Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA DM HIPERGLIKEMIA DI RUANG


IGD RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO
JOMBANG

DISUSUN OLEH:
FLORENCIA YUNAIKE S
2020.04.04.001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2021
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hiperglikemi


2.1.1 Definisi
Hiperglikemi merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang
kadar puasa normal 80-90 mg/dL atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/dL
(Elizabeth. Corwin, 2015)
Menurut Christine hancock (2019) berpendapat bahwa hiperglikemi adalah
terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi di dalam darah. Hiperglikemi
merupakan tanda yang biasanya menunjukakan penyakit diabetes mellitus.

2.1.2 Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti namun umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor hereditor yang memegang peranan penting,
yang akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi yaitu pada penderita
hiperglikemi khususnya diabetes mellitus terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormaldimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringanasing.

2.1.3 Patofisiologi
Syndrome hiperglikemi meenggambarkan kekurangan hormone insulin dan
kelebihan hormone glucagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan
glukosa dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Pengingkatan
hormon glucagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar
glukosa plasma. Pengingkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmoral. Kondisi
hipersrosmoral serum akan menarik cairan intraseluler bila pasien tidak merasakan
sensasi haus akan menyebabkan kekuarangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan keluarkan melalui ginjal sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan dieresis osmotic secara berlebihan (poliuria).
Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti
hilangnya potassium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga ,kadar glukosa darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak akan
menahan hiperglikemi karena ambang batas untuk gula darah adalah 180mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tdak akan menyaring dan
mengasumsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama dengan urin yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dlam urin yang
di sebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraseluler. Hal ini akan
merangsang pusta haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus.
Produksi insulin yang kurang aan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam
tubuh, makan klien akan merasa lapatr sehingga menyebabkan banyak makan.
Kegagalan tubuh mengembaliakn ke situasi homestatis akan mengakibatkan
hiperglikemi, hiperosmoral, dieresis osmotic berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungs
system saraf pusat karena gangguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi
koma hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat
mengakibatkan pembentukan bekuan darah, trombosemboli, infark serebral dan
jantung.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Gejala awal umumnya yaitu (akibat tingginya kadar glukosa darah)
1. Poliplagi, merasa lapar, ingin makan terus menerus
2. Polidipsi, merasa haus
3. Poliuri, keencing yang sering
4. Kulit kering, gatl-gatal
5. Rasa kesemutan, kram otot
6. Penurunan berat badan
7. Luka lama sembuh
8. Kelemahan sembuh

2.1.5 Pathway/WOC

Defisiensi insulin

Glucagon meningkat Pemakaian glukosa


dalam sel menurun

Glukogenesis Hiperglikemia

Ghicosuria
Lemak Protein
Dehidrasi
Ketogenesis Nitrogen urin
Hemokonsentrasi
PH menurun Dehidrasi
Trombosit
Defisit Nutrisi Hypovolemia
Aterosklerosis

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Jantung Serebral Ekstremitas Retina Ginjal

Miokard Stroke Gangren Gangguan Nefropati


infark penglihatan

Gangguan Gagal
Resiko
integritas ginjal
Cedera
kulit
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dalam IMA World Health dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi akut
a. Komplikasi metabolic
− Ketoasidosis diabetic
− Koma hiperglikemi
− Hipoglikemi
− Asidosis lactate
b. Infeksi berat
2. Komplikasi kronik
a. Komplikasi vaskuler
b. Komplikasi neuropati
c. Campuran vaskuler neuropati
d. Komplikasi pada kulit

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala ditambah GDS >200mg% (plasma
vena). Bila GDS 100-200mg% maka perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.
Criteria baru penentuan diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP
>126mg/dL. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatiakan pada pasien DM yaitu :
a. Hb
b. Gas darah arteri
c. Insulin darah
d. Elektrolit darah
e. Urinalisis
f. Ultrasonografi

2.1.8 Penatalaksaan
Tujuan utama terapi hiperglikemi adala mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kada glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemi yaitu :
1. Diet
a. Komposisi makanan
b. Jumlah kalori per hari
c. Penilaian status gizi
2. Latihan jasmani
3. Penyuluhan
4. Obat insulin

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/ bangsa, alamat, status pernikahan.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3. Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hiperglikemia, apa yang dirasakan pasien dan apa
saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit penyakit yang diderita seperti DM, hipertensi, hepatitis,
gagal ginjal dan penyakit lainnyayang berhubungan dengan hiperglikemia. Kaji
riwayat penggunaan obat, konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang dilakukan dan
asupan makan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hiperglikemia seperti
DM, hepatitis.
6. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dialami pasien mengenai
kondisinya.
2.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik berdasarkan ABCD
a. A (Airway) : Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila terjadi
hambatan jalan nafas.
b. B (Breathing) : Kaji pernafasan pasien dengan cara look and feel, listen.
- Look : Lihat adanya pergerakan dada atau tidak.
- Listen : Dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling, crowing).
- Feel : Rasakan hembusan nafas pasien.
c. C (Circulation) : Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh adalah
detak jantung meningkat serta akral dingin dan pucat.
d. D (Disability) : Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan
suplai glukosa.
e. E (Exposure) : Pada exposure kita melakukan pengkajian

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d tidak terkontrolnya insulin.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah.
3. Hypovolemia b/d penurunan energy metabolic
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan gangguan
penglihatan.

2.3.4 Intervensi Keperawatan


1. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan gangguan
penglihatan.
Intervensi : (SIKI I.14537)
Pencegahan cedera
Observasi :
- Identifikasi area lingkungan yang menyebabkan cedera
Terapeutik
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi
kognitif.
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan faskes
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan

2. Hypovolemia b/d penurunan energy metabolic.


Intervensi : (SIKI I.03116)
Manajemen hipovolemia
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d tidak terkontrolnya insulin.
Intervensi : (SIKI I.03115)
Manajemen hiperglikemi
Observasi
- Identifikasi penyebab hiperglikemi
- Monitor kadar gula darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi insulin, cairan IV, dan
kalium
4. Deficit nutrisi berhubungan dengan mual muntah.
Intervensi : (SIKI I.03125)
Pemberian makanan
Observasi
- Identifikasi makanan yang diprogramkan
- Identifikasi kemampuan menelan
Terapeutik
- Lakukan kebersihan tangan dan mulut sebelum makan
- Sediakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
- Berikan makanan hangat, jika memungkinkan
- Cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
- Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik sebelum makan, jika perlu
2.3.5 Implementasi
Melakukan intervensi atau rencana keperawatan yang lebih lanjut untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

2.3.6 Evaluasi
Meliputi hasil pencapaian terhadap tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat,
apakah masalah teratasi atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai