Banyak perusahaan mengalami tantangan baru terkait dengan adanya peningkatan biaya
operasional dan adanya penurunan daya beli dari masyarakat. Untuk menjamin kelangsungan
usahanya, perusahaan melakukan banyak strategi yang dapat dipastikan salah satunya adalah
dengan mengoptimalkan kapasitas organisasi. Salah satu cara yang tepat untuk dijalankan
adalah dengan melakukan proses restrukturisasi organisasi. Karena, Proses restrukturisasi
organisasi merupakan langkah penting bagi perusahaan/organisasi untuk dapat bertahan dalam
menghadapi tantangan bisnis. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dalam proses
restrukurisasi dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memastikan ukuran organisasi
yang rasional.
Proses restrukturisasi organisasi adalah langkah penting bagi perusahaan/organisasi untuk dapat
bertahan dalam menghadapi tantangan bisnis. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi
dalam proses restrukurisasi dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memastikan ukuran
organisasi yang rasional.
PENGERTIAN ALIH DAYA (OUTSOURCING)
Jika menggunakan istilah Alih Daya mungkin tidak semua orang pernah mendengar istilah ini,
namun jika menggunakan istilah Outsourcing maka dengan mudah terlintas suatu istilah yang
berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja dari pihak lain dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan.
Secara sederhana, outsourcing dimaknai sebagai tenaga kerja yang berasal dari luar perusahaan
atau pihak ketiga untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dan spesifik pada perusahaan lainnya.
Sehingga suatu perusahaan outsourcing merupakan suatu perusahaan yang menyediakan tenaga
kerja tertentu bagi perusahaan yang membutuhkan tenaga outsourcing.
Dalam artikel kali ini akan dibahas penjelasan secara umum tentang sistem outsourcing yang
terjadi di Indonesia dan peraturan apa saja yang dapat merujuk kepada para pekerja outsourcing.
SEJARAH OUTSOURCING DI INDONESIA
Pada awalnya outsourcing di Indonesia hanya terbatas pada model produksi tertentu dan hanya
untuk kepentingan pasar ekspor. Pekerjaan yang dahulu dikenal dengan pekerjaan sub-kontrak
ini dapat dilihat sejak keluarnya keputusan Menteri Perdagangan RI No.264/KP/1989 tentang
Pekerjaan Sub-Kontrak Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat, yang kemudian ditegaskan
dalam Keputusan Menteri Perdagangan RI No.135/KP/VI1993. Bahkan secara
global outsourcing sudah dikenal pada masa Yunani dan Romawi yang menggunakan jasa
outsourcing sebagai tentara bayaran untuk membantu pertempuran pada masa itu.
Baca juga : Ketenagakerjaan: Pengertian, Peraturan & Masalahnya
DASAR HUKUM OUTSOURCING
Sekilas mengenai dasar hukum outsourcing, dalam Pasal 64 UU Ketenagakerjaan menjelaskan
bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa karyawan yang dibuat
secara tertulis.
Berikut adalah empat syarat jenis pekerjaan yang bisa diserahkan dari perusahan satu dengan
perusahaan lain, sesuai dalam Pasal 65 Ayat (2) UU Ketenagakerjaan:
1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan
3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan
4. Tidak menghambat proses produksi
HAK PEKERJA OUTSOURCING
Sebelum kita beralih ke hak pekerja, berdasarkan Pasal 79 ayat (1) jo ayat (2) huruf b UU
Ketenagakerjaan pengusaha wajib memberi waktu istirahat mingguan (weeklyrest) kepada
pekerja/buruh, masing-masing:
1. satu hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat
mingguan
2. dua hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat
minggua
Mengenai hak-hak pekerja outsourcing tentunya tertulis dalam Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hak atas uang lembur pada saat melakukan kerja dihari libur maupun hari besar
2. Memahami dan mengikuti segala peraturan perusahaan yang sesuai dengan kontrak
MASA KERJA OUTSOURCING
Menurut peraturan, kontrak pekerja outsourcing ada dua jenis:
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Walaupun dalam sistem kerja outsourcing tidak disebutkan akan adanya perjanjian tertulis,
sebaiknya perusahaan tersebut tetap membuatnya. Pendaftaran kepada instansi setempat dengan
maksimal tiga puluh hari kerja terhitung saat penandatanganan juga diperlukan, untuk
menghindari pencabutan izin operasional apabila ada hal yang tidak berkenan.
Pada umumnya pekerjaan outsourcing adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pemutusan hal
penting dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya bidang pekerjaan outsourcing dibatasi
hanya untuk pekerjaan : Cleaning Service, Security, Transportasi, Catering dan pemborongan
pada industri pertambangan sebagaimana diatur Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012.
Baca Juga : Cara Membuat Surat Perjanjian Kerja yang Benar
PERLINDUNGAN HUKUM OUTSOURCING
Apabila Anda pekerja outsourcing, tidak perlu takut. Berikut adalah peraturan yang bisa Anda
pahami secara umum selain UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
4. Undang-Undang No.11 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-102/Men/VI/2004 tentang
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Sekilas mengenai outsourcing secara umum yang ada di Indonesia. Dapat menjadi pengetahuan
untuk para tenaga kerja yang ingin mendaftarkan diri di perusahaan outsourcing
REENGINEERING