Anda di halaman 1dari 70

pendahuluan

INBREEDING
pendahuluan
Inbreeding (penangkaran dalam) adalah persilangan
antara genotipe yang mempunyai kekerabatan dekat
atau penyerbukan sendiri pada tanaman yang secara
alami meyerbuk silang

Tanaman yang secara alami menyerbuk silang jika


mengalami penyerbukan sendiri selama beberapa
generasi mengakibatkan terjadi penurunan vigor dan
fertilitas yang ditunjukkan oleh pengurangan tinggi
tanaman, jumlah biji per tanaman atau berat biji per
tanaman. Fenomena ini disebut dengan inbreeding
depression

Kuliah Pemuliaan Tanaman


INBREEDING
pendahuluan

Inbreeding depression: penurunan vigor atau fertilitas


yang terjadi akibat penyerbukan sendiri selama
beberapa generasi.

Inbreeding depression terjadi karena peningkatan


homozigositas dari genotip yang awalnya berbentuk
heterozigot.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


INBREEDING
pendahuluan
Contoh peningkatan homozigositas untuk sepasang gen
F1: Aa Aa
100% 100%

F2 : AA aa Aa
25.0% 25.0% 50.0%

AA aa Aa
F3 :
37.5% 37.5% 25.0%

AA aa Aa
F4 : 43.7% 43.7% 12.5
Kuliah Pemuliaan Tanaman
INBREEDING
pendahuluan

Karatekteristik depresi penangkaran dalam:


1. Penurunan vigor tanaman (ukuran, dll)
2. Beberapa galur dapat hilang
3. Munculnya sifat lethal, misalnya muncul
sifat albino pada tanaman

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

Heterosis: fenomena yang menunjukkan bahwa F1


mempunyai vigor dan fertilitas yang lebih baik dari pada
kedua tetuanya.

Heterosis umum dijumpai pada tanaman menyerbuk


silang. Nilai heterosis pada tanaman menyerbuk silang
dapat mencapai dua kali dibandingkan dengan kedua
tetuanya, sedangkan nilai heterosis pada tanaman
menyerbuk sendiri sangat rendah yaitu sekitar 10%.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Biasanya heterosis dan ‘hybrid’ digunakan dalam
pengertian yang sama. Tetapi sebenarnya, ‘hibrid
vigor’ menerangkan pertambahan dalam ukuran dan
vigor suatu tanaman, sedangkan heterosis digunakan
untuk pertambahan maupun pengurangan vigor
maupun ukuran. Oleh karena itu, heterosis dapat
berguna atau tidak.
Dari segi genetik kuantitatif, heterosis adalah nilai/
ukuran suatu sifat hibrida yang melebihi nilai rata-rata
kedua tetuanya.
Dari segi pemuliaan tanaman, hibrida yang nilainya
melebihi tetua terbaik lebih diinginkan.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

Contoh Efek Heterosis pada Jagung


Kuliah Pemuliaan Tanaman
Heterosis
pendahuluan

Contoh Efek Heterosis pada Jagung


Kuliah Pemuliaan Tanaman
Heterosis
pendahuluan

Contoh Efek Heterosis pada Jagung


Kuliah Pemuliaan Tanaman
Heterosis
pendahuluan

Contoh Efek Heterosis pada Jagung


Kuliah Pemuliaan Tanaman
Heterosis
pendahuluan

Contoh Efek Heterosis pada Jagung


Kuliah Pemuliaan Tanaman
Heterosis
pendahuluan

Teori heterosis berhubungan dengan aksi gen yang


mengendalikan. Berdasarkan aksi gen yang
mengendalikan suatu karakter maka teori heterosis
dikelompokkan menjadi:
1.Teori dominan
2.Teori over dominan
3.Teori epistasis

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

1. Hipotesis Dominan :

Heterosis berlaku karena pertambahan gen dominan


yang diinginkan. Dua inbred yang akan digunakan untuk
hibrida mungkin mempunyai 2 set gen dominan yang
berbeda. Setelah dilakukan persilangan, kesemua gen
dominan dari tetua tersebut terkumpul dalam hibrida
tersebut.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Contoh : jika alel dominan yang berfungsi.

AA bb CC dd x aa BB cc DD

F1: Aa Bb Cc Dd
Masing-masing tetua mempunyai 2 lokus yang berfungsi
hibridanya, mempunyai 4 lokus yang berfungsi
Oleh karena itu hibrida lebih baik dari kedua tetuanya.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

Hipotesis ini banyak dikritik:


Jika hipotesis ini benar, maka tanaman inbred yang
homozigot untuk semua gen dominan dapat diperoleh,
dan prestasinya sama dengan prestasi generasi F1
(keturunannya).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

Keritik tersebut dibantah.


Inbred yang seperti itu tidak pernah diperoleh:
1. Jika banyak gen-gen yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan terpaut (linkage), kemungkinan untuk
mendapatkan individu yang mempunyai semua gen
dominan yang diinginkan adalah sukar.
2. Peluang untuk mendapatkan individu homozigot
sangat rendah yaitu : (1/4)n, di mana n adalah jumlah
lokus yang terlibat.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
2. Hipotesis Over Dominan :

Hipotesis ini dikemukakan oleh East dan Shull (1908)


secara terpisah.
Hipotesis ini berdasarkan kepada anggapan bahwa
individu heterozigot yang mengandung 2 alel yang
berbeda pada 1 lokus mempunyai metabolisme yang
lebih superior dari individu yang homozigot.
Individu yang heterozigot mengalami pembagian sel,
pertumbuhan dan mempunyai proses fisiologi yang lebih
baik daripada individu homozigot.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan

Misalnya :
Genotipe Aa lebih superior daripada AA dan aa.
Di mana A dan a adalah alel yang berlainan dari lokus
yang sama untuk enzim yang berbeda.
Terdapatnya A dan a bersama-sama dalam bentuk
heterozigot menghasilkan dua enzim berbeda dan
lebih superior dari satu jenis enzim yang dihasilkan
dari gen yang homozigot.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Pada tahun 1936, East membuat andaian bahwa terdapat
satu seri gen A1, A2,....An dengan fungsinya yang
semakin jauh berbeda.
Heterozygot yang melibatkan alel yang jauh berbeda
akan lebih baik. Misalnya A1A2 < A1A3 < A1A4 < ....
A1An.
Berdasarkan andaian tersebut, hibrida yang terbentuk
dari tetua-tetua yang mempunyai kandungan genetik
yang jauh berbeda mempunyai heterosis yang lebih tinggi
daripada heterosis pada hibrida yang melibatkan tetua-
tetua yang mempunyai pertalian genetik erat/dekat.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
3. Hipotesis Epistasis :
Peranan aksi gen epistasis berperan terhadap
wujudnya heterosis.
Sumbangan tindakan gen interlokus terhadap
pembentukan suatu sifat jelas diketahui, namun
sangat rumit.
Pengertian terhadap tindakan gen epistasis ini masih
kurang jelas dan belum ada bukti yang cukup untuk
menunjukkan epistatsis adalah sumber heterosis
yang utama.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Mengukur Besaran Heterosis :

Nilai heterosis dapat diduga dengan membandingkan


antara selisih F1 dan rata-rata kedua tetua, dengan
rata-rata kedua tetua.

Rumusnya adalah sebagai berikut :


F1 – (P1 + P2)/2
h = --------------------- x 100%
(P1 + P2)/2

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Mengukur Besaran Heterosis :

Heterosis dapat juga diduga dengan membandingkan


antara F1 dengan rata-rata penampilan tetua terbaik
(HP), disebut juga heterobeltiosis.

Rumusnya adalah sebagai berikut:


F1 – HP
h = ------------ x 100%
HP

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis
pendahuluan
Mengukur Besaran Heterosis :

Nilai heterosis pada rumus pertama harus juga didukung


oleh nilai heterobeltiosis.
Nilai heterosis yang tinggi tetapi tidak diikuti oleh nilai
heterobeltiosis yang tinggi, tidak banyak gunanya dalam
pemuliaan tanaman.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Heterosis dan Heterobeltiosis Produksi per Tanaman Cabai (Yunianti et al., 2006

P1 P2 F1 Heterosis Heterobeltiosis
Genotipe
(g) (g) (g) (%) (%)
IPB C-1 x IPB C-2 338.42 491.94 491.60 18.41 -0.07
IPB C-1 x IPB C-3 338.42 441.29 637.48 63.52 44.46
IPB C-1 x IPB C-7 338.42 624.48 525.11 9.07 -15.91
IPB C-1 x IPB C-8 338.42 123.30 289.09 25.22 -14.58
IPB C-1 x IPB C-9 338.42 564.46 476.01 5.44 -15.67
IPB C-2 x IPB C-1 491.94 338.42 546.00 31.51 10.99
IPB C-2 x IPB C-3 491.94 441.29 639.04 36.95 29.90
IPB C-2 x IPB C-7 491.94 624.48 644.47 15.45 3.20
IPB C-2 x IPB C-8 491.94 123.30 381.89 24.14 -22.37
IPB C-2 x IPB C-9 491.94 564.46 463.96 -12.16 -17.81
IPB C-3 x IPB C-1 441.29 338.42 532.66 36.63 20.71
IPB C-3 x IPB C-2 441.29 491.94 662.04 41.88 34.58
IPB C-3 x IPB C-7 441.29 624.48 492.99 -7.49 -21.06
IPB C-3 x IPB C-8 441.29 123.30 412.76 46.22 -6.46
IPB C-3 x IPB C-9 441.29 564.46 481.02 -4.35 -14.78
Varietas Hibrida
pendahuluan
Varietas hibrida adalah generasi F1 dari suatu persilangan
sepasang atau lebih tetua (galur murni) yang mempunyai
sifat unggul.
Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosis,
disamping aksi gen dominan. Dengan demikian benih
varietas ini selalu harus disediakan melalui persilangan
tetua tersebut.
Penanaman benih varietas hibrida pada generasi berikutnya
(generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman
yang rata-ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya
segregasi tanaman F2.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Apakah karakter yang dikendalikan oleh gen resesif bisa


dibuat hibrida?
Bagaimana caranya?
Apa yang perlu diperhatikan?

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Varietas hibrida komersial pertama kali dikembangkan
untuk tanaman jagung. Penggunaan varietas hibrida ini
menimbulkan kejutan pada peningkatan produksi Jagung
di Amerika Serikat. Sejak mulai diusahakan pada awal
1930, keunggulan varietas hibrida amat menyolok pada
tahun empat puluhan.
Pada mulanya benih hibrida dihasilkan dari persilangan
sepasang tetua (single cross). Akan tetapi hibrida tersebut
belum dapat memberi keuntungan secara komersial,
karena biaya untuk memproduksi benih hibrida masih
terlalu tinggi.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Pada awalnya pembentukan hibrida silang tunggal
kurang berhasil, disebabkan oleh hal sebagai berikut:
1. Tidak banyak galur-galur yang baik, sehingga hibridanya
tidak berproduksi lebih baik dari varietas terbuka (OPV)
waktu itu.
2. Inbreeding Depression terjadi pada galur-galur,
mengakibatkan vigor turun, sehingga benih yang
dihasilkan sedikit. Ini salah satu sebab benih hibrida
mahal dibandingkan benih OPV.
3. Selain itu perlu banyak tenaga kerja untuk mengerjakan
polinasi dengan tangan.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Benih F1 yang dihasilkan kecil-kecil dan berbeda


bentuknya, sehingga menyulitkan penanaman dengan
menggunakan mesin.
Persentase perkecambahannya lebih rendah dibandingkan
benih OPV.
Untuk mengatasi hal tersebut Jones (1918)
mengemukakan persilangan ganda (double cross) : yaitu
hibrida yang dibentuk melalui persilangan 2 hibrida F1
(Hasil persilangan dua galur murni).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Silang ganda ini menyangkut 4 macam tetua galur murni,


yang disilangkan secara sepasang kemudian tanaman F1
dari kedua persilangan tersebut disilangkan untuk
memperoleh benih hibrida.
Misalnya : ada 4 galur murni A, B, C dan D. Masing-
masing pasang A x B dan C x D merupakan silang tunggal
kemudian (A x B) x (C x D) merupakan silang ganda
(double cross).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Dengan cara ini akan lebih banyak dihasilkan benih


karena keturunan silang sepasang mampu
memproduksi benih pertanaman, sedang dari silang
sepasang lainnya dapat diharapkan tepung sari
berlebihan.
Kedua hal ini terjadi karena tanaman heterozigot dari
silang sepasang lebih produktif dibanding galur murni
(tetuanya).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Rata-rata produksi silang tunggal yang bukan tetua (non
parental) digunakan untuk meramalkan produksi silang
ganda.

Cara untuk memperkirakan produksi dari persilangan


dua silang tunggal:
1. Rata-rata dari kedua silang tunggal yang disilangkan,
misalnya persilangan antara silang tunggal (A X B)
dan (C X D); perkiraan produksi dari silang ganda
adalah :
½ [(A X B) + (C X D)]

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

2. Rata-rata dari semua kemungkinan silang tunggal dari


galur inbred A, B, C, dan D tersebut, yaitu:
1/6 [(A X B) + (A X C) + (A X D) + (B X C) + (B X D) + (C X D)]

3. Rata-rata dari semua silang tunggal di luar silang


tunggal yang dijadikan tetua (non parental single
cross), yaitu :
¼ [(A X C) + (A X D) + (B X C) + (B X D)]

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Berdasarkan ketiga cara tersebut, perkiraan dengan cara


yang ketiga dilaporkan tidak banyak menyimpang dari
kenyataan yang diperoleh.
Dewasa ini, penggunaan silang tunggal telah dipakai
secara luas.
Hibrida F1 (silang tunggal) mempunyai kelebihan karena
mempunyai efek heterosis paling tinggi (optimal).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Tahap Pembentukan Jagung Hibrida :

1. Membentuk Galur Murni

Dari populasi jagung OPV dipilih tanaman superior yang


vigorous, tegap, tidak terserang HPT, serta mempunyai sifat
agronomi yang diinginkan. Tanaman terpilih ditanam
mengikuti metode “ear to row”. Tanaman yang superior
dipilih dan diselfing. Prosedur ini diulang berkali-kali hingga
enam atau tujuh generasi. Tanaman dari galur yang berbeda
akan menunjukkan perbedaan yang jelas, sedangkan
tanaman dalam galur menunjukkan keseragaman. Pada
tahap ini “selfing” diganti dengan “sib-matting”.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Proses membentuk galur murni adalah sebagai berikut:
1. Tanaman terseleksi dari populasi asal ditanam pada barisan
berjarak kurang lebih 30 cm. Dalam satu barisan dapat
berjumlah antara 20-30 tanaman.
2. Seleksi dilakukan antar atau dalam tanaman, yakni hanya
tanaman terbaik dari barisan terbaik diseleksi untuk diselfing.
3. Setelah beberapa kali selfing, maka tanaman akan menjadi
makin lemah tetapi keseragamannya makin meningkat.
Tanaman yang nampak lemah sekali tidak akan dipilih.
4. Seleksi 5-6 generasi penyerbukan sendiri, tanaman-tanaman
dalam satu galur akan nampak serupa, tetapi amat berbeda
dengan galur lain.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Pemotongan ujung tongkol Penyungkupan tongkol


Varietas Hibrida
pendahuluan

Rambut siap diserbuki Tassel yang siap disungkup


Varietas Hibrida
pendahuluan

Rambut siap diserbuki Selfing selesai dilakukan


Varietas Hibrida
pendahuluan
2. Evaluasi Galur Murni
Galur murni yang diperoleh kemudian diuji daya
gabungnya dan biasanya digunakan uji keturunan
silang puncak (top-cross).
Pada pengujian silang puncak ini, digunakan
pengujinya adalah suatu varietas bersari bebas.
Kemudian keturunannya (F1) dievaluasi melalui uji
daya hasilnya.
Hasil evaluasi ini menunjukkan kemampuan daya
gabung umum masing-masing galur.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Dengan pengujian di atas maka galur-galur potensial


terpilih dan biasanya merupakan sebagian kecil dari galur-
galur diuji.
Setelah itu, diuji kembali baik daya gabung umum maupun
daya gabung khusus menggunakan metode silang dialel.
Hasil pengujian menunjukkan kemampuan sebagian
kombinasi penghasil hibrida

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Kiesselbach (1951) menghitung 100.000 galur jagung


yang dievaluasi, hanya 60 galur (0.06%) yang baik, dan
dapat digunakan untuk membentuk varietas hibrida. Ini
menunjukkan bahwa membentuk galur yang betul-betul
baik, sangat sulit. Suatu galur dievaluasi kebaikannya
berdasarkan pada Daya Gabungnya.

Terdapat dua macam Daya Gabung :


1. Daya Gabung Umum / DGU (= GCA)
2. Daya Gabung Khusus / DGK (= SCA)

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

DGU diartikan sebagai kemampuan suatu galur/ genotipe


jika disilangkan dengan sejumlah genotipe lain (termasuk
persilangan sendiri).
Jika Penampilan rata-rata keturunannya lebih tinggi dari
yang lain, dikatakan DGU-nya tinggi.
DGK diartikan sebagai kemampuan suatu galur/ genotipe
untuk bergabung dengan galur/ genotipe tertentu, yang
ditunjukkan oleh prestasi keturunannya.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Uji keturunan untuk DGU dan DGK dapat dilakukan
dengan metoda Diallel Cross oleh Hayman (1954) yang
dikembangkan oleh Griffing (1956) dan Gilbert (1958).
Pengujian dilakukan dengan membuat persilangan dalam
semua gabungan yang mungkin di antara galur-galur
yang terpilih, dan mengevaluasi progeny (hibrida) dari
tiap-tiap persilangan tersebut.
Nilai yang didapat menunjukkan daya gabung galur-galur
yang berkenaan.
Berdasarkan pada prestasi dari semua persilangan, dapat
dihitung DGU dan DGK.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
Persilangan Dialel Penuh (Metode I):
25 genotipe cabai (20 F1 + 5 P)

Tetua C-2 C-8 C-9 C-15 C-19


jantan

Tetua
betina

C-2 X X X X

C-8 X X X X

C-9 X X X X

C-15 X X X X

C-19 X X X X
Varietas Hibrida
Persilangan Setengah Dialel (Metode II): (10 F1 +
5 P)

Tetua C-2 C-8 C-9 C-15 C-19


jantan

Tetua
betina

C-2

C-8 X

C-9 X X

C-15 X X X

C-19 X X X X
Varietas Hibrida
Persilangan Dialel Penuh (Metode I):
25 genotipe cabai (20 F1 + 5 P)

Tetua C-2 C-8 C-9 C-15 C-19


jantan

Tetua
betina

C-2 X X X X

C-8 X X X X

C-9 X X X X

C-15 X X X X

C-19 X X X X
Varietas Hibrida
Persilangan Setengah Dialel (Metode II): (10 F1 +
5 P)

Tetua C-2 C-8 C-9 C-15 C-19


jantan

Tetua
betina

C-2

C-8 X

C-9 X X

C-15 X X X

C-19 X X X X
Varietas Hibrida
pendahuluan
Sumber Keragaman dan Derajat Bebas
Percobaan Silang Dialel

Sumber Metode I Metode II Metode III Metode IV


Keragaman
GCA (n-1) (n-1) (n-1) (n-1)
SCA n(n-1)/2 n(n-1)/2 n(n-3)/2 n(n-3)/2
Resiprocal n(n-1)/2 n(n-1)/2
Varietas Hibrida
pendahuluan
Analisis Ragam dan Nilai Harapan Percobaan
Silang Dialel (Metode IV)

Sumber Derajat Bebas Kuadrat Nilai Harapan


Keragaman Tengah E (MS)
Blok (r-1)
GCA (n-1) M3 σ2e + r(Cov FS – 2 Cov HS) +
r (n-2) Cov HS
SCA [n(n-3]/2 M2 σ2e + r (Cov FS-2 Cov HS)
Galat [(r-1)(n(n-1)/2]-1 M1 σ2e
Total nr-1
Varietas Hibrida
pendahuluan

Bila tetua bukan galur murni dan tidak ada epistasis maka:
Cov HS = 1/4 σ2A
Cov FS = 1/2 σ2A + 1/4 σ2D
σ2 A = 4 Cov HS
σ2 D = 4 (Cov FS - 2Cov HS)

Bila tetua galur murni dan tidak ada epistasis maka:


Cov HS = 1/2 σ2A
Cov FS = σ 2 A + σ2 D
σ2 A = 4 Cov HS
σ2 D = Cov FS - 2Cov HS)

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

M3 = σ2 e + r(Cov FS – 2 Cov HS) + r (n-2) Cov HS


= σ2 e + r(σ2D) + [r (n-2)]/2 σ2A
M2 = σ2 e + r (Cov FS-2 Cov HS)
= σ2 e + r (σ2D)

Dengan demikian dapat diperoleh:


σ2 A = ((M3 – M2) * 2)/(r(n-2))
σ2 D = (M2 – M1)/r

Dimana n = jumlah tetua, r = jumlah ulangan

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Oleh karena itu:


SCA representasi dari ragam dominan, sementara itu GCA
representasi ragam aditif.
Menurut Roy (2000) daya gabung umum merupakan
penduga terhadap ragam aditif. Sementara daya gabung
khusus merupakan penduga ragam non aditif (dominan
dan epistasis).

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Pembentukan persilangan ful dillel (plant to plant) dilakukan


pada lima genotipe terpilih

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Genotipe Bobot Tongkol Tanpa Kelobot Kadar gula Hasil
(kg/petak) (0brix) (ton/ha)
AA 0.88f-i 9.74a-d 3.81kl
AB 2.07c-i 10.50a-d 8.95a-e
AC 2.11c-i 10.85a-d 7.69a-i
AD 4.82a 11.85ab 10.62ab
AE 0.63hi 10.32a-d 6.93c-k
BB 1.01f-i 7.51a-d 4.85g-l
BA 1.50e-I 10.80a-d 8.97a-e
BC 1.28e-I 10.95a-d 6.05d-l
BD 4.37ab 11.05a-d 9.85abc
BE 0.27i 8.05a-d 8.20a-h
CC 2.04c-i 12.80a 5.90e-l
CA 3.41a-d 9.20a-d 11.11a
CB 1.31e-i 9.55a-d 5.81e-l
Biji Mas 1.31e-i 7.15b-d 4.73h-l
Chia Thai Seed 0.62hi 6.00d 4.63i-l
Manis Madu 1.56d-I 9.95a-d 4.80g-l
Pulut Manis 3.61a-c 6.95b-d 5.00g-l
S&G 1.73d-I 8.15a-d 4.01j-l
Sweet Boy 4.34ab 8.15a-d 9.48a-d
Thai Super Sweet 3.09a-e 9.75a-d 7.37b-j
Keterangan: A = Mr12/SC/BC4-5-B-1, B = Mr14/SC/BC4-6-1B-1, C = Mr4/SC/BC4-3-1B-1
D = Mr11/SC/BC4-2-1B-1, E = Mr12/SC/BC3-3-1B-1
Varietas Hibrida
pendahuluan
Genotipe Bobot Tongkol Tanpa Kelobot Kadar gula Hasil
(kg/petak) (0brix) (ton/ha)
CD 3.67a-c 9.35a-d 8.24a-h
CE 1.29e-i 10.60a-d 5.70e-l
DD 1.44e-i 6.50b-d 4.46i-l
DA 3.04a-e 10.50a-d 8.31a-g
DB 2.96b-e 8.90a-d 7.83a-i
DC 4.33ab 10.48a-d 8.60a-f
DE 2.55b-g 9.55a-d 6.30d-l
EE 0.67g-i 10.00a-d 3.87j-l
EA 2.25c-h 11.55a-c 7.48a-i
EB 1.52e-i 11.35a-d 10.28a-c
EC 2.66b-f 9.85a-d 8.73a-e
ED 2.70b-f 9.85a-d 8.72a-e
Biji Mas 1.31e-i 7.15b-d 4.73h-l
Chia Thai Seed 0.62hi 6.00d 4.63i-l
Manis Madu 1.56d-i 9.95a-d 4.80g-l
Pulut Manis 3.61a-c 6.95b-d 5.00g-l
S&G 1.73d-i 8.15a-d 4.01j-l
Sweet Boy 4.34ab 8.15a-d 9.48a-d
Thai Super Sweet 3.09a-e 9.75a-d 7.37b-j
Keterangan: A = Mr12/SC/BC4-5-B-1, B = Mr14/SC/BC4-6-1B-1, C = Mr4/SC/BC4-3-1B-1
D = Mr11/SC/BC4-2-1B-1, E = Mr12/SC/BC3-3-1B-1
Varietas Hibrida
pendahuluan

x
A C

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

x
C A

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

x
A D

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

x
E B

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

x
B D

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Pulut Manis Manis Madu S&G Sweet Boy

CXA AXD EXB BXD

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Untuk membentuk varietas hibrida komersial maka
diperlukan tiga syarat pokok yakni:
1. Persilangan dapat dilakukan secara mudah dan masal.
2. Benih dapat diproduksi dengan biaya yang masih
memberi keuntungan.
3. Lebih unggul dari varietas tipe lain.
Dengan persyaratan di atas maka hanya relatif sedikit
jenis tanaman yang dikembangkan melalui varietas
hibrida.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Persilangan secara besar-besaran dapat dilakukan pada tanaman
jagung.
Untuk menyilangkan galur-galur murni hanya cukup menanan
secara berselang-seling antara barisan galur sebagai jantan dan
galur sebagai betina.
Galur yang dijadikan tetua betina perlu dipotong bunga jantannya
untuk menghindari kawin sendiri.
Pemotongan bunga jantan ini memerlukan cukup banyak tenaga.
Penggunaan tenaga ini dapat dihindari dengan menanam
tanaman dengan tepung sari steril sebagai betinanya.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Penggunaan mandul jantan sangat cocok untuk tanaman


menyerbuk sendiri, seperti padi.
Pada umumnya padi hibrida dihasilkan dengan
menggunakan tiga galur yaitu galur A, galur B dan galur R.
Galur A merupakan galur mandul jantan sitoplasma
(Cytoplasmic Male Steril) atau MJS.
Galur B merupakan galur pelestari atau pemelihara
(maintainer). Galur ini digunakan untuk melestarikan dan
memperbanyak galur A.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan
Secara genetik, galur B identik dengan galur A, hanya
berbeda pada sifat mandul jantannya.
Galur R merupakan galur pemulih kesuburan (restorer).
Benih hibrida (F1) diproduksi dengan melakukan
persilangan galur A dengan galur R.
Galur A dan galur R merupakan galur-galur yang
menghasilkan turunan terbaik dalam pengujian daya
gabung, terutama daya gabung khusus.
Sedangkan perbanyakan galur A dilakukan dengan
menyilangkan galur A dengan galur B.

Kuliah Pemuliaan Tanaman


Varietas Hibrida
pendahuluan

Produksi benih hibrida padi


dengan menggunakan mandul jantan
Varietas Hibrida
pendahuluan
C MS (A) maintainer (B) restorer (R)

rfrf rfrf RfRf

N N/S
S
×
× ×

rfrf Rfrf RfRf


RfR
rfrf
N f
S N/S
S
CMS maintainer HIBRIDA restorer
(A ) (B) (R)

Bagan produksi benih hibrida menggunakan galur A, R dan B

Kuliah Pemuliaan Tanaman


pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai