baru diperoleh dari kasus baru. Hasil
pertama setelah pengenalan produk dengan >75% diberikan karakterisasi molekular akan dijadikan dasar untuk memilih
oleh sektor publik. Debottlenecking dapat dilakukan dengan galur dan sekuens gen virus yang dianggap paling sesuai
percepatan sinergi antara universitas/badan litbang maupun untuk penyusunan sekuens konsensus untuk
bersama-sama dengan industri (PT Bio Farma) dan tentu saja pengembangan benih protein rekombinan vaksin. Isolasi,
Pemerintah sebagai pemilik saham dari sebagian industri amplifikasi, dan karakterisasi isolat virus Hepatitis B akan
dan sekaligus sebagai regulator yang akan melengkapi satu dilakukan di fasilitas kultur sel Lembaga Eijkman.
sama lain dan menghasilkan produk vaksin Indonesia. Sekuensing gen akan dilakukan oleh tim peneliti lembaga
Atas inisiasi dari Kemenristek dibentuklah Konsorsium Eijkman, sedangkan analisa sekuens akan dilakukan
Hepatitis B yang terdiri dari PT BIOFARMA, Lembaga bersama-sama antara tim peneliti lembaga Eijkman, PT Bio
Eijkman, Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT, ITB Farma dan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI).
dan Universitas Al Azhar Indonesia. Melalui program Isinas
2012, diberikan pendanaan penelitian untuk Konsorsium Identifikasi, isolasi dan persiapan konstruksi gen
Hepatitis B. Kegiatan konsorsium merupakan proyek pengkode protein subunit rekombinan kandidat vaksin.
multiyears dimulai dari tahun 2012 dan direncakan sampai Berdasarkan hasil karakterisasi molekuler akan
tahun 2014. Program kerja Konsorsium meliputi desain dan disiapkan sekuens fragmen materi genetik yang akan dibuat
konstruksi gen pengkode protein subunit rekombinan secara sintetik ke dalam vektor ekspresi mikroba yeast.
(tahun 2012); ekspresi dan purifikasi protein rekombinan Teknologi platform vaksin yang akan digunakan dalam
subunit kandidat vaksin Hepatitis B (kegiatan tahun 2013) penelitian ini adalah protein subunit rekombinan yang
dan verifikasi fungsi protein rekombinan subunit kandidat diekspresikan di dalam yeast. Konstruksi ini akan
vaksin Hepatitis B (tahun 2014). dilaksanakan secara kolaboratif antara tim peneliti PT. Bio
Sasaran yang ingin dicapai pada proyek penelitian Farma, UAI, BPPT dan ITB.
selama 10 bulan di tahun 2012, sekurang-kurangnya Penelitian pada tahun anggaran 2012 lebih bersifat
tersedia satu klon yang merupakan konstruksi gen desain dan pembuatan konstruksi vektor ekspresi. Tahap ini
pengkode protein rekombinan sub unit kandidat vaksin sangat penting agar nantinya didapat seed dengan kriteria
Hepatitis dalam vektor ekspresi yeast. Untuk mencapai yang diharapkan oleh industri vaksin, yaitu konstruksi gen
sasaran tersebut dilakukan pembagian tugas atau Working yang diinginkan dalam vektor ekspresi yang sudah
Breakdown structure (WBS) di Konsorsium. Lembaga Eijkman ditransformasi ke dalam sel inang dengan karakteristik yang
bertugas dalam deteksi, isolasi dan karakterisasi molekular konstan dan stabil dari sisi genetik dan yield. Adapun
VHB dan konsensus gen yang diperlukan untuk vaksin metode kerja penelitian seperti yang dijelaskan pada
Hepatitis B. Tim UAI bertugas untuk menyiapkan design Gambar 1.
contruct pada vektor ekspresi di sistem yeast dan membuat
data base sekuens untuk kemudahan akses informasi
sekuens VHB di Indonesia. PT Bio Farma sebagai
koordinator Konsorsium bertugas untuk menyiapkan
0711: Neni Nurainy dkk. KO-225

Gambar.1 Metode kerja konsorsium Hepatitis B yang terdiri dari Lembaga Eijkman, Universitas Al Azhar Indonesia, Institut Teknologi
Bandung (ITB), BPPT dan PT Bio Farma.
dapat dipertimbangkan sebagai acuan dalam sekuens S-
HBsAg.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Luaran utama dari penelitian ini adalah diperoleh klon
HBsAg dalam vektor ekspresi yeast, dalam penelitian ini
telah dicapai tiga kandidat klon, yaitu dalam vektor ekspresi
S.cereviseae, P.pastoris dan H.polymorpha. Luaran
tambahan yang diperoleh adalah draft patent vektor
ekspresi H. polymorpha dan tiga makalah penulisan ilmiah
serta database Genbank Indonesia. Luaran tambahan ini
digambarkan pada Gambar 2.

PT Bio Farma
Telah melakukan analisa dan penentuan sequence
DNA Hepatitis B untuk kandidat vaksin. Design konstruk
vektor ekspresi baru pada H. polymorpha dan kandidat klon
HBsAg dalam sistem ekspresi tersebut telah diperoleh.
Gambar 2. Luaran tambahan konsorsium Hepatitis B berupa
Lembaga Eijkman kandidat patent dan tiga makalah publikasi serta database genbank
Dalam studi ini telah di dapat informasi sekuens Indonesia.
sHBsAg sebanyak 47 isolat dari Indonesia wilayah Barat,
Tengah dan Timur. Studi yang bertujuan untuk UAI
mendapatkan sekuens yang representatif isolat Indonesia Telah didapat desain konstruk gen sintetik HBsAg
untuk dijadikan acuan dalam pembuatan vaksin rekombinan yang merupakan genotipe adw-B3 yang dapat diekspresikan
mengusulkan VHB genotipe adw-B3 isolat Indonesia untuk di dalam S. cerevisiae dan P. pastoris. Khusus untuk H.
KO-226 0711: Neni Nurainy dkk.

polymorpha desain telah dilakukan oleh tim Bio Farma dan polymorpha spesifik untuk produksi vaksin rekombinan
ITB. Telah dikembangkan pula sebuah database meliputi dengan memperhatikan kaidah patent yang ada.
genbank yang berfomat Fasta dan protein yang berformat Pada sistem S. cereviseae, produksi protein rekombinan
Fasta-seq dapat diakses pada alamat bionformatic.uai.ac.id akan lebih visible karena teknologi sudah off patent, akan
Tahap pembuatan phylogenetic tree program, telah tetapi dari sisi yield masih rendah dibanding dua sistem
diselesaikan komputasi fase awal yaitu PSA (Pairwise lainnya, sehingga diperlukan strategi khusus untuk
Sequence Alignment). T peningkatan yield produksi.
Telah dilakukan karakterisasi sekuens yang Sistem P. pastoris telah tersedia secara komersial untuk
dikumpulkan yang menunjukkan pemisahan clade B, C, dan kebutuhan penelitian, sehingga memudahkan untuk
D. pembuatan multi kaset ekspresi yang nantinya dapat
Telah dilakukan analisa gen sintetik dengan meningkatkan level ekspresi HBsAg[4]. Keterbatasan sistem
mempertimbangkan codon bias yang menunjukkan bahwa ini adalah penggunaan methanol dalam sistem
gen sintetik berpotensi terekspresikan dengan baik fermentasinya yang merupakan bahan berbahaya dan harus
ditangani dengan baik, demikian pula sampai saat ini belum
ITB ada vaksin Hepatitis B rekombinan yang telah diakui WHO
DNA pengkode HBsAg yang telah dirancang menggunakan sistem ini [5]. Dengan demikian untuk
sebelumnya dengan menggunakan optimasi kodon oleh mendapat pengakuan WHO diperlukan upaya pembuktian
UAI, telah berhasil disintesis dalam plasmid pJHBsAg dan bahwa vaksin yang dihasilkan dari sistem ini aman dan
diperbanyak dalam E.coli TOP10. Hasil analisis restriksi dan memberikan respon imun yang diharapkan.
sekuensing menunjukkan bahwa DNA pengkode HBsAg Hasil yang diperoleh dalam kegiatan penelitian ini
yang paling sesuai dengan rancangan (100 % identik) adalah telah memenuhi luaran wajib dan luaran tambahan, namun
pJHBsAg1. DNA pengkode HBsAg tersebut selanjutnya dalam pelaksanaanya ditemui beberapa kendala yaitu
telah disubklon dengan pAO815 menghasilkan kandidat kendala administrasi karena waktu penelitian yang terbatas,
rekombinan pAOHBs1 yang mengandung 3 copy fragmen padahal birokrasi antara lembaga berbeda dan perlu
HBsAg. penyesuaian; kendala berikutnya adalah komunikasi antar
lembaga, dan komitmen dari semua pihak dalam rangka
BPPT pencapaian tujuan bersama diantaranya dukungan dalam
DNA sintetik pengkode HBsAg yang telah dirancang pengadaan bahan baku. Kendala lainnya adalah isu patent
dan dioptimasi dikonstruksi ke dalam vektor ekspresi pKS1- teknologi yang digunakan oleh para peneliti. Peneliti
ST yanng merupakan vektor ekspresi Saccharomyces menguasai teknologi tersebut, akan tetapi secara komersial
cereviseae tidak dapat diproduksi karena dilindungi oleh paten. Oleh
Dalam kegiatan konsorsium ini telah diperoleh data karena itu strategi untuk penguasaan teknologi atau akses
genotipe VHB di Indonesia yaitu genotipe B, C dan D. terhadap patent diperlukan.
Genotipe B3 (serotipe adw) dipilih untuk design gen HBsAg Dinamika pada tahun 2012 dijadikan pembelajaran
dengan mempertimbangkan sebaran dan mayoritas genotipe bagi semua pihak termasuk Kemenristek yang secara positif
VHB di Indonesia. Meskipun adw-B3 Indonesia dijadikan telah melakukan perbaikan dari sisi administrasi terutama
acuan dalam penyusunan design konstruk HBsAg, tidak dalam seleksi InSinas dan penetapan dilakukan pada tahun
berarti bahwa vaksin ini tidak dapat digunakan di negara di sebelum kontrak proyek dan adanya key person yang
luar Indonesia karena adanya daerah determinan “a” pada ditempatkan Kemenristek untuk mengawal konsorsium baik
design construct yang bersifat lestari pada semua dari sisi esensi meupun administrasi. Konsorsium Hepatitis
serotype/genotype di dunia. B secara internal akan melakukan langkah perbaikan untuk
Dalam pemilihan sistem ekspresi, tahun 2012 ini kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang.
dilakukan tiga pendekatan sekaligus untuk sistem H.
polymorpha, P. Pastoris dan S. cereviseae. Tiga pendekatan IV. KESIMPULAN
ini dilakukan mengingat adanya kelebihan dan keterbatasan Pada program InSinas 2012 ini, Konsorsium Hepatitis B
dari masing-masing sistem. Pada sistem H. polymorpha, telah memperoleh capaian yang diharapkan yaitu
dikatakan produksi di sistem ekspresi ini memberikan yield tersedianya klon HBsAg berdasarkan informasi sekuens dari
yang lebih tinggi dari dua sistem lainnya [3]. Akan tetapi isolat asli Indonesia pada vektor ekspresi yeast S. cerevisiae,
ada keterbatasan yaitu tidak tersedianya secara komersial H. polymorpha, dan P. pastoris, Selain juga capaian
vektor ekspresi maupun galur H. polymorpha baik untuk tambahan berupa satu draft patent, tiga kandidat makalah
kebutuhan penelitian maupun kebutuhan produksi, dengan untuk journal nasional/international dan suatu databased
demikian Konsorsium harus merancang sendiri vektor sekuens Hepatitis B di Indonesia.
ekpresi dan melakukan rekayasa dalam pengadaan galur H.
0711: Neni Nurainy dkk. KO-227

Klon HBsAg tersebut diharapkan akan dikarakterisasi


dan diuji stabilitasnya pada kegiatan konsorsium
selanjutnya. Akselerasi melalui akuisisi teknologi protein
rekombinan pada sistem yeast akan membantu percepatan
pengembangan vaksin Hepatitis B. Agar kandidat seed
dapat diterima dan digunakan di industri kandidat tersebut
harus terkarakterisasi dengan baik, stabilitasnya teruji dan
data pembuatan seed didokumentasi dengan baik. Oleh
karena itu penyediaan infrastruktur (Laboratorium
penelitian) dan peralatan/instrumen yang tersertifikasi dan
dapat digunakan bersama sangat diperlukan dalam kegiatan
Konsorsium di masa yang akan datang.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini di biayai dari Dana Insentif Riset
Nasional 2012 Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia
dan PT Bio Farma (Persero)

DAFTAR PUSTAKA
[1] World Health Organization, World Health Assembly
Newsletter, May, 2010.
[2] Departemen Kesehatan RI, Paradigma Indonesia Sehat
2010, Depkes RI, 2000.
[3] Boer, E., Steinborn, G., Kunze, G., Gellisen, G., (2007)
Yeast expression platforms – mini review. Appl
Microbiol Biotechnol 77:513-523
[4] Vassileva, Ana; Chugh, Dipti-Arora; Swaminathan,
Sathyamangalam; Khanna, Navin, 2001: Effect of Copy
Number on the Expression Levels of Hepatitis B
Surface Antigen in the Methylotrophic Yeast Pichia
pastoris. Protein Expression and Purification 21(1): 71-
80
[5] Brocke, P., Schaefer, S., Melber, K., Jenzelewski, V.,
Müller, F., Dahlems, U., Bartelsen, O., Park, K.-N.,
Janowicz, Z. A. and Gellissen, G. (2005) Recombinant
Hepatitis B Vaccines: Disease Characterization and
Vaccine

Anda mungkin juga menyukai