Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS SCENIC BEAUTY ESTIMATION (SBE)

DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA


PANTAI KATEGORI REKREASI DI PANTAI
PENGUBAIAN KABUPATEN KAUR
Oleh
Dela Febria Puspita2), Yar Johan3), dan Mukti Dono Wilopo3)
2)
Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Kelautan
3)
Dosen Pembimbing

ABSTRACT
Beach ecotourism is an ecotourism activity that utilizes the beauty of natural
panorama while supporting natural conservation efforts. Pengubaian Beach is a beach
located in Kaur Regency, Pengubaian is 5 km from the City Center. The purpose of this
study is to analyze Scenic Beauty Estimation (SBE), the suitability of ecotourism and
calculate the carrying capacity of ecotourism areas in the recreational category of Pantai
Pengubaian Kaur Regency. The method used in this study is the survey method. The results
of the Ecotourism Conformity Index (IKE) in Pengubaian Beach obtained the results of
category S1 (Very Appropriate) and category S2 (Corresponding) with IKE value of 80.86%-
93.07%. The value of the supporting capacity of the ecotourism area of Pengubaian Beach
ranges from 94-165 (people/day). The value of the supporting capacity of the ecotourism
area of Pengubaian Beach ranges from 94-165 (people/day).

Keywords: Area support capacity, Beach pengubaian, Coastal ecotourism, Scenic Beauty
Estimation (SBE), Regional suitability.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Kaur memiliki potensi ekowisata pantai yang potensial untuk
dikembangkan salah satunya ekowisata pantai yaitu Pantai Pengubaian. Kawasan Pantai
Pengubaian memiliki potensi sumberdaya alam dan visual yang tinggi, dengan deretan
pohon kelapa yang rindang, pantai pasir putih yang landai, terumbu karang yang menarik
untuk penyelam, dan ombak yang besar untuk olahraga selancar.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan yang alami maupun
buatan serta budaya yang bersifat informatif maupun partisifatif yang dengan tujuan untuk
menjamin kelestarian alam (Satrio dan Yoswati, 2018). Ekowisata pantai adalah kegiatan
ekowisata yang dilakukan di daerah pantai pada umumnya memanfaatkan sumberdaya
pantai dan permukaan air (Yulianda dkk., 2010). Kesesuaian kawasan ekowisata pantai
sangat diperlukan untuk pengembangan ekowisata pantai, kesesuaian ekowisata pantai
kategori rekreasi mempertimbangkan sepuluh parameter dengan empat klasifikasi
penelitian, parameter kesesuaian ekowisata pantai kategori rekreasi adalah tipe pantai,
lebar pantai, material dasar perairan, kedalaman perairan, kecerahan pantai, kecepatan
arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air
tawar (Dahuri, 2003). Kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu lahan untuk tujuan
penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang
lebih terarah (Bibin dkk., 2017).
Daya dukung kawasan dimaksudkan agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan,
hal ini merupakan usaha pencegahan perusakan ekosistem sejak dini (Nugraha dkk., 2013).
Nilai visual lanskap yang estetik atau lebih dikenal dengan Scenic Beauty Estimation (SBE)
adalah salah satu faktor pendorong suatu kawasan pada kegiatan ekowisata pantai untuk
melepaskan kepenatan dan rutinitas pekerjaan (Budiyono dan Soelistyari, 2016). Pantai
Pengubaian masih termasuk ekowisata pantai baru di Kabupaten Kaur, namun belum
adanya penelitian tentang pantai ini, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) dan daya dukung ekowisata
pantai di Pantai Pengubaian Kabupaten Kaur.

1
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Scenic Beauty Estimation
(SBE), kesesuaian ekowisata dan menghitung daya dukung kawasan ekowisata Pantai
Pengubaian Kabupaten Kaur. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
dan informasi mengenai analisis Scenic Beauty Estimation (SBE), kesesuaian kawasan
pantai dan daya dukung di Pantai Pengubaian.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2020. Lokasi
penelitian berada di Pantai Pengubaian, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Metode Pengambilan Data
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode survei. Data primer adalah data yang diambil
langsung sesuai dengan kebutuhan, pengukuran langsung di lapangan yang meliputi :
Pengukuran kecerahan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus,
kemiringan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, ketersediaan air tawar. Pengumpulan
data primer diperoleh juga dengan menggunakan metode eksperimental berkaitan dengan
pemilihan lokasi, responden, analisis data, dan evaluasi visual lanskap, melalui survei di
lokasi penelitian yaitu penentuan konsep lanskap, pengambilan dan seleksi foto yang
representif, dan penilaian keindahan oleh responden.
Data sekunder adalah data yang tidak diambil dari lapangan, melainkan dari instansi
terkait. Data sekunder penelitian diperoleh dari Jurnal, Tesis, Buku, Wisatawan, Kepala
Desa, Tokoh Masyarakat, Pemuda, Nelayan, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Kehutanan, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kaur.
Analisis Data
Analisis SBE (Scenic Beauty Estimation)
Pendugaan kualitas visual dilakukan melalui metode Scenic Beauty Estimation (SBE)
untuk menduga nilai keindahan lanskap berdasarkan panorama tertentu (Daniel dan Boster,
1976). Persamaan matematik dari rumusan pendugaan nilai keindahan, sebagai berikut:
SBEx = Zyx-Zyo X 100
Keterangan:
SBEx = Nilai pendugaan keindahan pemandangan suatu lanskap ke X
Zyx = Nilai rata rata z lanskap ke X
Zyo = Nilai rata rata z suatu lanskap tertentu sebagai standar

2
Analisis Kesesuaian Kawasan
Analisis kesesuaian kawasan untuk ekowisata pantai rekreasi diantaranya, tipe
pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kedalaman, kecerahan (m), kecepatan arus
(m/dt), kemiringan pantai (0), penutupan lahan pantai, biota berbahaya, ketersediaan air
tawar/ jarak ke sumber air tawar (km).

Tabel 1. MatriksKesesuaian Kawasan untukEkowisata Pantai Rekreasi


Parameter Bobot Kelas Kesesuaian
S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor
1 Tipe pantai 0,200 pasir 3 pasir 2 pasir 1 lumpur, 0
putih putih ca hitam, berbatu,
mpur sedikit dan terjal
pecahan terjal
karang
2 Lebar pantai 0,200 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0
(m)
3 Material 0,170 pasir 3 karang 2 pasir 1 lumpur, 0
perairan berpasir berlum lumpur
pur berpasir
4 Kedalaman 0,125 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0
perairan (m)
5 Kecerahan 0,125 >80 3 >50-80 2 20-50 1 <20 0
perairan (%)
6 Kecepatan 0,080 0-17 3 17-34 2 34-51 1 >51 0
arus (cm/detik)
7 Kemiringan 0,080 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0
pantai (o)
8 Penutupan 0,010 kelap 3 semak, 2 belukar 1 hutan 0
lahan pantai a, belukar, tinggi bakau,
lahan render, pemukim
terbuk savanna an,
a pelabuha
n
9 SBE (Scenic 0,010 94,03- 3 62,69- 2 31,34- 1 0,00- 0
BeautyEstimat 125,7 94,03 62,69 31,34
ion) 6
10 Biota 0,005 tidak 3 bulu babi 2 bulu 1 bulu 0
berbahaya ada babi, babi,
ikan ikan pari,
pari lepu, hiu
11 Ketersediaan 0,005 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2
1 >20
air tawar/
Jarak ke
sumber air
tawar (km).
Modifikasi (Yulianda, 2019)
Keterangan :
S1 (IKE ≥83,1) = Sangat sesuai
S2 (66,6≤ IKE<83,3) = Sesuai
S3 (33,3 ≤ IKE<66,6) = Tidak sesuai
N (IKE<33,3) = Sangat tidak sesuai
Analisis kesesuaian kawasan wisata dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2019):
IKE = Σ [Ni/Nmaks] x 100%
Keterangan:

3
IKE = Indeks kesesuaian ekowisata
S1(IKE ≥83,3) = Sangat sesuai
S2 (66,6 ≤ IKE<83,3) = Sesuai
S3 (33,3 ≤ IKE<66,6) = Tidak sesuai
N (IKE<33,3) = Sangat tidak sesuai
Ni = Nilai total keseluruhan
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori ekowisata.
Analisis Daya Dukung
Daya dukung ekowisata dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2019).
DDK = K × Lp x Wt
Lt W p
Keterangan:
DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)
Lp = Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m)
Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m)
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan ekowisata dalam satuan hari
(Jam)
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Jam)
Kegiatan ekowisata pantai rekreasi dan olahraga pantai dilihat pada Tabel 4.
Diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 10-25 m, karena pengunjung
akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas.
Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung dan Luas Area Kegiatan
Jenis kegiatan ∑Pengunjung Unit Area Keterangan
(orang) (Lt)
Rekreasi Pantai 1 25 m 1 orang setiap 25 m panjang
pantai
Sumber : Yulianda, 2019
Tabel potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Ekowisata
No Jenis kegiatan Waktu yang Total waktu 1 hari
dibutuhkan Wp- (jam) Wt-(jam)
1 Rekreasi Pantai 3 6
Sumber : Yulianda, 2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Parameter Lingkungan Perairan
Hasil dari penelitian analisis parameter lingkungan diperoleh nilai suhu, salinitas dan
pH dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Parameter Lingkungan Perairan
Parameter
Lokasi Penelitian
Suhu (oC) Salinitas (o/00) Ph
Stasiun 1 27,9 – 28,1 29 – 31 7,4 – 7,8
Stasiun 2 28,1 -28,3 32 – 33 7,4 – 7,5
Stasiun 3 28,1 – 29 32– 33 7,8 – 7,9
Baku Mutu Alami Alami 7- 8,5
(Sumber: *Kepmen LH (2004))

Suhu
Hasil penelitian suhu pada Pantai Pengubaian, nilai suhu tertinggi terdapat pada
Stasiun 3 dengan kisaran 28,10C-290C, sedangkan suhu terendah terdapat pada Stasiun 1

4
dengan kisaran 27,90C-28,10C. Suhu tertinggi pada Stasiun 3 disebabkan oleh intensitas
sinar matahari pada siang hari yang diterima permukaan perairan semakin tinggi dan lebih
cepat terserap dan bertahan pada perairan tersebut pada saat pengukuran,sehingga suhu
pada perairan menjadi tinggi, sedangkan suhu terendah terdapat pada Stasiun 1
disebabkan karena pada saat pengukuran suhu, permukaan perairan lebih sedikit menerima
intensitas matahari. Berdasarkan Kepmen LH (2004) temperatur air yang baik untuk
ekowisata, yaitu temperatur alami 27 0C dengan fluktuasi < 2 0C dari suhu alami. Suhu
Pantai Pengubaian termasuk kategori sesuai untuk dijadikan lokasi ekowisata pantai dengan
suhu kisaran 27,90C-290C karena tidak melebihi batas baku mutu perairan peruntukkan
ekowisata yang tertera di Kepmen LH (2004), sama halnya dengan hasil pengukuran suhu
yang dilakukan oleh Ardian dkk. (2015), pada penelitian di Pantai Tanjung Siambang
Kepulauan Riau menunjukkan bahwa suhu rata- rata di perairan Pantai Tanjung Siambang
berkisar antara 290C-310C dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
Salinitas
Hasil penelitian salinitas Pantai Pengubaian, didapat nilai salinitas tertinggi terdapat
pada Stasiun 3 dan Stasiun 2 dengan kisaran nilai 32 0/00-330/00, sedangkan salinitas
terendah terdapat pada Stasiun 1 dengan kisaran 290/00-310/00. Salinitas perairan biasanya
dipengaruhi oleh evaporasi (penguapan) air laut, curah hujan, dan percampuran air (Nontji,
1987). Salinitas tertinggi pada Stasiun 3 dan Stasiun 2 disebabkan oleh radiasi matahari
yang tinggi pada saat waktu pengukuran, radiasi matahari yang tinggi ini menyebabkan
tingkat penguapan pada perairan juga tinggi, sedangkan salinitas terendah terdapat pada
Stasiun 1disebabkan karena adanya pencemaran organik dan anorganik, sumber pencemar
berasal dari pencemaran secara ilmiah (dari alam) dan pencemaran antropogenik (kegiatan
manusia) hal ini berkaitan dengan di Stasiun 1 terdapat penginapan dimana banyak
kegiatan manusia mempengaruhi setiap harinya. Nilai salinitas Pantai Pengubaian termasuk
kategori sesuai untuk dijadikan lokasi ekowisata pantai dengan kisaran 29 0/00-330/00 karena
tidak melebihi batas baku mutu perairan peruntukkan ekowisata yang tertera di Kepmen LH
(2004). Hasil pengukuran salinitas Pantai Pengubaian sama halnya dengan hasil
pengukuran salinitas yang dilakukan oleh Mutmainah dkk. (2016), di Pantai Ganting, Pulau
Simeulue, Provinsi Aceh menunjukkan bahwa salinitas rata- rata di perairan Pantai Ganting
berkisar 27,600/00-32,700/00 dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
pH
Hasil pengukuran pH pada Pantai Pengubaian, didapat nilai pH tertinggi terdapat
pada Stasiun 3 dengan kisaran 7,8-7,9, sedangkan pH terendah terdapat pada Stasiun 2
dengan kisaran 7,4-7,5. Nilai pH lebih rendah pada pagi hari bila dibandingkan sore hari
Arifin dkk. (2002). Nilai pH tertinggi pada Stasiun 3 disebabkan oleh intensitas sinar
matahari pada siang hari yang diterima permukaan perairan semakin tinggi, dimana banyak
tumbuhan yang berfotosintesis dengan mengeluarkan oksigen, sehingga pH air akan naik
sedangkan pH terendah terdapat pada Stasiun 2 disebabkan karena pada saat pengukuran
suhu, permukaan perairan lebih sedikit menerima intensitas matahari. Hal ini mempengaruhi
tingkat kelarutan karbon dioksida menjadi lebih tinggi, oleh karenanya saat suhu rendah, pH
air akan rendah. Berdasarkan Kepmen LH (2004) pH air yang baik untuk ekowisata, yaitu 7-
8,5. Nilai pH Pantai Pengubaian termasuk kategori Sesuai (S2) untuk dijadikan lokasi
ekowisata pantai dengan pH kisaran 7,4-7,9 karena tidak melebihi batas baku mutu perairan
peruntukkan ekowisata yang tertera di Kepmen LH (2004), sama dengan hasil pengukuran
pH yang dilakukan oleh Ardian dkk. (2015), di Pantai Tanjung Siambang Kepulauan Riau
menunjukkan bahwa pH rata- rata di perairan Pantai Tanjung Siambang berkisar antara 7,5-
7,9 dan masuk dalam kategori sesuai dengan kisaran baku mutu.
Analisis Scenic Beauty Estimation (SBE)
Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari: jenis kelamin, usia, asal, pekerjaan dan
pendapatan.

5
Jenis Kelamin

Perempuan
43% Laki- Laki
57%

Gambar 3.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.


Jenis kelamin responden dalam kuisioner didominasi oleh responden dengan jenis
kelamin perempuan sebesar 57% sedangkan jenis kelamin laki-laki sebesar 43%, hal ini
disebabkan oleh jenis kelamin perempuan cenderung lebih menyukai hal-hal yang berkaitan
estetika dan mengabadikannya dalam bentuk photo, ditambah dengan fasilitas swafoto yang
terdapat di Pantai Pengubaian yang menarik, sedangkan jenis kelamin laki-laki tidak terlalu
cenderung menyukai keestetikaan dengan mengabadikannya lewat photo tapi lebih
cenderung dengan menikmati keestetikaan suatu objek. Distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin tercantum pada Gambar 3.Jumlah persentase yang relatif hampir sama antara
kedua kategori karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelaminnya, bahwa obyek
ekowisata Pantai Pengubaian diminati oleh semua jenis kelamin, selain itu dipandang
sebagai kebutuhan baik laki-laki maupun perempuan.
Usia

2%
Anak - anak (2 - 10 th)
Remaja (11 - 19)
Dewasa (20 - 60)
Lansia ( >60)

98%

Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan usia responden.


Pengunjung yang datang ke obyek ekowisata Pantai Pengubaian ini tertinggi pada
umumnya kelompok usia dewasa yaitu 98% dan yang terendah adalah pada kelompok usia
anak-anak dan remaja. Kualitas kesehatan dan harapan hidup rata-rata manusia di seluruh
dunia menetapkan kriteria baru yang membagi kehidupan manusia ke dalam 4 kelompok
usia antara lain: 1). 2-10 tahun : Anak-anak, 2). 11-19 tahun : Remaja, 3). 20-60 tahun :
Dewasa 4). >60tahun :Lansia (WHO,2020). Kelompok usia tertinggi dewasa hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai kegiatan seperti dapat menikmati keindahan pantai, selain
itu tempat wisata yang mudah dijangkau dan cocok dimanfaatkan oleh keluarga dan
rombongan dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk kategori terendah usia anak-anak
dan remaja, hal ini disebabkan kelompok usia ini jarang mengunjungi tempat ekowisata.
Asal

6
18%
Kabupaten Kaur
Luar Kabupaten ( Dalam
23% 58% Provinsi Bengkulu)
Luar Provinsi

Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan asal responden.


Responden berdasarkan asal, didapat hasil kuisioner tertinggi yaitu 59% responden
berasal dari Kabupaten Kaur, dan terendah 18% responden berasal di luar Provinsi
Bengkulu. Distribusi responden berdasarkan asal tercantum pada Gambar 5. Berdasarkan
kuisioner yang disebarkan, dapat diketahui bahwa obyek wisata Pantai Pengubaian tidak
hanya diminati oleh pengunjung yang berasal dari dalam Kecamatan Kaur Selatan
Kabupaten Kaur sendiri melainkan juga diminati oleh pengunjung dari luar Kabupaten Kaur,
hal ini dapat dilihat dari karakteristik pengunjung berdasarkan tempat tinggalnya yakni ada
yang berasal dari luar Kabupaten Kaur (Kota Bengkulu, Bengkulu Selatan, Bengkulu
Tengah, Rejang Lebong dan Mukomuko) dan berasal dari luar Provinsi Bengkulu. Hasil
persentase tersebut dapat diketahui bahwa obyek ekowisata Pantai Pengubaian lebih
diminati oleh pengunjung yang berasal dari Provinsi Bengkulu terutama Kabupaten Kaur, hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor jarak dan waktu tempuh ke Pantai
Pengubaian. Melihat dari jumlah persentase pada Gambar 5, ekowisata Pantai Pengubaian
sudah cukup dikenal oleh wisatawan dari luar Provinsi Bengkulu.
Pekerjaan

Mahasiswa/mahasisw
3% 3% 3% i
5% Swasta
3% Wiraswasta
2% 48% PNS
5% Honorer
Polisi
27%
Petani
Buruh
Ibu rumah tangga

Gambar 6.Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden.


Pekerjaan responden hasil dari data kuisioner tertinggi oleh responden sebagai,
mahasiswa/mahasiswi 49%, dan responden terendah yaitu kelompok PNS 2. Distribusi
responden berdasarkan pekerjaan tercantum pada Gambar 6.Tingkat pekerjaan akan
mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata. Selain itu pekerjaan juga
merupakan salah satu faktor pendorong seseorang dalam memilih dan menikmati suatu
obyek wisata karena pekerjaan akan sangat berhubungan erat dengan pendapatan, dan

7
pendapatan juga sangat mempengaruhi wisatawan dalam mengujungi ekowisata atau
berekowisata (Apriliansyah, 2018).
Pendapatan

10%
5%
Tidak Berpendapatan
Rp.500.000 - Rp.1.500.000
13%
50% Rp.1.600.000 -Rp. 2.500.000
Rp.2.600.000 - Rp.3.500.000
22% Rp.3.600.000 - dst

Gambar 7.Karakteristik responden berdasarkan pendapatan responden.


Tingkat pendapatan responden tertinggi Rp.500.000-Rp.1.500.000 (22%), dan yang
terendah yaitu Rp.2.600.000-Rp.3.500.000 (5%). Distribusi responden berdasarkan
pendapatan tercantum pada Gambar 7. Pendapatan juga sangat mempengaruhi wisatawan
dalam berekowisata. Karena pendapatan setiap orang bervariasi, bagi seseorang yang
punya pendapatan yang tergolong tinggi namun tinggal jauh dari lokasi ekowisata Pantai
Pengubaian bukan merupakan masalah untuk seorang tersebut berkunjung ke Pantai
Pengubaian begitupun sebaliknya bagi seorang yang berpendapatan tergolong rendah
namun jarak tempat tinggal ke lokasi pantai sangat dekat tidak menjadi penghalang bagi
seseorang tersebut untuk berekowisata ke Pantai Pengubaian.

Scenic Beauty Estimation (SBE)


Pantai Pengubaian merupakan salah satu elemen daya tarik ekowisata yang
potensial di Kecamatan Kaur Selatan Kabupaten Kaur. Hasil analisis kualitas estetik di
Pantai Pengubaian dilakukan melalui metode SBE. Foto yang ditampilkan pada responden
berjumlah 9 karakter yang berbeda. Kategori nilai SBE yang digunakan yaitu kategori tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah.
140
125.67
120
100 93.91
78.07 81.11
80
60 47.59
42.42 41.95
40
20 11.61
0.38
0

Gambar 8. Nilai Scenic Beauty Estimation (SBE)


Gambar 8 menunjukan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE) dengan kisaran nilai
0,38 sampai 125,76. Kategori tinggi memiliki nilai SBE 94,03-125,76 yaitu ada 1 foto, artinya

8
lanskap tersebut merupakan yang paling banyak dipilih sebagai objek yang indah dan
memiliki tingkat preferensi yang paling tinggi dari responden. Kategori sedang memiliki nilai
62,69 - 94,03 yaitu terdapat 3 foto, artinya kategori lanskap yang cukup indah dan memiliki
tingkat preferensi yang sedang dari responden. Sedangkan lanskap kategori rendah
memiliki nilai 31,34-62,69 yaitu 3 foto, memiliki arti karakter lanskap yang tidak indah dan
memiliki preferensi rendah dari responden dan lanskap kategori sangat rendah memiliki nilai
0,00-31,34 memiliki arti lanskap tersebut sangat tidak indah.
Menurut Budiyono dan Soelistyari (2016) lanskap yang bernilai keindahan tinggi
merupakan karakter lanskap yang alami, kuat, besar, terbuka, unik, lega, terang, sejuk, dan
ceria. Lanskap keindahan sedang merupakan karakter lanskap yang cukup alami, rapi,
teduh, luas, terbuka, aman, terang, terarah, lega, dan ceria. Sedangkan lanskap keindahan
rendah merupakan karakter lanskap yang panas, berantakan, tidak kontras, tidak unik, tidak
dalam, kasar, asing, kesan jauh, dan tegang.
125.76
Nilai Scenic Beauty Estimation

120
80
40 0.38
0

Nilai foto

Gambar 9. Nilai Scenic Beauty Estimation (SBE)


Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 9 diperoleh nilai Scenic Beauty
Estimation (SBE) tertinggi dan terendah. Nilai SBE tertinggi yaitu SBE 125,67 dan yang
terendah 0,38.

(a) (b)
Gambar 10. (a) Nilai Scenic Beauty Estimation (SBE) tertinggi, (b) Nilai Scenic Beauty
Estimation (SBE) terendah
Lokasi Pantai Pengubaian berada di kawasan yang strategis, selalu ramai dikunjungi
oleh wisatawan pada hari libur panjang dan akhir pekan. Penilaian visual pada Gambar
10(a) merupakan nilai SBE tertinggi hasil dari penilaian responden memilih foto tersebut
diduga karena kebersihan pantai dan tempat untuk bersantai dan berswafoto tersusun
dengan rapi, sedangkan Gambar 10(b) merupakan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE)
terendah diduga dengan kondisi pantai yang kotor penuh dengan bekas rumput laut yang
terbawa oleh ombak ke pinggiran pantai dan terbawa oleh alat tangkap ikan (jaring) nelayan.
Skor tertinggi menunjukkan bahwa objek tersebut paling banyak dipilih sebagai objek yang
indah, sedangkan skor rendah menggambarkan objek yang jelek (tidak disukai) oleh
responden (Apriliansyah dkk., 2011).

9
Analisis Parameter Kesesuaian Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi
Tipe Pantai
Hasil penelitian melalui pengamatan secara visual pada semua stasiun menunjukkan
bahwa perairan Pantai Pengubaian memiliki tipe pantai pasir putih campur pecahan karang,
dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Tipe Pantai Pengubaian


Jika dilihat pada Gambar 11, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa Pantai
Pengubaian tersebut memiliki tipe pantai yang didominasi pasir campur pecahan karang.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas gelombang dan arus laut, dimana gelombang laut
merupakan faktor utama yang menggerakan pasir ke sepanjang pantai (Setiady dan Darlan,
2012). Gelombang laut selain menggerakkan pasir ke sepanjang pantai tetapi juga
membawa pecahan karang ke tepi pantai dan tercampur dengan pasir sehingga tipe pantai
pada Pantai Pengubaian termasuk tipe pantai berpasir putih campur pecahan karang.
Menurut Bibin dkk. (2017), mengatakan ekowisata akan sangat baik jika suatu pantai
merupakan pantai yang berpasir campur pecahan di banding dengan pantai yang berbatu
yang dapat mengganggu kenyamanan wisatawan.
Lebar Pantai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar pantai di Pantai Pengubaian kategori
tertinggi pada Stasiun 1 memiliki nilai berkisar 20,6 m sedangkan kategori terendah pada
Stasiun 3 yang memiliki nilai berkisar 11,7 m jika dilihat pada Gambar 12.
Nilai Lebar Pantai (m)

25 20.6
20
15.3
15 11.7
10
5
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lebar Pantai Pengubaian


Pengukuran lebar pantai yang dilakukan pada saat observasi dilapangan
menunjukkan bahwa, perairan Pantai Pengubaian bersifat semi terbuka karena perairan
Pantai Pengubaian ini dipengaruhi langsung olehombak, arus dan gelombang. Perairan
Pantai Pengubaian pada Stasiun 1 merupakan daerah yang sedikit terdapat tutupan lahan
pantai seperti pohon ketapang, pandan dan kelapa, sehingga dipengaruhi oleh ombak, arus
dan gelombang yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi pantai sedangkan pada
Stasiun 3 di sepanjang pantainya didominasi tutupan lahan pantai seperti pohon kelapa,
pandan dan ketapang, sehingga lebar pantainya tidak terlalu dipengaruhi oleh ombak, arus
dan gelombang yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi. Hal-hal yang dapat
membuat garis pantai berubah atau lebar pantai yang bertambah atau memiliki lebar yang
cukup tinggi tersebut dapat disebabkan karena terjadinya akresi (sedimentasi). Hal tersebut

10
diperkuat oleh Halim dkk. (2016), yang menyatakan bahwa perubahan garis pantai yang
terjadi di Kecamatan Soropia selama kurun waktu tahun 1990-2014 lebih didominasi proses
akresi dibanding proses abrasi, hal tersebut dibuktikan dengan jarak pergeseran garis pantai
yang terjadi lebih panjang akresi dibandingkan proses abrasi.
Material Dasar Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengolahan secara visual yang dapat dilihat pada
Gambar 13(a) kategori pasir terdapat pada Stasiun 1, dan Gambar 13(b) kategori karang
berpasir terdapat pada Stasiun 2 dan Stasiun 3.

(a) (b)
Gambar 13. (a) Material dasar perairan Pantai Pengubaian kategori pasir (b) Material dasar
perairan Pantai Pengubaian kategori karang berpasir
Perairan Pantai Pengubaian Stasiun 2 dan Stasiun 3 didominasi dengan material
dasar karang berpasir. Hal ini disebabkan oleh material yang sebagian besar merupakan
hasil endapan yang diakibatkan oleh aksi ombak dan gelombang yang mengikis pantai,
serta pecahan karang dan cangkang organisme yang telah mati,selain itu, juga diakibatkan
karena sirkulasi air yang stabil akibat berada di tepi perairan terbuka.
Tambunan dkk. (2013) yang melakukan penelitian tentang kajian kualitas lingkungan
dan kesesuaian wisata Pantai Tanjung Pesona Bangka juga mengatakan bahwa material
dasar perairan berupa pasir sangat sesuai untuk aktivitas ekowisata pantai seperti berenang
dan mandi karena memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Hal tersebut juga didukung
oleh Hasriyanti (2013), perairan yang mengandung lumpur, dikatakan tidak layak, sebab
akan menyebabkanketidaknyamanan sehubungan dengan warna dan bau yang
ditimbulkannya.
Kedalaman

120 113
Nilai Kedalam (m)

99
100 80
80
60
40
20
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Penelitian

Gambar 14. Kedalaman Pantai Pengubaian


Jika dilihat pada Gambar 14, ini menunjukkan bahwa kedalaman perairan Pantai
Pengubaian berdasarkan hasil penelitian didapat kedalaman perairan tepi Pantai
Pengubaian yang tertinggi yaitu pada Stasiun 1 merupakannilai untuk tepi pantai yang
paling dalam dengan nilai 1,13 m, sedangkan untuk kedalaman yang paling dangkal
terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,80 m.

11
Menurut Chasanah dkk. (2017), yang melakukan penelitian tentang analisis
kesesuaian wisata Pantai Jodo di Kabupaten Batang, dari hasil pengukuran keempat
Stasiun kedalaman perairan di Pantai Jodo sebagai ekowisata pantai menunjukan pantai ini
termasuk perairan yang dangkal dengan kedalaman rata-rata adalah 1 meter dari keempat
Stasiun. Stasiun tersebut dianggap layak dijadikan area berenang karena kedalaman
maksimal 3 meter dalam matriks kesesuaian, sehingga kedalam Pantai Jodo mendapat skor
3 dengan kondisi parameter yang baik.
Kecerahan
Hasil dari pengukuran dilapangan dan pengolahan secara spasial didapatkan bahwa
nilai kecerahan di perairan Pantai Pengubaian di semua stasiun memiliki nilai kecerahan
100%. Hal ini disebabkan oleh kedalaman perairan tidak terlalu dalam sehingga dasar
perairan masih terlihat. Menurut Pratesthi dkk. (2016), yang melakukan penelitian studi
kesesuaian ekowisata di Pantai Ngelambor di Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah,
didapat hasil pengukuran kecerahan perairan pada semua saat surut dan pasang adalah
sampai mengenai dasar perairan rata-rata kecerahan memiliki nilai yang sama dengan
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan di setiap stasiun tidak keruh dan
dasar perairannya dapat terlihat.
Kecepatan Arus
Nilai Kecepatan Arus (m/s)

25
19.4
20
15 13.3 13.0
10
5
0
Stasiun1 Stasiun2 Stasiun 3
Lokasi Stasiun

Gambar 15. Kecepatan arus Pantai Pengubaian


Jika dilihat pada Gambar 15, kecepatan arus air laut yang ada di Pantai Pengubaian
menunjukan bahwa kecepatan arus di Pantai Pengubaian dapat dikatakan kecepatan arus
yang lambat. Kecepatan arus tertinggi dengan nilai 19,4 m/s di Stasiun 3 sedangkan untuk
kecepatan arus yang paling rendah ada pada Stasiun 2 dengan nilai 13,0 m/s. Hal ini
disebabkan oleh tiupan angin dan perbedaan waktu pada pagi saat pengukuran. Beberapa
jenis kecepatan arus yang umum dikenal adalah arus pasang surut, arus akibat gelombang
(arus sejajar pantai), arus akibat tiupan angin, dan arus yang disebabkan oleh perbedaan
densitas air laut (Sudarto, 1993).
Menurut Sari dkk. (2012), mengemukakan bahwa penggolongan kecepatan arus
terdiri atas 4 kategori yaitu kategori arus lambat dengan kecepatan pada kisaran 0-0,25m/s,
kategori arus sedang dengan kecepatan pada kisaran 0,25-0,50 m/s, kategori arus cepat
dengan kecepatan padakisaran 0,5-1 m/s dan kategori arus sangat cepat dengan dengan
kecepatan di atas 1 m/s. sama halnya kecepatan arus di Pantai Tanjung Pesona dalam
penelitian berkisar antara 0,0539 m/s hingga 0,0651 m/s.
Kemiringan Pantai
Hasil pengolahan secara spasial pengukuran kemiringan menunjukkan bahwa Pantai
Pengubaian memiliki nilai kemiringan tertinggi pada Stasiun 1 (4,8°), dan yang terendah
pada Stasiun 3 (8,4°). Hal ini disebabkan oleh arus yang datang dari laut. Menurut Umar
(2012) semakin mendekati garis pantai, kelandaian gelombang datang akan semakin curam
seiring dengan berkurangnya kedalaman dan akhirnya gelombang akan pecah. Pemecahan
gelombang ini membawa dampak positif bagi kenyamanan wisatawan untuk melakukan
rekreasi dipinggiran pantai.

12
Penelitian Bibin dkk. (2017), yang menyebutkan bahwa untuk ketiga stasiun Pantai
Labombo merupakan pantai yang landai. Dimana pada Stasiun 1 menunjukkan data
kemiringan 14º, Stasiun 2 dengan kemiringan 11º dan Stasiun 3 memiliki kemiringan paling
tinggi yaitu 16º. Pantai yang landai umumnya dimanfaatkan untuk beranekaragam ekowisata
pantai.
Penutupan Lahan Pantai

Gambar 16. Tutupan lahan Pantai Pengubaian


Hasil pengamatan secara visual dapat dilihat pada Gambar 16, yang menunjukkan
bahwa perairan Pantai Pengubaiansemua Stasiun memiliki penutupan lahan pantai yaitu
kelapa dan lahan terbuka. Pantai Pengubaian termasuk ke pantai lahan terbuka. Ruang
terbuka hijau merupakan area memanjang, jalur dan mengelompok yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam (Rahmawan dkk., 2020). Pengelolaan penutupan lahan pantai
bertujuan untuk meningkatkan daya tarik ekowisata di kawasan pantai dan pengelolaan
yang baik akan menghasilkan kelestarian kawasan sehingga perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga agar penutupan lahan di pantai dapat dikelola dengan baik.
Biota Berbahaya
Berdasarkan pengamatan visual, hasil yang diperoleh didapatkan bahwa perairan
Pantai Pengubaian di sekitar semua Stasiun tidak terdapat biota berbahaya. Pengamatan
biota berbahaya dilakukan secara visual disekitaran stasiun penelitian hal ini dikarenakan
perairan di sekitaran stasiun tidak terlalu dalam dan masih terlihat dari luar permukaan
perairan dengan jelas.
Biota berbahaya tidak dijumpai di sekitaran kawasan Pantai Pengubaian, sehingga
kawasan ini aman untuk menunjang kegiatan ekowisata pantai seperti berenang, rekreasi
dan kegiatan lainnya, tapi tidak menutup kemungkinan faktor musim (angin) salah satu
penyebab biota berbahaya dapat dijumpai dikawasan ini seperti ubur-ubur, bulu babi dan
lain-lain. Sama dengan pengamatan yang dilakukan oleh Apriliansyah dkk. (2018),
menunjukkan bahwa tidak ditemukan biota berbahaya di kawasan perairan Pantai Panjang,
dengan kondisi demikian maka dapat mendukung aktivitas kegiatan ekowisata pantai.
Jarak Ketersediaan Air Tawar
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan jarak ketersediaan air tawar di Pantai
Pengubaian yaitu kategori tertinggi pada Stasiun 1 (20,6 m), dan kategori terendah pada
Stasiun 3 (78,3 m). Kategori tertinggi pada Stasiun 1 dikarenakan terdapat vila, sehingga
dapat dikatakan lebih dekat ketersediaan air dengan pantai, dan kategori terendah pada
Stasiun 3 dikarenakan jarak ketersediaan air tawar cukup jauh dari pantai.
Penelitian tentang jarak ketersediaan air tawar untuk ekowisata pantai pernah
dilakukan oleh Pratesthi dkk. (2016), di Pantai Nglambor di Kabupaten Gunung Kidul Jawa
Tengah, Pantai Nglambor dapat dikatakan sangat sesuai karena memiliki jarak untuk
ketersediaan air tawar hanya sebesar 0,2 km atau 200 m. Ketersediaan air tawar terdapat
pada pengelola fasilitas kamar mandi yang jaraknya dekat dengan pantai. Menurut Dahuri
(2003), bahwa sumber air tawar mutlak diperlukan, terutama untuk kelangsungan hidup
penduduk (manusia) dan menunjang pengembangan potensi kepariwisataan di wilayah
pulau-pulau kecil.

13
Analisis Kesesuaian Kawasan Ekowisata Pantai Rekreasi
Peneliti menganalisis kesesuaian berdasarkan aspek penilaian yang disesuaikan
dalam tabel parameter kesesuaian ekowisata pantai menghitung analisis kesesuaian
kawasan.Hasil analisis kesesuaian ekowisata pantai dapat dilihat pada (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil Analisis Kesesuaian Kawasan Pantai Kategori Rekreasi


Stasiun IKE (%) Kategori
Stasiun 1 93,07 S1 (Sangat Sesuai)
Stasiun 2 87,46 S1 (Sangat Sesuai)
Stasiun 3 80,86 S2 (Sesuai)

Ekowisata kategori rekreasi menunjukkan tingkat kelayakan ekowisata. Hal ini


memiliki nilai penting terhadap pengelolaan suatu ekowisata. Berdasarkan hasil penelitian
analisis kesesuaian lokasi ekowisata Pantai Pengubaian termasuk kategori S2 (Sesuai)-S1
(Sangat Sesuai).
Nilai indeks yang sama pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 dikarenakan secara umum
kawasan Pantai Pengubaian memiliki karakteristik yang sama antara Stasiun1 dan Stasiun
2. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil persentase kesesuaian ekowisata yang hasilnya tidak
terlalu jauh berbeda antara Stasiun 1 dan Stasiun 2 seperti kedalaman, kecerahan,
kemiringan, kecepatan arus, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air
laut memiliki nilai Sangat Sesuai di semua Stasiun menurut pendapat Yulianda (2019).
Pada Stasiun 3 didapat nilai kesesuaian 80,86% termasuk kategori S2 (Sesuai), hal
ini dikarenakan ada beberapa parameter di Stasiun 3 yang salah satu stasiunnya termasuk
kategori S2 (Sesuai) yaitu, tipe pantai, lebar pantai, dan material dasar perairan dan Scenic
Beauty Estimation (SBE).
Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Sitompul dkk. (2013), menyatakan
bahwa kesesuaian kawasan ekowisata pantai kategori ekowisata rekreasi di Pantai Pulau
Pisang Kabupaten Lampung Barat memiliki nilai IKE 93% (Sangat Sesuai) dan pada
penelitian oleh Ardian dkk. (2015) pada penelitian di Pantai Tanjung Siambang Kepulauan
Riau persentase IKE (Indeks Kesesuaian Ekowisata) yaitu 78,6% yang merupakan
persentase yang tergolong kategori sesuai (S2).
Ekowisata pantai merupakan bentuk ekowisata yang dikelola dan diolah dengan
pendekatan konservasi (Fandeli dan Muhammad 2009). Menurut PERDA Provinsi Bengkulu
(2019) Pantai Pengubaian, termasuk sebagai daerah kawasan konservasi pada RZWP3K
Kabupaten Kaur, hal ini berkaitan dengan terhadap pengembangan ekowisata pantai di
Pantai Pengubaian, pengembangan ekowisata pantai bertujuan untuk berwawasan
pemeliharaan lingkungan alam (Conservation) yang tidak menimbulkan banyak dampak
negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kondisi sosial budidaya.
Analisis Daya Dukung Kawasan Kategori Rekreasi
DDK (Daya Dukung Kawasan) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara
fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia. Hasil analisis daya dukung kawasan Pantai Pengubaian
dapat dilihat pada (Tabel 8).
Tabel 8. Hasil Analisis Daya Dukung Kawasan Pantai Pengubaian
DDK (Orang/Hari)
No Lokasi
Rekreasi pantai
1 Stasiun 1 165
2 Stasiun 2 122
3 Stasiun 3 94
Aktivitas yang dilakukan pada saat rekreasi pantai yang seperti melihat panorama
pantai, jalan-jalan di tepi pantai, fotografi, duduk santai, mengobrol, serta menikmati
kuliner/makanan. Agar dapat melakukan kegiatan ini dengan aman dan nyaman
diperkirakan membutuhkan luas area sebesar 25 m, adapun waktu yang disediakan oleh

14
pihak pengelola adalah 6 jam per hari dengan lama waktu yang biasa digunakan wisatawan
untuk kegiatan tersebut adalah 3 jam (Yulianda, 2019).
Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai daya dukung untuk rekreasi Pantai
Pengubaian adalah berkisar sebanyak 94-165 (orang/hari). Nilai daya dukung tersebut
diperkirakan wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas rekreasi pantai dengan santai
dan nyaman.
Pantai Pengubaian memiliki Daya Dukung Kawasan (DDK) berkisar 94-165
(orang/hari), yang berarti bahwa jumlah pengunjung yang diperbolehkan melakukan
kegiatan ekowisata di wilayah pesisir Pantai Pengubaian setiap harinyaadalah 94-165
(orang/hari). Pembatasan jumlah pengunjung ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak-
dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan ekowisata yang dilakukan
pengunjung seperti pembuangan sampah di sembarang tempat.Hal ini tidak jauh beda
dengan penelitian Yulisa (2016), daya dukung Pantai Laguna adalah 224 orang/hari.
Dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang kepantai tersebut berkisar 88
orang/hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pantai ini dapat menampung seluruh
kegiatan ekowisata yang dilakukan para pengunjung dengan baik tanpa melebihi daya
dukung kawasan sehingga pantai ini kelestariannya tetap terjaga, yang diperkuat oleh
Wunani dkk. (2013), daya dukung kawasan untuk kategori rekreasi Pantai Botutonuo
dengan menerapkan sistem ekowisata pantai maka dapat menampung pengunjung
sebanyak 16.260 (orang/hari) dengan luas pantai yang dapat dimanfaatkan yaitu 17.421 m²
dari total panjang pantai yang dimiliki oleh Pantai Botutonuo yaitu 1.142,4 m.Menurut
Prasita, 2007 bahwa pemanfaatan wilayah pesisir secara optimal hanya dapat dilakukan
apabila pemanfaatan tidak melebihi daya dukungnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Potensi ekowisata pantai di Pantai Pengubaian sangat sesuai untuk ekowisata
kategori rekreasi, indeks kesesuaian ekowisata (IKE) 93,07%, Stasiun 2 87,46% kategori
S1 (Sangat Sesuai) sedangkan Stasiun 3 80,86% kategori S2 (Sesuai) dengan pengukuran
11 parameter antaranya,tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kedalaman,
kecerahan (m), kecepatan arus (m/dt), kemiringan pantai (°), penutupan lahan pantai, biota
berbahaya, ketersediaan air tawar/ jarak ke sumber air tawar (km). Analisis daya dukung
kawasan kategori ekowisata rekreasi Stasiun 1 165 (orang/Hari), Stasiun 2 122 (orang/Hari),
dan Stasiun 3 94 (orang/Hari).
Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan dan ada data pendukung lainnya selain data
penlitian ini dan diharapkan kepada stake holder yang terkait dapat mengembangkan dan
memfasilitasi ekowisata Pantai Pengubaian dengan lebih baik agar dapat dikembangkan
menjadi ekowisata unggulan yang diinginkan Kabupaten Kaur.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliansyah., D. Purnama., Y. Johan., dan P. P. Renta. 2018. Analisis Parameter
Oseanografi dan Lingkungan Ekowisata Pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu.
Jurnal Enggano. 3(2): 211-227.
Ardian., Khodijah., dan L. M. Zen. 2015. Kajian Kesesuaian Kawasan Wisata Pantai di
Kampung Pasir Panjang Tanjung Siambang Pulau Dompak Kota Tanjung Pinang.
Bibin, M.,Y. Vitner., dan Z. Imran. 2017. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata
Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo. Jurnal Pariwisata. 4(2): 94-102.
Budiyono, D., dan H. T. Soelistyari. 2016. Evaluasi Kualitas Visual Lanskap Ekowisata
Pantai Balembang di Desa Srigonco Kabupaten Malang. Jurnal Lanskap Indonesia.
8(2): 80-90.
Chasanah, I.,P. W. Purnomo., dan Haeruddin. 2017. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
Jodo Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7(3):235-243.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

15
Mutmainah, H., G. Kusumah., T. Altanto., dan K. Ondara. 2016. Kajian Kesesuaian
Lingkungan untuk Pengembangan Wisata di Pantai Ganting Pulau Simeulue Provinsi
Aceh. Depik. 5(1): 19-23.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nugraha, H. P., A. Indarjo., dan M. Helmi. 2013. Studi Kesesuaian dan Daya Dukung
Kawasan untuk Rekreasi Pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Journal Of Marine
Research. 2(2): 130-139.
Oktaviani, A. 2019. Pemetaan Kesesuaian Kawasan Ekowista Pantai Panjang Kota
Bengkulu dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS). Skripsi. Program
Sarjana Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Pratesthi, P. D. A., F. Purwanti., S. Rudiyanti. 2016. Studi Kesesuaian Wisata Pantai
Nglambor sebagai Objek Rekreasi Pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Journal of
Maquares. 5(4): 433-442.
Rahmawan, A. D., D. A. Pawestri., R. A. Fakhriyah., H. D. S. Pasha., M. Ferryandy., D.
Sugandi., R. Ridwana., Lili. 2020. Penggunaan Metode Unsupervised (ISO Data)
untuk Mengkaji Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Pangandaran. Jurnal Pendidikan
Geografi Undiksha. 8(1): 1-11.
Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir untuk Kegiatan Wisata Pantai
(Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor.
Subandi, I. K., I. G. Dirgayusa., dan A. R. Assyakur. 2018. Indeks Kesesuaian Wisata di
Pantai Pasir Putih. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 4(1): 47-47.
Tambunan, J. M., S. Anggoro., dan H. Purnaweni. 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan
Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.ISBN 978-602-17001-1-2 :
356-362.
Wunani, D., S. Nursinar., dan F. Kasim. 2013. Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Kawasan Wisata Pantai Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone
Bolango. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2): 5-6.
Yulianda, F. A., A. A. Hutabarat., S. Harteti.,Kusharjani., dan S.H. Kang. 2010. Pengelolaan
Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pusdiklat Kehutanan Departemen Kehutanan RI,
Jawa Barat.
Yulianda, F. 2019. Ekowisata Perairan. Bogor: IPB Press.

16

Anda mungkin juga menyukai