ABSTRACT
Beach ecotourism is an ecotourism activity that utilizes the beauty of natural
panorama while supporting natural conservation efforts. Pengubaian Beach is a beach
located in Kaur Regency, Pengubaian is 5 km from the City Center. The purpose of this
study is to analyze Scenic Beauty Estimation (SBE), the suitability of ecotourism and
calculate the carrying capacity of ecotourism areas in the recreational category of Pantai
Pengubaian Kaur Regency. The method used in this study is the survey method. The results
of the Ecotourism Conformity Index (IKE) in Pengubaian Beach obtained the results of
category S1 (Very Appropriate) and category S2 (Corresponding) with IKE value of 80.86%-
93.07%. The value of the supporting capacity of the ecotourism area of Pengubaian Beach
ranges from 94-165 (people/day). The value of the supporting capacity of the ecotourism
area of Pengubaian Beach ranges from 94-165 (people/day).
Keywords: Area support capacity, Beach pengubaian, Coastal ecotourism, Scenic Beauty
Estimation (SBE), Regional suitability.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Kaur memiliki potensi ekowisata pantai yang potensial untuk
dikembangkan salah satunya ekowisata pantai yaitu Pantai Pengubaian. Kawasan Pantai
Pengubaian memiliki potensi sumberdaya alam dan visual yang tinggi, dengan deretan
pohon kelapa yang rindang, pantai pasir putih yang landai, terumbu karang yang menarik
untuk penyelam, dan ombak yang besar untuk olahraga selancar.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan yang alami maupun
buatan serta budaya yang bersifat informatif maupun partisifatif yang dengan tujuan untuk
menjamin kelestarian alam (Satrio dan Yoswati, 2018). Ekowisata pantai adalah kegiatan
ekowisata yang dilakukan di daerah pantai pada umumnya memanfaatkan sumberdaya
pantai dan permukaan air (Yulianda dkk., 2010). Kesesuaian kawasan ekowisata pantai
sangat diperlukan untuk pengembangan ekowisata pantai, kesesuaian ekowisata pantai
kategori rekreasi mempertimbangkan sepuluh parameter dengan empat klasifikasi
penelitian, parameter kesesuaian ekowisata pantai kategori rekreasi adalah tipe pantai,
lebar pantai, material dasar perairan, kedalaman perairan, kecerahan pantai, kecepatan
arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air
tawar (Dahuri, 2003). Kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu lahan untuk tujuan
penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang
lebih terarah (Bibin dkk., 2017).
Daya dukung kawasan dimaksudkan agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan,
hal ini merupakan usaha pencegahan perusakan ekosistem sejak dini (Nugraha dkk., 2013).
Nilai visual lanskap yang estetik atau lebih dikenal dengan Scenic Beauty Estimation (SBE)
adalah salah satu faktor pendorong suatu kawasan pada kegiatan ekowisata pantai untuk
melepaskan kepenatan dan rutinitas pekerjaan (Budiyono dan Soelistyari, 2016). Pantai
Pengubaian masih termasuk ekowisata pantai baru di Kabupaten Kaur, namun belum
adanya penelitian tentang pantai ini, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) dan daya dukung ekowisata
pantai di Pantai Pengubaian Kabupaten Kaur.
1
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Scenic Beauty Estimation
(SBE), kesesuaian ekowisata dan menghitung daya dukung kawasan ekowisata Pantai
Pengubaian Kabupaten Kaur. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
dan informasi mengenai analisis Scenic Beauty Estimation (SBE), kesesuaian kawasan
pantai dan daya dukung di Pantai Pengubaian.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2020. Lokasi
penelitian berada di Pantai Pengubaian, dapat dilihat pada Gambar 1.
2
Analisis Kesesuaian Kawasan
Analisis kesesuaian kawasan untuk ekowisata pantai rekreasi diantaranya, tipe
pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kedalaman, kecerahan (m), kecepatan arus
(m/dt), kemiringan pantai (0), penutupan lahan pantai, biota berbahaya, ketersediaan air
tawar/ jarak ke sumber air tawar (km).
3
IKE = Indeks kesesuaian ekowisata
S1(IKE ≥83,3) = Sangat sesuai
S2 (66,6 ≤ IKE<83,3) = Sesuai
S3 (33,3 ≤ IKE<66,6) = Tidak sesuai
N (IKE<33,3) = Sangat tidak sesuai
Ni = Nilai total keseluruhan
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori ekowisata.
Analisis Daya Dukung
Daya dukung ekowisata dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2019).
DDK = K × Lp x Wt
Lt W p
Keterangan:
DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)
Lp = Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m)
Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m)
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan ekowisata dalam satuan hari
(Jam)
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Jam)
Kegiatan ekowisata pantai rekreasi dan olahraga pantai dilihat pada Tabel 4.
Diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 10-25 m, karena pengunjung
akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas.
Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung dan Luas Area Kegiatan
Jenis kegiatan ∑Pengunjung Unit Area Keterangan
(orang) (Lt)
Rekreasi Pantai 1 25 m 1 orang setiap 25 m panjang
pantai
Sumber : Yulianda, 2019
Tabel potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Ekowisata
No Jenis kegiatan Waktu yang Total waktu 1 hari
dibutuhkan Wp- (jam) Wt-(jam)
1 Rekreasi Pantai 3 6
Sumber : Yulianda, 2019.
Suhu
Hasil penelitian suhu pada Pantai Pengubaian, nilai suhu tertinggi terdapat pada
Stasiun 3 dengan kisaran 28,10C-290C, sedangkan suhu terendah terdapat pada Stasiun 1
4
dengan kisaran 27,90C-28,10C. Suhu tertinggi pada Stasiun 3 disebabkan oleh intensitas
sinar matahari pada siang hari yang diterima permukaan perairan semakin tinggi dan lebih
cepat terserap dan bertahan pada perairan tersebut pada saat pengukuran,sehingga suhu
pada perairan menjadi tinggi, sedangkan suhu terendah terdapat pada Stasiun 1
disebabkan karena pada saat pengukuran suhu, permukaan perairan lebih sedikit menerima
intensitas matahari. Berdasarkan Kepmen LH (2004) temperatur air yang baik untuk
ekowisata, yaitu temperatur alami 27 0C dengan fluktuasi < 2 0C dari suhu alami. Suhu
Pantai Pengubaian termasuk kategori sesuai untuk dijadikan lokasi ekowisata pantai dengan
suhu kisaran 27,90C-290C karena tidak melebihi batas baku mutu perairan peruntukkan
ekowisata yang tertera di Kepmen LH (2004), sama halnya dengan hasil pengukuran suhu
yang dilakukan oleh Ardian dkk. (2015), pada penelitian di Pantai Tanjung Siambang
Kepulauan Riau menunjukkan bahwa suhu rata- rata di perairan Pantai Tanjung Siambang
berkisar antara 290C-310C dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
Salinitas
Hasil penelitian salinitas Pantai Pengubaian, didapat nilai salinitas tertinggi terdapat
pada Stasiun 3 dan Stasiun 2 dengan kisaran nilai 32 0/00-330/00, sedangkan salinitas
terendah terdapat pada Stasiun 1 dengan kisaran 290/00-310/00. Salinitas perairan biasanya
dipengaruhi oleh evaporasi (penguapan) air laut, curah hujan, dan percampuran air (Nontji,
1987). Salinitas tertinggi pada Stasiun 3 dan Stasiun 2 disebabkan oleh radiasi matahari
yang tinggi pada saat waktu pengukuran, radiasi matahari yang tinggi ini menyebabkan
tingkat penguapan pada perairan juga tinggi, sedangkan salinitas terendah terdapat pada
Stasiun 1disebabkan karena adanya pencemaran organik dan anorganik, sumber pencemar
berasal dari pencemaran secara ilmiah (dari alam) dan pencemaran antropogenik (kegiatan
manusia) hal ini berkaitan dengan di Stasiun 1 terdapat penginapan dimana banyak
kegiatan manusia mempengaruhi setiap harinya. Nilai salinitas Pantai Pengubaian termasuk
kategori sesuai untuk dijadikan lokasi ekowisata pantai dengan kisaran 29 0/00-330/00 karena
tidak melebihi batas baku mutu perairan peruntukkan ekowisata yang tertera di Kepmen LH
(2004). Hasil pengukuran salinitas Pantai Pengubaian sama halnya dengan hasil
pengukuran salinitas yang dilakukan oleh Mutmainah dkk. (2016), di Pantai Ganting, Pulau
Simeulue, Provinsi Aceh menunjukkan bahwa salinitas rata- rata di perairan Pantai Ganting
berkisar 27,600/00-32,700/00 dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
pH
Hasil pengukuran pH pada Pantai Pengubaian, didapat nilai pH tertinggi terdapat
pada Stasiun 3 dengan kisaran 7,8-7,9, sedangkan pH terendah terdapat pada Stasiun 2
dengan kisaran 7,4-7,5. Nilai pH lebih rendah pada pagi hari bila dibandingkan sore hari
Arifin dkk. (2002). Nilai pH tertinggi pada Stasiun 3 disebabkan oleh intensitas sinar
matahari pada siang hari yang diterima permukaan perairan semakin tinggi, dimana banyak
tumbuhan yang berfotosintesis dengan mengeluarkan oksigen, sehingga pH air akan naik
sedangkan pH terendah terdapat pada Stasiun 2 disebabkan karena pada saat pengukuran
suhu, permukaan perairan lebih sedikit menerima intensitas matahari. Hal ini mempengaruhi
tingkat kelarutan karbon dioksida menjadi lebih tinggi, oleh karenanya saat suhu rendah, pH
air akan rendah. Berdasarkan Kepmen LH (2004) pH air yang baik untuk ekowisata, yaitu 7-
8,5. Nilai pH Pantai Pengubaian termasuk kategori Sesuai (S2) untuk dijadikan lokasi
ekowisata pantai dengan pH kisaran 7,4-7,9 karena tidak melebihi batas baku mutu perairan
peruntukkan ekowisata yang tertera di Kepmen LH (2004), sama dengan hasil pengukuran
pH yang dilakukan oleh Ardian dkk. (2015), di Pantai Tanjung Siambang Kepulauan Riau
menunjukkan bahwa pH rata- rata di perairan Pantai Tanjung Siambang berkisar antara 7,5-
7,9 dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
Analisis Scenic Beauty Estimation (SBE)
Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari: jenis kelamin, usia, asal, pekerjaan dan
pendapatan.
5
Jenis Kelamin
Perempuan
43% Laki- Laki
57%
2%
Anak - anak (2 - 10 th)
Remaja (11 - 19)
Dewasa (20 - 60)
Lansia ( >60)
98%
6
18%
Kabupaten Kaur
Luar Kabupaten ( Dalam
23% 58% Provinsi Bengkulu)
Luar Provinsi
Mahasiswa/mahasisw
3% 3% 3% i
5% Swasta
3% Wiraswasta
2% 48% PNS
5% Honorer
Polisi
27%
Petani
Buruh
Ibu rumah tangga
7
pendapatan juga sangat mempengaruhi wisatawan dalam mengujungi ekowisata atau
berekowisata (Apriliansyah, 2018).
Pendapatan
10%
5%
Tidak Berpendapatan
Rp.500.000 - Rp.1.500.000
13%
50% Rp.1.600.000 -Rp. 2.500.000
Rp.2.600.000 - Rp.3.500.000
22% Rp.3.600.000 - dst
8
lanskap tersebut merupakan yang paling banyak dipilih sebagai objek yang indah dan
memiliki tingkat preferensi yang paling tinggi dari responden. Kategori sedang memiliki nilai
62,69 - 94,03 yaitu terdapat 3 foto, artinya kategori lanskap yang cukup indah dan memiliki
tingkat preferensi yang sedang dari responden. Sedangkan lanskap kategori rendah
memiliki nilai 31,34-62,69 yaitu 3 foto, memiliki arti karakter lanskap yang tidak indah dan
memiliki preferensi rendah dari responden dan lanskap kategori sangat rendah memiliki nilai
0,00-31,34 memiliki arti lanskap tersebut sangat tidak indah.
Menurut Budiyono dan Soelistyari (2016) lanskap yang bernilai keindahan tinggi
merupakan karakter lanskap yang alami, kuat, besar, terbuka, unik, lega, terang, sejuk, dan
ceria. Lanskap keindahan sedang merupakan karakter lanskap yang cukup alami, rapi,
teduh, luas, terbuka, aman, terang, terarah, lega, dan ceria. Sedangkan lanskap keindahan
rendah merupakan karakter lanskap yang panas, berantakan, tidak kontras, tidak unik, tidak
dalam, kasar, asing, kesan jauh, dan tegang.
125.76
Nilai Scenic Beauty Estimation
120
80
40 0.38
0
Nilai foto
(a) (b)
Gambar 10. (a) Nilai Scenic Beauty Estimation (SBE) tertinggi, (b) Nilai Scenic Beauty
Estimation (SBE) terendah
Lokasi Pantai Pengubaian berada di kawasan yang strategis, selalu ramai dikunjungi
oleh wisatawan pada hari libur panjang dan akhir pekan. Penilaian visual pada Gambar
10(a) merupakan nilai SBE tertinggi hasil dari penilaian responden memilih foto tersebut
diduga karena kebersihan pantai dan tempat untuk bersantai dan berswafoto tersusun
dengan rapi, sedangkan Gambar 10(b) merupakan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE)
terendah diduga dengan kondisi pantai yang kotor penuh dengan bekas rumput laut yang
terbawa oleh ombak ke pinggiran pantai dan terbawa oleh alat tangkap ikan (jaring) nelayan.
Skor tertinggi menunjukkan bahwa objek tersebut paling banyak dipilih sebagai objek yang
indah, sedangkan skor rendah menggambarkan objek yang jelek (tidak disukai) oleh
responden (Apriliansyah dkk., 2011).
9
Analisis Parameter Kesesuaian Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi
Tipe Pantai
Hasil penelitian melalui pengamatan secara visual pada semua stasiun menunjukkan
bahwa perairan Pantai Pengubaian memiliki tipe pantai pasir putih campur pecahan karang,
dapat dilihat pada Gambar 11.
25 20.6
20
15.3
15 11.7
10
5
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Penelitian
10
diperkuat oleh Halim dkk. (2016), yang menyatakan bahwa perubahan garis pantai yang
terjadi di Kecamatan Soropia selama kurun waktu tahun 1990-2014 lebih didominasi proses
akresi dibanding proses abrasi, hal tersebut dibuktikan dengan jarak pergeseran garis pantai
yang terjadi lebih panjang akresi dibandingkan proses abrasi.
Material Dasar Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengolahan secara visual yang dapat dilihat pada
Gambar 13(a) kategori pasir terdapat pada Stasiun 1, dan Gambar 13(b) kategori karang
berpasir terdapat pada Stasiun 2 dan Stasiun 3.
(a) (b)
Gambar 13. (a) Material dasar perairan Pantai Pengubaian kategori pasir (b) Material dasar
perairan Pantai Pengubaian kategori karang berpasir
Perairan Pantai Pengubaian Stasiun 2 dan Stasiun 3 didominasi dengan material
dasar karang berpasir. Hal ini disebabkan oleh material yang sebagian besar merupakan
hasil endapan yang diakibatkan oleh aksi ombak dan gelombang yang mengikis pantai,
serta pecahan karang dan cangkang organisme yang telah mati,selain itu, juga diakibatkan
karena sirkulasi air yang stabil akibat berada di tepi perairan terbuka.
Tambunan dkk. (2013) yang melakukan penelitian tentang kajian kualitas lingkungan
dan kesesuaian wisata Pantai Tanjung Pesona Bangka juga mengatakan bahwa material
dasar perairan berupa pasir sangat sesuai untuk aktivitas ekowisata pantai seperti berenang
dan mandi karena memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Hal tersebut juga didukung
oleh Hasriyanti (2013), perairan yang mengandung lumpur, dikatakan tidak layak, sebab
akan menyebabkanketidaknyamanan sehubungan dengan warna dan bau yang
ditimbulkannya.
Kedalaman
120 113
Nilai Kedalam (m)
99
100 80
80
60
40
20
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Penelitian
11
Menurut Chasanah dkk. (2017), yang melakukan penelitian tentang analisis
kesesuaian wisata Pantai Jodo di Kabupaten Batang, dari hasil pengukuran keempat
Stasiun kedalaman perairan di Pantai Jodo sebagai ekowisata pantai menunjukan pantai ini
termasuk perairan yang dangkal dengan kedalaman rata-rata adalah 1 meter dari keempat
Stasiun. Stasiun tersebut dianggap layak dijadikan area berenang karena kedalaman
maksimal 3 meter dalam matriks kesesuaian, sehingga kedalam Pantai Jodo mendapat skor
3 dengan kondisi parameter yang baik.
Kecerahan
Hasil dari pengukuran dilapangan dan pengolahan secara spasial didapatkan bahwa
nilai kecerahan di perairan Pantai Pengubaian di semua stasiun memiliki nilai kecerahan
100%. Hal ini disebabkan oleh kedalaman perairan tidak terlalu dalam sehingga dasar
perairan masih terlihat. Menurut Pratesthi dkk. (2016), yang melakukan penelitian studi
kesesuaian ekowisata di Pantai Ngelambor di Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah,
didapat hasil pengukuran kecerahan perairan pada semua saat surut dan pasang adalah
sampai mengenai dasar perairan rata-rata kecerahan memiliki nilai yang sama dengan
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan di setiap stasiun tidak keruh dan
dasar perairannya dapat terlihat.
Kecepatan Arus
Nilai Kecepatan Arus (m/s)
25
19.4
20
15 13.3 13.0
10
5
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Stasiun
12
Penelitian Bibin dkk. (2017), yang menyebutkan bahwa untuk ketiga stasiun Pantai
Labombo merupakan pantai yang landai. Dimana pada Stasiun 1 menunjukkan data
kemiringan 14º, Stasiun 2 dengan kemiringan 11º dan Stasiun 3 memiliki kemiringan paling
tinggi yaitu 16º. Pantai yang landai umumnya dimanfaatkan untuk beranekaragam ekowisata
pantai.
Penutupan Lahan Pantai
13
Analisis Kesesuaian Kawasan Ekowisata Pantai Rekreasi
Peneliti menganalisis kesesuaian berdasarkan aspek penilaian yang disesuaikan
dalam tabel parameter kesesuaian ekowisata pantai menghitung analisis kesesuaian
kawasan.Hasil analisis kesesuaian ekowisata pantai dapat dilihat pada (Tabel 7).
14
pihak pengelola adalah 6 jam per hari dengan lama waktu yang biasa digunakan wisatawan
untuk kegiatan tersebut adalah 3 jam (Yulianda, 2019).
Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai daya dukung untuk rekreasi Pantai
Pengubaian adalah berkisar sebanyak 94-165 (orang/hari). Nilai daya dukung tersebut
diperkirakan wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas rekreasi pantai dengan santai
dan nyaman.
Pantai Pengubaian memiliki Daya Dukung Kawasan (DDK) berkisar 94-165
(orang/hari), yang berarti bahwa jumlah pengunjung yang diperbolehkan melakukan
kegiatan ekowisata di wilayah pesisir Pantai Pengubaian setiap harinyaadalah 94-165
(orang/hari). Pembatasan jumlah pengunjung ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak-
dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan ekowisata yang dilakukan
pengunjung seperti pembuangan sampah di sembarang tempat.Hal ini tidak jauh beda
dengan penelitian Yulisa (2016), daya dukung Pantai Laguna adalah 224 orang/hari.
Dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang kepantai tersebut berkisar 88
orang/hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pantai ini dapat menampung seluruh
kegiatan ekowisata yang dilakukan para pengunjung dengan baik tanpa melebihi daya
dukung kawasan sehingga pantai ini kelestariannya tetap terjaga, yang diperkuat oleh
Wunani dkk. (2013), daya dukung kawasan untuk kategori rekreasi Pantai Botutonuo
dengan menerapkan sistem ekowisata pantai maka dapat menampung pengunjung
sebanyak 16.260 (orang/hari) dengan luas pantai yang dapat dimanfaatkan yaitu 17.421 m²
dari total panjang pantai yang dimiliki oleh Pantai Botutonuo yaitu 1.142,4 m.Menurut
Prasita, 2007 bahwa pemanfaatan wilayah pesisir secara optimal hanya dapat dilakukan
apabila pemanfaatan tidak melebihi daya dukungnya.
15
Mutmainah, H., G. Kusumah., T. Altanto., dan K. Ondara. 2016. Kajian Kesesuaian
Lingkungan untuk Pengembangan Wisata di Pantai Ganting Pulau Simeulue Provinsi
Aceh. Depik. 5(1): 19-23.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nugraha, H. P., A. Indarjo., dan M. Helmi. 2013. Studi Kesesuaian dan Daya Dukung
Kawasan untuk Rekreasi Pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Journal Of Marine
Research. 2(2): 130-139.
Oktaviani, A. 2019. Pemetaan Kesesuaian Kawasan Ekowista Pantai Panjang Kota
Bengkulu dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS). Skripsi. Program
Sarjana Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Pratesthi, P. D. A., F. Purwanti., S. Rudiyanti. 2016. Studi Kesesuaian Wisata Pantai
Nglambor sebagai Objek Rekreasi Pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Journal of
Maquares. 5(4): 433-442.
Rahmawan, A. D., D. A. Pawestri., R. A. Fakhriyah., H. D. S. Pasha., M. Ferryandy., D.
Sugandi., R. Ridwana., Lili. 2020. Penggunaan Metode Unsupervised (ISO Data)
untuk Mengkaji Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Pangandaran. Jurnal Pendidikan
Geografi Undiksha. 8(1): 1-11.
Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir untuk Kegiatan Wisata Pantai
(Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor.
Subandi, I. K., I. G. Dirgayusa., dan A. R. Assyakur. 2018. Indeks Kesesuaian Wisata di
Pantai Pasir Putih. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 4(1): 47-47.
Tambunan, J. M., S. Anggoro., dan H. Purnaweni. 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan
Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.ISBN 978-602-17001-1-2 :
356-362.
Wunani, D., S. Nursinar., dan F. Kasim. 2013. Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Kawasan Wisata Pantai Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2): 5-6.
Yulianda, F. A., A. A. Hutabarat., S. Harteti.,Kusharjani., dan S.H. Kang. 2010. Pengelolaan
Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pusdiklat Kehutanan Departemen Kehutanan RI,
Jawa Barat.
Yulianda, F. 2019. Ekowisata Perairan. Bogor: IPB Press.
16