55
B. Tinjaun Pustaka
Media tanam adalah media yang digunakan sebagai tempat untuk akar,
atau bakal akar tumbuh dan berkembang. Media tanam yang digunakan dalam
sistem hidroponik substrat dapat berupa media tanam organik seperti arang
sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, maupun media tanam anorganik, seperti
pasir, rockwool, gravel, batu apung, dan lain sebagainya (Lukman 2010).
Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari bahan organik maupun
bahan anorganik. Contoh bahan organik yang dapat digunakan adalah:
56
gambut, potongan kayu, serbuk kayu gergaji, kertas, arang sekam, arang
kayu, batang pakis, cocopot (sabut kelapa). Sementara itu, contoh bahan
anorganik yang dapat digunakan adalah pasir, kerikil alam, kerikil sintetik,
batu kali, batu apung, perlit, zeolit, pecahan batalgenting, spons, serabut
batuan (rockwool). Masing-masing jenis media tanam di atas mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Media tanam dipilih berdasarkan karakteristik
fisika dan kimiawi, ketersediaan dan biaya (Soleh 2005).
Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan aerasi serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat
ini antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Kemampuan
mengikat kelembaban suatu media tergantung dari ukuran partikel, bentuk,
dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas
permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampuan menahan air.
Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air
dibanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki
kemampuan lebih besar menahan air (Lingga 2008). Ukuran partikel dan
komposisi organik dalam hidroponik sangat penting, karena itu menentukan
baik kapasitas memegang air dan aerasi media. Aerasi yang baik dan
kapasitas menahan air sangat penting untuk penanaman jangka panjang.
Ukuran partikel yang baik umumnya kurang dari 0,59 mm (Jones 2005).
Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal atau rumah bagi
tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung
pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Selanjutnya menurut Prihmantoro dan
Indriani (2001), tanah sebagai media bercocok tanam memiliki beberapa
kekurangan, yaitu bekerja tidak bersih, penggunaan nutrient oleh tanaman
kurang efisien, banyak gulma, dan pertumbuhan tanaman kurang terkontrol.
Media tanam dari tanaman hidroponik harus dapat berfungsi sebagai
penegak tanaman dan penghantar unsur hara. Pengguna media tanam untuk
hidroponik harus disesuaikan dengan tanamannya. Hasil penelitian Wijayani
(2000) penggunaan media campuran pasir dan arang sekam memberikan
57
pengaruh paling baik terhadap serapan nitrogen pada buah paprika secara
hidroponik. Dari penelitian (Ashfi 2004) disimpulkan bahwa ada pengaruh
pupuk daun Bayfolan dan lama pemeraman limbah cair tahu terhadap
pertumbuhan tanaman bayam cabut yang ditanam secara hidroponik dengan
metode kultur pasir. Ernawati (2008) Penggunaan media tanam arang sekam
memberikan pengaruh paling baik pada tanaman gelombang cinta.
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak
mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik,
contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi.
Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah
menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang
banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa
menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay 2000).
Pakis mempunyai sifat lambat melapuk dan bisa bertahan selama dua
tahun atau lebih. Akar tanaman akan menyusup ke dalam sehingga tanaman
dapat berdiri tegak. Pakis juga mempunyai drainase dan aerasi yang baik. Air
akan menguap sedikit demi sedikit sehingga kelembaban lingkungan stabil
dan memberikan pengaruh baik pada pertumbuhan tanaman (Rest 2004).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena sifatnya yang
porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan pasir, maka
pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung batu kerikil.
Kelebihannya
kekuranganya
akar
dan
batang
kebusukan(Arman 2008).
tanaman,
sehingga
bisa
menyebabkan
58
C. Metodelogi Praktikum
1. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
a. Alat
1) Tungku pembakaran sekam
2) Pisau
3) Gunting
4) Saringan
5) Timbangan
6) Ember
7) Polibag
8) Gelas takar
9) Alat tulis
b. Bahan
1) Sekam padi
2) Batang pakis
3) Pasir malang
4) Pasir merapi
5) Air
c. Cara Kerja
1) Membuat arang sekam :
a) Menyiapkan alat tungku pembakaran sekam padi, kemudian
mengisinya dengan sekam padi. Usahakan agar sekam padi
berada pada posisi disekelilingi saringan
b) Menruh sumber api dibagian dalam saringan menggunakan
kayu/bamboo yang dibakar
59
substrat
hidroponik
60
bagian
bawah
polibag
(bisa
61
kelompok
Jenis substrat
1
Arang Sekam
2
Pasir Malang
3
Pakis Cacah
4
Pasir Malang dan Sekam
5
Sekam dan Pakis Cacah
Sumber : Data Rekapan
Volume
Air yang
Menetes
(ml)
580
800
770
700
700
Berat
Substrat
Basah
(gr)
605
256
394
370
500
V1-V2
(ml)
B2-B1
(gr)
420
200
230
300
300
405
56
194
170
300
2. Pembahasan
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi
pH air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media
tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam
anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung
berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous
mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah
yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu
direkayasa menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay 2000).
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat
menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan
dapat menahan ketersediaan unsur hara. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan
anorganik.
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik
umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan
bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan
62
pasir
adalah
kemudahan
dalam
penggunaan
dan
dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. memiliki poripori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah
dan cepat kering oleh proses penguapan. 3) Pecahan batu bata,
keunggulan media ini tidak mudah melapuk. Kelemahannya miskin hara,
63
selain elain itu kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum
tentu terjamin (Wiryanta, Bernard 2010).
Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam
pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan
cukup dapat menahan air (Lingga 2008). Menurut Supriyanto dan
Firdryaningsih (2010) Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak
perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses
pembakaran. Sekam bakar memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi
sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Media sekam bakar
cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak konstan.
Pakis Cacah adalah batang atau akar tanaman pakis yang telah
dicacah menjadi cacahan halus. Cacahan pakis yang baik digunakan
adalah cacahan pakis matang yang sudah mengalami fermentasi.
Cacahan pakis matang bersifat porous, mempunyai aerasi yang baik tetapi
tetap mampu menyimpan air yang dibutuhkan tanaman dan mampu
memegang tanaman dengan baik tanpa menimbulkan sifat padat yang
berlebihan. Pakis cacah merupakan komponen media tanam favorit
perkebun dan hobiis saat ini. Selain yang telah disebutkan, kelebihan
media tanam pakis antara lain baik bagi perkembangan mikroorganisme
bermanfaat (mikroriza dll), kemampuan menyangga pH tinggi, sangat
cocok bagi perkembangan perakaran, lebih ringan. Kelemahannya antara
lain kelembaban media cukup tinggi sehingga rentan serangan jamur,
bakteri maupun virus penyebab penyakit tanaman, sterilitas media sulit
dijamin, tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja,
secara rutin harus diganti.
Berdasarkan data rekapan jumlah air yang tertahan pada sistem
substrat, arang sekam merupakan komposisi yang paling banyak menahan
air yaitu 420 mL, sedangkan pasir malang merupakan komposisi yang
paling sedikit menahan air yaitu 200 mL. Untuk volume air yang menetes
paling banyak terjadi pada media pasir malang yaitu sebesar 800 ml,
sedangkan volume air yang paling sedikit menetes yaitu terjadi pada
media arang sekam yaitu sebesar 580 ml. Untuk media pasir malang dan
64
sekam serta sekam dan pakis cacah memiliki volume air menetes yang
sama yaitu sebesar 700 ml. Dan untuk media pakis cacah volume air yang
menetes sebesar 770 ml. Berdasarkan uraian diatas maka substrat yang
paling baik untuk media hidroponik yaitu arang sekam karena mampu
menahan air atau larutan nutrisi yang lebih banyak.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arman 2008. BercocokTanamsecaraHidroponik. Jakarta : Gramedia.
Ashfi 2004. Pengaruh Pupuk daun Bayfolan dan lama pemeraman limbah cair
Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut Secara Hidroponik.
http : // www.google.com/perpus(at)ums.ac.id. Diakses pada tanggal 6
Desember 2014.
De Mann CM and AA Jones 2000. Shelf-Life Evaluation of Foods. 2nd
Edition. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg. Maryland.
Ernawati E 2008. Pengaruh Media Tanam Arang Sekam, Kompos, dan Serbuk
Gergaji
Terhadap
Pertumbuhan
Tanaman
Gelombang
cinta
http://etd.eprints.ums.ac.id/2008/. Diakses pada tanggal 6 Desember 2014.
Fitter dan Hay 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Kangto
2010.
Macam-macam
Media
Tanam.
http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/. Diakses pada
tanggal 10 Desember 2014.
Lingga Pinus 2008. Hidroponik bercocok tanam tanpa tanah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
66
Lukman 2010. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah. Bogor :
IPB Press.
Prihmantoro, H. dan Y. H. Indriani 2001. Hidroponik Sayuran Semusim. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Rest H 2004. Hydroponic Food Production. Sixth Edition. New Jersey:
Newconcept Press.
Soleh 2005.Berkebun Hidroponik Secara Murah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Supriyanto dan Firdryaningsih F 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk
Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika 1 (1) : 24-28.
Wijayani A 2000. Budidaya Paprika Secara Hidroponik Kaitannya Dengan
Serapan Nitrogen Dalam Buah. Agrivet vol 04 No 1 Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta. 60 65 hal.
Wiryanta Bernard 2010. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta : Penebar
Swadaya.