Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEDOMAN EJAAN UMUM BAHASA INDONESIA

Kelompok 1

Nama Anggota:

1. Muhammad Merdy (205061100111044)


2. Aidatulluthfiah (205061107111027)
3. Ilham Kurniawan (205061107111036)
4. Ragil Sudar Sugiono (205061107111038)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas tentang Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia.

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberi


dukungan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga menyadari, bahwa masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah tersebut.

Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.kami berharap makalah ini dapat memberi
apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok kami sendiri. Selain itu, semoga
makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Di tempat, 03 Maret 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan.
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Semenjak itu sistem
ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi,
kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan


ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (Rahmadi,
2017). Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf
saja untuk satu fonem secara konsisten.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon yang
paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi, secara

1
otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah penampungnya,
yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?

2. Bagaimana cara penulisan dan pengucapan huruf?

3. Bagaimana cara pemakaian kata?

4. Bagaimana cara Pemakaian tanda baca?

5. Bagaimanakah cara penulisan kata serapan?

1.3. Tujuan

1. Ingin mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia.

2. Ingin mengetahui tentang cara penulisan dan pengucapan huruf.

3. Ingin mengetahui tentang cara pemakaian kata.

4. Ingin mengetahui tentang cara Pemakaian tanda baca.

5. Ingin mengetahui tentang cara Penulisan Kata serapan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Singkat PUEBI
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen
dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata
dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Semenjak itu sistem ejaan terus
berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan


ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa
Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis
merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf saja untuk satu
fonem secara konsisten.

2.2. Pemakaian Huruf


A. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.

Huruf
Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital
A a a a
B b be bĕ
C c ce cĕ
D d de dĕ
Dan seterusnya

3
B. Huruf Vocal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia yang terdiri dari lima huruf yaitu
a, u, i, e, o.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam Bahasa yang terdiri dari 21 huruf yaitu,
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Diftong
Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
ai aileron balairung pandai

au autodidak taufik harimau


ei eigendom geiser survei
oi - boikot amboi
E. Gabungan huruf konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan.

Gabungan huruf Contoh pemakaian dalam kata


konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngarai banyak senang
ny nyata bangun -
sy syarat akhir arasy
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalampetikan langsung.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau Bahasa asing.

4
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untu kmenegaskan bagian tulisan yang sudahd itulis miring.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagianbagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab.

2.3. Penulisan Kata


A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
B. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
3. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya.
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
E. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan diantara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya.
2. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal
3. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada
akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
F. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
G. Partikel

5
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
H. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
2. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
3. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
I. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor,misalnya :
*Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
*Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), dll
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku-dan kau-ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,sedangkan -ku, -mu,
dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
K. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

2.4. Pemakaian tanda baca


A. Tanda titik(.)
1. Tanda titik dipakai pada kahir kalimat pernyataan.
2. Tanda Titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan,Ikhtisar(ringkasan),atau daftar.
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah betanda kurung dalam
suatu perincian
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

6
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai jika tidak menunjukkan jumlah
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan,kepala
karangan,ilustrasi, atau table.
3. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat penerima,pengirim surat serta
tanggal surat
B. Tanda koma(,)
1. Tanda koma dipakai untuk pemerincian
2. Tanda koma dipakai sebelum penghubung, seperti tetapi,melaikan, dan sedangkan dan
kalimat setara
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Catatan :
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
4. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti O,ya,wah dan kata
sapaan.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa
kalimat Tanya,kalimat perintah,atau kalimat seru.
6. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat,bagian-bagian alamat,tempat dan
tanggal, serta nama tempat dan wilayah
C. Tanda titik koma(;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung dan kalimat
setara.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa
D. Tanda titik dua :
1. Tanda titik 2 dipakai pemerincian atau penjelasan
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3. Tanda titik dua dipakai untuk naskah drama.
E. Tanda Hubung(-)
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris.
2. Tanda hubungan dipakai untuk menyambung unsur kata.

7
3. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
daerah atau asing.
F. Tanda pisah
1. Tanda pisah untuk membatasi penyisipa kata.
2. Tanda pisah dipaka juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,tanggal atau tempat yang berarti sampai
dengan atau sampai ke
G. Tanda tanya(?)
1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya
2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan
H. Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengahiri ungkapan, dan perintah,seruan.
I. Tanda ellipsis(…)
1. Tanda elips dipakai untuk kutipan bagian yang dihilangkan
2. Tanada ellipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog
Catatan: tanda eplipsis didahului tanda spasi dan akhir kalimat diberi titik.
J. Tanda petik(“…”)
1. Untuk mengampit petikan langsung.
2. Untuk mengampit judul.
3. Untuk mengampit istilah ilmiah.
K. Tanda petik tunggal(‘…’)
1. Tanda petik tunggal dipakai untu mengampit petikan jika sudah terdapat petikan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengampit makna,terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan.
L. Tanda kurung((…))
1. Untuk mengapit keterangan atau penjelas
2. Untuk memunculkan huruf atau angka yang dihapus dan dimuncukan dalam text.
3. Untuk perincian
M. Tanda kurung siku([…])
1. Untuk mengampir huruf,kata atau kelompok kata sebagai koreksi.
2. Untuk mengampit keterangan danlam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda
kurung.
8
N. Tanda garis miring(/)
1. Untuk dipakai dalam nomor sura,nomor pada alamat dan penandaan masa tahun.
2. Untuk pengganti kata dan,atau,serta setiap.
3. Untuk mengapit huruf,kata,atau kelompok kata sebagai koreksi
O. Tanda penyingkat atau apostrof(‘)
1. Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu.

2.5. Penulisan unsur serapan

1. a ( Arab,bunyi pendek 14. Ch yang lafalnya s atau 32. hamzah di akhir suku
atau bunti panjang) sy menjadi s kata kecuali di akhir kata
menjadi a (bukan o) 15. Ch yang lafalnya c menjadi k
2. ‘ain(arab) pada awal suku menjadi c 33. hamzah di akhir kata
kata menjadi a,i,u 16. Ck menjadi k dihilangkan
3. ‘ain(Arab) di akhir suku 17. C (sanskerta) menjadi s 34. i(arab,bunyi pendek atau
kata menjadi k 18. Dad( arab) menjadi d bunyi panjang) menjadi i
4. Aa (Belanda) menjadi a 19. E ttap e 35. I pada awal suku kata di
5. Ae tetap ae jika tidak 20. Ea tetap ea depan cokal tetap i
bervariasi dengan e 21. E(Belanda) menjadi e 36. Ie( Belanda) menjadi I
6. Ae, jika bervariasi 22. Ei tetap ei jika lafalnya i
dengan e, menjadi e 23. Eo tetap eo 37. Ie tetap ie jika lafanya
7. Ai tetap ai 24. Eu tetap eu bukan i
8. Au tetap au 25. Fa(arab) menjadi f 38. Jim(Arab) menjadi j
9. C di depan a,u,o dan 26. F tetap f 39. Kha(Arab) menjadi kh
konsonan menjadi k 27. Gh menjadi g 40. Ng tetap ng
10. C di depan e,I,oe, dan y 28. Gain(arab) menjadi g 41. Oe(oi Yunani) menjadi e
menjadi s 29. Gue menjadi ge 42. Oo(Belanda) menjadi o
11. Cc di depan o,u, dan 30. ha(Arab) menjadi h 43. Oo(Inggri) menjadi u
konsonan menjadi k 31. hamzah(Arab)yang 44. Oo (vocal ganda) tetap oo
12. Cc di depan e dan I diikuti oleh vocal menjadi 45. Ou menjadi u jika
menjadi ks a,I,u lafalnya u
13. Ccg dan ch di depan a,o, 46. Ph menjadi f
dan konsonan menjadi k 47. Ps tetap ps

9
48. Pt tetap pt 63. U(Arab, bunyi pende atau 75. Xc di depan e dan I
49. Q menjadi k bunyi panjang) menjadi u menjadi ks
50. Qaf(Arab) menjadi k 64. Ua tetap ua 76. Xc di depan a,o,u dan
51. Rh menjadi r 65. Ue tetap ue konsonan menjadi ksk
52. Sin(Arab) menjadi s 66. Ui tetap ui 77. Y tetap y jika lafalnya y
53. Sa (Arab) menjadi s 67. Uo tetap uo 78. Y menjadi I jika lafalnya
54. Sad (Arab) menjadi s 68. Uu menjadi u ai atau i
55. Syin (Arab) menjadi sy 69. V tetap v 79. Ya(Arab) di awal suku
56. Sc di depan a,o,u, dan 70. Wau(Arab) tetap w kata menjadi y
konsonan menjadi sk 71. Wau(Arab; baik satu 80. Ya(Arab) di depan I
57. Sc di depan e,i,dan y maupun dua konsonan) dihilangkan
menjadi s yand didahului u 81. Z tetap z
58. Sch di depan vocal dihilangkan 82. Zai(Arab) tetap z
menjadi sk 72. Aw(diftong Arab) 83. Zal(Arab) menjadi z
59. T di depan I menjadi s menjadi au, termasuk 84. Za(Arab) menjadi z
jika lafalnya s yang diikuti konsonan Konsonan ganda diserap
60. Ta(Arab) menjadi t 73. X pada awal kata tetap x menjadi konsonan tunggl
61. Th menjadi t 74. X pada posisi lain kecuali kalou dapat
62. U tetap u menajadi ks membingungakn

BAB III

PENUTUP

10
3.1. Kesimpulan

Dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia,bahasa Indonesia mempunyai


kedudukan yang sangat penting. Hal itu karena peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi Negara. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku bahasa
Indonesia yang bias di jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara
sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Baik dan benar
dalam segi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca.

3.2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa
berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

11
Sunendang, Dadar. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

12

Anda mungkin juga menyukai