BAB I. PENDAHULUAN
akan berkurang, sedangkan pada tanah yang terlalu basa, unsur haranya
kurang tersedia (Suprapto, 1993).
Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit
lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu
sekitar 800-1300 mm/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah
menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga kuncup
buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat
berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah menjelang
tua, tanah harus diupayakan menjadi kering (Wijaya, 2011).
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-
75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu
tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang. Adanya curah hujan yang tinggi akan
meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran
sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah,
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang
(Prihatman, 2000).
Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 0-500 m di
atas permukaan laut. Tanaman ini tidak terlalu memilih tanah khusus.
Diperlukan iklim yang lembab. Kacang tanah termasuk tanaman yang
memerlukan sinar matahari penuh. Adanya keterbatasan cahaya matahari
akibat naungan atau halangan dan atau awan lebih dari 30% akan
menurunkan hasil kacang tanah karena cahaya mempengaruhi fotosintesis
dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor
akan mengurangi jumlah ginofor, sedangkan rendahnya intensitas cahaya
pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta
akan menambah jumlah polong hampa (Oentari, 2008).
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah
adalah pH antara 6,0 – 6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman
kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal
6
dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah
berdrainase dan beraerasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak
terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah (Prihatman, 2000).
2.2 Kapur Dolomit (CaMg (CO3)2)
Pertumbuban tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang
tersedia sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang meracun sangat
tinggi. Tanah yang ber- pH rendah (pH<6) diklasifikasikan sebagai tanah
masam. Tanah masan didunia hampir seluruh nya terpusat diwilayah tropika
basah (Hakim et al., 1986dalam Hardian, 1999).
Kemasaman tanah menunjukan tinggi rendahnya kadar ion H+
didalam tanah dan biasa disebut pH tanah. Masalah tanah masam antara lain
adalah kurang tersedianya unsur P,Ca, Mg, Dan Mo dan fiksasi N terhambat,
kelebihan unsur AI, Fe, dan Mn sehingga meracun bagi tanaman.
Kemasaman yang tinggi (pH rendah) dapat diperbaiki dengan pemberian
kapur atau pengapuran (Pangudijatno, 1988 dalam Hardian, 1999).
Manfaat pemberian kapur pada tanah masam dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu Mengurangi alumunium dan keracunan
metal lainnya, dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi fisik tanah,
merangsang aktivitas mikrobiologi di dalam tanah, meningkatkan KTK tanah
melalui peningkatan muatan negatif tanah yang dapat berubah-ubah atau
muatan tergantung pH, meningkatkan ketersediaan unsur hara tertentu
khususnya P, menyuplai Ca dan Mg untuk tanaman, dan meningkatkan
fiksasi N secara simbiotik oleh tanaman leguminose (Winarso, 2005).
Mineral dolomit merupakan variasi dari batu gamping (CaCO3)
dengan kandungan mineral karbonat > 50%. Istilah dolomit pertama kali
digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat di daerah Tyrolean
Alpina (Pettijohn, 1956).
Dolomit dapat terbentuk baik secara primer maupun sekunder. Secara
primer dolomit biasanya terbentuk bersamaan dengan proses mineralisasi
yang umumnya berbentuk urat-urat. Secara sekunder, dolomit umumnya
7
4.1 Hasil
a. Tabel 1 Pengataman tinggi tanaman
Tinggi tanaman Minggu Pengamatan
Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
D0 8,08 12 20,6 - -
D1 5,47 9,7 25,6 - -
D2 6,9 12,9 20,7 - -
D3 8,6 15 23,8 - -
D4 6,7 10,4 21 - -
f. Tabel 6 Pengamatan polong isi, polong tidak isi, dan panjang polong
Perlakuan Keseluruhan polong isi polong tidak isi panjang polong
1/tanaman
jumlah bobot jumlah bobot jumlah bobot
polong polong polong polong polong polong
(g) (g) (g)
D0 20,6 56,5 46,6 46,8 15,6 4,5 4,7
D1 34 59 16 52 21,7 8,2 5,07
D2 40,3 67,6 23,1 62,2 17,1 5,4 4,9
D3 36 68 19,5 57,6 16,1 7,7 5,07
D4 26,4 56 17,5 54 21 10 4,9
4.2 Pembahasan
Persiapan lahan dilakukan oleh praktikan satu minggu sebelum
penanaman. Tanah diolah sedemikian hingga membentuk suatu bedengan. Tanah
yang sudah diolah lalu ditambahakan pupuk kandang dan dolomit. Tanah yang
sudah tercampur pupuk kandang dan dolomit didiamkan selama satu minggu.
Penanaman dilakukan pada minggu berikutnya, dimana setiap lubang
tanam ditanami dua benih kacang tanah. Jarak tanam yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu 20 cm x 30 cm dengan luas bedengan 3 m x 1,2 m sehingga
didapat 50 lubang tanam per bedengan. Penambahan pupuk urea, SP-36, dan
pupuk KCl diberikan pada saat penanaman. Dosis yang diberikan untuk pupuk
urea yaitu 90 kg/ha, dosis pupuk SP-36 yaitu 150 kg/ha, dan dosis pupuk KCl
yaitu 60 kg/ha.
Data hasil pengamatan tinggi tanaman kacang tanah menunjukkan
pertumbuhan tinggi tanaman terbaik pada 3 MST dan 4 MST ditunjukkan pada
perlakuan D3 (dosis dolomit 300 kg/ha) yaitu 8,6 cm dan 15 cm, sedangkan
14
pertumbuhan tinggi tanaman teredah terjadi pada perlakuan D1 (100 kg/ha) yaitu
5,47 cm pada 3 MST dan 9,7 cm pada 4 MST. Pengamatan tinggi tanaman 5 MST
pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan D1 (100 kg/ha) menunjukkan
pertumbuhan yang paling baik yaitu 25,6 cm, sedangkan pertumbuhan tinggi
tanaman terendah terjadi pada perlakuan D0 yaitu 20,6 cm.
Umur tanaman 3 MST dan 4 MST pemberian berbagai dosis dolomit pada
parameter tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. hal ini
disebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah masih dalam taraf awal sehingga
tinggi tanaman yang dihasilkan relatif seragam.
Pengamatan rata-rata jumlah daun di tunjukkan pada tabel 2, rata-rata
jumlah daun terbanyak pada 3 MST dan 4 MST yaitu pada perlakuan D3 (300
kg/ha) dimana rata-rata jumlah daun D3 pada 3 MST adalah 25,8 dan rata-rata
jumlah daun D3 pada 4 MST adalah 38,8. Rata – rata jumlah daun terbanyak pada
5 MST yaitu pada perlakuan D0 adalah 49, sedangkan rata-rata jumlah daun yang
paling sedikit yaitu pada perlakuan D3 (300 kg/ha) adalah 38,2.
Bunga tanaman kacang tanah muncul setelah 4 MST ditunjukkan pada
tabel 4. Pertumbuhan rata-rata bunga berlangsung sampai tanaman berumur 7
MST. Pertumbuhan rata-rata bunga pada setiap perlakuan meningkat setiap
minggunya, dan cenderung mengalami penurunan jumlahnya setelah tanaman
berumur 6 MST dan 7 MST. Bunga yang dihasilkan tidak semuanya akan
membentuk ginofor dan polong.
Ginofor muncul pada saat tanaman berumur 5 MST ditunjukkan pada tabel
5. Polong-polong yang terbentuk dari bunga-bunga yang berkembang. Polong
yang dihasilkan dari bunga yang muncul saat awal mempunyai kesempatan dalam
waktu dan persediaan asimilat yang lebih baik dari pada polong-polong yang
terbentuk dari bunga-bunga pada saat atu akhir periode pengisian. Suprapto
(1994) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan hanya 55% yang
menjadi ginofor, dan ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum
sampai akhir pembungaan tidak mempengaruhi hasil.
Pengamatan polong isi, polong tidak isi, dan panjang polong ditunjukkan
pada tabel 6. Pada parameter pengamatan rata-rata jumlah polong keseluruhan
15
yang paling sedikit terdapat pada perlakuan D0 (tanpa dolomit) yaitu 20,6
sedangkan untuk rata-rata bobot polong keseluruhan tidak jauh berbeda dengan
perlakuan D4 (400 kg/ha) yaitu 56 gram. Rata-rata jumlah polong isi terbanyak
terdapat pada perlakuan D0 (tanpa dolomit), sedangkan rata-rata bobot polong isi
terbanyak terdapat pada perlakuan D2 (200 kg/ha). Rata-rata jumlah polong tidak
isi dan rata-rata bobot polong tidak isi terbanyak terdapat pada perlakuan D4 (400
kg/ha). Panjang polong pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk setiap parameter pengamatan mulai
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar kanopi, jumlah bunga, jumlah ginofor, dan
berat bobot tanaman kacang tanah untuk setiap perlakuan tidak terlalu berbeda.
Berdasarkan pemberian berbagai dosis dolomit yang dicobakan menunjukan
bahwa tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (dosis dolomit 300 kg/ha).
Hal ini disebabkan karena respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca
dan Mg yang telah mencapai nilai optimum. Pemberian dolomit disamping
menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur
harayang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya
unsurhara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
(Sumaryo dan Suryono, 2000).
Meningkatnya pertumbuhan tanaman kacang tanah karena pemberian
dolomit dapat menekan unsur Al dan dapat memperbaiki pH serta agregat tanah.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Buckman dan Brady (1982) menjelaskan bahwa
pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab akan
mengggiatkan kehidupan jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih tersedia
bagi tanaman. Absorpsi unsur-unsur Mo, p dan Mg akan meningkat dengan
adanya pengapuran pada tanah masam dan pada waktu yang bersamaan akan
menurunkan dengan nyata konsentrasi Fe, Al dan Mn yang dalam keadaan sangat
masam dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.
Leiwakabessy dan Sutandi (2004) mengungkapkan bahwa pengapuran
bertujuan untuk menekan kejenuhan Al yang sangat tinggi sehingga pH tanah
16
dapat meningkat dan tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Oleh
karna itu, perkembangan akar tanaman menjadi optimum akibat pengapuran.
17
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap parameter pengamatan mulai tinggi tanaman, jumlah daun, lebar
kanopi, jumlah bunga, jumlah ginofor, dan berat bobot tanaman kacang tanah
untuk setiap perlakuan tidak terlalu berbeda. Berdasarkan pemberian berbagai
dosis dolomit yang dicobakan menunjukan bahwa tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan D3 (dosis dolomit 300 kg/ha). Hal ini disebabkan karena respon
tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca dan Mg yang telah mencapai nilai
optimum.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya perlu ada penambahan dosis tentang
penggunaan dosis dolomit dan pemberian dosis pupuk lainnya untuk dapat
meningkatkan petumbuhan tanaman kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA