Anda di halaman 1dari 13

54

IV. MEDIA HIDROPONIK


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman budidaya secara hidroponik
sudah mulai digemari oleh masyarakat dunia khususnya Indonesia.
Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan media
tanah. Hidroponik adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan
air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari
bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional.
Media yang digunakan lebih banyak yang sengaja dibuat khusus.
Demikian juga dengan wadah-wadah yang digunakan, seperti pot. Ada
yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan alat penunjuk kebutuhan air,
ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis. Metode hidroponik
merupakan metode menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa
menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah
membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untukm menumbuhkan
tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat makanan seperti dalam
tanah.
Dalam hidroponik, media tanam hanya digunakan sebagai media
tumbuh tanaman dan tempat berkembangnya akar tanaman, bukan sebagai
sumber nutrisi. Nutrisi dipenuhi dari luar, yaitu dengan menambahi pupuk
dari luar. Walaupun demikian media tanam juga memegang peranan
dalam budidaya hidroponik. Jika media yang digunakan tidak baik dan
tidak cocok, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan optimal, yang
akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Dengan
demikian perlu adanya pengkajian mengenai media tanam yang paling
baik untuk budidaya secara hidroponik.
Media tanam hidroponik berfungsi sebagai penegak tanaman agar
tidak roboh dan juga sebagai penghantar cairan unsur hara. Jadi, ada
beberapa jenis media tanam yang boleh dipakai, seperti pasir, tembikar,
arang, dan sabut kelapa. Hanya, media yang akan kita gunakan itu harus
kita sesuaikan dengan tanamannya. Untuk tanaman hias disarankan

55

menggunakan media tanam batu apung. Keuntungan bercocok tanam


tanpa media tanah adalah : 1.) produksi tanaman lebih tinggi
dibandingkan menggunakan media tanah biasa, 2.) lebih terbebas dari
hama dan penyakit tanaman, 3.) tanaman lebih cepat tumbuh dan
54 bila ada tanaman yang mati dapat
penggunaan pupuk lebih hemat, 4.)
langsung diganti dengan mudah dengan tanaman lain, 5.) kualitas bunga,
buah, dan daun lebih baik dan tidak mudah kotor, 6.) keterbatasan ruang
dan tempat bukanlah halangan
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum media hidroponik adalah :
a. mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap jenis bahan substrat
yang biasa digunakan dalam sistem hidroponik
b. menyiapkan bahan dasar substrat untuk membuat substrat hidroponik
c. mengukur kapasitas dasar substrat untuk membuat substrat hidroponik
d. membuat komposisi substrat hidroponik yang dapat diaplikasikan
untuk budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik substrat.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum media hidroponik dilaksanakan pada tanggal 06
November 2014 di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

B. Tinjaun Pustaka
Media tanam adalah media yang digunakan sebagai tempat untuk akar,
atau bakal akar tumbuh dan berkembang. Media tanam yang digunakan dalam
sistem hidroponik substrat dapat berupa media tanam organik seperti arang
sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, maupun media tanam anorganik, seperti
pasir, rockwool, gravel, batu apung, dan lain sebagainya (Lukman 2010).
Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari bahan organik maupun
bahan anorganik. Contoh bahan organik yang dapat digunakan adalah:

56

gambut, potongan kayu, serbuk kayu gergaji, kertas, arang sekam, arang
kayu, batang pakis, cocopot (sabut kelapa). Sementara itu, contoh bahan
anorganik yang dapat digunakan adalah pasir, kerikil alam, kerikil sintetik,
batu kali, batu apung, perlit, zeolit, pecahan batalgenting, spons, serabut
batuan (rockwool). Masing-masing jenis media tanam di atas mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Media tanam dipilih berdasarkan karakteristik
fisika dan kimiawi, ketersediaan dan biaya (Soleh 2005).
Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan aerasi serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat
ini antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Kemampuan
mengikat kelembaban suatu media tergantung dari ukuran partikel, bentuk,
dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas
permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampuan menahan air.
Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air
dibanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki
kemampuan lebih besar menahan air (Lingga 2008). Ukuran partikel dan
komposisi organik dalam hidroponik sangat penting, karena itu menentukan
baik kapasitas memegang air dan aerasi media. Aerasi yang baik dan
kapasitas menahan air sangat penting untuk penanaman jangka panjang.
Ukuran partikel yang baik umumnya kurang dari 0,59 mm (Jones 2005).
Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal atau rumah bagi
tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung
pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Selanjutnya menurut Prihmantoro dan
Indriani (2001), tanah sebagai media bercocok tanam memiliki beberapa
kekurangan, yaitu bekerja tidak bersih, penggunaan nutrient oleh tanaman
kurang efisien, banyak gulma, dan pertumbuhan tanaman kurang terkontrol.
Media tanam dari tanaman hidroponik harus dapat berfungsi sebagai
penegak tanaman dan penghantar unsur hara. Pengguna media tanam untuk
hidroponik harus disesuaikan dengan tanamannya. Hasil penelitian Wijayani
(2000) penggunaan media campuran pasir dan arang sekam memberikan

57

pengaruh paling baik terhadap serapan nitrogen pada buah paprika secara
hidroponik. Dari penelitian (Ashfi 2004) disimpulkan bahwa ada pengaruh
pupuk daun Bayfolan dan lama pemeraman limbah cair tahu terhadap
pertumbuhan tanaman bayam cabut yang ditanam secara hidroponik dengan
metode kultur pasir. Ernawati (2008) Penggunaan media tanam arang sekam
memberikan pengaruh paling baik pada tanaman gelombang cinta.
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak
mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik,
contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi.
Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah
menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang
banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa
menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay 2000).
Pakis mempunyai sifat lambat melapuk dan bisa bertahan selama dua
tahun atau lebih. Akar tanaman akan menyusup ke dalam sehingga tanaman
dapat berdiri tegak. Pakis juga mempunyai drainase dan aerasi yang baik. Air
akan menguap sedikit demi sedikit sehingga kelembaban lingkungan stabil
dan memberikan pengaruh baik pada pertumbuhan tanaman (Rest 2004).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena sifatnya yang
porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan pasir, maka
pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung batu kerikil.
Kelebihannya

murah dan mudah didapat, sedangkan

kekuranganya

kemampuan menahan air rendah dan berat. Sebaiknya hindari penggunaan


pasir malang yang berukuran besar dan bertekstur sangat kasar. Selain relatif
lebih sulit untuk mengaturnya didalam pot, pasir malang kasar juga beresiko
melukai

akar

dan

batang

kebusukan(Arman 2008).

tanaman,

sehingga

bisa

menyebabkan

58

C. Metodelogi Praktikum
1. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
a. Alat
1) Tungku pembakaran sekam
2) Pisau
3) Gunting
4) Saringan
5) Timbangan
6) Ember
7) Polibag
8) Gelas takar
9) Alat tulis
b. Bahan
1) Sekam padi
2) Batang pakis
3) Pasir malang
4) Pasir merapi
5) Air
c. Cara Kerja
1) Membuat arang sekam :
a) Menyiapkan alat tungku pembakaran sekam padi, kemudian
mengisinya dengan sekam padi. Usahakan agar sekam padi
berada pada posisi disekelilingi saringan
b) Menruh sumber api dibagian dalam saringan menggunakan
kayu/bamboo yang dibakar

59

c) Menunggu beberapa saat agar sekam mulai terbakar, kemudian


bolak-baliklah perlahan-lahan agar sekam yang terbakar tidak
sampai berubah menjadi abu
d) Jika sebagian sekam sudah berubah berwarna hitam, segera
percikan air sekam yang sedang terbakar, sehingga proses
pembakaran berhenti
e) Menumpahkan isi tungku pembakaran dan untuk meyakinkan
bahwa proses pembakaran telah berhenti, percikan air kedalam
tumpukan sekam bakar, kemudian kering anginlkan
2) Menyiapkan pakis cacah :
a) Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi relatif
lunak (supayatidak ulet)
b) Memotong-motong batang pakis menggunakan pisau besar
atau gunting dengan ukuran sekitar 1 1,5 cm
c) Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah/dipotong-potong,
atau dikeringkan
d) Menyimpan pakis cacah dalam karung atau siap dicampurkan
dengan substrat lainnya untuk membuat komposisi substrat
hidroponik
3) Menyiapkan pasir malang/pasir agregat
a) Pasir yang menggunakan sebagai

substrat

hidroponik

berukuran agregat, yaitu antara 3-8 mm


b) Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir
berukuran agregat, dengan cara susunlah saringan denga mata
saring yang berukuran lebih kecil (5 mm) dibagian bawah
c) Menyaring pasir dan kumpulan pasir yang tertangkap dibagian
tengah/diantara kedua saringan, yang merupakan pasir dengan
ukuran yang kita kehendaki
d) Mencuci pasir dengan cara merendamnya dengan air,
kemudian ditiriskan dan dijemur
4) Membuat komposisi substrat dengan perbandingan berdasarkan
volume sebagai berikut :
a) Komposisi A = arang sekam
b) Komposisi B = pasir malang
c) Komposisi C = pakis cacah
d) Komposisi D = arang sekam : pasir malang (1 : 1)
e) Komposisi E = arang sekam : pakis cacah (1 : 1)

60

f) Komposisi F = pakis cacah : pasir malang (1 : 1)


5) Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan
substrat dan beberapa komposisi substrat hidroponik, dengan cara
sebagai berikut :
a) Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1 L, kemudian
timbang (B1)
b) Menuangkan air sebanyak 1 L (V1) ke dlam polibag yang telah
berisi substrat, tunggu selama 30 menit agar air membasahi
seluruh bagian substrat
c) Membuat lubang pada

bagian

bawah

polibag

(bisa

menggunakan paku atau lidi) sehingga air dapat menetes


namun substrat tidak ikut keluar
d) Menampung air yang menetes dan tunggu hingga beberapa
lama sampai tidak lagi menetes, kemudian ukurlah volume air
yang menetes (V2)
e) Menimbang kembali polibag berisi substrat setelah dibasahi
(B2)
6) Menghitung jumlah air yang dapat tertahan dalam substrat

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Media Hidroponik

61

kelompok

Jenis substrat

1
Arang Sekam
2
Pasir Malang
3
Pakis Cacah
4
Pasir Malang dan Sekam
5
Sekam dan Pakis Cacah
Sumber : Data Rekapan

Volume
Air yang
Menetes
(ml)
580
800
770
700
700

Berat
Substrat
Basah
(gr)
605
256
394
370
500

V1-V2
(ml)

B2-B1
(gr)

420
200
230
300
300

405
56
194
170
300

2. Pembahasan
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi
pH air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media
tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam
anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung
berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous
mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah
yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu
direkayasa menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay 2000).
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat
menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan
dapat menahan ketersediaan unsur hara. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan
anorganik.
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik
umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan
bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan

62

dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah


mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Beberapa jenis
bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya
arang, cacahan pakis, kompos, mos, sabut kelapa, pupuk kandang, dan
humus. 1) Arang, kelebihan media ini sifatnya yang bufer (penyangga),
selain itu, media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi
jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Kekurangan media
ini adalah media arang cenderung miskin akan unsur hara. 2) Batang
pakis keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya
yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta
bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
Kekurangan media ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatangbinatang kecillainnya. 3) kelebihan sekam mentah sebagai media tanam
yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium
(K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau
memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun,
sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara (Kangto 2010).
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukkan batuan induk di dalam bumi.
Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan
secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi. Beberapa media anorganik
yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil,
pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit. 1) Gel atau
hidrogel adalah kristak-kristak polimer yang sering digunakan sebagai
media tanam hidroponik. Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik
meskipun bersanding dengan media lain. 2) Pasir, keunggulan media
tanam

pasir

adalah

kemudahan

dalam

penggunaan

dan

dapat

meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. memiliki poripori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah
dan cepat kering oleh proses penguapan. 3) Pecahan batu bata,
keunggulan media ini tidak mudah melapuk. Kelemahannya miskin hara,

63

selain elain itu kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum
tentu terjamin (Wiryanta, Bernard 2010).
Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam
pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan
cukup dapat menahan air (Lingga 2008). Menurut Supriyanto dan
Firdryaningsih (2010) Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak
perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses
pembakaran. Sekam bakar memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi
sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Media sekam bakar
cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak konstan.
Pakis Cacah adalah batang atau akar tanaman pakis yang telah
dicacah menjadi cacahan halus. Cacahan pakis yang baik digunakan
adalah cacahan pakis matang yang sudah mengalami fermentasi.
Cacahan pakis matang bersifat porous, mempunyai aerasi yang baik tetapi
tetap mampu menyimpan air yang dibutuhkan tanaman dan mampu
memegang tanaman dengan baik tanpa menimbulkan sifat padat yang
berlebihan. Pakis cacah merupakan komponen media tanam favorit
perkebun dan hobiis saat ini. Selain yang telah disebutkan, kelebihan
media tanam pakis antara lain baik bagi perkembangan mikroorganisme
bermanfaat (mikroriza dll), kemampuan menyangga pH tinggi, sangat
cocok bagi perkembangan perakaran, lebih ringan. Kelemahannya antara
lain kelembaban media cukup tinggi sehingga rentan serangan jamur,
bakteri maupun virus penyebab penyakit tanaman, sterilitas media sulit
dijamin, tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja,
secara rutin harus diganti.
Berdasarkan data rekapan jumlah air yang tertahan pada sistem
substrat, arang sekam merupakan komposisi yang paling banyak menahan
air yaitu 420 mL, sedangkan pasir malang merupakan komposisi yang
paling sedikit menahan air yaitu 200 mL. Untuk volume air yang menetes
paling banyak terjadi pada media pasir malang yaitu sebesar 800 ml,
sedangkan volume air yang paling sedikit menetes yaitu terjadi pada
media arang sekam yaitu sebesar 580 ml. Untuk media pasir malang dan

64

sekam serta sekam dan pakis cacah memiliki volume air menetes yang
sama yaitu sebesar 700 ml. Dan untuk media pakis cacah volume air yang
menetes sebesar 770 ml. Berdasarkan uraian diatas maka substrat yang
paling baik untuk media hidroponik yaitu arang sekam karena mampu
menahan air atau larutan nutrisi yang lebih banyak.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk praktikum media hidroponik adalah :
a. Persyaratan media tanam hidroponik yaitu dapat menyerap dari
penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak mengubah warna,
tidak mudah lapuk dan membusuk.
b. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan
menjadi bahan organik dan anorganik.
c. Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media
tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, mos, sabut kelapa,
pupuk kandang, dan humus.

65

d. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam


yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat,
vermikulit, dan perlit.
e. Substrat yang paling baik untuk media hidroponik yaitu arang sekam
karena mampu menahan air atau larutan nutrisi yang lebih banyak.
2. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah diharapkan kehadiran
semua co-ass dalam membimbing jalannya praktikum agar praktikum
dapat berjalan lancar dan co-ass diharapkan lebih membimbing
praktikannya agar meminimalisir kesalahan saat praktikum yang
mengakibatkan kegagalan panen, serta praktikan lebih memperhatikan
tanamannya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arman 2008. BercocokTanamsecaraHidroponik. Jakarta : Gramedia.
Ashfi 2004. Pengaruh Pupuk daun Bayfolan dan lama pemeraman limbah cair
Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut Secara Hidroponik.
http : // www.google.com/perpus(at)ums.ac.id. Diakses pada tanggal 6
Desember 2014.
De Mann CM and AA Jones 2000. Shelf-Life Evaluation of Foods. 2nd
Edition. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg. Maryland.
Ernawati E 2008. Pengaruh Media Tanam Arang Sekam, Kompos, dan Serbuk
Gergaji
Terhadap
Pertumbuhan
Tanaman
Gelombang
cinta
http://etd.eprints.ums.ac.id/2008/. Diakses pada tanggal 6 Desember 2014.
Fitter dan Hay 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Kangto

2010.
Macam-macam
Media
Tanam.
http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/. Diakses pada
tanggal 10 Desember 2014.

Lingga Pinus 2008. Hidroponik bercocok tanam tanpa tanah. Jakarta: Penebar
Swadaya.

66

Lukman 2010. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah. Bogor :
IPB Press.
Prihmantoro, H. dan Y. H. Indriani 2001. Hidroponik Sayuran Semusim. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Rest H 2004. Hydroponic Food Production. Sixth Edition. New Jersey:
Newconcept Press.
Soleh 2005.Berkebun Hidroponik Secara Murah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Supriyanto dan Firdryaningsih F 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk
Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika 1 (1) : 24-28.
Wijayani A 2000. Budidaya Paprika Secara Hidroponik Kaitannya Dengan
Serapan Nitrogen Dalam Buah. Agrivet vol 04 No 1 Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta. 60 65 hal.
Wiryanta Bernard 2010. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai