Anda di halaman 1dari 8

RESTRUKTURISASI

Banyak perusahaan mengalami tantangan baru terkait dengan adanya peningkatan biaya
operasional dan adanya penurunan daya beli dari masyarakat. Untuk menjamin kelangsungan
usahanya, perusahaan melakukan banyak strategi yang dapat dipastikan salah satunya adalah
dengan mengoptimalkan kapasitas organisasi. Salah satu cara yang tepat untuk dijalankan
adalah dengan melakukan proses restrukturisasi organisasi. Karena, Proses restrukturisasi
organisasi merupakan langkah penting bagi perusahaan/organisasi untuk dapat bertahan dalam
menghadapi tantangan bisnis. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dalam proses
restrukurisasi dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memastikan ukuran organisasi
yang rasional. 

Proses restrukturisasi dapat dijalankan


dengan melakukan tahapan proses sebagai
berikut:
(1) Melakukan proses Business Process Reengineering
Ada pentingnya bagi perusahaan untuk menjalankan perubahan strategis terkait dengan business
process yang saat ini sedang dijalankan. Lakukan proses evaluasi untuk dapat memastikan bahwa
business process yang dimaksud dapat dilakukan proses perbaikan untuk dapat mengefektifkan
proses kerja dan memastikan adanya optimalisasi dari fungsi sumber daya manusia.

(2) Melakukan proses Analisis Jabatan


Penetapan analisis jabatan dalam organisasi dilakukan untuk menyambung perbaikan dari
business process yang telah ditetapkan untuk dilakukan proses koreksi. Penyusunan ulang fungsi
dan tanggung jawab jabatan yang ada dalam organisasi sangat dibutuhkan untuk memastikan
adanya konsep strategis untuk mengoptimalkan peranan suatu jabatan dalam organisasi.

(3) Kajian Organisasi


Proses untuk menjalankan kajian organisasi adalah penting setelah konsep penetapan jabatan
tersebut dilakukan. Pemetaan fungsi dan jabatan dalam organisasi menjadi proses penting yang
menjadi bagian penting untuk dilakukan. Setelah pemetaan ditetapkan. Lakukan proses evaluasi
terhadap kondisi yang ada untuk kemudian disusunkan struktur organisasi yang baru.

Proses restrukturisasi organisasi adalah langkah penting bagi perusahaan/organisasi untuk dapat
bertahan dalam menghadapi tantangan bisnis. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi
dalam proses restrukurisasi dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memastikan ukuran
organisasi yang rasional.
PENGERTIAN ALIH DAYA (OUTSOURCING)
Jika menggunakan istilah Alih Daya mungkin tidak semua orang pernah mendengar istilah ini,
namun jika menggunakan istilah Outsourcing maka dengan mudah terlintas suatu istilah yang
berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja dari pihak lain dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan. 
Secara sederhana, outsourcing dimaknai sebagai tenaga kerja yang berasal dari luar perusahaan
atau pihak ketiga untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dan spesifik pada perusahaan lainnya.
Sehingga suatu perusahaan outsourcing merupakan suatu perusahaan yang menyediakan tenaga
kerja tertentu bagi perusahaan yang membutuhkan tenaga outsourcing.
Dalam artikel kali ini akan dibahas penjelasan secara umum tentang sistem outsourcing yang
terjadi di Indonesia dan peraturan apa saja yang dapat merujuk kepada para pekerja outsourcing.
SEJARAH OUTSOURCING DI INDONESIA
Pada awalnya outsourcing di Indonesia hanya terbatas pada model produksi tertentu dan hanya
untuk kepentingan pasar ekspor. Pekerjaan yang dahulu dikenal dengan pekerjaan sub-kontrak
ini dapat dilihat sejak keluarnya keputusan Menteri Perdagangan RI No.264/KP/1989 tentang
Pekerjaan Sub-Kontrak Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat, yang kemudian ditegaskan
dalam Keputusan Menteri Perdagangan RI No.135/KP/VI1993. Bahkan secara
global outsourcing sudah dikenal pada masa Yunani dan Romawi yang menggunakan jasa
outsourcing sebagai tentara bayaran untuk membantu pertempuran pada masa itu.
Baca juga : Ketenagakerjaan: Pengertian, Peraturan & Masalahnya
DASAR HUKUM OUTSOURCING
Sekilas mengenai dasar hukum outsourcing, dalam Pasal 64 UU Ketenagakerjaan menjelaskan
bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa karyawan yang dibuat
secara tertulis. 
Berikut adalah empat syarat jenis pekerjaan yang bisa diserahkan dari perusahan satu dengan
perusahaan lain, sesuai dalam Pasal 65 Ayat (2) UU Ketenagakerjaan:
1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan
3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan
4. Tidak menghambat proses produksi
HAK PEKERJA OUTSOURCING
Sebelum kita beralih ke hak pekerja, berdasarkan Pasal 79 ayat (1) jo ayat (2) huruf b UU
Ketenagakerjaan pengusaha wajib memberi waktu istirahat mingguan (weeklyrest) kepada
pekerja/buruh, masing-masing:
1. satu hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat
mingguan
2. dua hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat
minggua
Mengenai hak-hak pekerja outsourcing tentunya tertulis dalam Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hak atas uang lembur pada saat melakukan kerja dihari libur maupun hari besar
2. Memahami dan mengikuti segala peraturan perusahaan yang sesuai dengan kontrak
MASA KERJA OUTSOURCING
Menurut peraturan, kontrak pekerja outsourcing ada dua jenis:
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Walaupun dalam sistem kerja outsourcing tidak disebutkan akan adanya perjanjian tertulis,
sebaiknya perusahaan tersebut tetap membuatnya. Pendaftaran kepada instansi setempat dengan
maksimal tiga puluh hari kerja terhitung saat penandatanganan juga diperlukan, untuk
menghindari pencabutan izin operasional apabila ada hal yang tidak berkenan.
Pada umumnya pekerjaan outsourcing adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pemutusan hal
penting dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya bidang pekerjaan outsourcing dibatasi
hanya untuk pekerjaan : Cleaning Service, Security, Transportasi, Catering dan pemborongan
pada industri pertambangan sebagaimana diatur Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012.
Baca Juga : Cara Membuat Surat Perjanjian Kerja yang Benar
PERLINDUNGAN HUKUM OUTSOURCING
Apabila Anda pekerja outsourcing, tidak perlu takut. Berikut adalah peraturan yang bisa Anda
pahami secara umum selain UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
4. Undang-Undang No.11 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-102/Men/VI/2004 tentang
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Sekilas mengenai outsourcing secara umum yang ada di Indonesia. Dapat menjadi pengetahuan
untuk para tenaga kerja yang ingin mendaftarkan diri di perusahaan outsourcing

REENGINEERING

Reengineering sebagai pemikiran ulang serta fundamental dan perancangan


ulang secara radikal atas proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan
dramatis dalam hal-hal ukuran-ukuran kinerja yang penting dan kontemporer,
seperti biaya, kualitas, pelayanan, dan kecepatan. Reengineering merupakan
pendekatan baru untuk memproses struktur kerja yang berbeda dari pendekatan
pada era-era sebelumnya, reengineering sebagai lompatan besar (quantum leap)
dalam hal kinerja melalui proses dan struktur kerja yang benar-benar baru,
sehingga menciptakan suatu bentuk baru perusahaan bagi dunia bisnis baru.

Reengineering mencakup empat fungsi kunci di dalamnya:


pertama, Fundamental artinya reengineering pelaku bisnis harus menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar (fundamental) tentang perusahaan
mereka dan bagaimana operasinya. Kedua, Radikal artinya reengineering di mulai
dari akar permasalahan. Ketiga, Dramatis reengineering harus mamu mencapai
suatu lompatan besar (quantum leaps) dalam hal kinerja perusahaan.
Keempat, Proses  reengineering tidak berorientasi terhadap proses, mereka
memusatkan perhatian pada tugas-tugas, pekerjaan, orang-orang, struktur
dsb. Reengineering proses untuk mencapai perbaikan performansi dengan cara
mendesain ulang proses-proses yang selama ini dijalani perusahaan,
memaksimalkan nilai tambah yang terkandung didalamnya serta meminimalkan
hal-hal yang tidak berkenaan dengan nilai tambah, pendekatan ini dapat
diaplikasikan pada tingkat proses individu maupun tingkat organisasi keseluruhan.

Sebuah pilihan reengineering dalam menghadapi kondisi krisis,


ketidakpastian, dan dinamika perubahan yang cepat, organisasi perlu berhati-hati
dalam mengambil tindakan reengineering, sebab pemangkasan dan penciutan yang
tadinya ditujukan untuk efisiensi justru berakibat meningkatnya ketidakpuasan
karyawan karena tanggung jawab dan beban karyawan semakin berat. Disini letak
dari fungsi MSDM yang perlu ditata ulang secara cermat,  reengineering dapat
gagal akibat adanya resistance to change dan kurangnya komitmen manajemen.
SIMSDM

Sistem informasi manajemen sebagai teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan


informasi bagi semua tingkatan manajemen atau juga sub unit organisasi, suatu
sistem merupakan rangkaia dari input, database, dan sub sistem output. Sistem
informasi manajemen dapat membantu manajer dan pemakai lain dalam organisasi
mengidentifikasi dan memahami masalah yang ada.
Fungsi MSDM dalam sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem yang
menyediakan informasi tentang informasi sumber daya manusia organsasi
atau human resource information system (HRIS), dengan teknologi HRIS ini
aplikasi akan membantu organisasi mengantisipasi kebutuhan akan fungsi MSDM
di masa depan, seperti bagan organisasi, perkiraan gaji, analisis/evaluasi pekerjaan,
dan pembuatan model kerja. Dengan teknologi baru ini tentunya persoalan dari
efektivitas MSDM akan lebih cepat diketahui, serta lebih cepat untuk
memperbaikinya karena dukungan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai