Anda di halaman 1dari 41

JARINGAN DAN BANGUNAN IRIGASI

Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan utama (beserta bangunan
pelengkapnya) yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan dan
pembuangan air irigasi.
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder.
Jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak
tersier.
Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi
disebut Daerah Irigasi (DI).
Kewenangan Pengelolaan Pemerintah
Sesuai Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
(SDA), Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air terutama untuk
keperluan irigasi dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:
• Kewenangan Pusat > 3.000 ha
• Kewenangan Provinsi 1.000 – 3.000 ha
• Kewenangan Kabupaten < 1.000 ha
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Jaringan irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis
3. Jaringan irigasi teknis
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Tabel 1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan permanen Bangunan sederhana
atau semi permanen
Kemampuan dalam Baik Sedang Tidak mampu
mengukur dan mengatur atau
mengatur debit mengukur
Jaringan saluran Saluran pemberi dan Saluran pemberi dan Saluran pemberi dan
pembuang terpisah pembuang tidak pembuang menjadi
sepenuhnya terpisah satu
Petak tersier Dikembangkan Belum dikembangkan Belum ada jaringan
sepenuhnya sepenuhnya; terpisah yang
bangunan tersier dikembangkan
jarang
Efisiensi secara 50-60% 40-50% < 40%
keseluruhan
Ukuran Tak ada batasan < 2000 ha < 500 ha

Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan (1986).


Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana:
- Diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air,
sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan
mengatur masih sangat terbatas.
- Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air.
- Mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar
belakang sosial yang sama.
Jaringan Irigasi Sederhana
Kelemahan jaringan irigasi sederhana:
- Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang
- Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur
- Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama.
Jaringan Irigasi Sederhana

Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan (1986).


Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis:
- Memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen.
- Sudah dilengkapi bangunan pengambil dan pengukur.
- Pada jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen,
namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan
mengukur. Oleh sebab belum mampu mengatur dan mengukur dengan
baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
Jaringan Irigasi Semi Teknis

Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan (1986).


Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis:
- Memiliki bangunan sadap yang permanen.
- Dilengkapi bangunan bagi yang mampu mengatur dan mengukur.
- Terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang.
- Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke
petak tersier.
- Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, maka
disusunlah suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak
sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan
terkecil.
Jaringan Irigasi Teknis

Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan (1986).


Petak Tersier
Petak Tersier:
- Terdiri dari beberapa petak kuarter dengan masing-masing luas 8-15
ha.
- Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier menjadi
tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang
bersangkutan di bawah bimbingan pemerintah.
- Mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa
dan batas-batas lainnya.
Petak Tersier
Petak Tersier:
- Ukuran petak tersier mempengaruhi efisiensi pemberian air.
- Penentuan luas petak tersier dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Jika kondisi topografi
memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi
empat. Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan
pembagian air yang efisien.
- Sebaiknya petak tersier berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer supaya tidak perlu dibuat saluran muka tersier yang
membatasi petak-petak tersier lainnya.
Petak Sekunder
Petak Sekunder:
- Terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani oleh satu saluran
sekunder.
- Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
- Batas-batas petak sekunder pada umumnya mempunyai tanda topografi yang jelas,
misalnya saluran drainase.
- Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah
yang bersangkutan.
- Saluran sekunder biasanya terletak pada daerah punggung untuk mengairi daerah di
sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
Petak Sekunder
Petak Sekunder:
- Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi
yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.
Petak Primer
Petak Primer:
- Terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer.
- Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air
langsung dari bangunan penyadap.
- Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.
- Jika saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran
primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
Bangunan Irigasi
Bangunan-bangunan Irigasi, yaitu:
1. Bangunan Utama
2. Bangunan Pembawa
3. Bangunan Bagi dan Sadap
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
5. Bangunan Drainase
6. Bangunan Pelengkap
1. Bangunan Utama
Bangunan utama berfungsi sebagai penyadap air dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani.
Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
3. Pengambilan dari waduk
4. Stasiun Pompa
1. Bendungan
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa berfungsi untuk membawa atau mengalirkan air dari
sumbernya menuju petak irigasi.
Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier,
saluran kuarter, talang, gorong-gorong, sifon, tedunan dan got miring.
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Misalnya:
- Daerah Irigasi Krueng Aceh (D.I Krueng Aceh),
- Daerah Irigasi Krueng Peusangan (D.I Krueng Peusangan),
- Daerah Irigasi Pandrah (D.I Pandrah),
- Daerah Irigasi Peudada (D.I Peudada),
- Daerah Irigasi Kabayakan (D.I Kabayakan).
2. Bangunan Pembawa
- Saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut.
- Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi
yang terakhir.
- Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer
menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari
saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
- Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder
menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir.
2. Bangunan Pembawa
- Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Bangunan ini terletak pada saluran primer, sekunder
dan tersier.
Bangunan bagi pada saluran tersier dan saluran kuarter masing-masing
disebut boks tersier dan boks kuarter.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima.
Bangunan bagi dan sadap digabung menjadi satu rangkaian bangunan
untuk menghemat anggaran biaya.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga)
bagian utama, yaitu:
1. Alat pembendung yang berfungsi untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-
gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang
masuk saluran dapat diatur.
3. Bangunan ukur debit berfungsi untuk mengukur besar debit yang mengalir.
3a. Bangunan Bagi
3b. Bangunan Sadap
3c. Bangunan Bagi dan Sadap
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Bangunan pengatur muka air berfungsi untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Bangunan pengukur berfungsi untuk dapat memberi informasi mengenai
besaran aliran yang dialirkan.
Bangunan Pengukur Debit
Tipe Alat Ukur Mengukur dengan Kemampuan mengatur
Ambang Lebar Aliran atas Tidak
Parshal Flume Aliran atas Tidak
Cipoletti Aliran atas Tidak
Romijn Aliran atas Ya
Crump de Guyter Aliran bawah Ya
Constant Head Orifice Aliran bawah Ya
Bangunan Sadap Pipa Sederhana Aliran bawah Ya

Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) (1986).


4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase berfungsi untuk membuang kelebihan air di petak sawah
dan di saluran.
Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan
kelebihan air di saluran dibuang melalui bangunan pelimpah.
Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu:
- Saluran pembuang kuarter
- Saluran pembuang tersier
- Saluran pembuang sekunder
- Saluran pembuang primer
5. Bangunan Drainase
Jaringan Pembuang Tersier
Jaringan pembuang tersier berfungsi untuk:
- Mengeringkan sawah
- Membuang kelebihan air hujan
- Membuang kelebihan air irigasi
Saluran Pembuang
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah.
Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang
kuarter.
Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.
6. Bangunan Pelengkap
Bangunan Pelengkap berfungsi sebagai:
- Pelengkap bangunan-bangunan irigasi
- Memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan
- Pelayanan umum
Jenis-jenis Bangunan Pelengkap
Jenis-jenis bangunan pelengkap, yaitu:
- Jalan inspeksi
- Tanggul
- Jembatan penyeberangan
- Tangga mandi manusia
- Sarana mandi hewan
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi KP 01-
05. Departemen Pekerjaan Umum. CV Galang Persada, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai