Anda di halaman 1dari 5

A.

Kode Etik Engineering

Kode Etik Engineering Indonesia

 Menerima tanggung jawab dalam pengambilan keputusan engineering


yang taat asas keamanan, k
 esehatan dan kesejahteraan publik dan segera menyatakan secara
terbuka faktor-faktor yang dapat membahayakan publik atau lingkungan !

 Menghindari konflik interess nyata atau yang terperkirakan sedapat


mungkin , dan membukanya pada para pihak yang terpengaruh ketika
muncul !

 Akan jujur dan realistis dalam bekerja !

 Menolak sogokan dalam segala hal !

 Mengembangkan pemahaman teknologi aplikasi yang sesuai dan


kemungkinan konsekuensinya!

 Menjaga dan mengembangkan kompetensi teknis dan mengambil tugas


teknologi yang lain hanya bila memiliki kualifikasi melalui pelatihan atau
pengalaman atau setelah menyatakan secara terbuka keterbatasan
relansi kami !

 Mencari , menerima dan menawarkan kritik , pekerjaan teknik harus


mengakui dan memperbaikinya !

 Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa bergantung pada factor-


faktor seperti ras, agama , jenis kelamin keterbatasan fisik , umur dan asal
kebangsaan .

 Berupaya menghindari kecelakaan pada orang lain , milik reputasi

 Membantu rekan sejawat dan rekan kerja dalam penggembangan profesi


mereka dan mendukung mereka dalam mengikuti kode etik ini !

B. Kasus Pelanggaran Kode Etik Engineering

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman


8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping.
Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya
bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi

Ahmad Salman Rosali | 1


circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya
fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus
formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing


30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing
(liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki
(Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor
lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka
“belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang
tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi
Kujung (8500 kaki).

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan


pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah.
Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran
mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi
Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi
Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah
menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya
tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena
kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur
overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha
menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya
Lapindo (Medici).

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu


gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal
mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik
sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk
melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu
gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo
kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi


Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha
ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard,
operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig
segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat
ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick.

Ahmad Salman Rosali | 2


Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah
terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung
di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut,
diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak
terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan.
Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui
lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi
bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu
melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout
terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur.

(Wikipedia.org)

C. Analisis Terhadap Kasus

Menurut saya, Kasus ini masuk dalam pelanggaran kode etik


engineering. Karena lapindo kurang tepat dalam menganalisis tempat
pengeboran. Sehingga mengakibatkan erupsi lumpur di kawasan
tersebut. Hal ini mengakibatkan kerugian materiil dan pencemaran
lingkungan terhadap masyarakat yang dimana tugas seorang engineering
adalah membantu menyejahterakan masyarakat. Hal ini juga merugikan
bagi pemerintah karena pemerintah yang mengganti ganti rugi terhadap
masyarakat, dimana dari pihak lapindo sudah tidak mampu menangani
kerugiannya.

D. Kaitan Dengan UU Nomor 11 Tahun 2014

Kasus Lapindo ini melanggar beberapa pasal dalam undang-


undang nomor 11 tahun 2014. Diantaranya ialah pasal 16 yang berbunyi :

Pasal 16

(1) Dalam hal Insinyur yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi
Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 melakukan kegiatan
Keinsinyuran yang menimbulkan kerugian materiil, Insinyur dikenai sanksi
administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

Ahmad Salman Rosali | 3


a. peringatan tertulis;

b. denda;

c. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;

d. pembekuan Surat Tanda Registrasi Insinyur; dan/atau

e. pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur.

Pada pasal ini, Lapindo telah melanggar kode etik engineering


yaitu membuat kerugian materiil baik dari kalangan masyarakat, maupun
pemerintah. Dan harus dikenakan sanksi sesuai pada pasal yang berlaku.

Pelanggaran kedua yaitu pada bab IX tentang hak dan kewajiban,


pihak lapindo melanggar pasal 25 yang berbunyi :

Pasal 25

Insinyur dan Insinyur Asing berkewajiban:

a. melaksanakan kegiatan Keinsinyuran sesuai dengan keahlian dan kode


etik Insinyur;

b. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan keahlian dan kualifikasi


yang dimiliki;

c. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar Keinsinyuran;

d. menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja dengan


Pengguna Keinsinyuran;

e. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras,


gender, golongan, latar belakang sosial, politik, dan budaya;

f. memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengikuti


Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan;

g. mengutamakan kaidah keselamatan, kesehatan kerja, dan kelestarian


lingkungan hidup;

h. mengupayakan inovasi dan nilai tambah dalam kegiatan Keinsinyuran


secara berkesinambungan;

Ahmad Salman Rosali | 4


i. menerapkan keberpihakan pada sumber daya manusia Keinsinyuran
nasional, lembaga kerja Keinsinyuran nasional, dan produk hasil
Keinsinyuran nasional dalam kegiatan Keinsinyuran;

j. melaksanakan secara berkala dan teratur kegiatan Keinsinyuran terkait


dengan darma bakti masyarakat yang bersifat sukarela; dan

k. melakukan pencatatan rekam kerja Keinsinyuran dalam format sesuai


dengan standar Keinsinyuran.

Dalam pasal yang tertera, dari pihak Lapindo melanggar pasal 25


bagian G dimana Insinyur diharuskan untuk mengutamakan kaidah
keselamatan, kesehatan kerja, dan kelestarian lingkungan hidup. Namun,
dari pihak lapindo melakukan tindakan yang tidak benar dengan
melakukan pencemaran lingkungan, yang berakibat pemukiman warga
menjadi tidak layak huni.

Ahmad Salman Rosali | 5

Anda mungkin juga menyukai