2. Teori
Coklat berasal dari biji buah coklat (cacao bean). Tanaman coklat (Theobroma cacao)
dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu jenis Criollo, Forastero dan Trinitario. Criollo
menghasilkan biji kakao dengan aroma yang sangat kuat tanpa rasa pahit, tetapi sensitif
terhadap perubahan iklim dan serangan hama penyakit dengan jumlah produksi relatif rendah.
Berbeda dengan criollo, forastero lebih tahan perubahan iklim dan serangan hama, jumlah
produksinya relatif besar tetapi bijinya memiliki aroma yang lemah dengan rasa yang pahit.
Biji kakao Indonesia sendiri sebagian besar masuk dalam jenis Trinitario yang merupakan
hasil persilangan dari Criollo dan Forastero dengan sifat yang mirip dengan Criollo.
Buah kakao berbentuk bulat panjang (panjang sekitar 15 – 25 cm dan lebar 7 – 10 cm)
dengan kulit yang relatif tebal (10 – 15 mm). Warnanya yang hijau pada saat masih muda
berganti menjadi kuning, oranye, merah atau ungu ketika masak, walaupun pada beberapa
varietas warnanya tetap hijau ketika buah masak. Pulp atau daging buah menutupi 20 – 40
buah biji kakao. Pada buah yang masak, pulp memiliki konsistensi lunak dan berlendir
dengan rasa yang manis dan warna putih seperti susu. Biji kakao sendiri berbentuk oval pipih.
Panjang biji sekitar 2 cm dengan lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan.
Tanaman coklat mulanya tumbuh liar di hutan hujan tropis Amerika. Adalah
masyarakat kuno di Amerika Tengah dan Mexico, termasuk diantaranya bangsa Maya dan
Aztec, yang menemukan rahasia keistimewaan biji kakao ini lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Pada masa itu, hancuran biji coklat disangrai dan dicampur dengan jagung dan berbagai
rempah diantaranya paprika, vanilla atau kayu manis lalu ditambah air untuk menghasilkan
minuman rempah coklat yang berbusa.
Memasuki akhir abad ke-15, coklat bertransformasi menjadi resep baru. Cortez yang
memimpin ekspedisi ke Aztec, kembali ke Spanyol dengan membawa biji kakao sekaligus
dengan resep pembuatan minumannya. Di Eropa, minuman ini menjadi populer setelah
formula minuman diubah: rempah dihilangkan dan diganti dengan gula.
Jika awalnya coklat diperlakukan sebagai barang mewah, maka penemuan teknik
pemisahan lemak coklat dan teknik pembuatan coklat bubuk pada awal abad ke-19 telah
menyebabkan coklat berkembang sebagai komoditas pangan. Selanjutnya, inovasi produk
coklat terus berkembang sejalan dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai
karakteristik coklat.
PEMBUATAN COKLAT
Proses pembuatan coklat melibatkan berbagai tahapan proses. Untuk memperoleh
coklat dengan hasil terbaik, buah kakao dipanen dalam kondisi masak sempurna. Buah
dipotong dan ditumpuk dengan hati-hati, lalu dibelah dan diambil bijinya. Di tingkat petani,
biji coklat difermentasi dan dikeringkan sebelum dikirim ke pabrik coklat untuk pengolahan
lebih lanjut.
4. Pelaksanaan Praktek
a. Mahasiswa membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 orang.
b. Saat tiba di lokasi industri (perusahaan agroindustri), mahasiswa diajak untuk melihat
proses produksi biji kakao menjadi cokelat siap konsumsi.
c. Mahasiswa diminta untuk mengerjakan lembar kerja dan menyusun laporan
kunjungan lapang (dikumpulkan pada minggu depan).
d. Setiap kelompok membuat rumusan hasil diskusi dalam bentuk laporan kelompok.
Presentasi dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
5. Tugas
Jelaskan implementasi (penerapan) manajemen bahan baku, manajemen produksi
(pengolahan), manajemen mutu, manajemen SDM, manajemen pemasaran serta manajemen
penanganan limbah suatu agroindustri kakao