Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IVA
Dosen Pengampu : Fauzia Laili,SST.,M.Keb

KELOMPOK 1

1. HALIMATUS SA’ DIYAH

2. CIPRIANA SOARES DA COSTA

3. CAHYANINGTYAS SETYATI

4. MARIA JUNITA SONIA

5. ENDANG WAHYUNINGSIH

6. YUNI RAHAYU KARYAWATI

7. TUTIK SUNARMIARTI

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker

Anak Internasional pada tanggal 15 Februari.Momen ini lebih dari sekedar

peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran

mengenai pentingnya pengenalan penyakit kanker.

Merujuk data yang dipaparkan Kemenkes per 31 Januari 2019, terdapat

angka kanker payudara 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17

per 100.000 penduduk dan kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk(Moeloek : 2019).

Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena untuk menurunkan

kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih

mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali. Selain itu,

pada momen tersebut juga diadakan berbagai acara untuk memberikan semangat

dan motivasi pasien kanker.Diagnosis kanker merupakan momok menakutkan

bagi pasien dan dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien.Oleh karena itu,

dengan memberikan perhatian dan dukungan psikososial kepada pasien kanker

diharapkan dapat mengatasi tekanan psikologis pasien, serta dapat

mempertahankan kualitas hidupnya.

Wawancara dengan Pegawai IAIN Jember pada bulan April 2019

ditemukan hasil 90% dari wanita yang sudah menikah belum melakukan deteksi

dini kanker serviks, dengan alasan tidak tahu, takut, tidak sempat, malu, dan

sebagainya. Hal ini sangat jauh dengan target cakupan Kementerian Kesehatan
yang menyatakan bahwa pada tahun 2018, 80% wanita usia 30-50 tahun sudah

dilakukan deteksi dini kanker serviks.

Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari

penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor

pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya

penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini

sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.

1.2. Tujuan

Memberikan pemahaman tentang pengendalian kejadian kanker serviks melalui

upaya deteksi dini kanker serviks dengan IVA.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inspeksi Visual Asam Asetat(IVA) dan Inspeksi Visual LugolIodin

2.1.1. Pengertian IVA

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana

untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009).

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara

melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher

rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).

Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat

serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks

diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat

diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.

Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-

perubahan pada jaringan epitel.

Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat

daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan

pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah

homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).

2.1.2. Tujuan IVA

Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan

pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.Untuk mengetahui


kelainan yang terjadi pada leher rahim.

2.1.3 Keuntungan IVA

Keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya adalah :

- Mudah, praktis, mampu laksana

- Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

- Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

- Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

2.1.4 Jadwal IVA

Program Skrining Oleh WHO Skrining pada setiap wanita minimal 1

kali pada usia 35-40 tahun. Kalau fasilitas memungkinkan dilakukan tiap 10

tahun pada usia 35-55 tahun dan jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun

pada usia 35-55 tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010).Di Indonesia, anjuran untuk

melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-)

adalah 5 tahun

2.1.5 Syarat Mengikuti Test IVA

Syarat wanita mengikuti tes IVA adalah:

- Sudah pernah melakukan hubungan seksual

- Tidak sedang datang bulan/haid

- Tidak sedang hamil

- 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual


2.1.6 Pelaksanaan Skrining IVA

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat

dan alat sebagai berikut:

- Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.

- Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi

litotomi.

- Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks

- Spekulum vagina

- Asam asetat (3-5%)

- Swab-lidi berkapas

- Sarung tangan

2.1.7 Cara Kerja IVA

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan

mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat

penting dalam pemeriksaan ini, berikut prosedurnya:

- Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk

dan kaki melebar).

- Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan

pencahayaan yang cukup.

- Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke

vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.

- Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk

menyerapnya.
- Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke

leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim

sudah dapat dilihat.

- Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif

terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi

sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang

berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.

- Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti

hasilnya negative.

2.1.8 Kategori IVA

Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat

dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:

- IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.

- IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya

(polip serviks).

- IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini

yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA

karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-

sedang-berat atau kanker serviks in situ).

- IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan

stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat

kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
2.1.9 Penatalaksanaan IVA

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher

rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3- 5%, jika ada perubahan

warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan

negative.Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul

plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.

Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung

diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2

atau N2 ke leher rahim. Sensitifnya lebih dari

90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya

membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi

sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang

menjadi kanker stadium lanjut.

Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi

prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada

area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang

sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)

Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat

dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih,

artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa

dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,

penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi

berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.


BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Deteksi dini kanker serviks sangat penting untuk dilakukan untuk pengendalian

kejadian kanker serviks, akan tetapi masih banyak wanita yang sudah menikah belum

melaksanakan kegiatan deteksi dini. Pemberian informasi yang akurat diperlukan agar

kesadaran untuk pemeriksaan deteksi dapat dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Dalimarta, S.2017. Deteksi Dini Kanker dan implisia Antikanker.Cetakan III. Jakarta.

Penebar Swadaya

Diananda, Rama. (2019). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.

Ety Handayaningsih S. (2018). CerVIX, Metode Deteksi Dini Kanker Serviks: Sebuah

Harapan Baru(https://etyabdoel.com/2018/08/08/deteksi-dini-

kanker-serviks-berbasis-dna-cervik/

Moeloek Nila. 2019. Deteksi Dini Cegah Kanker.

(http://www.depkes.go.id/article/view/19020500001/deteksi-

dini-cegah-kanker.html

Sukaca E. Bertiani. 2019. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher Rahim).

Yogyakarta: Genius Printika

World Health Organization.Comprehensive Cervical Cancer Control.A Guide to Essential

Practice. Geneva. WHO. 2016

Anda mungkin juga menyukai