M DENGAN
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M
Dengan Masalah Utama Gangguan Citra Tubuh”. Tidak lupa kami ucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
2.1 Tujuan Penulisan 4
3.1 Pokok Bahasan 4
4.1 Manfaat Penulisan 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gangguan Citra Tubuh 5
2.2 Tanda Gejala Gangguan Citra Tubuh 5
2.3 Etiologi Gangguan Citra Tubuh 6
2.4 Rentang Respon 9
2.5 Pathway 9
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh 9
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Triger Case 14
3.2 Model Keperawatan 14
3.3 Fenomena Sehat-Sakit Jiwa 14
3.4 Proses Keperawatan Jiwa 14
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan 14
5.2 Saran 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi seorang perempuan, penampilan adalah hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu, penting baginya untuk memperlihatkan penampilan yang bisa
menarik perhatian orang lain atau dengan kata lain tampil sempurna.
Kebanyakan orang mempersepsikan seorang wanita yang sempurna itu adalah
seorang wanita yang mempunyai paras yang cantik, pintar, mempunyai badan
yang tinggi, langsing dan tubuh yang ideal. Padahal pada kenyataannya,
definisi seorang wanita yang sempurna itu tergantung pada bagaimana
seseorang memaknai dan mempersepsikan hal tersebut.
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya mendadak, cepat, berupa
defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih, bisa juga langsung
menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia setelah
penyakit jantung dan kanker.
Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan tentang diri. Persepsi
tentang diri bersifat psikologis, sosial, dan fisik (Purwanto, 2015). Lima
komponen konsep meliputi harga diri, ideal diri, citra tubuh, identitas diri dan
peran, dimana dalam komponen-komponen tersebut akan mempengaruhi
konsep diri. Penampilan adalah hal yang sangat penting bagi seorang
perempuan. Oleh sebab itu, seorang perempuan akan memperhatikan dan
melakukan apa saja untuk membuat penampilannya menarik di depan orang
lain.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh adalah ide seseorang
mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain. Papalia, Olds,
dan Feldman (2001) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran dan
evaluasi mengenai penampilan seseorang. Dacey & Kenny (2001) menyatakan
bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka di
hadapan orang lain.
Citra tubuh berhubungan dengan persepsi seseorang, perasaan dan
pikirannya tentang dirinya atau tubuhnya dan biasanya dikonseptualisasikan
memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi ukuran, evaluasi daya tarik tubuh
dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh dan ukurannya (Grogan, 1999;
Muth & Cash, 1997). Citra tubuh terlibat dalam sejumlah perilaku yang tidak
sehat. Misalnya, citra tubuh dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa
seseorang terlibat atau menghindari yang namanya olahraga (Choi, 2000;
Grogan, et al., 2004).
Penerimaan diri penting untuk kesehatan mental, karena tidak adanya
kemampuan untuk menerima diri sendiri dapat menyebabkan berbagai
kesulitan-kesulitan emosional, termasuk kemarahan yang tidak terkontrol dan
depresi. Orang yang terperangkap dalam evaluasi diri terhadap penerimaan
dirinya sendiri sangat membutuhkan dan mencurahkan perhatiannya terhadap
keadaannya untuk membanggakan diri agar mengimbangi kekurangan yang
dirasakan. Salah satu metode paling sederhana dan paling alami untuk
mengurangi evaluasi diri dan menggantinya dengan penerimaan diri adalah
dengan mengasumsikan pola pikir kesadaran bukan kecerobohan (Langer,
1989).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang konsep citra
tubuh.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
1.3 Pokok Bahasan
1. Definisi Gangguan Citra Tubuh
2. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh
3. Etiologi Gangguan Citra Tubuh
4. Pathway
5. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
6. Triger Case
7. Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Citra
Tubuh
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
gambaran konsep diri: Gangguan Citra Tubuh pada remaja, dewasa dan
lansia. Dan sebagai informasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman
untuk melaksanakan tindakan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gangguan Citra Tubuh
Citra tubuh berhubungan dengan persepsi seseorang, perasaan dan
pikirannya tentang dirinya atau tubuhnya dan biasanya dikonseptualisasikan
memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi ukuran, evaluasi daya tarik tubuh
dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh dan ukurannya (Grogan, 1999;
Muth & Cash, 1997). Citra tubuh terlibat dalam sejumlah perilaku yang tidak
sehat. Misalnya, citra tubuh dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa
seseorang terlibat atau menghindari yang namanya olahraga (Choi, 2000;
Grogan, et al., 2004).
Kebiasaan didefinisikan sebagai suatu tindakan, penggunaan atau reaksi
yang biasanya berasal dari pengulangan seringnya suatu kegiatan, istilah ini
juga dapat diterapkan dengan standar perilaku yang digeneralisasikan. Citra
tubuh yang baik akan berdampak pada penerimaan diri yang baik pula.
Kemampuan seseorang untuk bergaul dengan masyarakat akan sangat mudah
bagi diri individu, sehingga seseorang tersebut merasa puas terhadap diri
sendiri dan lingkungannya.
Citra tubuh merupakan produk dari pengalaman yang nyata berupa
persepsi terhadap bagian bagian tubuh serta penampilan secara keseluruhan
yang sebagian berasal dari perkembangan fisik. Leh karena itu, seseorang
diharapkan untuk selalu bisa berpikir positif akan segala kelemahan,
kesalahan, kekurangan, kekeliruan serta kekuatan dan kelebihan terhadap
citra tubuh yang dimiliki, dengan cara menerima diri sendiri apa adanya
(Ridha, 2013).
Agustiani (2006) mengatakan bahwa penilaian negatif individu pada
dirinya akan menimbulkan perasaan tidak berdaya, artinya seseorang individu
mempersepsi adanya [ CITATION MLu19 \l 1033 ]kekurangan dalam segi fisik,
tampilan yang tidak menyenangkan dan secara sosial tidak adekuat. Perasaan
seperti ini tentu saja akan menghambat penyesuaian dirinya. Ketidakpuasan
terhadap tubuh berhubungan dengan ketidak cocokan antara persepsi dan
keinginan untuk memperoleh bentuk dan ukuran tubuh tertentu (Bosiet et
al,.2006). Ketidak puasan ini yang pada akhirnya membuat wanita menjadi
tidak percaya diri dan menganggap penampilannya sebagai sesuatu yang
menakutkan.
2.2 Tanda Gejala Gangguan Citra Tubuh
Gejala dan Tanda
Mayor Minor
Subjektif: Subjektif:
1. Mengungkapkan kecacatan 1. Tidak mau mengungkapkan
/kehilangan bagian tubuh. kecacatan/kehilangan.
Objektif: 2. Mengungkapkan perasaan negatif
1. Kehilangan bagian tubuh tentang perubahan tubuh.
2. Fungsi/struktur tubuh 3. Mengungkapkan kekhawatiran
berubah/hilang. pada penolakan/reaksi orang lain.
4. Mengungkapkan perubahan gaya
hidup.
Objektif:
1. Menyembunyikan/menunjukkan
bagian tubuh secara berlebihan.
2. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh.
3. Fokus berlebihan pada perubahan
tubuh.
4. Respon nonverbal pada perubahan
dan persepsi tubuh.
5. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu.
6. Hubungan sosial berubah.
[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
Sedangkan menurut NANDA-I 2018-2020 [ CITATION Her18 \l 1057 ]:
1. Tidak ada bagian tubuh
2. Perubahan fungsi tubuh
3. Perubahan struktur tubuh
4. Perubahan pandangan tentang penampilan tubuh seseorang
5. Menghindari melihat tubuh orang lain
6. Menghindari menyentuh tubuh orang lain
7. Perilaku mengenali tubuh seseorang
8. Perilaku memantau tubuh seseorang
9. Perubahan pada kemampuan memperkirakan hubungan spasial tubuh
dengan lingkungan
10. Perubahan gaya hidup
11. Perubahan dalam keterlibatan sosial
12. Depersonalisasi bagian tubuh melalui penggunaan kata ganti impersonal
13. Depersonalisasi kehilangan melalui penggunaan kata ganti impersonal
14. Menekankan pada kekuatan yang tersisa
15. Memperluas batasan tubuh
16. Takut reaksi orang lain
17. Berfokus pada penampilan masa lalu
18. Berfokus pada fungsi masa lalu
19. Berfokus pada kekuatan sebelumnya
20. Menekankan pencapaian
21. Menyembunyikan bagian tubuh
22. Perasaan negatif tentang tubuh
23. Respon nonverbal pada perubahan yang dirasakan pada tubuh
24. Respon nonverbal pada perubahan tubuh
25. Terlalu terbuka tentang bagian tubuh
26. Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan
tubuh seseorang
27. Personalisasi bagian tubuh dengan nama
28. Personalisasi kehilangan dengan nama
29. Preokupasi pada perubahan
30. Preokupasi pada kehilangan
31. Menolak meneriama perubahan
32. Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi.
2.3 Etiologi Gangguan Citra Tubuh
1. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
2.4 Rentang Respon Konsep Diri
Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang
positif/sesuai, ideal diri yang realistik, konsep diri positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep
diri sepanjang rntang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling
adaptif) sampai pada keracunan identitas/depersonalisasi (maladaptif) yang
digambarkan sebagai berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Perubahan gambaran
diri
Gangguan Citra
Tubuh
Isolasi sosial
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses perawatan. Tahap pegkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan
catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini[ CITATION Azi16 \l
1057 ]. Pada klien dengan ganngguan citra tubuh klien biasanya
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: [ CITATION Nur151 \l 1057 ]
1. Penolakan terhadap:
Perubahan anggota tubuh baik saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi
Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
Interaksi dengan orang lain
2. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
3. Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu
4. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
5. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga, terjadi trauma yang tiba-tiba harus dioperasi,
kecelakaan, penyakit yang diderita dan tindakan kriminal.
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh adalah: [ CITATION PKR15 \l
1057 ]
1. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
d. Faktor precipitasi
Faktor presipitasi meliputi:[ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
pada klien apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa
apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nadi atau yang berhubungan dengan penyakit.
f. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Penelusuran
genetik yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan
hal yang sulit dilakukan hingga saat ini[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai[ CITATION Azi16 \l 1057 ]. Pada klien
dengan gangguan citra tubuh klien cenderung mengungkapkan
perasaan negatif tentang peubahan tubuh, perasaan khawatir
pada penolakan/reaksi orang lain.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya[ CITATION Azi16 \l 1057 ]. Klien
dengan gangguan citra tubuh lebih banyak menunduk, kurang
percaya diri, dan tidak dapat menerima kondisinya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut[ CITATION
Azi16 \l 1057 ]. Pada klien gangguan citra tubuh tidak mampu
melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai dengan
adanya perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan
fungsi tubuh secara fisik.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien gangguan citra tubuh klien cenderung kurang percaya diri,
selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap
kemampuan dirinya [ CITATION Azi16 \l 1057 ].
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien akan
merasa malu terhadap dirinya, merendahkan martabat,
pandangan hidup pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri,
percaya diri kurang[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami gangguan citra
tubuh cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, merasa
malu, menghindari menyentuh tubuh orang lain, perubahan gaya
hidup, hubungan sosial berubah.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh cenderung tidak melaksanakan fungsi
spiritualnya.
f. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan kliendalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan
baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung sering
terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan, dan tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau
cacat tubuh.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa
malu, menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan, fokus pada penampilan, menghindari melihat
dan/atau menyentuh bagian tubuh, hipomotorik, hipermotorik,
TIK, agitasi, grimaseren, tremor atau kompulsif.
4. Afek dan Emosi
Klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka
walaupun ada stimulus), labil (emosi yang cepat berubah-ubah,
tanpa suatu pengendalian yang baik), cemas, gelisah, malu,
sedih, ketakutan, keputusasan, khawatir.
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang
(hanya fokus pada berlebihan pada perubahan tubuh atau
penampilan), mudah tersinggung.
6. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking
(pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan
untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c. Isi pikir
Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja,
biasanya berhubungan dengan atau bernada emosional dan
sangat kuat.
Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah menjadi
lain, berbeda, asing dan aneh.
Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif
tentang perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan
penolakan terhadap kemampuan diri/reaksi orang lain.
Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang
suram tentang banyak hal di dalam kehidupannya
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya
composmentis.
8. Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori
jangka panjang ataupun jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki
penurunan tingkat konsentrasi karena selalu berpikir negatif
tentang dirinya
10. Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang tentang
keterbatasan dirinya dalam melakukan sesuatu.
11. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.
d. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
e. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktifitas konstruktif, mengungkapkan perasaan positif tentang
dirinya, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti
menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi diri, atau yang
lainnya.
Mekanisme koping jangka pendek (pertahanan jangka pendek),
meliputi:[ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dll.
2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll.
3. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
4. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berati dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
Mekanisme koping jangka panjang (pertahanan jangka panjang),
meliputi: [ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, dan potensi diri individu.
2. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat
diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego, meliputi: [ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Proyeksi
5. Displacement
6. Marah/amuk pada diri sendiri
6. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Effect/Akibat)
bab I
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik . Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Dian Agustin, M. K. (2018). GAMBARAN HARGA DIRI, CITRA TUBUH,
DAN IDEAL DIRI REMAJA PUTRI. Jurnal Keperawatan Volume 6 No
1.
Fernando, M. L. (2019). GAMBARAN CITRA TUBUH PADA WANITA
DEWASA AWAL. Program Studi Psikologi Profesi Fakultas Psikologi.
Hasmalawati, N. (2017). PENGARUH CITRA TUBUH DAN PERILAKU
MAKAN TERHADAP PENERIMAAN. Jurnal Psikoislamedia.
Herawati, N. (2014). STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN
PERUBAHAN CITRA. Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2,.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. ( 2018). NANDA Internasional Nursing
Diagnoses: Definition and Classification 2018-2020 Eleventh Edition.
Jakarta: EGC Medical Publisher.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Nurhalimah. (2015). Modul Keperawatan Jiwa: Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial (Gangguan Citra Tubuh dan Masalah
Kehilagan). Jakarta: Aust ralian AID: Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening (AIPHSS).
PK, R. F., Yusuf, A., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Triger Case
Ny M 50 tahun masuk ke rumah sakit pada tanggal 25 Maret 2020 dengan
No. CM 249-547. Ny M mengatakan tiba-tiba lemas di ekstremitas kanan
(tangan dan kaki). Sebelumnya Ny M tidak pernah merasakan ekstremitas
kanan nya lemas. Oleh karena itu keluarga memutuskan membawa Ny M ke
RS. Ny M mendapatkan diagnosis medis Stroke Non Hemoragik sehingga Ny
M dianjurkan untuk rawat inap untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Ny M
dan keluarga bersedia sehingga Ny M dirawat di Ruang Cempaka dengan
menjalani pengobatan menggunakan bantuan dari pemerintah yakni program
BPJS. Atas diagnosis terhadap penyakinya tersebut Ny M tampak sedih dan Ny
M juga menolak ketika dimintai penjelasan mengenai tubuhnya, seakan tidak
menerima perubahan tubuhnya yang terjadi. Ny M juga merasa tidak berguna
sebagai seorang ibu dan istri dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya
seperti sebelum sakit akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami. Respon
lambat dan kontak mata kurang, tampak pembicaraan lirih, datar dan lambat,
tampak lesu, tampak bingung, serta tingkat konsentrasi kurang. Pemeriksaan
fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, Suhu 36 o C, Nadi 85x/m, Pernapasan
22x/m. Ny M mengatakan agak pusing. Ny M beragama islam dan juga
merupakan seorang Ibu rumah tangga. Ny M aktif dalam kegiatan kerohanian
seperti menghadiri pengajian setiap minggu di desanya, serta mengikuti
kegiatan arisan ibu PKK. Ny M tinggal di Desa Puri Kabupaten Mojokerto. Ny
M juga mengatakan bahwa sebelumnya belum pernah dirawat di RS dan juga
keluarga menjelaskan bahwa tidak memiliki penyakit keluarga. Selama MRS
Ny M dipasang infus. Ny M mengeluh tangan terpasang infus mengalami
kesemutan dan bekas tusukan jarum suntik terlihat lebam dan terlihat Ny M
menutupi tangannya. Selama di RS, Ny M selalu didampingi oleh keluarganya
terutama suami dan kedua anak laki-lakinya. Ny M mengatakan bahwa
keluarganya terutama suaminya sangat mendukungnya untuk melakukan
pengobatan terhadap penyakit yang dialaminya. Namun, Ny M merasa
khawatir dengan adanya dukungan penuh yang ia peroleh dari keluarganya
sehingga ia malu untuk menghadapi mereka. Menurut keluarga setelah klien
sakit, klien sering menghindar ketika merespon upaya dukungan yang
diberikan keluarga. Ny M merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu
jika bertemu dengan orang lain, Ny M khawatir jika orang lain memandang
dirinya aneh karena bagian tubuhnya yang lemas tersebut. Ny M tidak mau
melihat atau menyentuh bagain tubuhnya yang lemas itu. Tetapi Ny M
menganggap sakitnya merupakan cobaan dari Tuhan dan berharap segera pulih
agar tidak merepotkan orang lain.
3.2 Model Keperawatan
1. Model Interpersonal (Sullivan, Peplau):
a. Proses terapeutik: Hubungan perawat-klien membantu memperoleh
hubungan saling percaya dan meningkatkan hubungan interpersonal.
b. Peran klien: Membagikan permasalahan dan segala bentuk ansietas
pada perawat/therapist.
c. Peran therapist: Mengembangkan hubungan saling percaya, empati,
membantu klien, mengklasifikasi situasi, mengeksplorasi perasaan.
2. Model Sosial (Caplan Szasz):
a. Proses terapeutik: Membantu klien menangani sistem sosial yaitu
memanipulasi lingkungan, menunjukkan dukungan sosial.
b. Peran klien: Mengemukakan masalah kepada perawat/therapist untuk
mendapatkan keputusan.
c. Peran therapist: Mengeksplorasi sistem sosial klien, membantu dengan
menggunakan sumber yang sesuai.
3.3 Fenomena Sehat-Sakit Jiwa
Konsep Stress Adaptasi, dimana terdiri dari:
1. Faktor Predisposisi
Klien MRS berdasarkan diagnosis medis yakni Stroke Non Hemoragic,
dan dokter menyarankan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Atas
diagnosis terhadap penyakinya tersebut Ny M tampak sedih dan Ny M juga
menolak ketika dimintai penjelasan mengenai tubuhnya, seakan tidak
menerima perubahan tubuhnya yang terjadi. Respon lambat, tampak
pembicaraan lirih, tampak lesu, tampak bingung, tingkat konsentrasi kurang.
2. Faktor Precipitasi
Klien merasa merasa tidak berguna sebagai seorang ibu dan istri
dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum sakit akibat
perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
3. Respon Stress
Klien merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu jika bertemu
dengan orang lain, klien khawatir jika orang lain memandang dirinya aneh
karena bagian tubuhnya yang lemas tersebut. Klien tidak mau melihat atau
menyentuh bagain tubuhnya yang lemas itu.
4. Penilaian Sekunder/Support System
Klien mengatakan bahwa keluarganya terutama suaminya sangat
mendukungnya untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit yang
dialaminya. Namun, Ny M merasa khawatir dengan adanya dukungan penuh
yang ia peroleh dari keluarganya sehingga ia malu untuk menghadapi
mereka.
5. Koping
Menurut keluarga setelah klien sakit, klien sering menghindar ketika
merespon upaya dukungan yang diberikan keluarga.
3.4 Proses Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Ruang Rawat: Ruang Cempaka Tanggal dirawat/MRS: 25 Maret 2020
I. Identitas Klien
Nama : Ny.M
Umur : 50 thn
Nomor CM : 249-547
Alamat : Desa Puri Kabupaten Mojokerto
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
II. Alasan Masuk RS
Klien mengatakan tiba-tiba lemas di ekstremitas kanan (tangan dan kaki).
Sebelumnya Ny M tidak pernah merasakan ekstremitas kanan nya lemas. Oleh
karena itu keluarga memutuskan membawa Ny M ke RS.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Klien tidak pernah mengalami riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
2. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klien tidak pernah mengalami pengobatan gangguan jiwa sebelumnya.
3. Trauma
Klien tidak pernah mengalami trauma baik itu aniaya fisik, aniaya
seksual, penolakan, kekerasan dalam rumah tangga, tindakan krimial,
atau lain-lain.
4. Riwayat Keluarga yang Gangguan Jiwa
Keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa
5. Riwayat Pengalaman Masalalu yang tidak menyenangkan
Klien tidak pernah mengalami riwayat masalalu yang tidak
menyenangkan baik kegagalan, perpisahan, kematian, trauma sepanjang
hidup klien.
IV. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, Suhu 36 o C,
Nadi 85x/mnt, Pernapasan 22x/mnt.
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
= suami klien = klien
= anak laki klien = hidup dalam satu keluarga
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri.
Klien tidak mau melihat atau menyentuh bagain tubuhnya yang
lemas yakni pada tangan dan kaki bagian kanan.
b. Identitas Diri
Klien merasa tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum sakit
akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
c. Peran Diri
Klien merasa tidak berguna sebagai seorang ibu dan istri
dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum
sakit akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
d. Ideal Diri
Klien merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu jika
bertemu dengan orang lain. Klien khawatir jika orang lain
memandang dirinya aneh karena bagian tubuhnya yang lemas
tersebut.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak percaya diri.
3. Hubungan Sosial
Klien aktif dalam kegiatan kerohanian seperti menghadiri pengajian
setiap minggu di desanya, serta mengikuti kegiatan arisan ibu PKK.
4. Spiritual
Klien beragama islam. Klien menganggap sakitnya merupakan cobaan
dari Tuhan.
VI. Status Mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Lambat
Penjelasan: Klien tampak berbicara lirih dan lambat
3. Aktivitas Motorik
Lesu
Penjelasan: Klien tampak lesu
4. Afek dan Emosi
a. Afek:
Datar
Penjelasan: Pembicaraan klien tampak datar
b. Alam Perasaan(Emosi)
Khawatir
Penjelasan: Klien merasa khawatir dengan adanya dukungan penuh
yang ia peroleh dari keluarganya sehingga ia malu untuk menghadapi
mereka.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang
Penjelasan: ketika dilakukan pengkajian didapatkan kontak mata klien
kurang.
6. Persepsi-Sensori
7. Proses Pikir
8. Tingkat Kesadaran
Bingung
Penjelasan: Klien tampak bingung.
9. Memori
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi
Penjelasan: Tingkat konsentrasi klien kurang.
11. Kemampuan Penilaian
12. Daya Tilik Diri
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat tinggal
Keuangan
Lain-lain
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi
Kebersihan
Makan
Buang air kecil/BAK
Buang air besar/BAB
Ganti pakaian
Diagnosa Keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Nutrisi
c. Tidur
d. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
e. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga
Terapis
f. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
10. Untuk
meningkatka
kemampuan
klien dal
perawatan.
4. Memberikan pemecahan
penyuluhan masalah
A : gangguan konsep
diri : gangguan citra
tubuh
P : Lanjutkan intervensi
dengan
merencanakan
bersama klien
aktifitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kernampuan dan
toleransi pasien
Senin, Gangguan Ansietas Membina hubungan S : Klien mengatakan
25 saling percaya bahwa merasa khawatir
Maret dengan pasien dan jika orang lain
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
Masalah :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, nama saya Jaenab, saya mahasiswa Stikes PPNI
yang sedang praktek dirumah sakit ini”, “Ibu bisa panggil saya enab”.
”Nama ibu siapa?”. “........” “Ibu lebih senang dipanggil siapa?”“ooo ibu
M”. “saya akan menemani ibu selama beberapa hari kedepan, jadi kalau
ada yang mengganggu atau masih mengganjal di pikiran ibu bisa bilang
ke saya, siapa tahu saya bisa bantu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? ......... ooo begitu” “Coba ceritakan
pada saya, apa yang dirasakan ibu saat dirumah, hingga dirujuk ke RS ”
c. Kontrak
1) Topik
“Maukah ibu M bincang-bincang dengan saya, serta hobi apa yang
sering dilakukan dirumah”
2) Tempat
“Ibu M lebih suka bercakap – cakap dimana?, ooo disini saja, baiklah”
3) Waktu
“Kita mau becakap – cakap berapa lama?, Bagaimana kalau 10 menit
saja”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu M lakukan dirumah sblm ngamar
disini ?”.........“memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus
kegiatan apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang
menyulam baju ya?”, wah bagus sekali! “Bagaimana kalau ibu M
menceritakan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan ibu di sini?” ...
kemudian apa lagi.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu M selama kita berbincang- bincang ?”, “...,
saya juga senang, terima kasih”
b. Evaluasi Obyektif
“Tolong ibu M ceritakan kembali dan kegiatan yang sering ibu lakukan
disini, bu? Wah, ternyata ibu M banyak memiliki kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini, ya ?”,
Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu M”, “Masih ingat dengan saya?” “....... kita bertemu
lagi bu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu M sekarang?” “....O .... ya bagaimana, apakah
ada kemampuan lain yang belum ibu M ceritakan kemarin”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah ibu M masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang?”.
“ya.... bagus”
2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan berbincang-
bincang disini saja bu, ya ?
3) Waktu
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin bu M
ingin bercakap – cakap lebih lama lagi?”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu M lakukan dirumah sblm ngamar
bu?”...... “memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan
apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang
menyulam ya?”, wah bagus sekali! “Bagaimana kalau ibu M
menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki?” kemudian
apa lagi. “Dan hal apa yang ibu lakukan selama di sini bu ?”...”Diingat-
ingat lagi ya bu untuk tidak melakukan hal yg terlalu berat selama
disini”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu M setelah berhasil membuat jadwal kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah sakit”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi!”.
“Bagus”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu M mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat
tadi!” “dan juga ibu membuat urutan hal apa saja yang biasanya ibu
lakukan untuk mengatasi perasaan ibu yang gelisah, bisa bu, ya ?”
d. Kontrak
1) Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap –
cakap tentang bagaimana cara mengatasi kegelisahan yang ibu
rasakan”. “Bagaimana menurut ibu M?”. “Setuju”
2) Tempat
“Ibu ingin bercakapn – cakap dimana besok?”, “...oooo di taman,
baiklah.”
3) Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana besok kita berbincang-bincang lagi, tentang yang ibu
rasakan selama ini ?
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di teras lagi ya, o....
baiklah!”
3) Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi bu!”