Anda di halaman 1dari 18

M.

ARIEF HIDAYATULLAH

PROGRAM PSIK B

TRAUMA THORAX

Definisi

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat

(Nugroho, 2015). Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada

yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun

tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada

dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat

menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma

tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit

diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu

(Sudoyo, 2010)

Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang mengenai dinding

toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari

suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.

Etiologi

Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe &

Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al.,

2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,

belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010). Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan

riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.

Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya yaitu

berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada

tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru

yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011). Trauma toraks dapat

mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim

paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).

Epidemiologi

Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat semakin tinggi.Hal ini banyak disebabkan

oleh kemajuan sarana transportasi diiringi oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Trauma toraks
secara langsungmenyumbang 20% sampai 25% dari seluruh kematian akibat trauma, danmenghasilkan lebih dari

16.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikatbegitu pula pada negara berkembang (Hudak, 2011).

Di Amerika Serikat penyebab paling umumdari cedera yang menyebabkan kematian pada kecelakaan lalu lintas,

dimanakematian langsung terjadi sering disebabkan oleh pecahnya dinding miokard atauaorta toraks. Kematian dini

(dalam 30 menit pertama sampai 3 jam) yangdiakibatan oleh trauma toraks sering dapat dicegah, seperti misalnya

disebabkanoleh tension Pneumotoraks , tamponade jantung, sumbatan jalan napas, danperdarahan yang tidak

terkendali. Oleh karena seringnya kasus trauma toraksreversibel atau sementara tidak mengancam nyawa dan

tidak memerlukantindakan operasi, sangat penting untuk dokter yang bertugas di unit gawat daruratmengetahui lebih

banyak mengenai patofisiologi, klinis, diagnosis, serta jenis penanganan lebih (Nugroho, 2015). Di antara pasien yang

mengalami trauma toraks, sekitar 50% akan mengalami cedera pada dinding dada terdiri dari 10% kasus minor,

35% kasus utama, dan 5% flail chest injury. Cedera dinding dada tidak selalu menunjukkan tanda klinis yang jelas

dan sering dengan mudah saja diabaikan selama evaluasi awal (Hudak, 2011).

Patofisiologi

Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan yang normal.

Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan

tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi.

Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding toraks dan ronggatoraks. Toraks dibagi

kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada

termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot yang terkait (Sudoyo, 2009).

Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,

(2009) yaitu :

1. Temponade jantung

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus

jantung

b. Gelisah

c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)

d. Pekak jantung melebar

e. Bunyi jantung melemah

f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure

g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead


h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)

2. Hematothorax

a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD

b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)

3. Pneumothoraks

a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas

b. Gagal pernapasan dengan sianosis

c. Kolaps sirkulasi

d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas

yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik.

2.7. Komplikasi

Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%,

empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat

akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih merupakan

salah satu komplikasi trauma toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).

Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yangpaling sering terjadi.Sebagai

akibat dari trauma tumpul dinding toraks,perdarahan masif dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah pada

kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus bengkulu pada tanggal 01

Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil. Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran.

Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian

pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,

auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil

pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80mmHg, nadi : 110x/menit, RR

: 35x/menit, suhu : 38,7C, akral teraba dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas

cuping hidung.

Pengkajian
1. Pengkajian Primer

A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan

perfusi jaringan

B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR 35x/menit, tampak gelisa dan

sesak,ketidakefektifan bersihan jalan napas.

C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR

35x/menit, gangguan pola napas.

D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)

E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian

tubuh lain nya baik.

2. Pengkajian Sekunder

1. Anamnesis

a) Identitas klien

Nama : Tn. D

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Alamat : Pagar dewa

Agama : Islam

Bahasa : Melayu

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Sopir travel

Golongan darah : B

No. register :

Tanggal MRS : 21 Mei 2018

Diagnosa medis : Pulmonalis embolus

b) Identitas penanggung jawab :

Nama : Ny. D

Jenis kelamin : Prempuan

Alamat : Pagar dewa

Agama : Islam

Hubungan dengan pasien : Istri


c) Keluhan utama

Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan kecelakaan bermobil, pasien mengalami penurunan

kesadaran dan ada bengkak dan jejas di bagian dad sebelah kiri.

d) Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit karena mengalami kecelakaan

bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil,

setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di

IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan

pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran

sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :

35x/menit, suhu : 38,7C, akral teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping

hidung.

2. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan tetapi belum perna separah ini

sampai mengaami penurunan kesadaran serta pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak

Kesadaran : Sopor

TTV :

Tekanan Darah :120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 110x/menit

Pernapasan : 35x/menit

Suhu : 38,7oC

a). Kepala

Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b). Mata

Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c). Hidung

Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-

otot pernapasan
20

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d). Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah

Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan

e). Mulut

Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan

lendir

f). Leher

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,

tidak dicurigai fraktur cervikal.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan

g). Toraks

Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan

dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.

Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan

Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit

Perkusi : Snoring

h). Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas

Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik

Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit

Perkusi : Tympani

i). Genetalia

Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase

j). Ekstremitas

- Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada

jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri,

fleksi dan ekstensi (-)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

- Bawah : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


k). Data tambahan pasien

1. Data psikologi

Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses

keperawatan

2. Data social

Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang

selalu menunggu klien.

3. Data spiritual

Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk

kesembuhan klien.

Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds :- Penolong Hematoraks Ketidakefek

mengatakan pasien tifan

muntah darah Ekspensi paru bersihan

Do : - suara napas ngorok jalan napas

- Terdapat lendir Gangguan

dan gumpalan ventilasi

darah di mulut pasien

- Frekuensi napas

35x/menit

2. Ds : - Penolong Trauma thorak Gangguan pola nafas

mengatakan dada

korban membentur stir Reabsorsi darah

mobil

sebelum mengalami Hemathorak

penurunan

kesadaran Ekspensi paru

- Penolong

mengtakan pasien Gangguan

bernapas cepat (sesak) ventilasi


Do : - Suara napas ronchi

- Pasien bernapas

menggunakan

cuping hidung dan oto-

otot

pernapasan

- Frekuensi napas

30x/menit

3. Ds : - penolong Trauma thorak Gangguan

mengatakan bahwa pertukaran

pasien sebelum tak Perdarahan gas

sadarkan jaringan

diri mengalami muntah intersitium

darah

Do : - Terdapat Reabsorsi darah

gumpalan darah di

area mulut dan Hemathorak

menggangu

proses ventilasi Ekspensi paru

- Suara napas ngorok Gangguan

- Pasien tampak ventilasi

sesak, pucat

- Napas cepat dan

dangkal

dengan frekuensi nadi

35x/menit

- Pemeriksaan AGD

: Saturasi

85%.

Trauma thorak

Perdarahan

jaringan
intersitium

Reabsorsi darah

Hemathorak

Ekspensi paru

Gangguan

ventilasi

Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih, gumpalan darah yang

menghalangi pernapasan

2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan kemampuan paru

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

Tindakan keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi

keperawatan (Noc) (Nic)

1. Ketidakefektifan  Status  Status

bersihan jalan napas pernapasan :  Mampu

berhubungan dengan pertukaran gas - Pastikan

secret yang berlebih,  Airway status kebutuhan

gumpalan darah Kriteria hasil : oral/suction

yang menghalangi  Suara napas - Auskultasi suara

pernapasan bersih, tidak ada napas sebelum dan

Definisi : sianosis, mampu sesudah suction

Ketidakmampuan bernapas dengan - Berikan oksigen

untuk membersihkan mudah menggunakan nasal

sekresi atau kanul


 Menunjukanjalan
obstruksi dari napas yang - Monitor status

saluran pernapasan pasten (irama napas

untuk napas dalam dan oksigen

mempertahankan rentang normal, - Buka jalan napas

kebersihan jalan tidak ada suara gunakan tekhnik

napas napas abnormal). chin lift

- Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasikeluarkan

secret dengan cara

- mengidentifikasi

dan mencegah

faktor yang

menghambat

jalan napas

suction

- Monitor respirasi

dan status oksigen

2. Gangguan pola  Respiratory Airway Management

napas, dispneu Status : - Buka jalan nafas,

berhubungan dengan ventilation gunakan teknik chin

penurunan  Respiratory lift atau jaw thrust

kemampuan paru Status : airway bila perlu

patency - Posisikan pasien

Definisi : Inspirasi  Vital Sign untuk

dan / ekspirasi yang memaksimalkan


Status
tidak memberi ventilasi
Kriteria Hasil :
ventilasi - Lakukan fisioterapi
 Mendemonstrasi
dada jika perlu
kan batuk
- Keluarkan secret
efektif dan suara
dengan batuk atau
napas yang
bersih, tidak ada suction

sianosis dan - Auskultasi suara

dyspneu nafas, catat adanya

(mampu suara tambahan

mengeluarkan - Atur intake untuk

sputum, mampu cairan

bernafas dngan mengoptimalkan

mudah, tidak keseimbangan

ada pursed lips) - Monitor respirasi

 Menunjukkan dan status O2.

jalan nafas yang Respiratory Monitoring

paten (klien - Monitoring rata-

tidak merasa rata,kedalaman,

tercekik, irama irama dan usaha

Airway Management

- Buka jalan nafas,

gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

- Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

- Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

- Keluarkan secret

dengan batuk atau

suction

- Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

- Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan
keseimbangan

- Monitor respirasi

dan status O2.

Respiratory Monitoring

- Monitoring rata-

rata,kedalaman,

irama dan usaha

26

napas, frekuansi

pernafasan

dalam, rentang

normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

 Tanda tanda

vital dalam

rentang normal

(tekanan darah,

nadi,

pernafasan)

3. Gangguan  Respiratory Airway Management

pertukaran gas Status : Gas - Buka jalan nafas,

berhubungan dengan exchange gunakan teknik chin

ketidakseimbangan  Respiratory lift atau jaw thrust

ventilasi dan perfusi Status : bila perlu

ventilation - Posisikan pasien

Definisi: kelebihan  Vital Sign untuk

atau defisit pada memaksimalkan


Status
oksigenasi dan/atau ventilasi
Kriteria Hasil :
eliminasi karbon - Lakukan fisioterapi
 Mendemonstrasi
dioksida pada dada jika perlu
kan peningkatan
membran alveolar- - Keluarkan secret
ventilasi dan
kapiler. oksigenasi yang dengan batuk atau

adekuat suction

 Memelihara - Auskultasi suara

kebersihan paru nafas, catat adanya

paru dan bebas suara tambahan

dari tanda tanda - Atur intake untuk

distress cairan

pernafasan mengoptimalkan

 Mendemonstras keseimbangan

ikan batuk - Monitor respirasi

efektif dan dan status O2.

suara nafas Respiratory Monitoring

yang bersih, - Monitoring rata-

tidak ada rata,kedalaman,

sianosis dan irama dan usaha

dyspneu respirasi

(mampu - Catat gerakan dada,

mengeluarkan amati kesimetrisan,

sputum, mampu penggunaan otot

bernafas dengan tambahan, retraksi

mudah, tidak otot supraclavicular

ada pursed lips) dan intercostals

 Tanda tanda - Monitor suara

vital dalam nafas

rentang normal. seperti dengkur

- Auskultasi suara

nafas, catat area

penurunan/tidak

adanya ventilasi dan

suara tambahan

- Auskultasi suara

paru setelah tindakan

untuk mengetahui

hasilnya.
Implementasi dan Evaluasi

Tanggal No Implementasi Eveluasi Paraf


1. - Mempastikan S : - Keluarga

kebutuhan mengatakan suara

oral/suction napas pasien

- sudah tidak

Mengauskultasi ngorok lagi dan

suara sesak sudah

napas sebelum dan berkurang

sesudah suction O : - Bersihan

- Memberikan jalan

oksigen napas pasien

menggunakan nasal tampak bersih

kanul A : Masalah

- Memonitor teratasi

status napas sebagian

dan oksigen P : Lanjutkan

- Membuka intervensi

jalan napas

gunakan tekhnik chin

lift

Momposisikan

pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasikeluarkan
secret

dengan cara suction

- Memonitor

respirasi dan

status oksigen

2. , Membuka jalan S : - keluarga

nafas, mengatakan

gunakan teknik chin pasien masih

lift sesak

atau jaw thrust bila - Keluarga

perlu pasien

- mengatakan

Memposisikan pasien gerakan dinding

untuk dada masih tidak

memaksimalkan setabil

ventilasi O : - klien tampak

- Melakukan sesak

fisioterapi - RR : 30x/m

dada jika perlu A : masalh belum

- teratasi

Mengauskultasi suara P : lanjutkan

nafas, catat adanya intervensi

suara

tambahan

- Mengatur

intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

- Memonitor

respirasi dan

status O2.

- Monitoring
rata-

rata,kedalaman,

irama

dan usaha respirasi

- Mencatat

gerakan dada,

amati kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot

supraclavicular dan

intercostals

- Memonitor

suara nafas

seperti dengkur

Mengauskultasi suara

nafas, catat area

penurunan/tidak

adanya

ventilasi dan suara

tambahan

Mengauskultasi suara

paru setelah tindakan

untuk mengetahui

hasilnya.

3. Membuka jalan S :- Klien

nafas, mengatakan

gunakan teknik chin sudah tidak sakit

lift kepala lagi pada saat

atau jaw thrust bila bangun tidur dan


perlu tidak kesulitan lagi

- bernapas

Memposisikan pasien O : Tampak klien

untuk tidur

memaksimalkan dengan nyenyak dan

ventilasi tidak mengalami

- Melakukan pusing dan kesulitan

fisioterapi bernapas

dada jika perlu A : Masalah teratasi

- sebagian

Mengeluarkan secret P : Lanjutkan

dengan batuk atau intervensi

suction

Mengauskultasi suara

nafas, catat adanya

suara

tambahan

- Mengatur

intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

- Memonitor

respirasi dan

status O2.

- Monitoring

rata-

rata,kedalaman

irama

dan usaha respirasi

- Mencatat

gerakan dada,

amati kesimetrisan,
penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot

supraclavicular dan

intercostals

- Memonitor

suara nafas

seperti dengkur

Mengauskultasi suara

nafas, catat area

penurunan/tidak

adanya

ventilasi dan suara

tambahan

Mengauskultasi suara

paru setelah tindakan

untuk mengetahui

tindakan hasilnya

Anda mungkin juga menyukai