Anda di halaman 1dari 9

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp.

xx-xx
EISSN: 2407-7690
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr

Distribusi Salinitas Air Laut Di Muara Sungai Bondet, Cirebon,


Jawa Barat
Althaf Zhafran1*, Gentur Handoyo2, Elis Indrayanti3, Lilik Maslukah4
Departemen Oseanografi , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang Semarang. 50275 Telp/fax (024)7474698
*Corresponding author, e-mail : alfranhaidar@gmail.com1 ,

ABSTRAK: Perairan Muara Sungai Bondet terletak di Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon
terletak pada 6°30’ sampai 7°00’ Lintang Selatan dan antara 108°40’ - 108°48’ Bujur Timur di
pantai utara Jawa Barat. Dinamika dari aktifitas masyarakat sekitar muara sungai Bondet terkait
dengan distribusi salinitas menyebabkan pada daerah tersebut terdapat fluktuasi perubahan
salinitas yang berhubungan terhadap gerakan air pasang maupun surut. Pada saat air pasang
masuk kedalam estuari dari air laut bercampur dengan estuari, sehingga mengakibatkan salinitas
naik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi salinitas saat kondisi surut menuju pasang
dan pasang menuju surut yang terjadi di Sungai Bondet. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19
Agustus sampai dengan 21 Agustus 2020. Metode pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan software ODV (Ocean Data View) 4.0, Surfer 9 dan ArcGis 10.3. Berdasarkan
dari hasil penelitian, distribusi salinitas horizontal di sungai Bondet dengan range nilai 25 sampai 30
ppt mencapai 2 kilometer. Sedangkan salinitas yang memiliki nilai lebih dari 30 ppt berada pada
stasiun 1,2,dan 3. Distribusi salinitas Sungai Bondet secara vertikal dipengaruhi oleh kedalaman
seperti pada stasiun 1 dikedalaman 0,2d memiliki nilai salinitas 34 ppt, akan tetapi dikedalaman
0,8d memiliki nilai salinitas 35 ppt.

Kata kunci: Distribusi salinitas, pasang surut, Estuari sungai Bondet, Cirebon, Jawa Barat

ABSTRACT: The waters of the Estuary Bondet River are located in Mertasinga Village, Cirebon
Regency, located at 6 ° 30 'to 7 ° 00' South Latitude and between 108 ° 40 '- 108 ° 48' East
Longitude on the north coast of West Java. The dynamics of the activities of the community around
the estuary of the Bondet river are related to the salinity distribution, in that area there are
fluctuations in changes in salinity associated with tidal and ebb movements. When the tide enters
the estuary from sea water mixed with estuary, resulting in increased salinity. This study aims to
determine the salinity distribution when tide conditions are receding which occur at the estuary of
the Bondet River. This research was conducted on August 19 to August 21 2020. The data
processing method in this study used ODV 4.0 (Ocean Data View) software, Surfer 9 and ArcGis
10.3. Based on the research results, the horizontal salinity distribution in the Bondet river with a
value range of 25 to 30 ppt reaches 2 kilometers. Whereas salinity that has a value of more than 30
ppt is at stations 1,2, and 3.The vertical distribution of the Bondet River salinity is influenced by
depth, such as at station 1 at a depth of 0.2d has a salinity value of 34 ppt, but at a depth of 0.8d it
has a salinity value 35 ppt.

Keywords: Salinity distribution, tides, Bondet river Estuary, Cirebon, West Java

Diterima : …… ; Diterbitkan : ……
Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx
EISSN: 2407-7690
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr

PENDAHULUAN

Perairan utara Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh perubahan parameter oseanografi permukaan
dan atmosfer dimana arus permukaan yang berasal dari timur mengikuti arah angin yang bertiup
secara bertahap sepanjang tahun. Pola pergerakan massa air akan mempengaruhi fluktuasi
parameter oseanografi permukaan seperti suhu permukaan laut, klorofil-a dan salinitas (Kunarso
et al., 2011). Selain itu, pesisir bagian utara Pulau Jawa merupakan dataran rendah dengan
banyak delta. Kabupaten Cirebon merupakan daerah pesisir di perairan utara Pulau Jawa yang
secara geografis terletak pada posisi 6°30’ – 7°00’ LS dan 108°40’ - 108°48’ BT. Sungai Bondet
memiliki panjang 5200 m, lebar dasar 37,5 m, dan lebar atas 44,5 m. (Status Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2014).
Wilayah pesisir Cirebon di Jawa Barat, Indonesia adalah dataran rendah daerah pantai yang
potensial sekaligus rentan terhadap kenaikan permukaan air laut. Hasil penelitian Rositasari et al.,
(2011) tentang kajian geomorfologi, geo-listrik, dan penginderaan jauh selama tahun 2008 dan
2009 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah pesisir di Cirebon telah longsor pada berbagai
skala mulai dari kondisi rentan menjadi buruk. Air laut telah menyusup sampai beberapa kilometer
ke daratan. Kerugian nilai penggunaan lahan diproyeksikan sekitar Rp. 1.295.071.755.150/ha/
tahun akibat naiknya air laut sebesar 0,8 meter yang akan membanjiri berbagai lahan seperti:
tambak udang, ikan, garam kolam, sawah, dan pemukiman. Penggunaan air tanah akan terus
meningkat bersama dengan makin meningkatnya jumlah populasi dan aktivitas ekonomi, hal ini
akan memicu terjadinya intrusi air asin yang akan menjadi ancaman berikutnya.
Menurut Widada (2007) intrusi air asin memiliki dampak negatif terhadap kesehatan, penurunan
kesuburan tanah, kerusakan bangunan dan lain sebagainya. Intrusi air asin juga menjadi masalah
yang sering dihadapi di daerah pesisir terutama pada daerah muara sungai sampai batas tertentu
dari muara sungai. Oleh karena itu penelitian tentang distribusi salinitas di Sungai Bondet,
Kabupaten Cirebon ini perlu dilakukan.
Tujuan peneitian adalah untuk mengetahui distribusi salinitas air laut di Sungai Bondet, Cirebon,
Jawa Barat. Penelitian dilakukan di Sungai Bondet, Cirebon, Jawa Barat yang terletak pada 6°30’
– 7°00’ LS dan 108°40’ - 108°48 BT. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus dan pengambilan
data dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 19 Agustus 2020 sampai dengan 21 Agustus 2020.

Diterima : …… ; Diterbitkan : ……
[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus sampai dengan 21 Agustus 2020 di Sungai
Bondet, Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengukuran yaitu
data salinitas di aliran Sungai Bondet sepanjang 4000 meter dan pengukuran arus tiap titik
stasiun pengamatan di beberapa kedalaman (0,2d, 0,6d, dan 0,8d) serta data arus permukaan
sungai. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:data pengamatan pasang
surut BIG wilayah Cirebon dan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar Cirebon skala 1:25.000
tahun 1999 Publikasi Badan Informasi Geografis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang merupakan metode
penelitian yang menjelaskan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan kaidah
kaidah ilmiah yaitu konkret, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Penelititan ini juga
menggunakan pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik atau model (Silalahi et al., 2008). Metode penentuan lokasi sampling
menggunakan random probability sampling method, dimana pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara random dengan memperhatikan jumlah sampel. Tujuannya agar sampel dapat
digeneralisasikan dan merepresentasikan populasi (Sugiyono, 2017). Posisi stasiun dalam
pengambilan sampel salinitas ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu
metode pengambilan sampel yang mempresentasikan keadaan keseluruhan. Koordinat Lokasi
Pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Koordinat Lokasi Pengambilan Sampel

Koordinat Stasiun
Lokasi Stasiun
Bujur Lintang
1 108°33'32,713"E 6°38'43,143"S
2 108°33'19,761"E 6°38'51,366"S
3 108°33'7,837"E 6°38'58,562"S
4 108°32'52,83"E 6°39'6,785"S
5 108°32'39,878"E 6°39'12,336"S
6 108°32'26,72"E 6°39'19,326"S
7 108°32'9,657" E 6°39'23,026"S
8 108°31'54,855"E 6°39'24,877"S
9 108°31'41,538"E 6°39'25,993"S
10 108°31'30,643"E 6°39'27,204"S

Pengukuran jarak jangkauan salinitas dimulai dari titik satu yang merupakan titik awal pengamatan
0 meter yang berada di muara sungai, titik dua berjarak 400 meter, titik tiga berjarak 1200 meter,
titik empat berjarak 1600 meter, titik lima berjarak 2000 meter, titik enam berjarak 2400 meter, titik
tujuh berjarak 2800 meter, titik delapan berjarak 3200 meter, titik sembilan berjarak 3600 meter,
dan titik sepuluh berjarak 4000 meter. Pengukuran salinitas dilakukan di setiap stasiun
pengamatan pada saat pasang dan surut di berbagai variasi kedalaman yaitu di kedalaman 0,2d,
0,6d, dan 0,8d. Salinitas di air diuji dengan Refraktometer yang sudah dikalibrasi. Kemudian,
Refraktometer dicelupkan ke sampel yang akan diukur, selanjutnya nilai salinitas akan terbaca.
Pengukuran ini dilakukan di kedalaman yang berbeda yaitu di kedalaman 0,2d mewakili lapisan
permukaan, 0,6d mewakili lapisan menengah, dan 0,8d mewakili lapisan dasar.
Pengukuran kecepatan arus dilakukan secara langsung di aliran sungai Bondet dengan metode
pelampung menggunakan bola duga yang telah dilengkapi dengan skala ukur satuan meter pada
saat pasang dan pada saat surut. Pengukuran kecepatan arus ini dilakukan di 10 titik stasiun
dimulai dari muara sungai sampai dengan hulu sungai sepanjang 4000 meter.

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

Pengukuran kedalaman sungai dilakukan dengan tali pemberat berskala. Pengukuran ini dilakukan
di setiap stasiun pengamatan dimulai dari stasiun satu sampai stasiun sepuluh. Pengukuran
kedalaman dilakukan tiga kali pengulangan, hal ini dimaksudkan agar data kedalaman yang
didapatkan valid dan didapatkan kedalaman rata rata dari setiap stasiun.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pasang surut diperoleh dari instansi BIG Cirebon bulan agustus 2020 selama 30 hari yang
diolah dengan menggunakan metode Admiralty untuk memperoleh nilai konstanta harmonik
pasang surut sehingga dapat ditentukan tipe pasang surut di perairan Sungai Bondet, Cirebon.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Arnol et al., (2016) yang menyatakan bahwa tipe
pasang surut Perairan Cirebon adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed
tide prevailing semi diurnal).

Gambar 1. Grafik Pasang Surut


(Sumber: BIG Cirebon 2020)

Hasil pengukuran salinitas lapangan pada tanggal 19 Agustus 2020 sampai dengan 21 Agustus
2020 yang telah diolah kemudian dianalisa distribusinya baik secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal, distribusi salinitas dibagi menjadi 3 kedalaman yaitu 0.2d, 0.6d dan 0.8d.
Masing-masing sebaran salinitas perkedalaman 0.2d, 0.6d dan 0.8d disajikan dalam bentuk peta.
Analisa data salinitas secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran salintas pada
masing-masing kedalaman. Selain itu digunakan pula software Arcmap10 menggunakan
interpolasi Invers Distance Weight atau biasa disebut metode IDW untuk memetakan distribusi
salinitas di wilayah penelitian.
Hasil pengamatan salinitas yang dilakukan selama 3 kali pengamatan pada saat kondisi surut
menuju pasang dan pasang menuju surut menunjukkan bahwa nilai salinitas bervariasi baik dalam
arah memanjang dari muara ke hulu sungai (horizontal) maupun dari lapisan permukaan sampai
ke lapisan dasar sungai (vertikal). Nilai salinitas tersebut berkisar dari 0 - 25 ppt sedangkan di

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

muara sungai memiliki salinitas lebih dari 30 ppt. Nilai tersebut menunjukkan kondisi air sungai
termasuk payau. Selain itu, air pasang yang masuk kedalam sungai juga menyebabkan
peningkatan nilai salinitas di daerah muara sungai hal ini sesuai dengan (Hutabarat dan Evans,
1985) bahwa pada waktu air pasang, massa air masuk kedalam estuari dari air laut bercampur
dengan air estuari sehingga menyebabkan meningkatnya salinitas. Menurut Triatmodjo (1999)
bahwa semakin rendah tinggi pasang surut maka semakin rendah nilai salinitasnya, sebaliknya
apabila tinggi pasang surut semakin tinggi maka nilai salinitasnya semakin besar atau jarak
distribusi salinitasnya semakin jauh, hal ini disebabkan oleh adanya percampuran antara air laut
dengan air tawar dari sungai dimana berat jenis dari air laut lebih besar dibandingkan dengan
berat jenis air sungai.
Distribusi Salinitas secara horizontal dalam 3 hari memiliki pola yang sama. Distribusi salinitas dari
perairan menuju muara sungai menunjukkan bahwa nilai salinitas berkurang dari muara ke arah
sungai (hulu). Sebaran horizontal di 0.2d pada sungai menuju muara sungai menunjukkan air
tawar dan payau lebih mendominasi pada daerah ini, Distribusi salinitas secara horizontal 0.6d dan
0.8d menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding pada kedalaman 0.2d.

Gambar 2. Distribusi salinitas pada hari ketiga pada Kedalaman 0,2 d

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

Gambar 3. Distribusi salinitas pada hari ketiga pada Kedalaman Pada Kedalaman 0,6 d

Gambar4. Distribusi salinitas pada hari ketiga pada Kedalaman Pada Kedalaman 0,8 d

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

Gambar 5. Sebaran Salinitas Secara Vertikal Pada Hari Ke-1

Gambar 6. Sebaran Salinitas Secara Vertikal Pada Hari Ke-2

Gambar 7. Sebaran Salinitas Secara Vertikal Pada Hari Ke-3

Penjeasan ganbar 2-7 tidak ada dan tanpa pembahasan dari refernces
pendukung
Berdasarkan dari analisis sebaran salintas secara vertikal, tipe percampuran estuari Sungai
Bondet yaitu estuari tercampur sebagian. Kondisi pasang dan nilai salinitas secara vertikal
beragam menyebabkan terjadinya percampuran antara air asin dengan air tawar. Hal ini sesuai
dengan (Salamun, 2008), menjelaskan bahwa daerah muara sungai terjadi pertemuan antara air
asin yang berasal dari laut dan air tawar dari sungai. Tingkat pencampuran tersebut juga
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pasang surut dan debit sungai. Distribusi salinitas vertikal pada

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

Sungai Bondet menunjukkan bahwa nilai salinitas rendah berada pada kolom air sungai dan terus
bertambah nilai salinitas pada kolom perairan. Hal ini ditunjukkan oleh warna pada peta sebaran,
dimana semakin menuju ke arah muara berwarna merah yang melambangkan air asin dengan
nilai lebih dari 30 ppt, sedangkan biru hijau dan orange menunjukkan nilai salinitas antara 0,5 ppt
sampai 30 ppt. Secara vertikal dpat terlihat nilai salinitas tiap stasiun semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya kedalaman, hal ini dikarenakan berat jenis air laut lebih besar dibandingkan
dengan berat jenis air tawar. Pada daerah percampuran massa air di muara, massa air dengan
salinitas tinggi berada pada lapisan dasar mengalir ke arah sungai. Gerakan arus pasang surut
menimbulkan turbulensi dan mengakibatkan percampuran massa air secara vertikal.
Pengambilan data salinitas dilakukan pada musim timur menuju peralihan II, pada musim ini
memiliki intensitas curah hujan yang rendah sehingga tidak adanya pasokan air sungai menuju
muara serta kondisi elevasi air laut yang pasang menyebabkan masuknya air laut ke daerah
sungai. Kecepatan arus rata-rata stasiun pengamatan di wilayah Sungai Bondet sebesar 0,1834
m/s. Kecepatan arus tersebut sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi perubahan salinitas
secara significant hal ini sesuai dengan Triatmodjo (1999) arus pada perairan dangkal dan kondisi
perairan relative tenang memiliki kecepatan arus yang relative kecil.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian, distribusi salinitas horizontal di sungai Bondet dengan range
nilai 25 sampai 30 ppt mencapai 2 kilometer. Sedangkan salinitas yang memiliki nilai lebih dari 30
ppt berada pada stasiun 1,2,dan 3. Distribusi salinitas Sungai Bondet secara vertikal dipengaruhi
oleh kedalaman seperti pada stasiun 1 dikedalaman 0,2d memiliki nilai salinitas 34 ppt, akan
tetapi dikedalaman 0,8d memiliki nilai salinitas 35 ppt.

DAFTAR PUSTAKA

Arnol, M., Sabang, R., Rahmiyah, R., 2016. Analisis Karakteristik Pasang Surut di Kabupaten
Cirebon Provinsi Jawa Barat. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 14, 65–68.

Kunarso, K., Hadi, S., Ningsih, N.S., Baskoro, M.S., 2011. Variabilitas suhu dan klorofil-a di daerah
upwelling pada variasi kejadian ENSO dan IOD di perairan selatan Jawa sampai Timor.
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences 16, 171–180.

Rositasari, R., Setiawan, W.B., Supriadi, I.H., Hasanuddin, H., Prayuda, B., 2011. Coastal
vulnerability prediction to climate change: Study case in Cirebon coastal land. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis 3.

Salamun, S., 2008. Instrusi Air Laut Sungai Gangsa. Keairan 14, 21–34.

Silalahi, A., Sukwadi, R., Hidayat, T.P., 2008. Usulan Preventive Maintenance Dengan
Menggunakan Metode Modularity Design Pada Mesin Surface Mounting Technology (Studi
Kasus: Pt. X), in: Prosiding Seminar Nasional Teknoin.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. CV Alfabeta, Bandung.

Running Title… (penulis pertama)


[halaman]

Journal of Marine Research Vol[x], No.[x] [month] 2019, pp. xx-xx

Widada, S., 2007. Gejala intrusi air laut di daerah pantai kota pekalongan. ILMU KELAUTAN:
Indonesian Journal of Marine Sciences 12, 45–52.

Running Title… (penulis pertama)

Anda mungkin juga menyukai