Disusun oleh:
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang memberikan kemudahan
dan kelancaran sehingga kelompok kami bisa melaksanakan Tugas Mata Kuliah
Manajemen Investasi yakni dalam membuat dan menyelesaikan sebuah makalah
yang berjudul “The Risk and Return from Investing, Expected Return and Risk,
dan Portofolio Selection and Asset Allocation”. Adapun penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Manajemen Investasi
dan untuk menambah pengetahuan kita tentang salah satu materi yang ada dalam
manajemen investasi. Penyusun berharap semoga materi yang telah dibuat dan
nantinya akan di presentasikan bisa menambah wawasan dan ilmu bagi kita yang
mendengarkan. Penyusun juga memohon maaf sebesar-besarnya jika di dalam
makalah ini ada kesalahandan kata-kata yang kurang mendukung terkait dengan
tema makalah ini, dan penyusun akan menerima dengan terbuka segala sesuatu
kritik dan saran dari para pihak pembaca. Terimakasih
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
5. Apa yang dimaksud dengan Portofolio Selection dan Asset Allocation serta
penjelasan yang ada di dalamnya?
BAB 2. PEMBAHASAN
B. Pengertian Return
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J.
Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.
Beberapa pengertian return yang lain :
1. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih
dibagi ekuitas pemegang saham.
2. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas
yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil
modal yang diinvestasikan dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi
biaya investasi dengan jumlah pembayaran.
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang
mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi
perusahaan.
5. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.
6. Return on network atau imbal hasil atas kekayaan
bersih merupakan pemegang saham yang dapat menentukan imbal hasilnya
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan
bersihnya.
7. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk
menentukan efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan
presentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak
terhadap variable yang sama dari periode sebelumnya.
8. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang.
9. Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
10. Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.
11. Return ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-
return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
D. Tipe-tipe Resiko
Terdapat beberapa jenis tipe resiko, diantaranya :
1. Pure Risk (Risiko Murni) : suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian
tersebut pasti menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan
menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
a. Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset
fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa,
tsunami, gunung meletus, dll.
b. Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh
karyawan yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh :
kecelakaan kerja yang menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
c. Risiko Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau
kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan
dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti penggantian
kerugian.
2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya
untung atau rugi.Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
a. Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh:
harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
b. Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet,
persentase piutang meningkat.
c. Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual
aset yang dimilikinya.
d. Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer
karena berbagai hal termasuk terkena virus.
e. Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada
dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian terjadinya sambaran
petir.
f. Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh
: urbanisasi, perkembangan teknologi.
g. Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental
seseorang yang mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan
terjadinya kejadian tertentu.
h. Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari
yang diharapkan sesuai dengan pengalaman.
E. Sumber-sumber Risiko
Menurut Eduardus (2001), sumber-sumber risiko adalah :
a. Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan
mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku
bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam
bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya
untuk membeli saham.
b. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar,
krisis moneter, dan resesi ekonomi.
c. Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat
normal daya beli masyarakat naik.
d. Risiko Bisnis.
e. Risiko Finansial.
f. Risiko Likuiditas.
g. Risiko Nilai tukar mata uang
h. Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
Mengelola Resiko
Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk
dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting
untuk memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko
pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
1. Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang
mengandung resiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar
resiko tersebut tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen
perusahaan.
2. Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima
tersebut ketempat lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari
terjadinya resiko yang sifatnya tidak tentu waktunya.
3. Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi
terhadap timbulnya resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap
mobil, menempatkan satpam pada siang atau malam hari
4. Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna
mengantispasi timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap
nilai tukar dolar dipasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus
memiliki dana cadangan dalam bentuk dolar
1,0
Saham Perusahaan “Y“
1,0
Dari ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa dalam keadaan ekonomi kuat maka kita akan dapat
memperoleh return yang tinggi pada kedua perusahaan tersebut. Pada situasi ini kita
mempunyai kemungkinan hanya 30%. Dalam keadaan normal return yang kita dapat atas
pembelian saham kedua perusahaan tersebut akan sama besarnya, yakni 15%, dan
kemungkinan yang akan terjadi adalah 40%.Sedangkan dalam kondisi resesi, maka return
dari kedua perusahaan tersebut sangat berbeda yaitu antara -70% pada perusahaan “X“ dan
10% pada perusahaan “Y“, dan kemungkinan yang akan terjadinya adalah 30%.
Penyelesaian
Perusahaan “X“
Untuk menghitung besarnya standard deviasi, maka kita perlu mengetahui hal- hal sebagai
berikut:
Rί = rate of return
Pί = probability of return
Variance σ² = 15
Variance σ² = 4.335
Berdasarkan ilustrasi perhitungan diatas, apabila kita pakai standard deviasi sebagai tolok ukur
untuk menghitung risiko yang akan kita hadapi, maka dalam hal ini perusahaan “X“ akan
mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh perusahaan
“Y“.
Dengan demikian, semakin besar standard deviasi dari suatu perusahaan, hal ini akan memberikan
petunjuk semakin besar pulalah risiko yang akan dihadapinya.
G. Teori Portofolio
'Don't put all your eaggs in one basket' Jangan letakkan telurmu didalam satu keranjang.
Letakanlah dibeberapa keranjang. Mengapa? Telur yang diletakkan dalam satu keranjang,
apabila keranjangnya jatuh, maka semua telur yang ada di keranjang: pecah. Semua telur
yang anda miliki: pecah. Tidak tersisa. Namun apabila telur diletakkan kebeberapa
keranjang, ketika kerajang satu jatuh, masih ada keranjang lain yang tidak jatuh. Masih
ada telur yang utuh. Masih ada telur yang anda miliki. Harry M. Makowitz [1927] lah
orangnya yang mengenalkan istilah tersebut. Dia seorang ahli ekonomi dan bahkan
sempat meraih nobel ekonomi. Makowitz menggunakan Istilah telur untuk
menggambarkan Teori Portofolio.
Pengertian portofolio adalah sekumpulan atau kombinasi dua atau lebih jenis investasi
dengan tingkat risiko dan keuntungan yang berbeda beda dalam jangka waktu tertentu
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan risiko yang minim.
Kita tahu bahwa tujuan melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal dengan risiko yang seminimal mungkin. Agar risiko investasinya tidak tinggi,
diversifikasi investasi dari teori portofolio adalah salah satu caranya. Teori portofolio
menyarankan untuk berinvestasi tidak hanya pada satu jenis investasi saja. Namun
beberapa jenis investasi. Baik yang sejenis ataupun tidak sejenis.
Tujuannya tentu untuk mengurangi risiko. Apabila satu investasi mengalami kerugian,
maka akan ada inevstasi yang lain yang bisa menutupinya. Namun jika keputusan
investasi hanya pada satu jenis investasi saja, jika investasi tersebut merugikan, maka
habis sudah. Tidak ada yang tersisa, tidak ada yang bisa membackup menutupi
kerugiannya.
Ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih dan dikombinasikan. Ada investasi
dalam bentuk aktiva (aset) seperti membangun pabrik, ekspansi usaha, membeli properti
dan lain lain. Ada pula investasi yang berbentuk aset finansial seperti deposito, sekuritas
yang bisa obligasi dan saham atau produk derivatif.
Khusus untuk portofolio aset sekuritas ada jasa manajemen investasi yang mengelola
portofolio sekuritas secara kolektif dalam sekelompok investor (nasabah). Dan ada yang
disebut dengan reksadana. Risiko investasi terdiri dari dua macam, Risiko sistematis dan
risiko non sistematis.
Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang umumnya berasal dari luar
perusahaan, bersifat makro. Berdampak pada semua perusahaan yang ada dipasar. Risiko
ini cenderung lebih sulit untuk dihindari.
Contohnya risiko pasar, risiko finansial, risiko politik, risiko bunga dan risiko nilai tukar
yang fluktuatif. Perubahan politik misalnya, bisa mempengaruhi performa saham
perusahaan. Dan itu tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan.
Contoh kasus: Berita kenaikan tariff cukai rokok. Efeknya harga saham perusahaan rokok
bisa melemah padahal perusahaan rokok tidak melakukan apa-apa. Keputusan politis bisa
mempengaruhi harga saham.
Risiko non sistematis (unsystematic risk) risiko yang diakibatkan oleh perubahan yang
terjadi pada mikro perusahaan tertentu. Hanya mempengaruhi perusahaan tersebut, tidak
semua perusahaan bisa terdampak. Risiko non sistematis bisa diusahakan ditekan dengan
portofolio. Jadi portofolio hanya mengurangi risiko, bukan menghilangkan risiko. Risiko
tetap ada, namun bisa ditekan.
Semakin banyak jenis investasi yang dipilih, semakin kecil risiko investasi yang
mengancam. Tapi yang perlu diingat, banyaknya portofolio yang berlebih juga bisa
berdampak buruk. Portofolio yang gemuk atau berlebih akan menyebabkan biaya-biaya
yang berlebih pula, maka keuntungan akan berkurang karena banyaknya biaya yang
dikeluarkan. Maka ada batasan batasan dalam menyusun portofolio investasi.
BAB III. KESIMPULAN
1. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko
(risk) yang ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus
dikompensasikan. Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan, semakin
kecil risiko yang ditanggung.
2. Model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam
investasi, yaitu secara standar deviasi dan varians
3. Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan adalah seperti harga
saham, dividend yang perlu.
4. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
a. Bersifat linear atau searah
b. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
c. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi
maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
d. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2005. Riset Manajemen Keuangan.
Gramedia. Jakarta.
Https://www.academia.edu/37718205/Makalah_Risk_and_return
http://nichonotes.blogspot.com/2017/12/teori-portofolio-dan-analisis-investasi.html