Anda di halaman 1dari 7

ACARA IV

POPULASI TANAMAN ALLOGAM (MENYERBUK SILANG)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kegiatan pemuliaan tanaman dapat dikatakan sebagai tekanan
evolusi yang sengaja dilakukan oleh manusia. Pada masa prasejarah,
pemuliaan tanaman telah dilakukan orang sejak dimulainya
domestikasi tanaman, namun dilakukan tanpa dasar ilmu yang jelas.
Sisa-sisa biji-bijian dari situs-situs peninggalan arkeologi membantu
menyingkap masa prasejarah pemuliaan tanaman. Catatan-catatan
pertama dalam jumlah besar mengenai berbagai jenis tanaman
diperoleh dari karya penulis-penulis Romawi, terutama Plinius.
Pemuliaan tanaman kadang-kadang disamakan dengan
penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman untuk
memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan
penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga
diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat. Tujuan dalam program
pemuliaan tanaman didasarkan pada strategi jangka panjang untuk
mengantisipasi berbagai perubahan arah konsumen atau keadaan
lingkungan. Pemuliaan padi, misalnya, pernah diarahkan pada
peningkatan hasil, tetapi sekarang titik berat diarahkan pada perakitan
kultivar yang toleran terhadap kondisi ekstrem (tahan genangan, tahan
kekeringan, dan tahan lahan bergaram) karena proyeksi perubahan
iklim dalam 20–50 tahun mendatang. Tujuan pemuliaan akan
diterjemahkan menjadi program pemuliaan.
Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah heterozigot dan
heterogenus. Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda.
Karena keragaman genetis yang umumnya cukup besar dibanding
dengan tanaman penyerbuk sendiri dalam menentukan kriteria seleksi
diutamakan pada sifat ekonomis yang terpenting dulu, tanpa dicampur
aduk dengan sifat – sifat lain yang kurang urgensinya. Pengertian yang
bertalian dengan keseimbangan Hardy-Weinberg pengertian mengenai
silang dalam, macam – macam gen dan sebagainya sangat membantu
memahami sifat – sifat tanaman penyerbuk silang dan metode –
metode seleksinya.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari acara Popolasi Tanaman Allogam (Menyerbuk Silang)
antara lain sebagai berikut :
a. Mempelajari struktur genetik populasi tanaman allogam
(menyerbuk silang).
b. Mempelajari pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetik
populasi tanaman allogam.

B. Tinjauan Pustaka
Hardy di inggris (1908) dan Wienberg di Jerman (1909)
mempelajari keturunan dari hasil persilangan dan menghasilkan Hukum
Hardy – weinberg. Hukum ini menyatakan bahwa suatu populasi besar
yang individu- individu kawin secara acak (random mating) maka
frekuensi gen dan genotipenya akan tetap dari generasi kegenerasi
selanjutnya, apabila tidak ada gaya-gaya yang mengubah frekuensi. Gaya-
gaya tersebut antara lain : seleksi, mutasi, dan migrasi. Apabila frekuensi
gen A = p dan a = 1 – p = q, maka frekuensi genotipenya adalah p 2 AA +
2pq Aa + q2 aa = 1. Populasi demikian dikatakan dalam keadaan
equilibrium (Indrawati 2005).
Pada hukum hardy weinberg seorang pemulia tanaman dapat
memperkenalkan jumlah individu AA dan Aa, dengan keterangan tersebut
dapat menentukan berapa jumlah tanaman yang tahan dan harus diuji
ketahanannya untuk mendapatkan individu Aa. Seorang pemulia tanaman
sering ingin tahu berapa besar tanaman homozigot atau heterozigot dalam
populasi, terutama dalam pemuliaan untuk ketahanan terhadap penyakit.
Misalkan sifat ketahanan diatur oleh suatu allel dominan. Apabila kita
menganggap populasi berada dalam equilibrium maka individu yang peka
adalah q2 = aa. Tanaman yang peka ini mudah dilihat dengan uji ketahanan
(diinokulasi) dan dapat dibuang. Selain itu jika pemulia akan membuang
tanaman aa sehingga dari populasi itu akan diperoleh tanaman yang
homozigot yang tahan yaitu AA (Lakitan B 2000).
Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak
diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus
yang sedang dibicarakan. Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan
oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk
oleh genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui,
maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Untuk mengidentifikasi
apakah suatu organisme yang menunjukkan sifat dominan homozigot atau
heterozigot adalah untuk alel tertentu, kita bisa melakukan tes silang.
Organisme yang dimaksud adalah disilangkan dengan organisme yang
homozigot untuk sifat resesif, dan keturunan dari uji silang diperiksa. Jika
hasil tes silang dalam setiap keturunan resesif, maka organisme induk
heterozigot untuk alel tersebut (Kartasapoetra 2003).
Banyaknya genotipe suatu keturunan hasil perkawinan bisa diduga
dan diperhitungkan, hanya ketepatan peramalan sangat tergantung pada
beberapa faktor misalnya jumlah lokus serta allele yang dimiliki, genotipe
orang tua serta banyaknya gamet yang dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Keturunan – keturunan tersebut semakin banyak,
akan merupakan suatu populasi genetis yang semakin berkembang karena
adanya persilangan antara individu – individunya. Dalam
perkembangannya, mungkin suatu populasi akan menjadi lebih baik atau
sebaliknya, sesuai dengan perubahan komposisi gen yang dimilikinya
(Crowder 2001).
Silang dalam adalah hasil persilangan antara individu yang ada
hubungan keluarga atau pembuahan sendiri dan mengarah ke peningkatan
homozigot.Silang dalam memberikan akibat buruk dari individu – individu
dalam suatu populasi. Efek silang dalam lebih dikenal dengan istilah
depresi silang dalam.Pada tanaman penyerbuk silang : seperti jagung maka
akibat silang dalam (yakni dipresi = tekanan silang-dalam) sangat nyata
sekali. Tanaman menjadi lebih rendah, ketegapan fekunditas yang menjadi
turun serta bertambahnya sifat – sifat yang mengakibatkan kelemahan
tanaman secara keseluruhan. Dengan demikian silang dalam sebaiknya
dihindari, kecuali kalau prosesnya terkontrol dengan tujuan penciptaan
hibrida, dengan memanfaatkan heterosis sebesar – besarnya
(Rudiarto 2010).

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Pemulian Tanaman acara 4 Populasi Tanaman Allogam


(Menyerbuk Silang) dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 Oktober
2014 di Laboratorium Ekologi Manajemen dan Perlindungan Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Bahan dan Alat

a. Kantong terbuat dari kain atau kertas.


b. Biji kedelai (Glycinee max L merrit) berwarna hitam dan putih
sebanyak yang diperlukan
c. Kalkulator
3. Cara Kerja

a. Pembuktian hukum Hardy-Weinberg


1) Frekuensi alel A=a=0,5
a) Mengambil 2 kantong, masing-masing kantong diisi 32
butir kedelai hitam dan 32 butir kedelai putih. Kedelai
hitam menggambarkan alel A dan kedelai putih
menggambarkan alel a.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil 1 butir
kedelai dari masing-masing kantong, kemudian mencatat
genotipe hasil perkawinan. Apabila keduanya hitam maka
dicatat sebagai genotype AA, 1 hitam 1 putih sebagai Aa,
dan keduanya putih sebagai aa. Setelah mencatat biiji
dikembalikkan ke kantong semula. Persilangan dilakukan
64 kali.
c) Menyusun dan menghitung data persilangan (genotype).
d) Membandingkan X2 – hitung dengan X2 – tabel (0,05; n-
1)= 3,84. Jika X2 – hitung < X2 – tabel, maka sesuai dengan
Hukum Hardy –Weinberg.
2) Frekuensi alel A = 0,75 dan alel a = 0,25.
a) Menghitung percobaan persilangan dan perhitungan seperti
diatas.
b. Pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetic (frekuensi gen)
populasi tanaman allogam.
1) Tidak ada seleksi
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel A = p = 0,5 dan
frekuensi alel a = q = 0,5.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil dua butir
kedelai secara berturut-turut dan mencatat hasilnya. Dalam satu
kali persilanganj menghasilkan sebanyak 4 keturunan.
Persilangan 16 kali sehingga dihasilkan 64 keturunan.
c) Menghitung frekuensi gen/alel A dan a pada populasi baru hasil
persilangan (generasi 1) dan membandingkan frekuensi gen/alel
A dan a pada populasi awal (sebelum persilangan)
2) Seleksi lengkap
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel A = p = 0,5 dan
frekuensi alel a= q = 0,5.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil 2 butir kedelai
secara berturut-turut dan mencatat hasilnya . Dalam satu kali
persilanganj menghasilkan sebanyak 4 keturunan. Persilangan
16 kali sehingga dihasilkan 64 keturunan.
c) Untuk menunjukkan adanya seleksi lengkap terhadap
homozigot resesif, setiap persilangan yang salah satu atau
kedua tetuanya homozigot resesif tidak dicatat.
d) Menghitung frekuensi gen/alel A dan a pada populasi baru
hasil persilangan (generasi 1).
e) Melanjutkan persilangan sampai 5 generasi, persilangan
generasi kedua menggunakan populasi hasil persilangan
generasi pertama, dan selanjutnya.
f) Membuat grafik frekuensi alel resesif a (perubahan frekuensi
gen) dari generasi 1-5.
DAFTAR PUSTAKA

Crowder. 2001. Genetics of Plants. Journal of Agriculture Vol 4(1) : 671-785.


Routledge. England
Indrawati. 2005. Hukum Hardy-Weinberg dan Evolusi.
http://statistikku.blogspot.com/2011/01/hukum-hardy-weinberg-dan-
evolusi.html. Diakses pada hari Selasa tanggal 28 Oktober 2014 pada
pukul 17.00 WIB.
Kartasapoetra. 2003. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Lakitan B. 2000. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Rudiarto. 2010. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Jurnal Holtikultura. Vol I (2). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Holtikultura. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai