PENDAHULUAN
globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
1
mengerjakan tugas-tugas belajar menjadi lemah dan pada gilirannya akan
belajar remaja tinggi akan muncul gairah dan semangat belajar yang tampil
faktor eksternal yang disebut motivasi ekstrinsik dan juga dapat berasal dari
individu itu sendiri yaitu motivasi intrinsik. Kedua jenis motivasi ini secara
syafi’I, 2006 )
mencapai sukses, untuk melakukan lebih baik dari orang lain, dan untuk
belajar telah dibuktikan oleh Ugorogolu & Walberg (dalam Gage & Berliner ,
motivasi berprestasi yang tinggi akan mengarah kepada prestasi yang tinggi
juga.
2
sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah yang
kurang nyaman, serta sarana dan pra sarana belajar yang sangat terbatas juga
merupakan faktor-faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa.yang
bersumber dari faktor manajemen sekolah.
dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu
adalah faktor internal psikologis berupa motivasi belajar. Hal tersebut didasari
oleh sebuah teori dari Hakim (2000:17) yang mengatakan bahwa faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik dari motivasi belajar merupakan salah satu tolak
Masalah prestasi belajar siswa yang rendah pada siswa-siswa SMA PSKD
moral dan reputasi sekolah dan juga mewujudkan misi dari SMA PSKD 7
DEPOK.
3
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka penulis
DEPOK TA 2010/2011.
2010/2011.
kelamin)
motivasi belajar
belajar
4
1.3.2.8 Mengetahui hubungan penghargaan dan pujian dengan
motivasi belajar
belajar
belajar
belajar
Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan agar para pengajar (guru)
5
motivasi siswa – siswi untuk belajar sehingga diharapkan siswa dapat
anak.
bidang penelitian
belajar.
6
I.5. Ruang Lingkup
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.Konsep Terkait
berarti kekuatan kecenderungan untuk berbuat dalam cara tertentu dengan tujuan
untuk menunjukan inisiatif dan ketekunan dalam mencapai tujuan tertentu dan
Pengertian ini serupa dengan yang diutarakan Ruhland dan Feld (2007) dalam
8
Dari beberapa definisi motivasi berprestasi diatas, peneliti menyimpulkan
II.2.1 Definisi
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
Syah, 2003) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
tujuan.
timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu (Sobour, 2003). Motivasi belajar antara siswa satu
dengan yang lainnya tidaklah sama. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental
Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi
9
terjadinya belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
dalam diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan menurut
dan membagi motif – motif tersebut menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
Sudarman & Paryati 2004). Kedua jenis motivasi ini saling kait – mengkait
menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakan siswa untuk
belajar.
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemampuan sendiri.
Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari
dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari
10
diri seseorang, yang mencermikan bagaiamana ia memandang dirinya secara
ideal, cara pandang dirinya sendiri saat ini dan bagaimana ia ingin dipandang
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari siswa
1). Minat
minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih
tertarik pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa ketertarikan
dalam perilaku belajarnya (Yasin Setiawan, 2006). Syarat yang penting untuk
mulai sesuatu adalah minat terhadap apa yang mau dipelajari. Tanpa minat
dan hanya didasari atas rasa terpaksa, maka tidak akan tercipta motivasi
belajar sehingga hasil yang didapat tidak akan optimal meskipun cara belajar
suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri pada
sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas, selain itu
minat adalah suatu campuran dari perasaan, harapan, rasa takut atau
11
Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai
tinggi serta variasi aktivitas belajar mereka pun lebih banyak (Purwanto,
2002). Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek efektif yang banyak
seorang murid. Dalam proses belajar, minat yang merupakan salah satu aspek
2). Cita-cita
2008:). Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-cita yang
sesuai maka akan menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa
12
belajar dan ini tentunya akan melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu
dalam kegiatan belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan
Sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan beserta bagian – bagiannya
atau bebas dari penyakit serta keadaan akal yang sehat. Proses belajar
emosi – emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula anak yang
tidak sukai oleh teman dan lingkungan sosialnya akan menemui kesulitan
belajar. Sutikno mengatakan bahwa kendala dan masalah hidup yang dihadapi
oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat
tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu
fokus utamanya menghadapi masalah hidupnya yang sedang carut marut itu.
Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasi.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
13
Secara ringkas faktor – faktor ekstrinsik yang mempengaruhi
14
sedang tidak kondusif.. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam
mengembangkan dinamika kelompok tampaknya sangat
diperlukan.
4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran
tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat
kesulitan yang moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena
akan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang
tertantang, tetapi tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan
siswa frustrasi.
6. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas,
dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab,
ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan
guru maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru
menghindari penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika
terjadi tindakan indisipliner pada siswanya.
7. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian
diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah
dilakukannya. Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan
situasi yang tidak mencekam, namun dengan tetap menjaga
ketertiban dan objektivitas. Berikanlah umpan balik yang positif
selama dan sesudah melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.
8. Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang
otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru
seharusnya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri
siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah,
cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber
ketakutan.
9. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan
tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk
kepentingan pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat tulis,
tempat duduk, ruangan kelas dan sebagainya. Di samping itu,
ciptakanlah sekolah sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas
15
dari berbagai gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi
serta hindari bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di
sekolah, baik yang dilakukan oleh guru, teman maupun orang-
orang yang berada di luar sekolah.
10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai
kekuatan inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan
siswa Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional di sekolah
tampaknya menjadi mutlak adanya.
Melalui upaya – upaya di atas diharapkan para siswa dapat terhindar dari
berbagai bentuk kecemasan dan mereka dapat tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang sehat secara fisik maupun psikis, yang pada
gilirannya dapat menunjukkan prestasi belajar yang unggul
untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Selain dengan hukuman juga bisa
terdapat penghargaan atau pujian yang layak yang menyertai atau melandasi
para siswa dari bidang yang harus dipelajari karena faktor penghargaan dan
secara tepat hal ini mengganggu atau merusak proses belajar itu sendiri ; (2)
16
perilaku tertentu hanya dalam jangka waktu pendek. Harter dan Kohn (dalam
negatif atas keinginan individu untuk mencoba tugas – tugas yang menantang
bertahan dalam jangka pendek. Apabila penghargaan itu tidak diberikan dalam
belajar siswa. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan
anak karena waktu dirumah lebih banyak dari pada di sekolah. Keterlibatan
orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa perlu diusahakan, baik
17
memperhatikan kesulitan yang dialami anak dalam proses belajar. Orang tua
anaknya serta berperan sebagai guru bagi mereka. Orang tua yang mampu
terhadap anak, tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dan mampu
terhadap keinginan anak untuk belajar atau sebaliknya (Sunaryo, 2004 : 172).
motivasi belajar pada dasarnya terletak pada guru atau pengajar itu sendiri.
Kreatifitas serta aktifitas pengajar harus mampu menjadi inspirasi bagi para
siswa sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya
dengan siswanya. Dalam hal ini pengajar melakukan apa yang disebut dengan
mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui
18
yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri
tinggal, pergaulan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi
untuk belajar.
19
Dalam motivasi terdapat 3 komponen pokok (Muhibidin Syah,
2003) yaitu :
mendapatkan kesenangan.
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan.
II.2.3.1 Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
20
II.2.3.4 Membesarkan semangat belajar
Menurut para ahli yaitu McClelland dan Winter (dalam McClelland, 2007)
Gage dan Berliner (2002), Santrok (2001), Kingston dan Pintrich dan Schunk
tidak suka pada tugas yang terlalu mudah dan tidak memiliki
21
2). Tugas-tugas yang menantang
yang tinggi.
Kauchak, 2007).
melakukan hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan orang lain
22
situasi persaingan terdapat kemungkinan untuk unggul dan
keras melalui mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu, mereka menyukai hasil
dalam level menengah, individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi lebih
pada hal yang bersifat prestatif, dan tidak mudah menyerah (Kingson & White
dalam setiawati 2006). Selain itu individu dengan motivasi berprestasi tinggi
gigih dalam mengejar waktu yang mereka tetapkan untuk mengerjakan tugas-
tugas yang sulit dan gigih untuk bekerja dengan baik di sekolah (Santrok
23
2001). Mereka juga akan berusaha lebih keras apabila hasil kerja yang
sekarang berpengaruh juga pada masa yang akan datang (Kingston & White
mengambil lebih banyak waktu dalam menyelesaikan tugas atau ketika ujian
sekolah
24
II.2.4.6 Prestasi yang diraih
kemampuan yang lebih tinggi ketika standar yang terdahulu telah dapat
puas apabila telah mengerjakan tugas sebaik mungkin yang secara umum
didasarkan pada keunggulan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri (Kingston &
untuk sukses yang lebih kuat daripada ketakutan akan kegagalan (Ormrod
merasakan ketakutan atau keresahan dalam sebuah situasi ujian dan juga
25
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, individu memiliki hak yang
menonjol.
masa timbulnya perasaan baru tentang identitas. Pada fase ini terbentuk gaya yang
2001) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang menunjukan dengan
jelas sifat – sifat masa transisi atau peralihan, karena pada masa ini remaja belum
memperoleh stasus dewasa tetapi tidak lagi memperoleh status kanak – kanak.
mengatakan bahwa masa remaja bagaikan masa yang bergolak. Dalam masa ini
yang berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun banyak terjadi perubahan, baik
kekacauan batin remaja. Masa remaja juga disebut dengan transisi dari masa
Remaja merasa tidak puas, selalu ingin penampilan yang berbeda serta timbul
kurang mendukung, maka prestasi belajarnya pun kurang baik. Ramplein (dalam
Haditono dkk 2002) berpendapat bahwa masa remaja dibagi menjadi beberapa
II.2.5.1 Masa pubertas, berlangsung pada usia 10,5 tahun sampai 13 tahun
26
II.2.5.2 Masa remaja awal, berlangsung pada usia 13 – 15,5 tahun untuk
II.2.5.3 Masa krisis remaja, berlangsung pada usia 15,5 – 16,5 tahun untuk
sebagai berikut :
masa transisi atau peralihan, karena pada masa ini seseorang belum memperoleh
stasus dewasa tetapi tidak lagi memperoleh stasus kanak – kanak. Karena remaja
berada pada masa transisi, maka dalam mencapai prestasi belajar remaja sangat
membutuhkan dukungan dari lingkungan terutama dari orang tua, tanpa adanya
yang baik.
27
Perawatan RSIJ Universitas Muhammadiyah Jakarta 2006. Dari hasil penelitian
63,41%, Cara belajar (visual 73,17% dan kinestik 58,54%) sedangkan faktor
FIK UI ” diperoleh data sebagai berikut : dari hasil penelitian diketahui bahwa 67-
sedangkan 84,4% memiliki minat dan kemauan yang tinggi untuk belajar dan
diketahui bahwa Faktor intrinsik : cara belajar 75%, Kesiapan belajar 50,82%,
Prestasi belajar 92%, Faktor ekstrinsik : Cara belajar terhadap prestasi belajar
28
II.2.7 Kerangka Teori
Skema II.2.7
hukuman 2. Cita-cita
pujian
4. Peran pengajar
5. Kondisi lingkungan
Motivasi
1. Motivasi intrinsik
2. Motivasi ekstrinsik
Proses Belajar
Prestasi Belajar
1. Rendah
2. Sedang
3. Tinggi
29
BAB III
Pada bab ini akan dijelaskan tentang beberapa konsep yang mendasari
penelitian yang dibuat dalam kerangka agar mudah dipahami dan menjadi acuan
hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
30
Skema III.1
Variabel independent
Faktor intrinsik :
- Minat
- Cita – cita
- Kondisi jasmani/rohani
Variabel Dependent
Faktor ekstrinsik :
- Peran pengajar
- Kondisi Lingkungan
31
dan memberikan arah dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat berasal dari
dalam individu sendiri (faktor intrinsik) yaitu minat , cita – cita dan kondisi siswa
serta yang berasal dari dari luar (faktor ekstrinsik) yaitu ketakutan dan hukuman,
penghargaan dan pujian, peran orang tua, upaya pengajar dan kondisi lingkungan.
Dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik tersebut maka dapat dilihat gambaran
terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan
sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan berbeda – beda oleh orang yang
berlainan sehingga dapat diukur sesuai dengan parameter yang dipakai, yang
32
Tabel III.3
Definisi Operasional
33
semangat dan 1 = tidak
dorongan untuk pernah saya
meraih yang lakukan
diinginkan
Cita – cita Keinginan dalam Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
diri untuk mengisi lakukan
membuktikan kuesioner 3 = sering saya
eksistensi diri tentang cita – lakukan
sehingga cita 2 = kadang
menimbulkan saya lakukan
semangat dan 1 = tidak
dorongan untuk pernah saya
meraih yang lakukan
diinginkan
Kondisi siswa Keadaaan kesehatan Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
fisik maupun mengisi lakukan
emosi/perasaan kuesioner 3 = sering saya
yang dapat tentang lakukan
mempengaruhi kondisi 2 = kadang
kondisi responden jasmani/rohani saya lakukan
untuk belajar 1 = tidak
pernah saya
lakukan
Kecemasan Salah satu faktor Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
terhadap yang berasal dari mengisi lakukan
hukuman luar individu untuk kuesioner 3 = sering saya
menumbuhkan tentang lakukan
semangat dan ketakutan 2 = kadang
keinginan untuk akan hukuman saya lakukan
belajar 1 = tidak
pernah saya
lakukan
34
Penghargaan/ Dorongan untuk Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
pujian melakukan mengisi lakukan
pembelajaran atas kuesioner 3 = sering saya
dasar imbalan/ tentang lakukan
penghargaan yang penghargaan / 2 = kadang
akan didapat pujian saya lakukan
1 = tidak
pernah saya
lakukan
Peran orang Salah satu fungsi Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
tua dalam keluarga mengisi lakukan
untuk memberikan kuesioner 3 = sering saya
semangat/ dorongan tentang peran lakukan
untuk orang tua 2 = kadang
menumbuhkan saya lakukan
keinginan untuk 1 = tidak
belajar pernah saya
lakukan
Peran Salah satu tugas Kuesioner Siswa diminta 4 = selalu saya Interval
pengajar pengajar dalam mengisi lakukan
pendidikan untuk kuesioner 3 = sering saya
memberikan tentang peran lakukan
semangat/ dorongan pengajar 2 = kadang
untuk saya lakukan
menumbuhkan 1 = tidak
keinginan untuk pernah saya
belajar lakukan
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
pendekatannya suatu waktu dan tidak diikuti terus menerus selama kurun waktu
tertentu dimana variabel bebas dan variabel terikat diteliti pada waktu yang
IV.2.1 Lokasi
36
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SMA PSKD 7 DEPOK, dengan
Selain itu karena memang tempat ini adalah tempat dimana peneliti menempuh
IV.2.2 Waktu
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan April 2011 sampai bulan Juni
2011.
IV.3.1 Populasi
(Setiadi,2007). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa – siswi
124 siswa.
IV.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
penelitian ini digunakan cara atau tehnik – tehnik tertentu sehingga sampel
37
tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Menurut Polit dan Hungler
(Setiadi, 2007) bahwa semakin besar sampel yang digunakan semakin baik dan
representative hasil yang diperoleh. Dalam penelitian ini tehnik penetuan sampel
yang peneliti gunakan adalah random sampling yang sering disebut juga sampling
tidak jenuh atau sebagian total sampling yang berarti tidak seluruh populasi yang
Rumus :
N
n =
Keterangan : 1+ N (d²)
n : Besar sampel
N : Besar populasi
n = 180
1+ 180 (0,05)²
= 180
1+ 180 (0,0025)
= 180
1+ 0,45
= 180
1,45
38
Setelah dilakukan perhitungan maka jumlah sampelnya sebesar 124
ni = Ni x n
Keterangan :
Tabel IV.3.2
Sampel perkelas
1. Xa 27 27x124 = 19
180
2. Xb 26 26x124 = 18
180
3. Xc 25 25x124 = 17
180
4. XI IPA 34 34x124 = 23
39
180
5. XI IPS 1 33 33x124 = 23
180
6. XI IPS 2 35 35x124 = 24
180
sebab atau resiko dan variabel akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian
diukur atau disimpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan. Responden
dibiarkan untuk mengisi angket sendiri. Hal ini agar responden dapat lebih jujur
dalam memberikan informasi tanpa tekanan dari pihak manapun. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diambil sumber
langsung yang dirumuskan melalui kuesioner atau angket yang diisi langsung oleh
responden.
40
IV.5. Instrumen Penelitian
pengumpulan data agar intrumen valid dan reliable maka sebelum digunakan
perlu diuji coba terlebih dahulu. Valid merupakan instrument sebagai alat ukur
benar – benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner yang memuat
pertanyaan yang tidak jelas bagi responden termasuk tidak valid. Sedangkan
reliable adalah instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang
tetap. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan angket atau
Jenis instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori dan konsep. Lembar kuesioner
41
IV.5.2 Pertanyaan tentang faktor – faktor yang berhubungan motivasi
kelamin
memiliki kriteria sama. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengisian angket
oleh peneliti
42
Tabel IV.5.2
kuesioner kuesioner
1. Motivasi belajar
Faktor intrinsik :
- Minat No.1-5 5 soal
- Cita – cita/ aspirasi No. 6-10 5 soal
- Kondisi siswa No.10-15 5 soal
Faktor ekstrinsik :
- Kecemasan No.15-20 5 soal
terhadap hukuman
- Penghargaan No. 20-25 5 soal
dan pujian
- Peran orang tua No. 25-30 5 soal
- Peran pengajar No. 30-35 5 soal
- Kondisi lingkungan No. 35-40 5 soal
Total 40 Soal
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur ini benar – benar
mengukur apa yang diukur. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
43
r
Keterangan :
n = Jumlah responden
Nilai r tabel untuk n= 30 adalah 0,361 Jadi untuk nilai corerrected Item –
Total correctected dibawah nilai 0,361 ditanyakan tidak valid dan dikeluarkan dari
cronbach’s ( α ) merupakan tehnik penguji reliabilitas suatu tes atau angket yang
paling sering digunakan oleh karena dapat digunakan pada tes atau angket –
angket yang jawaban atau tanggapan berupa pilihan, pilihannya dapat terdiri dari
44
Cronbach’s alpha diperoleh dengan rumus (ikbal, 2004 :51)
−∑ σ ²item
¿( NN−1 )(1 σ ² total
¿ )
N −∑ σ ²item
N −1 )( )
¿( 1 ¿
σ ² total
Keterangan :
α = Cronbach’alpha
N = Banyaknya pertanyaan
Tabel IV.6.2
Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
45
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel
>0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel
>0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel
>0,60 s.d 0,80 Reliabel
>0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel
Uji reliebilitas didapatkan nilai cronbach alpha pada kuesioner b 0,967 dan
kuesioner c 0,922 sehingga menurut tabel diatas nilai ini berarti sangat reliable
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah
diperlukan. Dalam pengolahan data ada beberapa langkah – langkah yaitu, sebagai
berikut :
IV.7.1 Editing adalah setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan bahwa
IV.7.2 Coding adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul
46
IV.7.4 Cleaning adalah proses yang dilakukan setelah data masuk ke komputer,
kerangka tabel yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang lainnya.
disiapkan. Dengan cara ini kemungkinan salah karena lupa dapat teratasi,
IV.7.6 Komputer
yang sudah disiapkan secara khusus dapat ditambahkan bahwa dalam ilmu
47
sampel penelitian dan jumlah variebel dapat sebanyak mungkin, dan dapat
menyajikan data. Analisis ini merupakan langkah awal untuk melakukan analisis
Keterangan :
48
Rata-rata hitung
Keterangan :
merupakan interval).
n = banyak pengamatan
n = banyak pengamatan
49
Rumus median :
Median =
Keterangan :
IV.8.3 Modus :
Mo =
Keterangan :
terbanyak
C = Panjang kelas
sebelum kelas
50
d² = Selisih frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval
sesudah kelas
Tabel IV.8.3
3. Minat T-test
dependent
51
dependent
6. Kecemasan T-test
terhadap hukuman dependent
Min = 36x1= 36
a. Motivasi rendah
X < π – (1. σ)
X< π – (18)
X<72
b. Motivasi tinggi
X > π + (1. σ)
X> 90 + 18
X> 108
52
Max 22x4 = 88
Luas jarak sebaran 88-22 = 66
Satuan standar deviasi (σ) 66/6 = 11
Mean teoritis 22x2.5 = 55 (π)
a. Motivasi rendah
X< π - (1. σ)
X < 55 - 11
X< 44
b. Motivasi tinggi
X > π + (1. σ)
X > 55 + 11
X> 66
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari 124 responden yang
dijadikan sampel . Analisis deskriptif karakteristik responden terdiri atas tabel
berikut :
53
TABEL V.1
(n=124)
Variabel
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
umur -
motivasi 124 -1.621 2.353 0.211
belajar
berusia 15 tahun 70 orang atau 56,5%, 16 tahun 53 orang atau 42,7% dan 17
TABEL V.2
(n=124)
54
Jenis Std. Std. Error
kelamin n Mean Deviation Mean
laki laki 70 67.21 8.007 0.957
perempuan 54 67.33 9.171 1.248
1). Minat
TABEL V.3
55
Analisis Hubungan antara Minat dengan Motivasi Belajar pada Siswa SMA
PSKD 7 Depok Tahun 2011
(n=124)
motivasi
belajar
untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti < 0,05 dengan
2). Cita-cita
TABEL V.4
(n=124)
56
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti < 0,05 dengan
TABEL V.5
(n=124)
57
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
kondisi
124 -4.032 0.000 2.699 0.242
siswa
-4.512 -3.553
motivasi
belajar
untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti < 0,05 dengan
dependent
TABEL V.6
58
(n=124)
Kecemasan
terhadap 124 -1.476 0.000 3.265 0.293
hukuman
-2.056 -.895
motivasi
belajar
3,265 sedangkan untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti
belajar.
dependent
TABEL V.7
(n=124)
59
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
penghargaan
124 -2.605 0.000 2.963 0.266
dan pujian
-3.131 -2.078
motivasi
belajar
2,963 sedangkan untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti
belajar.
TABEL V.8
Analisis Hubungan antara Peran Orang Tua dengan Motivasi Belajar pada
Siswa SMA PSKD 7 Depok Tahun 2011
(n=124)
60
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
peran
orang 124 -7.677 0.000 2.695 0.242
tua -
-8.156 -7.198
motivasi
belajar
sedangkan untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti <
hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan motivasi belajar.
TABEL V.9
(n=124)
61
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
peran
124 -3.806 0.000 2.565 0.230
pengajar
-4.262 -3.350
motivasi
belajar
sedangkan untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti <
dependent
TABEL V.10
(n=124)
62
Variabel P Value 95% CI
Std. Std. Error
n Mean Deviation Mean Lower Upper
kondisi
124 -4.137 0.000 2.754 0.247
lingkungan
-4.627 -3.648
motivasi
belajar
sedangkan untuk hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,00, berarti <
belajar.
BAB VI
PEMBAHASAN
63
Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti
dengan teori terkait saja karena peneliti tidak menemukan hasil penelitian lain
yang sama dengan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian tentang
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 124 orang siswa yang diambil
data bahwa umur responden pada penelitian ini dari 15-17 tahun yaitu tergolong
remaja usia awal dan pertengahan. Remaja usia awal adalah 13-15 tahun dan
remaja usia pertengahan adalah 15-19 tahun. Remaja yang berusia 15 tahun
responden atau 42,7% dan responden usia 17 tahun sebanyak 1 responden atau
1,2%. Rata-rata usia responden dengan batasan seperti yang dikutip dari Cole
adalah remaja awal. Dilihat dari jenis kelamin menunjukan proporsi laki-laki lebih
64
VI.1.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi
Berprestasi Belajar Remaja.
VI.1.1.1 Minat
didapatkan hasil yaitu pada tabel 5.3 hasil uji statistik P value = 0,00 yang
bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, dan rasa takut atau kecenderungan lain
serta variasi aktivitas belajar mereka pun lebih banyak (Ngalim Purwanto,
hasil yaitu pada tabel 5.3 bahwa minat memiliki hubungan yang bermakna
dengan motivasi belajar. Minat merupakan salah satu dimensi afektif yang
motivasi belajar dan makin besar minat makin tinggi prestasi seseorang
VI.1.1.2 Cita-cita
65
Dari faktor intrinsik kedua yaitu cita-cita, didapatkan hasil yaitu
pada tabel 5.4 bahwa hasil uji statistik P value = 0,00 yang memiliki cita-
menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa
maupun rohani, didapatkan hasil yaitu pada tabel 5.5 bahwa hasil uji
fisik maupun kondisi emosi yang dihadapi oleh peserta didik akan
Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan motivasi belajar
motivasi belajar.
66
VI.1.1.4 Kecemasan terhadap hukuman
67
kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan
pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung,
sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Menurut penelitian terkait dari
Wati Jumaiyah, Helen Permata, Fitria Malili dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh dan berhubungan
dengan motivasi belajar dan salah satunya kecemasan terhadap hukuman
yang mana dari hasil penelitian yaitu pada tabel 5.6 menunjukan bahwa
kecemasan terhadap hukuman memiliki hubungan yang bermakna dengan
motivasi belajar.
VI.1.1.5 Penghargaan dan pujian
dari hasil penelitian yaitu pada tabel 5.7 bahwa hasil uji statistik P value =
0,00. Harter dan Kohn (dalam Muhibin Syah, 2003) berpendapat bahwa
perilaku tertentu hanya dalam jangka waktu pendek. Dalam artian bahwa
penghargaan (reward condition) dan hal ini hanya bertahan dalam jangka
dan pujian.
penelitian yaitu pada tabel 5.8 bahwa hasil uji statistik P value = 0,00.
68
Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan
terhadap anak, tahu tentang kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak
penelitian hasil uji statistik P value = 0,00. McKeachie (Hakim & Thursan
yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri
Peran pengajar untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan
69
Dari hasil penelitian peran pengajar mempunyai hubungan yang bermakna
penelitian hasil uji statistik P value = 0,00. Menurut Dadi Permadi (2007)
belajar.
Sudarman, Paryati 2004). Kedua jenis motivasi ini saling kait mengkait
70
belajar pada dirinya agar memperoleh hasil yang memuaskan, pengajar
71
Dari pembuatan kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan
peneliti pemula.
BAB VII
72
PENUTUP
VII.1. Simpulan
sebagai berikut :
belajar remaja di SMA PSKD 7 Depok yaitu dari faktor intrinsik dilihat
dari minat yang mempunyai hubungan yang sangat signifikan yaitu 11,76
dengan standar deviasi 2,268 dan motivasi belajar 67,27 dengan standar
standar deviasi 2,894 dan motivasi belajar 17,06 dengan standar deviasi
73
VII.2. Saran
tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat
menjadi inspirasi bagi para siswanya, sehingga siswa akan lebih terpacu
74
VII.2.4 Bagi siswa
memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untu
sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan
penuh semangat.
lanjutan yang lebih sempurna dari penelitian ini dan tidak hanya analisa
pengaruh antar variabel agar lebih sesuai dengan judul yang akan diteliti
melalui seminar, atau cara-cara lain yang dapat memotivasi peserta didik
75
DAFTAR PUSTAKA
Wayan, 2006 . Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jogjakarta :
PT. Rineka Cipta.
Purwanto Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Permadi , Dadi 2007. http://www.blogger.com/email. Diakses tanggal15 Maret
2011.
Raharjo, Maryanto. 2007. http ://www.duniaguru.com. Diakses tanggal 8 Maret
2011
Sarlito Wirawan Sarwono.2005. Psikologi Remaja.Jakarta : PT. Raja Gafindo
Persada
Sandang, Prof,Dr.2001.Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta : Bina Aksara
76
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta
77