Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

BAB PENGANTAR UMUM Seelak mempelajari BAB PERTAMA berikut ini, Anda dikarapkan ndwrw
memahami latar belakang penulisan buku; nyng 1st dny8uty Suonu uypwau n unsmuad upnins
inymaSuauau mengetahui sistimatika penulisan buku memahami gambaran nayng tst suun A. LATAR
BELAKANG PENULISAN BUKU Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang meliputi, antara
lain, Uiversitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sangat
erat kaitannya dengan sekolah menengah, baik tingkat pertama maupun tingkat atas. LPTK berfungsi
sebagai pencetak guru-guru profesional, sedangkan SMP dan SMA berfungsi sebagai konsumen, sebagai
pemakai guru-guru lulusan LPTK. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila ada perubahan di SMP
atau SMA, LPTK juga mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Salah satu contoh
keterikatan kedua lembaga itu tergambar dalam perubahan kurikulum LPTK tahun 1979, yang kita kenal
dengan Kurikulum Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi.

Kurikulum LPTK yang baru ini dianggap lebih sesuai dengae tuntutan lapangan karena orientasinya tidak
semata-mata kepada Subject-matter, tetapi lebih dititikberatkan kepada materi yang telah
dispesifikasikan dalam kurikulum sekolah beserta pengayaan atau pendalamannya. Penguasaan materi
kurikulum sekolah da pendalamannya meningkatkan kemampuan atau kompetensi profesional, bukan
penguasaan disiplin. Kedua hal inilah yano dikenal dengan komponen bidang studi dalam kurikulum
LPTK. Komponen-komponen kurikulum LPTK secara lengkap adalah: 1. Komponen Dasar Umum Melalui
komponen ini, mahasiswa diarahkan menjadi warga negara yang utuh, sesuai dengan Pancasila dan
UUD'45, Kompetensi-kompetensi yang terkandung dalam komponen dasar umum ialah kompetensi
personal, sosial, dan kultural. 2. Komponen Bidang Studi Komponen Bidang Studi diarahkan untuk
memberi isi yang akan diajarkan. Yang dimaksud dengan isi di sini adalah materi yang tertera dalam
kurikulum sekolah beserta pendalaman atau pengayaannya 3. Komponen Proses Belajar-Mengajar
Komponen proses belajar-mengajar merupakan titik temu antara bahan yang disampaikan atau materi
dengan materi atau metode. Komponen ini mengarah kepada penguasaan konsep-konsep, prinsip-
prinsip serta teknik-teknik pengajaran, baik yang umum maupun yang spesifik. penyampaian 4.
Komponen Dasar Kependidikan Komponen Dasar Kependidikan memberikan ciri khas tenaga
kependidikan. Ciri khas ini akan mewarnai kegiatan atau sepak terjang tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugasnya.

Perubahan kurikulum yang sangat mendasar sifatnya ini jelas ule menuntut perubahan, pembenahan,
dan perubahan sikap, baik pada sarana maupun prasarana di institut, fakultas, jurusan, dan ruang kuliah.
Mata-mata kuliah perlu ditata kembali. Ada dosen perlu ditatar kembali. Orientasi "subject-matter" ke
materi burikulum sekolah. Sistem kredit mulai diterapkan, program pendidikan beraneka, jalur kelulusan
diperluas, dan sebagainya. Sekarang mari kita lihat suatu contoh perubahan dalam Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan kurikulum yang baru itu muncul pula beberapa mata kuliah
baru. Dalam komponen bidang studi saja, tercatat mata kuliah baru seperti: (a) menyimak; (b) berbicara;
(c) membaca; (d) menulis; (e) telaah kurikulum; telaah buku teks. -4asop uyypqunp nuad Sunk ond opo
upyopoup snay Mata-mata kuliah yang baru ini jelas memerlukan buku teks, buku acuan sebagai
pegangan, baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen pengelolanya. Kenyataan menunjukkan bahwa buku
teks yang tertulis dalam bahasa Indonesia untuk setiap mata kuliah masih sangat langka, bahkan ada di
antaranya yang belum memiliki buku teks sama sekali. Melihat kenyataan di atas, penulis secara
berangsur-angsur menyusun buku teks bagi setiap mata kuliah yang baru tersebut. Buku teks yang
sudah penulis garap, antara lain, "Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis". Buku teks ini sudah
diterbitkan oleh Penerbit Angkasa di Bandung. Kint, penulis tampilkan buku teks TELAAH BUKU TEKS
BAHASA INDONESIA vang juga diterbitkan oleh Penerbit Angkasa, Bandung. Buku ini penulis anggap
penting karena dapat Menumbuhkan kemampuan mahasiswa menelaah buku-buku teks

harus dikuasai oleh seorang guru yang bertugas di kelas. Olek karena itu, mereka harus dilatih sedini
mungkin saat-saat mereka 1 nq yaua uondupuay yoayas ip upypunasp Sun n uopo pmsisvypu inanqas
snipisiaq B. RUANG LINGKUP ISI BUKU Buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA sestaa dengan
namanya mengkaji buku teks dengan segala aspeknya a s nynq ypvjai undouauad uop uDunsnauad
pertanyaan, masalah yang tercakup dalam buku ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan buku teks dan
bagaimana definisi 2. Butir-butir apa yang terkandung dalam definisi buku tehs? 3. Apa fungsi buku
teks? 4. Buku teks yang bagaimana yang disebut berkualitas? 5. Apa keterbatasan buku teks? 6.
Mengapa buku teks beraneka ragam? 7. Apa yang disebut buku kerja? 8. Prinsip-prinsip apa yang
melandasi penulisan buku kerja? 9. Bagaimana hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, buku
pokok, dan buku kerja? 10. Apa keunggulan dan kelemahan buku kerja? 11. Bagaimana hubungan
keberadaan antara buku teks dan kurikulum? 12. Apa dasar-dasar penyusunan buku teks? 13. Kriteria
telaah buku teks itu apa saja? 14. Apa fungsi telaah buku teks? 15. Bagaimana cara pelaksanaan telaah
buku teks? Kelimabelas pertanyaan tersebut masalahan yang ingin dikaji dan dijawab oleh buku TELAAH
BUKU TEKS BAHASA INDONESIA ini. Hal itu pulalah yang menjadi pembatas ruang lingkup isi buku.
merupakan inti per-

C TUJUAN PENULISAN BUKU Tuinan wtama penulisan buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA ini
adalah untuk mengisi kekosongan buku teks dalam mata kuliah elaah Buku Teks Bahasa Indonesia pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bernaung, baik di UPI, maupun FKIP Walaupun
buku ini khtusus diperuntukkan bagi Furusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, buku ini pun
dapat pula digunakan pada jurusan jurusan lainnya. Mengapa? Karena kajian buku teks pada hakikatnya
sama bagi setiap jurusan. Perbedaannya terletak pada beberapa hal saja, yakni pada hal-hal 445 yang
bersifat khusus, seperti: (1) karakteristik mata kuliah (ilmu) yang bersangkutan; (2) contoh-contoh buku
teks yang relevan; (3) contoh-contoh penelaahan buku teks yang relevan. Dengan memerhatikan dan
mempertimbangkan ketiga butir di atas, buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA tersebut dapat
digunakan pada jurusan-jurusan pendidikan lainnya. Tujuan kedua erat kaitannya dengan tujuan
pertama buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA ini sebagai bahan persembahan bagi para: ()
mahasiswa pada umumnya, serta siswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya; (2)
dosen di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan pada umumnya serta dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya; (3) guru pada umumnya dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia
di SD, SMP, dan SMA; (4) peminat studi telaah buku teks. Baik mahasiswa, dosen, guru maupun peminat
dapat memanfaatkan buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDO- NESIA ini untuk berbagai keperluan atau
tujuan yang berbeda- beda.
Bagi mahasistwa, buku ini dapat dimanfaatkan sebagai: (2) sumber informasi tambahan, pelengkap atau
terhadap informasi yang telah mereka miliki Bagi para dosen, buku ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai hal, misalnya: SL Ln8HVP I yDny orou taojpp woaun3ad nyng () nsnauau unnyauosapg und
DiDuauas yy upypg paoqas () upuas uou nSnS sya nyng (2) sebagai informasi tambahan, pelengkap dan
perbandingan bila dosen yang bersangkutan sudah mempunyai buk uDSunad Bagi para guru, buku
TELAAH BUKU TEKS BAHASA IN. DONESIA ini dapat digunakan sebagai: (I) sumber informasi baru berlaku
mendapatkan atau mengikuti kuliah Telaah Buku Teks; (2) sebagai bahan penyegar pengetahuan bagi
guru-guru yang sudah mengikuti kuliah Telaah Buku Teks; bagi guru yang belum (3) sebagai pedoman
penelaahan buku teks bila yang bersangkutan belum mempunyai alat atau cara menelaah buku teks; (4)
sebagai bahan pelengkap, penyempurna atau pembanding pedoman penelaahan buku teks bagi mereka
yang sudah mempunyai pedoman. Bagi masyarakat umum, terutama para peminat studi telaah buku
teks, buku ini dapat digunakan untuk berbagai hal, seperti: (1) sumber informasi baru bagi mereka yang
belum mempelajari sebelumnya; (2) penyegar penge tahuan bagi mereka yang pernah mem-
pelajarinya; (3) sebagai alat penelaahan buku teks (anak-anak) mereka.

D. SISTEMATIKA PENULISAN BUKU Untuk memudahkan para pembaca mengikuti dan


memahami uraian mengenai masalah yang tercakup dalam buku TELAAH BUKU TEKS BAHASA
INDONESIA ini, penulis membagi uraian atas beberapa pokok bahasan. Setiap pokok bahasan dipecah-
pecah atas beberapa subpokok bahasan. Setelah uraian mengenai sesuatu bahasan beserta subpokok
bahasannya selesai dilaksanakan, segera diikuti oleh rangkuman. Rangkuman berfungsi sebagai
gambaran singkat mengenai apa- apa yang telah dibicarakan. Rangkuman diikuti oleh sejumlah
pertanyaan yang berfungsi sebagai penguji sejauh bahasan itu sudah dikuasai oleh para pembaca. mana
pokok Buku ini berisi lima bab dan setiap bab merupakan bahasan. Pokok bahasan ini kemudian dibagi
atas beberapa subpokok bahasan. Kelima bab yang dimaksud adalah: satu pokok 1. Bab Pertama:
Pengantar Umum Bab pertama ini berisi beberapa subpokok bahasan. Subpokok bahasan itu meliputi:
(a) latar belakang penulisan buku; (b) ruang lingkup isi buku; (c) tujuan penulisan buku; (d) sistematika
penulisan buku. 2. Bab Kedua: Hakikat Buku Teks Bab kedua ini berisi sejumlah subpokok bahasan.
Subpokok bahasan itu adalah: (a) pengertian dan definisi buku teks; (b) fungsi buku teks; (c) kualitas
buku teks; (d) keterbatasan buku teks; (ej jenis-jenis buku teks.

3. Bab Ketiga: Buku Kerja Bab ketiga ini berisi beberapa subpokok bahasan, seperti: (a) pengertian buku
kerja; (b) prinsip-prinsip buku kerja; (c) keunggulan buku kerja; (d) kelemahan buku kerja; (e)
penyeleksian buku kerja. 4. Bab Keempat: Penyusunan Buku Teks Bab keempat ini membahas subpokok
bahasan, seperti: (a) buku teks dan kurikulum; (b) dasar-dasar penyusunan buku teks. 5. Bab Kelima:
Penelaahan Buku Teks Bahasa Indonesia Bab kelima ini membahas: (a) kriteria telaah buku teks; (b)
fungsi telaah buku teks. dengan Kemudian, disusul penelaahan beberapa buku teks, seperti: youo
mempraktikkan (1) telaah buku teks Bahasa Indonesia 1, 2, dan 3; (2) telaah buku teks Sintaksis; (3)
telaah buku teks Menyimak; (4) telaah buku teks Pengantar Apresiasi Puisi. Pada akkir setiap bab,
disertakan rangkuman dan sejumlak pelatihan dan tugas yang harus dikerjakan oleh para pembad
Rangkuman berfungsi sebagai gambaran singkat hal yang tela diuraikan. Pelatihan dan tugas berfungsi
sebagai penguji samp sejauh mana materi telah dikuasai pembaca.
BAB II

BAB HAKIKAT BUKU TEKS Setelah mempelajari BAB KEDUA berikut ini,, Anda diharapkan (2) butir-butir
yang tercakup dalam definisi buku teks; ang isuyap upp unualund ( sy nang nuau updununay (E (5) dasar-
dasar penjenisan buku teks; syar nyno sual-stual (9) keterbatasan buku teks; (8) kelemahan pengarang
tim () keunggulan pengarang tim. A PENGERTIAN DAN DEFINISI BUKU TEKS Istilah buku teks yang
dipergunakan dalam buku ini adalah terjemahan atau padanan textbook dalam bahasa Inggris.
Walaupun dalam kamus textbook diterjemahkan dengan buku pelajaran (Echols dan Sadily; 1983:584),
tetapi demi kepraktisan dan untuk menghindarkan salah paham maka istilah buku teks tetap diper-
gunakan dalam buku ini Sejak dulu, telah banyak ahli yang menaruh perhatian pada buku teks, dan juga
mengemukakan pengertiannya. Berikut ini kita terakan beberapa di antaranya.

Ada yang mengatakan bahwa "buku teks adalah rekamas pikiran rasial yang disusun buat maksud-
maksud dan tujuan-tujuan instruksional" (Hall Quest, 1915). Ahli yang lain menjelaskan bahwa "buku
teks adalah buky standar/buku setiap cabang khusus studi" dan dapat terdiri ata dua tipe, yaitu buku
pokok/utama dan suplemen/tambahan (Lange, 1940). Lebih terperinci lagi, ada ahli yang
mengemukakan bahwa "buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan dt kelas, dengan
cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-
sarana Dind noiD pengajaran yang sesuai dan serasi". (Bacon, 1935). Ahli yang lain lagi mengutarakan
bahwa "buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan d perguruan tinggi
untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami
(Buckingham, 1958: 1523). Dari berbagai pendapat ahli yang tertera di atas, dapat penulis simpulkan
beberapa hal seperti berikut ini () Buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi
siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Jadi, kita lihat adanya buku teks untuk SD, SMP SMA, dan
sebagainya. (2) Buku teks itu selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu. Ada buku teks mengenai
matematika, sejarah, bahasa ekonomi, dan sebagainya. Lebih khusus lagi, kita sering menjumpai buku
teks, seperti bahasa Indonesia untuk SD SMP SMA atau matematika buat SD, SMP SMA, dan sebagainya.
(3) Buku teks itu selalu merupakan buku yang standar. PengertiN standar di sini ialah baku, menjadi
acuan, berkualitas, d biasanya ada tanda pengesahan dari badan yang berwenang Di Indonesia,
misalnya, badan-itu di bawah naungn Departemen Pendidikan Nasional. (4) Buku teks itu biasanya
disusun dan ditulis oleh para pakar

(ahli, ekspert) di bidangnya masing-masing. Di Indonesia, misalnya, kita kenal nama pengarang yang ahli
di bidangnya, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Ramlan, Gorys Keraf dalam bidang tata bahasa; H.B.
Jassin, Hutagulung yang ahli di bidang kritik sastra; atau H.G. Tarigan yang ahli di bidang Keterampilan
Bahasa. (S) Buku teks itu ditulis untuk tujuan instruksional tertenru. Buku teks mengenai matematika
ditulis untuk tujuan pengajaran tertentu di bidang matematika. Buku teks keterampilan berbahasa,
menyimak, ditulis untuk tujuan pengajaran menyimak tertentu pula. (6) Buku teks biasa juga dilengkapi
dengan sarana pengajaran. Misalnya, berupa pita rekaman dalam pelajaran menyimak, peta dalam
pelajaran ilmu bumi, atau gambar tiruan dalam ilmu kesehatan. mpy nuaua uyipipuad unlual nun s1np
nt sya nyng (L) buku teks untuk tingkat sekolah dasar. Ada buku teks untuk sekolah menengah pertama.
Ada buku teks untuk sekolah menengah atas. Ada buku teks untuk tingkat perguruan tinggi, dan
sebagainya. (8) Buku teks itu selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pengajaran. Ada buku teks
yang menunjang pengajaran kesastraan. Ada buku teks yang menunjang pengajaran tata bahasa. Ada
pula beberapa buku teks yang menunjang pengajaran keterampilan bahasa, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para akli di atas serta kesimpulan- kesimpulan yang telah penulis sebutkan kita
sampai pada masalah pokok dalam BAB KEDUA butir A ini, yakni mengenai pengertian dan definisi buku
teks. Buku teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lebih lengkap, dapat didefinisikan sebagai
berikut "buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar,
yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang
diperlengkapi pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para dengan sarana-sarana pengajaran
yang serasi dan mudah dipahami oleh para

"uDaploSuad upaloud nipnsas Jun/unuow ndap uph nq-nq dopoyua upupypuad un oou mencakup
dalam definisi buku teks, perhatikan diagram berikus UBJelejad synuad Isuena nqueue ipras Buepig
sejeny Jepues BUKU TEKS (unun) usn Menunjang Pengajaran uedeyBueued Sarana Penunjang sepeo d
'VWS dNS'as Tujuan Khusus Menunjang Peng, Bhs, tsb. Gambar 2.1 Butir-butir dalam definisi buku teks.
B. FUNGSI BUKU TEKS Dunia kita kini adalah dunia buku, Agaknya tidak dapat ditaoar tawar lagi bahwa
peradaban kita kini adalah peradaban buku. Dengan ungkapan di atas, ingin ditegaskan betapa pentingn

kedudukan buku dalam kehidupan kita pada masa modern ini. Atau dengan perkataan lain,
dunia kita kini adalah dunia baca. Dengan pertolongan buku-buku (dan media cetak lainnya), ilmu
pengetahuan dapat dihimpun ke dalam suatu wadah (toko dan dana) yang selalu tersedia secara
permanen. Perlu kita sadari benar-benar, dari semua buku maka buku teks atau buku pelajaran
merupakan sarana/instrumen yang paling baik dan ampuh bagi pendanaan seperti itu. Betapa tidak!
Buku teks memberikan pengaruh besar terhadap kesatuan nasional melalui pendirian dan pembentukan
suatu kebudayaan umum. Memang, dari kalangan yang kurang memahami manfaatnya yang sangat
besar dan merata, sering terlontar pertanyaan yang berbunyi "Buat apa buku-buku teks itu?" Jawaban
psikologis terhadap pertanyaan seperti itu adalah bahwa buku-buku teks merupakan sarana penting dan
ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman taklangsung dalam jumlah yang besar dan
terorganisasi rapi. Perlu diakui dengan jujur bahwa memang telah banyak perbincangan mengenai nilai
edukatif dari pengalaman langsung dengan benda-benda dalam kehidupan ini. Tetapi satu hal yang pasti
ialah bahwa pengalaman langsung tidak akan dapat mencakup segalanya. Bukanlah dengan pengalaman
langsung anak-anak kita dapat belajar membaca atau mempelajari sejarah perjuangan bangsa atau ilmu
pasti negara kita tercinta ini. Pengalaman langsung dengan benda-benda hanyalah merupakan
sepenggal jalan saja ke arah kompetensi dalam falsafah atau terhadap pandangan matematik. Jelas,
terlalu banyak yang harus dipelajari dan diapresiasi terlalu banyak sikap yang harus dipelajari yang harus
dicapai untuk mengisinkan kita memercayai sepenuhnya pengalaman langsung itu. Banyak cara efektif
yang dapat dilakukan oleh para siswa dalam menggunakan serta memanfaatk an buku mereka, antara
lain, dengan cara melatih mereka membaca intensif. Sang guru hendak- lah menjelaskan bahwa nilai
buku teks bergantung pada penggund- anrya bagi tujuan mempelajari keuntungan-keuntungan khusus
kelompokkan sebagai berikut: (1) Kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kecepatan dop nIn soyy
undunjunay-upsuntunay nqas 8u1spu-Suisp (2) Kesempatan untuk mengulangi atau meninjaunya
kembali (3) Kemungkinan mengadakan terhadap ingatan. pemeriksaan atau pencekan ad q uoipiD-
upInpID IDnquau ynun upyppnuay () selanjutnya; (S) kesempatan khusus yang dapat ditampilkan oleh
sarana-sarang nq yonqas unp Dlojaq Dndn Suplunuau uopp onsta (Buckingham, 1958 1518) Membaca
atau mempelajari suatu buku, misalnya, buku tek dalam mata pelajaran tertentu, siswa ataupun
pembaca dapat mengatur sendiri mengenai kecepatannya. Bila dapat, boleh dalam tempo cepat,
sedang, atau juga lambat kalau memang daya tangkap tidak begitu kuat. Kesempatan untuk mengulang
atau meninjau kembali sesuatu buku cukup terbuka dan bebas. Waktu pembacaan kembali dapat diatur
sesuka hati, baik dalam lamanya atau jam pembacaan, seperti pagi, siang, atau malam jumlah
pengulangan pun tidak terbata dan dapat disesuaikan dengan keinginan pembaca. Buku teks memberi
kesempatan pada pemiliknya untuk menyegarkan ingatan. Baca-baca kembali tentulah dapas
memperkuat ingatan yang sudah ada. Bahkan, pembacaan kemba itu dapat pula dipakai sebagai
pemeriksaan daya ingat seseorang terhadap hal yang pernah dipelajarinya melalui buku teks. Bila Anda
mempunyai buku teks, Anda bebas membual wau unyp uniiD3-unjn inqasa nanq opp upID-UDIDID
permudah Anda untuk mengingat sesuatu yang telah Anda pelu jari. Apalagi bila catatan itu benar-benar
singkat, tepat, dan pad Sedikit, tetapi berarti banyak. Sarana-sarana khusus yang ada dalam buku teks
dapa menolong para pembaca untuk memahami isi buku. Saran

seperti skema, diagram, matriks, dan gambar-gambar ilustrasi berguna dalam mengantar pembaca ke
arah pemahaman isi buku. Sekarang, mari kita coba memerhatikan kurikulum yang berlaku dalam suatu
jenjang sekolah, misalnya, SMA. Pola Umum GBPP mulai dari Tiujuan Kurikuler - Tujuan Instruksional
Umum (TIU)- Bahan Pengajaran (Pokok Bahasan dan Uraian) Program Metode kolom Pokok Bahasan
dan Uraian diperlukan buku-buku teks yang lengkap bagi setiap mata pelajaran. Tanpa buku, akan sukar
Sarana/Sumber Penilaian dan Keterangan. Jelas pada Apa sebenarnya peranan buku teks bagi GBPP?
Greene dan Petty telah merumuskan beberapa peranan buku teks tersebut sebagai berikut: (I)
mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta
mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan; (2) menyajikan suatu sumber
pokok masalah atau subject-matter yang kaya, mudah dibaca, dan bervariasi yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program- program kegiatan yang disarankan ketika
keterampilan- keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai
kehidupan yang sebenarnya; (3) menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi; (4)
menyajikan mendampinginya pengajaran untuk memotivasi para siswa; (5) menyajikan fiksasi (perasaan
yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi pelatihan-pelatihan dan tugas- tugas
praktis; (6) menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna. (Greene dan
Petty, 1971 540-2). bersama-sama dengan buku manual yang metode-metode dan sarana-sarana Buku
teks haruslah mencerminkan sudut pandang yang jelas. Apa prinsip-prinsip yang digunakan, pendekatan
apa yang dianut,

n uDIDIDBuad yua-yuya1 Duas upypundip Jupk edo po digunakan. Buku teks sebagai pengisi bahan
haruslah menampilkan sumber bahan mantap. Susunannya teratur, sistematis. Jenisnva bervariati, kaya.
Daya penariknya kuat karena sesuai dengan minat sirwa, bahkan memenuhi kebutuhan siswa. Lebih dari
in buku teks itu menantang, merangsang serta menunjang aktivitar dan kreativitas siswa. Bahan yang
terkandung dalam buku teks hendaknya tersusun n21 uDyDq 'stupuaisis SuDA uDunsns WDIDP unsnsa
uias1doa harus pula tersusun dalam gradasi tertentu. Disesuaikan dengan hakikat mata pelajaran maka
susunan itu sebenarnya dapat beraneka ragam. Misalnya, umum-khusus, mudah-sukar, bagian-
keseluruhan, dan sebagainya. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Misalnya, harus menarik, pasis D8uyas isouDaua uop unsBuniau uDIuDur benar
termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut. Buku teks juga sebaiknya menyajikan bahan secara
menda- lam. Ini berguna bagi penyelesaian tugas dan pelatihan yang dituntut dari siswa. Tugas dan
pelatihan ini pada gilirannya memperdalam pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa terhadap isi
buku teks. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi
dan pengajaran remedial. Artinya, di samping bahan, tersedia alat evaluasi. Bila diperlukan, sudah
tersedia pula bahan pengajaran remedialnya secara lengkap dan utuh. Dari uraian-uraian di atas,
tergambarlah kepada kita peranan buku teks. Buku teks ternyata berkaitan erat dengan kurikulum;
lebih-lebih dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Setiap mata pelajaran membutuhkan
sejumlah buku teks Apalagi bila mata pelajaran itu mempunyai sub atau bagian ya dapat dianggap
sendiri. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, add paling sedikit diperlakukan sebagai berdin
niD

submata pelajaran kesusastraan, kebahasaan, dan keterampilan. Ini berarti harus pula tersedia buku
teks, untuk bidang keba- hasaan, keterampilan, bahasa dan kesastraan. Supaya para pembaca mendapat
gambaran yang utuh me- ngenai peranan buku teks itu, perhatikanlah gambar berikut ini. nens
ueuaouoy uetuepued inpns Menyajikan UReipafue Jequns nens UEeq jequns dei unyeJa Bue deyeued
uep uep isenjeAe 18Ipaua Aneka Fungsi SXELL nne uEIBAue EME SSR ueeua yeeseu yoyod uep ehey Bue
y seBną Beq ueypled ISBJB Menyediakan uep apovau exeue ueeleBuad eueJes C KUALITAS BUKU TEKS
Buku memegang peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat modern. Banyak hal yang dapat
dipelajari dari buku. Bahkan, dapat dikatakan hampir semua segi kehidupan manusia direkam dalam
buku. Dunia kini memang benar-benar dunia buku. Buku adalah kunci ke arah gudang ilmu
pengetahuan. Siapa yang ingin maju dan pandai haruslah menggunakan manfaat buku. Petani harus
membaca buku pertanian. Pedagang harus pula membaca buku ekonomi. Politisi harus membaca buku
tentang

politik, ilmu kenegaraan, kemasyarakatan, dan sebagainya,. Pel dan mahasiswa harus banyak membaca
buku yang relevan dengs bidang studinya. Bagi seorang pelajar sangat diperlukan ialah buku teks atau
buku pelajaran. Buku t berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar dalan mata pelajaran
tertentu. Mata pelajaran sejarah memerlukan bub teks sejarah, mata pelajaran matematika
memerlukan buku teb matematika, mata pelajaran bahasa Indonesia memerlukan bu teks Bahasa
Indonesia dan setenisnya. Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurne pengajaran mata
pelajaran yang ditunjangnya. Buku teks mengend matematika yang bermutu jelas akan meningkatkan
kualita pengajaran matematika. Buku teks mengenai Bahasa Indonesia bermutu tinggi akan
meningkatkan kualitas pengajaran dan hasi pengajaran bahasa Indonesia, dan seterusnya Buku teks
yang bagaimana yang dapat dikategorikan sebaga buku teks yang berkualitas? Sebelum kita menjawab
pertanyaas tersebut, terlebih dahulu hita harus membicarakan kriteria buks teks, pedoman penyusunan
buku teks, atau syarat-syarat yang haru dipenuhi oleh setiap buku teks. Bila hal yang terakhir itu sudat
dapat dirumuskan, pertanyaan tadi dengan mudah dapat dijawa Greene dan Petty telah menyusun cara
penilaian buku tek dengan sepuluh kriteria. Apabila buku teks dapat memenuhi l persyaratan yang
diajukan, dapat dikatakan buku teks tersebu berkualitas. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh buku teks
yani tergolong kategori berkualitas tinggi, antara lain: (1) Buku teks haruslah menarik minat anak-anak,
yaitu pars siswa yang mempergunakannya; (2) Buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada par
siswa yang memakainya; (3) Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik para sts yang
memanfaatkannya; (4) Buku teks seyogianyalah mempertimbangkan aspek-as linguistik sehingga sesuai
dengan kemampuan para s yang memakainya; atau mahastswa salah satu buku yan

(5) Buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau
dapat menunjangnya dengan rencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan
terpadu; (6) Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa
yang memper- gunakannya; (7) Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya. (8)
Buku teks haruslah mempunyai sudut pandangan atau "point of view" yang jelas dan tegas sehingga
juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia; (9) Buku teks penekanan
pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. (10) Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-
perbedaan pribadi para siswa pemakainya. haruslah memberi pemantapan, nduou (Geene and Petty,
1971 : 545-8). Bila kita telaah lebih mendalam kriteria yang dikemukakan oleh Greene dan Petty di atas,
dapatlah diidentifikasi sepuluh butir yang dipakai sebagai titik tolak dalam penentuan kualitas buku teks.
Butir-butir itu meliputi minat siswa, motivasi, ilustrasi, linguistik, terpadu, menggiatkan, aktivitas,
kejelasan konsep, titik pandang, pemantapan nilai dan menghargai perbedaan pribadi. Ada beberapa
perubahan atau tambahan yang dapat kita terapkan kepada kriteria di atas. Pertama, mengenai urutan
atau susunannya. Kedua, mengenai peristilahan. Dan yang ketiga, mengenai penambahan kriteria. Buku
teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik haruslah relevan dan
menunjang pelaksanaan kurikulum. Kriteria linguistik mengacu kepada tujuan agar buku teks dipahami
oleh siswa. Oleh karena itu, penulis mengganti istilahnya menjadi komunikatif. Sementara itu, mengenai
urutannya disusun seperti berikut: titik pandang (point of view) kejelasan konsep, relevansi, minat,
motivasi, menstimulasi

aktivitas, ilustrasi, komunikatif, menunjang pelajaran menghargai perbedaan individu, dan


memantapkan nilai-nile Akhirnya, kita dapat mengemukakan pedoman penilaian by teks sebagai
berikut: (1) Sudut pandangan (poit of view) Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sud
pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku te secara keseluruhan. Sudut pandangan ini dapat
berupa teo dari ilmu jiwa, bahasa, dan sebagainya. (2) Kejelasan konsep Konsep-konsep yang digunakan
dalam suatu buku teks har jelas, dan tandas. Keremangan-keremangan dan keamana perlu dihindari
agar siswa atau membaca juga jela pengertian, pemahaman, dan penangkapannya. (3) Relevan dengan
kurikulum Buku teks ditulis untuk digunakan di sekolah. Sekola mempunyai kurikulum. Oleh karena itu,
tidak ada piliha lain bahwa buku teks harus relevan dengan kurikulum yan berlaku. (4) Menarik minat
Buku teks ditulis untuk siswa. Oleh karena itu, penulis buk teks harus mempertimbangkan minat-minat
siswa pemak buku teks tersebut. Semakin sesuai buku teks dengan min siswa, semakin tinggi daya tarik
buku teks tersebut. (5) Menumbuhkan motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya
pendor bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi diartik sebagai penciptaan kondisi yang ideal
sehingga seseora ingin, mau, dan senang mengerjakan sesuatu. Buku teks ya baik ialah buku teks yang
dapat membuat siswa, ingin, senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam b tersebut. Apalagi bila
buku teks tersebut dapat mengg siswa ke arah penumbuhan motivasi instrinsik. (6) Menstimulasi
aktivitas siswa Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang,

menantang, dan menggiatkan aktivitas siswa. Di samping tujuan dan bahan, faktor metode sangat
menentukan dalam hal ini. Ilustratif (L) Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan
menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal yang
dibicarakan. Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya, yaitu siswa. (8) Pemahaman harus didahului
oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan di sini adalah bahasa. Bahasa buku teks
haruslah: (a) sesuai dengan bahasa siswa; (b) kalimat-kalimatnya efektif; (c) terhindar dari makna ganda;
(d) sederhana; (e) sopan; ( menarik. (6) Menunjang mata pelajaran lain Buku teks mengenai bahasa
Indonesia, misalnya, di samping menunjang mata pelajaran bahasa Indonesia, juga menun- jang mata
pelajaran lain. Melalui pengajaran bahasa Indo- nesia, pengetahuan siswa dapat bertambah dengan
soal-soal Sejarah, Ekonomi, Matematika, Geografi, Kesenian, Olah- raga, dan sebagainya. 10.
Menghargai perbedaan individu Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu
tertentu. Perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial, budaya setiap individu tidak
dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya. (II) Memantapkan nilai-nilai Buku teks yang baik
berusaha untuk memantapkan nilai- nilai yang berlaku dalam masyarakat. Uraian-uraian yang menjurus
kepada penggoyahan nilai-nilai yang berlaku pantas dihindarkan.

Untuk memperjelas dan memantapkan pemahaman terhadap kualitas huku teks itu, di bawah ini uraian-
uraian divisualisasikan dalam suatu skema. Perhatikanlah dan paham skema berikut ini. SUDUT
PANDANGAN NOM NONNIDSNVA3 NVAHNBNONEW ISVALLOW KUALITAS MENSTIMULASIKAN
MOTIVASI BUKU TEKS KOMUNIKATIF PENUNJANG MATA PELAJARAN LAIN MENGHARGAI PERBEDAAN
INDIVIDU MEMANTAFKAN NILA-NILAI Gambar 2.3 Faktor penentu kualitas buku teks

D. KETERBATASAN BUKU TEKS Di antara beraneka ragam jenis buku yang beredar, salah satu jenis buku
yang paling vital dan fungsional bagi siswa, pelajar atau mahasiswa adalah buku teks. Setiap mata kuliah
atau mata pelajaran seharusnya dilengkapi dan ditunjang oleh minimal satu buku teks. Bila mata kuliah
atau mata pelajaran itu dipecah-pecah, setiap pecahan itu memerlukan masing-masing satu buku teks.
Sebagai contoh mari kita ambil bidang studi atau Jurusan Bahasa Indonesia di UPI membagi bahasa
sebagai bahan pengajaran menjadi: (I) kebahasaan; (2) keterampilan bahasa; (3) kesastraan. Setiap
pecahan ini pun dapat berkembang lagi, misalnya, kebahasaan meliputi fonetik, morfologi, sintaksis, dan
semantik; keterampilan bahasa meliputi empat keterampilan, yakni menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis; kesastraan melingkupi teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Setiap subbagian itu
memerlukan minimal satu buku teks khusus. Bila kita ingin hasil pengajaran setiap mata kuliah atau
mata pelajaran berkualitas tinggi, buku teks bagi setiap mata pelajaran dilengkapi, dibantu, dan
ditunjang oleh buku itu harus pendamping lainnya, seperti: (I) buku suplemen (tambahan) bagi buku
pokok; (2) buku pegangan guru; (3) buku sumber atau buku acuan lainnya yang relevan. Buku suplemen
berfungsi sebagai buku kerja yang menuntun siswa untuk berlatih, berpraktik atau mencobakan teori-
teori yang sudah dipelajari pada buku pokok. Buku pegangan guru merupakan buku penuntun bagi guru
dalam mengelola interaksi belajar-mengajar dalam mata pelajaran yang relevan. Kedua buku ini pun
harus ditunjang oleh buku acuan lainnya. Guru harus memadukan buku acuan dengan buku teks agar
bahan, metode, dan media pengajaran semakin lengkap, sempurna, dan mutahir.

Mengapa buku teks harus dilengkapi lagi dengan buku sumber atau buku acuan lainnya? Bukankah buku
teks sudah teriamin kualitasnya? Memang benar, buku teks yang baik sudah memenuhi aneka faktor
penentu kualitas. Namun, harus disadari pula bahwa sesempur-sempurnanya buku teks, buku tersebut
tetap saja memiliki kekurangan-kekurangan. Kekurangan ini disebab kan oleh berbagai hal, baik dari
dalam diri buku maupun dari luar buku tersebut. Apa saja keterbatasan-keterbatasan suatu buku teks?
Greene dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks. Keter batasan buku teks itu, antara
lain: (1) Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai
dengan membacanya), tetapi merupakan suatu sarana pengajaran (2) Isi yang disajikan sebagai
perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secara artifisial atau secara buatan saja bagi setiap kelas
tertentu. (3) Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang adekuat atau kurang memadai
karena keterbatasan- keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktik-
praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara perbuatan. (4) Sarana-sarana pengajaran juga sangat
sedikit dan singkat karena keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di
dalamnya. (5) Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah
bersifat sugestif dan tidaklak mengevaluasi keseluruhan diinginkan. atau keparipurnaan yang (Geene
dan Petty, 1971: 543) Buku teks tidak pernah dapat menggantikan fungsi guru secara tuntas. Memang
dalam batas-batas tertentu, kegiatan belaja terlaksana dan tercapai melalui tuntunan buku teks, namun
tidak pernah lengkap. Apalagi bila kita sadari bahwa pengajaran itu

bersifat situasional. Buku teks jelas tidak dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan setiap
kemungkinan situasi. Di sinilah kelebihan guru, ia dapat membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan situasi. Buku teks tidaklah mengajar, yang mengajar adalah guru. Isi atau bahan yang disajikan
dalam buku sebenarnya dipadu artifisial (buatan, dibuat-buat agar mendekati situasi yang sebenarnya
bagi kelas-kelas tertentu. Sebagai contoh, percakapan dalam pengajaran bahasa. Contohnya dalam buku
teks bukan keadaan yang sebenarnya, tetapi buatan belaka. Keadaannya akan lain sama sekali bila guru
yang menyajikan. Dia dengan mudah dapat memberikan contoh yang nyata, misalnya, percakapan
antardua siswa, dan sebagainya Dalam segi teori, mungkin buku teks tidak menunjukkan kekurangan,
tetapi dalam praktik, pelatihan yang adekuat agaknya tidak dapat dimungkiri kekurangan buku teks.
Apalagi latihan- latihan keterampilan seperti dalam pengajaran bahasa. Hal ini hanya mungkin apabila
diawasi, dipimpin oleh guru secara langsung. Sebagai contoh, mari kita ambil keterampilan berbahasa
lisan, menyimak, dan berbicara, tampaknya sukar dilaksanakan bila hanya berpedoman kepada buku
teks saja. Buku teks terbatas dalam ruang atau halaman. Ini menyebabkan petunjuk, saran, contoh,
ilustrasi pengajaran dinyatakan dengan sesingkat mungkin pula. Sementara itu, kita ketahui benar-benar
dengan petunjuk dan saran yang cukup luas serta contoh dan ilustrasi yang banyak pun belum menjamin
pengajaran berjalan mulus, apalagi dengan segalanya terbatas. Yang jelas, demonstrasi langsung tidak
mungkin dilakukan oleh buku teks, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang terlatih. Evaluasi yang
dilakukan buku teks tidak mungkin sempurna, menyeluruh, dan meyakinkan karena sifatnya yang
bersifat sugestif, anjuran dan pengawasannya longgar. Evaluasi yang langsung disusun, dilaksanakan,
diawasi, dan dimonitoring guru secara langsung hasilnya lebih dapat diandalkan.

Agar pemahaman kita terhadap keterbatasan-keterbatasan buku teks semakin mantap, perhatikanlah
diagram beriku Jurus Buku Teks itu sendiri "tidak mengajar" (don't teach) ng Bantuan evaluasi/ hanya
bersifat sugestif Isinya biasanya dipadu secara I artifisial d Keterbatasan 1 BUKU TEKS 12 Sarana-sarana
pengajaran pelatihan dan tugas euauey Bueuny ewe praktis kurang keterbatasan Bueru epewau Gambar
2.4 Keterbatasan buku teks. Dengan demikian, sampailah kita kepada jawaban pertanyaan, 'mengapa
buku teks harus dilengkapi dengan buku acuan yang lain?' Agar sarana pengajaran semakin lengkap,
padu, dan menunjang sehingga kualitas pengajaran semakin tinggi dan dapat diharapkan, kualitas hasil
belajar pun berkualitas pula. E. JENIS-JENIS BUKU TEKS Di lingkungan Sekolah Menengah Atas, dikenal
beberapa namd buku teks. Misalnya, buku teks dalam mata pelajaran Bahasa das Sastra Indonesia,
Sejarah, Fisika, Kimia, Matematika, d sebagainya. Di perguruan tinggi, ada berbagai jenis buku teks. Di

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sebagai contoh, kita kenal buku teks mata kuliah Tata
Bahasa (Sintaksis dan Morfologi), sebagainya. Di samping itu, kita juga mengenal istilah lain, seperti
buku teks tunggal, buku teks berjilid dan buku teks berseri. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan
bahwa buku teks mempunyai aneka jenis atau ragam. Menyimak, Membaca, Apresiasi Sastra, dan
Mengapa ada buku teks dengan nama yang berbeda-beda? Sebelum menjawab pertanyaan itu dengan
tepat, mari kita camkan peristiwa berikut ini dengan sebaik-baiknya. Tiga orang buta menggambar gajah
menurut versi mereka masing-masing. Menurut orang buta pertama, yang memegang dan meraba-raba
daun telinganya, gajah itu serupa dengan daun niru yang lebar. Lain lagi gambaran yang diberikan oleh
orang buta kedua, yang memegang dan meraba-raba kaki gajah. Gajah itu seperti tiang yang besar.
Orang buta ketiga, yang memegang dan meraba -raba ekor gajah, menggambarkan gajah, seperti sapu
yang bertangkai panjang. Benda yang digambarkan sebenarnya sama, yakni gajah yang itu-itu juga.
Pendeskripsian berbeda disertai pula dasar penggam baran berbeda maka hasil deskripsi pun turut pula
berbeda. Hal terjadi dalam pengklasifikasi- yang serupa, tetapi tidak persis sama an buku teks. Bukunya
itu-itu juga, tetapi dasar pengklasifikasian berbeda. Hasilnya pun jelas berbeda pula. Oleh karena itulah,
kita jumpai aneka jenis buku teks. Menurut pengamatan penulis, ada empat dasar atau patokan yang
digunakan dalam pengklasifikasian buku teks. Patokan- patokan itu adalah sebagai berikut: (I)
berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMP dan SMA); (2) berdasarkan mata
kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan tinggi); (3) berdasarkan penulisan buku teks
(mungkin di setiap jenjang pendidikan); 4) berdasarkan jumlah penulis buku teks.

Sekarang, mari kita lihat beberapa contoh hasil pen klasifikasian berdasark an patokan-patokan di atas.
Jumlah pelajaran berdasarkan struktur program Kurikulum 1984 S untuk kelas satu atau program inti,
ada 15. Bila setiap m pelajaran dilengkapi dengan masing-masing satu buku teks, unt kelas satu saja ada
lima kelas buku teks. Buku-buku teks itu adal buku teks untuk mata pelajaran: (1) Pendidikan Agama; (2)
Pendidikan Pancasila; (E) PSPB; (t) Bahasa dan Sastra Indonesia; (S) Ekonomi; (9) Geografi; (L) Pendidikan
Jasmani dan Orkes; (8) Pendidikan Seni; (6) Pendidikan Keterampilan; (10) Matematika; 11) Biologi; 12)
Fisika; 13) Kimia; 14) Sejarah 15) Bahasa Inggris. (Kurikulum 1984 20) Hal yang sama akan kita temui
juga, baik di SD maupun SM Setiap jenjang sekolah memiliki sejumlah buku teks sesuai dengas jumlah
mata pelajaran yang terdapat pada jenjang sekolah tersebu Berikut ini adalah contoh pengklasifikasian
buku teks pad Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP (sekaran UPI), khusus dalam bidang
studi mayor wajib. Mata kuliah Bidan Studi Program SI yang memerlukan buku teks adalah: (I) Kurikulum
Bahasa Indonesia SMA; (2) Buku teks SMA; (3) Menyimak; (4) Berbicara;

(5) Membaca I (6) Membaca II; (7) Menulis 1; (8) Menulis II; (6) Kebahasaan I; (10) Kebahasaan II; (11)
Kebahasaan III; (12) Perbandingan Bahasa Nusantara; (13) Bahasa Pendamping; (14) Kesusastraan I; (15)
Kesusastraan II; (16) Analisis Kesalahan Berbahasa; (17) Sanggar Bahasa I; (18) Sanggar Bahasa II. (Dirjen
PT, 1982 3-4) Dari segi cara penulisan buku teks dikenal tiga jenis buku teks. Ketiga jenis itu adalah 1.
Buku teks tunggal Buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja. Berikut ini
didaftarkan beberapa contoh buku teks tunggal, antara lain: (a) Kerap, Gorys. 1973. Tatabahasa
Indonesia untuk SLA. Ende Flores: Nusa Indah. (b) Ramlan. A .1983. Sintaksis, Jogyakarta: CV Karyono. (c)
Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonestia. Jakarta: Sastra Hudaya. (d) Sudaryanto. 1983. Predikat-
Objek dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. (e) Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-
Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Penerbit Angkasa. () Tarigan, Henry Guntur. 1985, Pengajaran Ejaan
Bahasa In- donesia. Bandung: Penerbit Angkasa (g) Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya
Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

(h) Tarigan, Henry Guntur 1983. Berbicara, Sebagai Suat Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit
Anghasa (i) Tarigan, Henry Guntur. 1983. Membaca, Sebagai Su Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa, (2) Buku teks berjilid Buku teks berjilid ialah buku pelajaran untuk satu kelas tertente
atau untuk satu jenjang sekolah tertentu. Berikut ini didaftarkan beberapa contoh buku teks berjilid,
seperti: (a) Depdikbud. 1981. Bahasa Indonesia I, H dan III. Jakarta Proyek Pengadaan Buku Pelajaran,
Perpustakaan & Keterampilan SLU (b) Alisyahbana, Sutan Takdir. 1975. Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia I dan II. Jakarta: Dian Rakyat. (c) Badudu, Y.S. Sari Kesusastraan Indonesia I dan II. Bandung
Pustaka Prima. (d) Jassin, H.B. Angkatan 66 Prosa dan Puisi I dan II. Jakarta: Gunung Agung. 3. Buku teks
berseri Buku teks berseri ialah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang sekolah, misalnya,
dari SD-SMP-SMA. Berikut ini disajikan satu contoh buku teks berseri. (a) Tarigan, Henry Guntur dan
Djago Tarigan. 1985. Teramp Berbahasa Indonesia, (untuk SD -9 jilid). Bandung: Penerbi Angkasa. (b)
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985. Terampi Berbahasa Indonesia, (untuk SMP 6 jilid).
Bandung: Penerbit Angkasa) (c) Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985. Terampi Berbahasa
Indonesia, (untuk SMA 6 jilid). Bandung: Penerbit Angkasa. Berdasarkan jumlah penulis buku teks, kita
kenal buku teks dengan penulis tunggal dan buku teks dengan penulis kelompok. Penulis tunggal ialah
penulis yang menyiapkan buku teks tertentu
seorang diri. Penulis kelompok ialah penulis yang terdiri atas beberapa orang untuk menyiapkan buku
teks tertentu. Sekarang timbullah pertanyaan dalam hati kita: buku teks yang bagaimana yang harus
ditulis oleh penulis perseorangan dan penulis tim? Agaknya jawaban praktis terhadap pertanyaan itu
dapat kita ajukan sebagai berikut: (1) buku teks tunggal biasanya digarap oleh penulis perseorangan; (2)
buku teks berjilid dan berseri biasanya digarap oleh penulis tim. Kata biasanya pada butir (I) dan (2) di
atas mengandung pengertian bahwa hal tersebut sama sekali tidaklah menutup kemungkinan bahwa:
(1) buku teks tunggal pun dapat pula digarap oleh penulis tim. (2) buku teks berjilid dan berseri pun
mungkin pula digarap oleh penulis perseorangan, bergantung kepada kesanggupan dan kemampuan
orang tersebut. Siapa pun yang menulis serta menyelesaikan buku teks, satu hal yang pasti adalah
bahwa tugas itu sungguh berat karena untuk itu sang penulis dituntut paling sedikit memiliki: (1)
kemauan dan tekad yang membaja; (2) disiplin kerja yang ketat dan tangguh; (3) cakrawala pengetahuan
yang relatif luas dalam bidang studi yang digarapnya; (4) memahami serta menguasai kurikulum yang
sedang berlaku. Baik penulis perseorangan maupun penulis tim mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Dalam tulisan ini, pembicaraan kita titik-beratkan pada penulis tim. Keunggulan penulis
tim itu, antara lain: (l) dapat membagi-bagi tugas sesuai dengan keahlian masing-masing (2) menghemat
waktu dan tenaga;

(3) target dapat dicapai sesuai dengan jadwal kerja; (4) dapat saling mengisi dan saling mengontrol satu
sama lain Di samping keunggulan yang telah kita uraikan tadi, penuli tim pun tidak jarang mempunyai
kelemahan-kelemahan tertent antara lain: (I) susahnya kadang-kadang memadukan pandangan di
antare sesama anggota; (2) karena tugas setiap anggota telah dibagi secara khusus, tidah jarang tidak
terdapat lagi keterpaduan yang utuh; (3) karena setiap anggota sudah dianggap ahli dalam bidangnya
sering pengawasan atas kontrol kurang diperhatikan (oleh ketua tim); (4) kesinambungan dan keutuhan
terkadang sukar untuk dikontrol dan dicapai; (5) tidak jarang terjadi pengulangan atau tumpang tindih
sesuats subpokok bahasan dalam suatu kelas atau jenjang pendidikan tertentu; (6) setiap anggota tim
mempunyai gaya (bahasa, menulis) khas sehingga tidak mempunyai keutuhan gaya lagi; (7) adanya
anggota yang tidak taat menuruti jadwal penulisan sehingga target waktu sukar tercapai. Berdasarkan
hal-hal di atas, agaknya perlu dipertimbangkan matang-matang keintiman para anggota tim dan juga
jumlak anggota tim yang tidak terlalu banyak. Kalau anggota tim terlals banyak, ada kemungkinan
terjadinya kelompok-kelompok kecil yang berdikari di dalam kelompok besar yang bernama 'tim' itu
Dalam hal seperti ini, ketua tim yang berwenang da berpandangan luas mempunyai peranan yang
sangat menentuka bagi suksesnya pekerjaan berat itu. Agar pembicaraan di atas bertambah jelas bagi
kita seca menyeluruh, mari kita perhatikan gambar berikut ini.

Jexns jensos seon 6 kan pan- terdapat dangan keterpaduan npea equa edep dengan keahlian masing-
masing Euek unin Buues ueseMeBued menghemat kurang diper- eleue uexmaly -weusey Keung-
PENULIS Kele- gulan Jeyns uebung TIM mahan dicapai target dapat sering terjadi/ pengulangan jadwal
kerja sss edep EAeß 'eseyeq Jedep saling mengisi anggota yang berbe- sin eket eAuepe 6ues uep
mengontrol ye BueA Ip Be siplin kerja epeq-ep Gambar 2.5 Keunggulan dan kelemahan penulis tim. Di
samping cara-cara yang sudah dibicarakan di atas, khusus bagi pengajaran bahasa Indonesia ada cara
yang lain. Bahasa In- donesia sebagai bahan pengajaran dapat diklasifikasikan dari tiga aspek, yaitu: (1)
Aspek kebahasaan Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran dipandang dari segi kebahasaan
meliputi: (a) fonologi; (b) morfologi; (c) sintaksis; (d) semantik. (2) Aspek keterampilan berbahasa
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran dipandang dari segi keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi:

(a) keterampilan menyimak; (b) keterampilan berbicara; (c) keterampilan membaca; (d)
keterampilan menulis. (3) Aspek kesastraan Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran
dipandang do segi: kesastraan dapat diklasifikasikan menjadi: (a) sejarah sastra; (b) teori sastra;
(c) kritik sastra. Setiap aspek itu dengan subaspeknya memerlukan pula buk teks tertentu. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai buku tek seperti untuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
menyimak berbicara, membaca, menulis, sejarah sastra, teori sastra dan kriti sastra. Beberapa
contohnya sudah disebutkan pada pembicaraas di muka. Namun untuk memantaphan
pemahaman kita sekal lagi diberikan contoh-contohnya. Buku teks kebahasaan, antare lain: (I)
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung Penerbit Angkasa. (2) Tarigan,
Henry Guntur. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung Penerbit Angkasa. (3) Tarigan, Henry
Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung Penerbit Angkasa. Buku teks keterampilan
berbahasa, antara lain: (1) Tarigan, Henry Guntur, 1983, Menyimak, sebagai Suatu Kete rampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa. (2) Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara, sebagai Suatu K
rampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. (3) Tarigan, Henry Guntur. 1983. Membaca,
sebagai Suatu K rampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. (4) Tarigan, Henry Guntur.
1983. Menulis, sebagai Suatu Ke rampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Buku teks kesastraan, antara lain: () Naha, 1.K. 1984. Ihtisar Periodisasi Sastra Indonesia. Surabaya: Sinar
Wijaya; (2) Soekono, Drs. 1984. Sastra Indonesia Klasik untuk SMA Surabaya: Sinar Wijaya; (3) Gani,
Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: P3G Dep. P dan K; (4) Wardani, I. GAK. 1981.
Pengajaran Apresiasi Prosa. Jakarta: P3G Dep. P dan K. Setelah membaca, memahami, pengklasifikasian
seperti cara yang terakhir ini, Anda mungkin bertanya: "Masuk ke mana buku-buku teks, seperti Bahasa
Indo- nesia I, II, dan III serta Keterampilan Berbahasa Indonesia buat SMA?" Ketiga jenis buku di atas
dapat masuk ke dalam ketiga aspek, baik aspek kebahasaan, keterampilan berbahasa maupun
kesastraan. Mengapa? Karena dalam buku-buku teks tersebut ketiga aspek kabahasaan, keterampilan
berbahasa, dan kesastraan telah dipadukan menjadi satu. Memang, buku teks yang disusun, apalagi
berdasarkan kurikulum yang berlaku, sudah mencakup semua aspek bahasa sebagai bahan pengajaran.
dan mengetahui cara

Anda mungkin juga menyukai