Anda di halaman 1dari 56

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.

M DENGAN

MASALAH UTAMA GANGGUAN CITRA TUBUH”

Dosen Pembimbing :

Dr. Hj. Lilik Ma’rifatul Azizah, S. Kep. Ns., M. Kes

Disusun oleh :
Kelompok 2

1. MEI YANA EVA KARTIKA DEWI 201801013


2. HENI NUR AFIFA 201801014
3. FANI OKTAVIA AGUSTIAS 201801015
4. AYNIN ROUDHOTUL CHOLIFAH 201801016
5. NENENG ANGGRAENI 201801017
6. NIVA PUTRI CAHYANI 2018010
7. SAVINDA AFISTA 201801025
8. NUR UMI AMALIA 201801026
9. FADILAH NUR AISYAH
10. SITI ALIYAH
11. YOGA WAHYU RAMADHAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TA 2019/2020
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 390203
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M
Dengan Masalah Utama Gangguan Citra Tubuh”. Tidak lupa kami ucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 29 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
2.1 Tujuan Penulisan 4
3.1 Pokok Bahasan 4
4.1 Manfaat Penulisan 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gangguan Citra Tubuh 5
2.2 Tanda Gejala Gangguan Citra Tubuh 5
2.3 Etiologi Gangguan Citra Tubuh 6
2.4 Rentang Respon 9
2.5 Pathway 9
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh 9
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Triger Case 14
3.2 Model Keperawatan 14
3.3 Fenomena Sehat-Sakit Jiwa 14
3.4 Proses Keperawatan Jiwa 14
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan 14
5.2 Saran 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi seorang perempuan, penampilan adalah hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu, penting baginya untuk memperlihatkan penampilan yang bisa
menarik perhatian orang lain atau dengan kata lain tampil sempurna.
Kebanyakan orang mempersepsikan seorang wanita yang sempurna itu adalah
seorang wanita yang mempunyai paras yang cantik, pintar, mempunyai badan
yang tinggi, langsing dan tubuh yang ideal. Padahal pada kenyataannya,
definisi seorang wanita yang sempurna itu tergantung pada bagaimana
seseorang memaknai dan mempersepsikan hal tersebut.
Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya mendadak, cepat, berupa
defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih, bisa juga langsung
menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia setelah
penyakit jantung dan kanker.
Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan tentang diri. Persepsi
tentang diri bersifat psikologis, sosial, dan fisik (Purwanto, 2015). Lima
komponen konsep meliputi harga diri, ideal diri, citra tubuh, identitas diri dan
peran, dimana dalam komponen-komponen tersebut akan mempengaruhi
konsep diri. Penampilan adalah hal yang sangat penting bagi seorang
perempuan. Oleh sebab itu, seorang perempuan akan memperhatikan dan
melakukan apa saja untuk membuat penampilannya menarik di depan orang
lain.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh adalah ide seseorang
mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain. Papalia, Olds,
dan Feldman (2001) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran dan
evaluasi mengenai penampilan seseorang. Dacey & Kenny (2001) menyatakan
bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka di
hadapan orang lain.
Citra tubuh berhubungan dengan persepsi seseorang, perasaan dan
pikirannya tentang dirinya atau tubuhnya dan biasanya dikonseptualisasikan
memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi ukuran, evaluasi daya tarik tubuh
dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh dan ukurannya (Grogan, 1999;
Muth & Cash, 1997). Citra tubuh terlibat dalam sejumlah perilaku yang tidak
sehat. Misalnya, citra tubuh dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa
seseorang terlibat atau menghindari yang namanya olahraga (Choi, 2000;
Grogan, et al., 2004).
Penerimaan diri penting untuk kesehatan mental, karena tidak adanya
kemampuan untuk menerima diri sendiri dapat menyebabkan berbagai
kesulitan-kesulitan emosional, termasuk kemarahan yang tidak terkontrol dan
depresi. Orang yang terperangkap dalam evaluasi diri terhadap penerimaan
dirinya sendiri sangat membutuhkan dan mencurahkan perhatiannya terhadap
keadaannya untuk membanggakan diri agar mengimbangi kekurangan yang
dirasakan. Salah satu metode paling sederhana dan paling alami untuk
mengurangi evaluasi diri dan menggantinya dengan penerimaan diri adalah
dengan mengasumsikan pola pikir kesadaran bukan kecerobohan (Langer,
1989).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang konsep citra
tubuh.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
1.3 Pokok Bahasan
1. Definisi Gangguan Citra Tubuh
2. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh
3. Etiologi Gangguan Citra Tubuh
4. Pathway
5. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
6. Triger Case
7. Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Citra
Tubuh
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
gambaran konsep diri: Gangguan Citra Tubuh pada remaja, dewasa dan
lansia. Dan sebagai informasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman
untuk melaksanakan tindakan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gangguan Citra Tubuh
Citra tubuh berhubungan dengan persepsi seseorang, perasaan dan
pikirannya tentang dirinya atau tubuhnya dan biasanya dikonseptualisasikan
memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi ukuran, evaluasi daya tarik tubuh
dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh dan ukurannya (Grogan, 1999;
Muth & Cash, 1997). Citra tubuh terlibat dalam sejumlah perilaku yang tidak
sehat. Misalnya, citra tubuh dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa
seseorang terlibat atau menghindari yang namanya olahraga (Choi, 2000;
Grogan, et al., 2004).
Kebiasaan didefinisikan sebagai suatu tindakan, penggunaan atau reaksi
yang biasanya berasal dari pengulangan seringnya suatu kegiatan, istilah ini
juga dapat diterapkan dengan standar perilaku yang digeneralisasikan. Citra
tubuh yang baik akan berdampak pada penerimaan diri yang baik pula.
Kemampuan seseorang untuk bergaul dengan masyarakat akan sangat mudah
bagi diri individu, sehingga seseorang tersebut merasa puas terhadap diri
sendiri dan lingkungannya.
Citra tubuh merupakan produk dari pengalaman yang nyata berupa
persepsi terhadap bagian bagian tubuh serta penampilan secara keseluruhan
yang sebagian berasal dari perkembangan fisik. Leh karena itu, seseorang
diharapkan untuk selalu bisa berpikir positif akan segala kelemahan,
kesalahan, kekurangan, kekeliruan serta kekuatan dan kelebihan terhadap
citra tubuh yang dimiliki, dengan cara menerima diri sendiri apa adanya
(Ridha, 2013).
Agustiani (2006) mengatakan bahwa penilaian negatif individu pada
dirinya akan menimbulkan perasaan tidak berdaya, artinya seseorang individu
mempersepsi adanya [ CITATION MLu19 \l 1033 ]kekurangan dalam segi fisik,
tampilan yang tidak menyenangkan dan secara sosial tidak adekuat. Perasaan
seperti ini tentu saja akan menghambat penyesuaian dirinya. Ketidakpuasan
terhadap tubuh berhubungan dengan ketidak cocokan antara persepsi dan
keinginan untuk memperoleh bentuk dan ukuran tubuh tertentu (Bosiet et
al,.2006). Ketidak puasan ini yang pada akhirnya membuat wanita menjadi
tidak percaya diri dan menganggap penampilannya sebagai sesuatu yang
menakutkan.
2.2 Tanda Gejala Gangguan Citra Tubuh
Gejala dan Tanda
Mayor Minor
Subjektif: Subjektif:
1. Mengungkapkan kecacatan 1. Tidak mau mengungkapkan
/kehilangan bagian tubuh. kecacatan/kehilangan.
Objektif: 2. Mengungkapkan perasaan negatif
1. Kehilangan bagian tubuh tentang perubahan tubuh.
2. Fungsi/struktur tubuh 3. Mengungkapkan kekhawatiran
berubah/hilang. pada penolakan/reaksi orang lain.
4. Mengungkapkan perubahan gaya
hidup.
Objektif:
1. Menyembunyikan/menunjukkan
bagian tubuh secara berlebihan.
2. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh.
3. Fokus berlebihan pada perubahan
tubuh.
4. Respon nonverbal pada perubahan
dan persepsi tubuh.
5. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu.
6. Hubungan sosial berubah.
[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
Sedangkan menurut NANDA-I 2018-2020 [ CITATION Her18 \l 1057 ]:
1. Tidak ada bagian tubuh
2. Perubahan fungsi tubuh
3. Perubahan struktur tubuh
4. Perubahan pandangan tentang penampilan tubuh seseorang
5. Menghindari melihat tubuh orang lain
6. Menghindari menyentuh tubuh orang lain
7. Perilaku mengenali tubuh seseorang
8. Perilaku memantau tubuh seseorang
9. Perubahan pada kemampuan memperkirakan hubungan spasial tubuh
dengan lingkungan
10. Perubahan gaya hidup
11. Perubahan dalam keterlibatan sosial
12. Depersonalisasi bagian tubuh melalui penggunaan kata ganti impersonal
13. Depersonalisasi kehilangan melalui penggunaan kata ganti impersonal
14. Menekankan pada kekuatan yang tersisa
15. Memperluas batasan tubuh
16. Takut reaksi orang lain
17. Berfokus pada penampilan masa lalu
18. Berfokus pada fungsi masa lalu
19. Berfokus pada kekuatan sebelumnya
20. Menekankan pencapaian
21. Menyembunyikan bagian tubuh
22. Perasaan negatif tentang tubuh
23. Respon nonverbal pada perubahan yang dirasakan pada tubuh
24. Respon nonverbal pada perubahan tubuh
25. Terlalu terbuka tentang bagian tubuh
26. Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan
tubuh seseorang
27. Personalisasi bagian tubuh dengan nama
28. Personalisasi kehilangan dengan nama
29. Preokupasi pada perubahan
30. Preokupasi pada kehilangan
31. Menolak meneriama perubahan
32. Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi.
2.3 Etiologi Gangguan Citra Tubuh
1. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
2.4 Rentang Respon Konsep Diri
Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang
positif/sesuai, ideal diri yang realistik, konsep diri positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep
diri sepanjang rntang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling
adaptif) sampai pada keracunan identitas/depersonalisasi (maladaptif) yang
digambarkan sebagai berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas
Keterangan:
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien
menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara
lain:
a. Aktualisasi diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi
mandiri termasuk persepsi masalalu akan diri dan perannya.
b. Konsep diri positif, menunjukkan individu akan sukses dalam
menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah. Respon
maladaptif gangguan konsep diri adalah:
a. Harga diri rendah, transisi antara respon konsep diri positif dan
maladaptif
b. Kekacauan identitas, identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
2.5 Pathway
 Ketidaksesuaian budaya, keyakinan
atau sistem nilai Perubahan penampilan :
 Transisi perkembangan  struktur/bentuk tubuh
 Gangguan psikososial  fungsi tubuh
 Efek tindakan/pengobatan  fungsi kognitif

Perubahan gambaran
diri
Gangguan Citra
Tubuh

Respon penyesuaian Respon maladaptif

Menunjukkan rasa Perilaku yang bersifat


sedih dan duka cita merusak, berbicara tentang
(sedih, menangis, perasaan tidak berharga atau
merasa bersalah, perubahan kemampuan
banyak melamun, dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan
Sindrom pasca Menolak melihat,
trauma menyentuh tubuh yang
berubah,
mengungkapkan

Harga diri rendah

Menarik diri dari


lingkungan

Isolasi sosial
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses perawatan. Tahap pegkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan
catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini[ CITATION Azi16 \l
1057 ]. Pada klien dengan ganngguan citra tubuh klien biasanya
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: [ CITATION Nur151 \l 1057 ]
1. Penolakan terhadap:
 Perubahan anggota tubuh baik saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi
 Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
 Interaksi dengan orang lain
2. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
3. Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu
4. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
5. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga, terjadi trauma yang tiba-tiba harus dioperasi,
kecelakaan, penyakit yang diderita dan tindakan kriminal.
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh adalah: [ CITATION PKR15 \l
1057 ]
1. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
d. Faktor precipitasi
Faktor presipitasi meliputi:[ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
pada klien apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa
apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nadi atau yang berhubungan dengan penyakit.
f. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Penelusuran
genetik yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan
hal yang sulit dilakukan hingga saat ini[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai[ CITATION Azi16 \l 1057 ]. Pada klien
dengan gangguan citra tubuh klien cenderung mengungkapkan
perasaan negatif tentang peubahan tubuh, perasaan khawatir
pada penolakan/reaksi orang lain.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya[ CITATION Azi16 \l 1057 ]. Klien
dengan gangguan citra tubuh lebih banyak menunduk, kurang
percaya diri, dan tidak dapat menerima kondisinya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut[ CITATION
Azi16 \l 1057 ]. Pada klien gangguan citra tubuh tidak mampu
melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai dengan
adanya perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan
fungsi tubuh secara fisik.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien gangguan citra tubuh klien cenderung kurang percaya diri,
selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap
kemampuan dirinya [ CITATION Azi16 \l 1057 ].
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien akan
merasa malu terhadap dirinya, merendahkan martabat,
pandangan hidup pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri,
percaya diri kurang[ CITATION Azi16 \l 1057 ].
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami gangguan citra
tubuh cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, merasa
malu, menghindari menyentuh tubuh orang lain, perubahan gaya
hidup, hubungan sosial berubah.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien dengan
gangguan citra tubuh cenderung tidak melaksanakan fungsi
spiritualnya.
f. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan kliendalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan
baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung sering
terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan, dan tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau
cacat tubuh.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa
malu, menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan, fokus pada penampilan, menghindari melihat
dan/atau menyentuh bagian tubuh, hipomotorik, hipermotorik,
TIK, agitasi, grimaseren, tremor atau kompulsif.
4. Afek dan Emosi
Klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka
walaupun ada stimulus), labil (emosi yang cepat berubah-ubah,
tanpa suatu pengendalian yang baik), cemas, gelisah, malu,
sedih, ketakutan, keputusasan, khawatir.
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang
(hanya fokus pada berlebihan pada perubahan tubuh atau
penampilan), mudah tersinggung.
6. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking
(pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan
untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c. Isi pikir
 Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja,
biasanya berhubungan dengan atau bernada emosional dan
sangat kuat.
 Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah menjadi
lain, berbeda, asing dan aneh.
 Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif
tentang perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan
penolakan terhadap kemampuan diri/reaksi orang lain.
 Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang
suram tentang banyak hal di dalam kehidupannya
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya
composmentis.
8. Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori
jangka panjang ataupun jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki
penurunan tingkat konsentrasi karena selalu berpikir negatif
tentang dirinya
10. Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang tentang
keterbatasan dirinya dalam melakukan sesuatu.
11. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.
d. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
e. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktifitas konstruktif, mengungkapkan perasaan positif tentang
dirinya, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti
menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi diri, atau yang
lainnya.
Mekanisme koping jangka pendek (pertahanan jangka pendek),
meliputi:[ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dll.
2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll.
3. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
4. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berati dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
Mekanisme koping jangka panjang (pertahanan jangka panjang),
meliputi: [ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, dan potensi diri individu.
2. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat
diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego, meliputi: [ CITATION PKR15 \l 1057 ]
1. Fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Proyeksi
5. Displacement
6. Marah/amuk pada diri sendiri
6. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Effect/Akibat)

Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh (core problem)

Tidak Efektif Koping Individu (causa/penyebab)

Kehilangan Anggota Tubuh (penyebab/masalah lain)


1. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh
2. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Koping Individu Tidak Efektif
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan Umum:
Klien mampu
meningkatkan
kepercayaan
diri/harga diri
Tujuan Khusus 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina hubungan Hubungan saling
Klien dapat 1. Klien dapat saling percaya percaya akan
membina mengungkapkan a. Sapa klien dengan menimbulkan
hubungan saling perasaannya. ramah, baik verbal kepercayaan
percaya 2. Ekspresi wajah maupun nonverbal. klien pada
bersahabat. b. Perkenalkan diri perawat sehingga
3. Ada kontak dengan sopan akan
mata. c. Tanya nama lengkap memudahkan
4. Menunjukkan klien dan nama dalam
rasa senang. panggilan yang pelaksanaan
5. Mau berjabat disukai klien tindakan
tangan. d. Jelaskan tujuan selanjutnya
6. Mau menjawab pertemuan, jujur dan
salam. menepati janji
7. Klien mau duduk e. Tunjukkan sikap
berdampingan. empati dan menerima
8. Klien mau klien apa adanya
mengutarakan f. Beri perhatian pada
masalah yang klien.
dihadapi. 1.2 Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu
untuk
mendengarkan klien
1.4 Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri.
Tujuan Khusus 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian
Klien dapat 1. Klien mampu perubahan struktur meningkatkan
mengidentifikasi mempertahankan tubuh dan fungsi harga diri klien
perubahan yang aspek percaya tubuh
terjadi pada dirinya 2.2 Berikan
tubuhnya dan pujian/reinformance
dapat positif atas
mengidentifikasi kemampuan
persepsi negatif mengungkapkan
pada tubuhnya perasaan.
2.3 Observasi ekspresi
klien pada saat
berbicara.
Tujuan Khusus 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Diskusikan Pujian
Klien dapat 1. Klien mampu kemampuan dan meningkatkan
menerima realita mempertahankan aspek positif yang harga diri klien
perubahan aspek yang dimiliki (tubuh,
struktur, bentuk positif intelektual,
atau fungsi tubuh keluarga) oleh klien
dan dapat menilai di luar perubahan
kemampuan dan yang terjadi
aspek positif yang 3.2 Saat bertemu klien,
dimiliki saat hindarkan memberi
terjadi perubahan penilaian negatif.
pada tubuhnya. Utamakan memberi
pujian yang realistis
Tujuan Khusus 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Diskusikan Peningkatan
Klien menilai 1. Klien dapat kemampuan klien kemampuan
kemampuan yang menerapkan yang masih dapat mendorog klien
dapat digunakan perubahan digunakan selama untuk mandiri
sesuai kekurangan 2. Kebutuhan klien sakit
yang dimiliki terpenuhi 4.2 Diskusikan juga
3. Klien dapat kemampuan yang
melakukan dapat dilanjutkan
aktivitas terarah penggunaan di rs
dan di rumah nanti
4.3 Dorong klien untuk
merawat dirinya dan
berperan serta dalam
asuhan keperawatan
secara bertahap
Tujuan Khusus 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Rencanakan brsama Pelaksanaan
Klien dapat 1. Klien mampu klien aktivitas yang kegiatan secara
menetapkan beraktivitas dapat dilakukan mandiri modal
(merencanakan) sesuai setiap hari sesuai awal untuk
kegiatan sesuai kemampuan kemmpuan: kegiatan meningkatkan
dengan 2. Klien mengikuti mandiri, kegiatan harga diri
kemampuan terapi aktivitas dengan bantuan
yanag dimiliki kelompok minimal, kegiatan
dengan bantuan total
5.2 Libatkan klien
dalam kelompok
klien dengan
masalah gangguan
citra tubuh
5.3 Dorong klien
memilih cara yang
sesuai bagi klien
Tujuan Khusus 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Bantu klien Dengan aktivitas
Klien melakukan 1. Klien mampu melakukan cara klien akan
tindakan sesuai beraktivitas yang dipilih mengetahui
dengan kondisi sesuai 6.2 Bantu klien kemampuannya
sakit dan kemampuan mengurangi
kemampuan perubahan citra
tubuh. Misalnya
protes untuk bagian
tubuh bertemu
tongkat
6.3 Beri pujian terhadap
keberhasilan klien
6.4 Diskusikan
kemugkinan
pelaksanaan
dirumah
Tujuan Khusus 7: Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan cara- Perhatian
Klien dapat 1. Klien dapat cara (booklet, keluarga dan
memanfaatkan menerapkan leafleat) sebagai pengertian
sistem pendukung perubahan sumber informasi keluarga akan
yang ada dan 2. Klien memiliki yang dapat dapat membantu
melakukan beberapa cara dilakukan untuk meningkatkan
tindakan mengatasi mengurangi dampak harga diri klien
pengembalian perubahan yang perubahan struktur,
integritas kulit terjadi bentuk dan fungsi
3. Klien beradaptasi tubuh
dengan cara yang 7.2 Berikan pendidikan
dipilih dan kesehatan pada
digunakan keluarga tentang
merawat klien
gangguan citra
tubuh
7.3 Bantu keluarga
memberi dukungan
selama klien di
rawat
7.4 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah
[ CITATION Abd15 \l
1057 ]
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Tujuan umum: Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri
klien dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi
pasien.
Tujuan khusus :
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
Tindakan Keperawatan:
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien.
5. Implementasi
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.
b. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
gangguan citra tubuh, menjelaskan cara merawat pasien dengan
gangguan citra tubuh, mendemostrasikan cara merawat pasien
dengan gangguan citra tubuh, dan memberi kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan cara merawat serta melatih keluarga
mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah gangguan citra
tubuh langsung kepada pasien.
6. Evaluasi
a. Kemampuan pasien dan keluarga
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
gangguan konsep diri: citra tubuh lalu untuk menilai faktor
penghambat dan pendukung serta alternatif masalah.
b. Kemampuan perawat
Penilaian mengenai kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan gangguan citra tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

bab I
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik . Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Dian Agustin, M. K. (2018). GAMBARAN HARGA DIRI, CITRA TUBUH,
DAN IDEAL DIRI REMAJA PUTRI. Jurnal Keperawatan Volume 6 No
1.
Fernando, M. L. (2019). GAMBARAN CITRA TUBUH PADA WANITA
DEWASA AWAL. Program Studi Psikologi Profesi Fakultas Psikologi.
Hasmalawati, N. (2017). PENGARUH CITRA TUBUH DAN PERILAKU
MAKAN TERHADAP PENERIMAAN. Jurnal Psikoislamedia.
Herawati, N. (2014). STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN
PERUBAHAN CITRA. Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2,.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. ( 2018). NANDA Internasional Nursing
Diagnoses: Definition and Classification 2018-2020 Eleventh Edition.
Jakarta: EGC Medical Publisher.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Nurhalimah. (2015). Modul Keperawatan Jiwa: Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial (Gangguan Citra Tubuh dan Masalah
Kehilagan). Jakarta: Aust ralian AID: Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening (AIPHSS).
PK, R. F., Yusuf, A., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Triger Case
Ny M 50 tahun masuk ke rumah sakit pada tanggal 25 Maret 2020 dengan
No. CM 249-547. Ny M mengatakan tiba-tiba lemas di ekstremitas kanan
(tangan dan kaki). Sebelumnya Ny M tidak pernah merasakan ekstremitas
kanan nya lemas. Oleh karena itu keluarga memutuskan membawa Ny M ke
RS. Ny M mendapatkan diagnosis medis Stroke Non Hemoragik sehingga Ny
M dianjurkan untuk rawat inap untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Ny M
dan keluarga bersedia sehingga Ny M dirawat di Ruang Cempaka dengan
menjalani pengobatan menggunakan bantuan dari pemerintah yakni program
BPJS. Atas diagnosis terhadap penyakinya tersebut Ny M tampak sedih dan Ny
M juga menolak ketika dimintai penjelasan mengenai tubuhnya, seakan tidak
menerima perubahan tubuhnya yang terjadi. Ny M juga merasa tidak berguna
sebagai seorang ibu dan istri dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya
seperti sebelum sakit akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami. Respon
lambat dan kontak mata kurang, tampak pembicaraan lirih, datar dan lambat,
tampak lesu, tampak bingung, serta tingkat konsentrasi kurang. Pemeriksaan
fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, Suhu 36 o C, Nadi 85x/m, Pernapasan
22x/m. Ny M mengatakan agak pusing. Ny M beragama islam dan juga
merupakan seorang Ibu rumah tangga. Ny M aktif dalam kegiatan kerohanian
seperti menghadiri pengajian setiap minggu di desanya, serta mengikuti
kegiatan arisan ibu PKK. Ny M tinggal di Desa Puri Kabupaten Mojokerto. Ny
M juga mengatakan bahwa sebelumnya belum pernah dirawat di RS dan juga
keluarga menjelaskan bahwa tidak memiliki penyakit keluarga. Selama MRS
Ny M dipasang infus. Ny M mengeluh tangan terpasang infus mengalami
kesemutan dan bekas tusukan jarum suntik terlihat lebam dan terlihat Ny M
menutupi tangannya. Selama di RS, Ny M selalu didampingi oleh keluarganya
terutama suami dan kedua anak laki-lakinya. Ny M mengatakan bahwa
keluarganya terutama suaminya sangat mendukungnya untuk melakukan
pengobatan terhadap penyakit yang dialaminya. Namun, Ny M merasa
khawatir dengan adanya dukungan penuh yang ia peroleh dari keluarganya
sehingga ia malu untuk menghadapi mereka. Menurut keluarga setelah klien
sakit, klien sering menghindar ketika merespon upaya dukungan yang
diberikan keluarga. Ny M merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu
jika bertemu dengan orang lain, Ny M khawatir jika orang lain memandang
dirinya aneh karena bagian tubuhnya yang lemas tersebut. Ny M tidak mau
melihat atau menyentuh bagain tubuhnya yang lemas itu. Tetapi Ny M
menganggap sakitnya merupakan cobaan dari Tuhan dan berharap segera pulih
agar tidak merepotkan orang lain.
3.2 Model Keperawatan
1. Model Interpersonal (Sullivan, Peplau):
a. Proses terapeutik: Hubungan perawat-klien membantu memperoleh
hubungan saling percaya dan meningkatkan hubungan interpersonal.
b. Peran klien: Membagikan permasalahan dan segala bentuk ansietas
pada perawat/therapist.
c. Peran therapist: Mengembangkan hubungan saling percaya, empati,
membantu klien, mengklasifikasi situasi, mengeksplorasi perasaan.
2. Model Sosial (Caplan Szasz):
a. Proses terapeutik: Membantu klien menangani sistem sosial yaitu
memanipulasi lingkungan, menunjukkan dukungan sosial.
b. Peran klien: Mengemukakan masalah kepada perawat/therapist untuk
mendapatkan keputusan.
c. Peran therapist: Mengeksplorasi sistem sosial klien, membantu dengan
menggunakan sumber yang sesuai.
3.3 Fenomena Sehat-Sakit Jiwa
Konsep Stress Adaptasi, dimana terdiri dari:
1. Faktor Predisposisi
Klien MRS berdasarkan diagnosis medis yakni Stroke Non Hemoragic,
dan dokter menyarankan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Atas
diagnosis terhadap penyakinya tersebut Ny M tampak sedih dan Ny M juga
menolak ketika dimintai penjelasan mengenai tubuhnya, seakan tidak
menerima perubahan tubuhnya yang terjadi. Respon lambat, tampak
pembicaraan lirih, tampak lesu, tampak bingung, tingkat konsentrasi kurang.
2. Faktor Precipitasi
Klien merasa merasa tidak berguna sebagai seorang ibu dan istri
dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum sakit akibat
perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
3. Respon Stress
Klien merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu jika bertemu
dengan orang lain, klien khawatir jika orang lain memandang dirinya aneh
karena bagian tubuhnya yang lemas tersebut. Klien tidak mau melihat atau
menyentuh bagain tubuhnya yang lemas itu.
4. Penilaian Sekunder/Support System
Klien mengatakan bahwa keluarganya terutama suaminya sangat
mendukungnya untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit yang
dialaminya. Namun, Ny M merasa khawatir dengan adanya dukungan penuh
yang ia peroleh dari keluarganya sehingga ia malu untuk menghadapi
mereka.
5. Koping
Menurut keluarga setelah klien sakit, klien sering menghindar ketika
merespon upaya dukungan yang diberikan keluarga.
3.4 Proses Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Ruang Rawat: Ruang Cempaka Tanggal dirawat/MRS: 25 Maret 2020
I. Identitas Klien
Nama : Ny.M
Umur : 50 thn
Nomor CM : 249-547
Alamat : Desa Puri Kabupaten Mojokerto
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
II. Alasan Masuk RS
Klien mengatakan tiba-tiba lemas di ekstremitas kanan (tangan dan kaki).
Sebelumnya Ny M tidak pernah merasakan ekstremitas kanan nya lemas. Oleh
karena itu keluarga memutuskan membawa Ny M ke RS.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Klien tidak pernah mengalami riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
2. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Klien tidak pernah mengalami pengobatan gangguan jiwa sebelumnya.
3. Trauma
Klien tidak pernah mengalami trauma baik itu aniaya fisik, aniaya
seksual, penolakan, kekerasan dalam rumah tangga, tindakan krimial,
atau lain-lain.
4. Riwayat Keluarga yang Gangguan Jiwa
Keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa
5. Riwayat Pengalaman Masalalu yang tidak menyenangkan
Klien tidak pernah mengalami riwayat masalalu yang tidak
menyenangkan baik kegagalan, perpisahan, kematian, trauma sepanjang
hidup klien.
IV. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, Suhu 36 o C,
Nadi 85x/mnt, Pernapasan 22x/mnt.
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
= suami klien = klien
= anak laki klien = hidup dalam satu keluarga
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri.
Klien tidak mau melihat atau menyentuh bagain tubuhnya yang
lemas yakni pada tangan dan kaki bagian kanan.
b. Identitas Diri
Klien merasa tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum sakit
akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
c. Peran Diri
Klien merasa tidak berguna sebagai seorang ibu dan istri
dikarenakan ia tidak dapat melakukan tugasnya seperti sebelum
sakit akibat perubahan kondisi tubuh yang ia alami.
d. Ideal Diri
Klien merasa bosan dan tidak percaya diri bahkan malu jika
bertemu dengan orang lain. Klien khawatir jika orang lain
memandang dirinya aneh karena bagian tubuhnya yang lemas
tersebut.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak percaya diri.
3. Hubungan Sosial
Klien aktif dalam kegiatan kerohanian seperti menghadiri pengajian
setiap minggu di desanya, serta mengikuti kegiatan arisan ibu PKK.
4. Spiritual
Klien beragama islam. Klien menganggap sakitnya merupakan cobaan
dari Tuhan.
VI. Status Mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Lambat
Penjelasan: Klien tampak berbicara lirih dan lambat
3. Aktivitas Motorik
Lesu
Penjelasan: Klien tampak lesu
4. Afek dan Emosi
a. Afek:
Datar
Penjelasan: Pembicaraan klien tampak datar
b. Alam Perasaan(Emosi)
Khawatir
Penjelasan: Klien merasa khawatir dengan adanya dukungan penuh
yang ia peroleh dari keluarganya sehingga ia malu untuk menghadapi
mereka.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang
Penjelasan: ketika dilakukan pengkajian didapatkan kontak mata klien
kurang.
6. Persepsi-Sensori
7. Proses Pikir
8. Tingkat Kesadaran
Bingung
Penjelasan: Klien tampak bingung.
9. Memori
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi
Penjelasan: Tingkat konsentrasi klien kurang.
11. Kemampuan Penilaian
12. Daya Tilik Diri
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan 
Keamanan 
Perawatan kesehatan 
Pakaian 
Transportasi 
Tempat tinggal 
Keuangan 
Lain-lain
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi 
Kebersihan 
Makan 
Buang air kecil/BAK 
Buang air besar/BAB 
Ganti pakaian 
Diagnosa Keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Nutrisi
c. Tidur
d. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
e. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga
Terapis
f. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan

Tekhnik relaksasi Bekerja berlebihan


Aktifitas konstruktif  Menghindar

Olah raga Mencederai diri


Lain-lain Lain-lain
Penjelasan: Klien memiliki respon yang lambat dan klien sering menghindar
ketika merespon upaya dukungan yang diberikan keluarga.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu tidak efektif (defensif)
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya yakni klien tidak dapat
menerima kondisi dikarenakan kondisi kaki dan tangannya yang lemas.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya dukungan sosial
tidak efektif berhubungan dengan pendapat klien bahwa ia tidak berguna
dan tidak dapat menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang ibu dan
istri.
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya tidak ada.
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya yakni klien tidak mampu
menjalankan pekerjaannya.
Masalah dengan perumahan, spesifiknya tidak ada.
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya tidak ada.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya tidak ada.
Masalah lainnya, spesifiknya tidak ada.
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Koping
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain
Penjelasan: Klien bersikap maladaptif dimana ia merasa malu dan memilih
menghindar dari lingkungan sosialnya.
XI. Aspek Medis
1. Diagnosa medik: tidak ada
2. Terapi medik: tidak ada
XII. Analisa Data
No
Data Masalah
.
1. Subyektif: Gangguan Citra Tubuh
Klien merasa malu jika
berhadapan dengan orang lain
dengan kondisi tubuhnya yang
lemas yakni pada kaki dan tangan
kanannya.
Obyektif:
Klien tidak mau melihat atau
menyentuh bagain tubuhnya yang
lemas yakni pada tangan dan kaki
kanannya.
2. Subyektif: Ansietas
Klien merasa khawatir jika orang
lain memandang dirinya aneh
karena bagian tubuhnya yang
lemas yakni pada kaki dan tangan
kanannya
Obyektif:
Klien mengungkapkan
ketakutannya dengan sering
menghindar ketika berhadapan
dengan orang lain terutama
keluarganya terhadap kondisi
tubuhnya yang lemas pada kaki
dan tangan kanannya
3. Subyektif: Koping Individu tidak efektif
Klien merasa bosan dan tidak
percaya diri bahkan malu jika
bertemu dengan orang lain
Obyektif:
Klien memiliki respon yang
lambat dan klien sering
menghindar ketika merespon
upaya dukungan yang diberikan
keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
Ansietas Effect
Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh Core Problem

Perubahan presepsi klien mengenai fungsi tubuhnya


Koping individu tidak efektif Causa/Penyebab
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh (Diagnosa Prioritas)
2. Ansietas
3. Koping individu tidak efektif

I.1 RENCANA KEPERAWATAN


Nama : Ny. M Ruangan : Cempaka
No. RM : 249-547 Dx. Medis : Stroke Non
Hemoragik
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tindakan Rasional
Tgl/jam Kriteria Evaluasi
Tujuan Keperawatan
25 Dx Kep 1 TUK : - Menyatakan 1. Bina hubungan 1. Hubungan
Maret Gangguan Gangguan citra penerimaan situasi saling percaya saling perca
2020 konsep tubuh klien teratasi, diri. dengan pasien. sebagai da
diri : klien dapat - Bicara dengan interaksi ya
2. Memberi
Gangguan melanjutkan peran keluarga/orang terapeutik
kesempatan untuk
citra tubuh sesuai kondisi sakit terdekat tentang perawat-klie
mengungkapkan
dan situasi, perubahan
perasaannya 2. Dengan
kemampuannya. yang terjadi.
tentang penyakit mengungkap
TUM :
yang diderita dan an
1. Meningkat
harapan masa perasaannya
keterbukaan dan
depan. beban kl
Hubungan saling
akan
percaya 3. Mendiskusikan
berkurang.
persepsi tentang
2. Menerima
citra tubuh yang 3. Klien
perasaan dan
dulu dan saat ini membutuhk
pikirannya
4. Diskusikan pengalaman
3. Mengidentifikasi kemampuan dan didengarkan
kemampuan aspek positif yang dan dipaham
koping dan dimiliki pasien
4. Reinforceme
sumber menggunakan
positif da
pendukung potensi tubuh
meningkatka
lainnya bagian yang lain
harga d
5. Diskusikan pula
4. Klien dapat klien.
kemampuan yang
mengidentifikasi
dapat dilanjutkan 5. Mmebantu
kemampuan dan
penggunaannya klien
aspek positif
setelah pulang mengingat
yang dimiliki
sesuai dengan positif ya
5. Klien dapat kondisi sakit klien. pernah
menilai 6. Rencanakan diperbuat.
kemampuan yang bersama klien
dapat digunakan aktifitas yang
6. Untuk
dapat dilakukan
6. Klien dapat mengethaui
setiap hari sesuai
menetapkan pemahaman
kernampuan dan
(merencanakan) dengan i
toleransi pasien
kegiatan sesuai yang te
7. Beri kesernpatan
kernampuan yang diberikan.
pada klien untuk
dimiliki
mencoba kegiatan 7. Un
7. Klien dapat yang telah meningkatka
melakukan direncanakan dan kemampuan
kegiatan sesuai pujian atas klien
kondisi sakit dan keberhasilan
8. Membantu
kemampuannya pasien
klien un
8. Berikan
meningkatka
pendidikan
kemampuan
kesehatan pada
keluarga. tentang dengan ha
cara merawat klien diri klien
dan memberi
9. Untuk
dukungan selama
meningkatka
klien dirawat
pengetahuan
9. Kolaborasi : Rujuk
dan
pada konseling
pemahaman
psikiatri (psikolog,
dengan i
psikiatri)
yang te
diberikan

10. Untuk
meningkatka
kemampuan
klien dal
perawatan.

25 Dx. Kep 2 TUM : - Klien dapat 1. Bina hubungan 1. Hubungan


Maret Ansietas Gangguan Ansietas mengidentifikasi saling percaya saling perca
2020 pasien teratasi dan dengan pasien dan sebagai dasa
TUK : mengekspresikan membantu klien interaksi yan
1. Pasien mampu rasa cemasnya mengenal dan terapeutik
membina - Klien dapat mengakui rasa perawat-klie
hubungan mengidentifikasi cemasnya Serta
saling percaya situasi yang menetralkan
2. Analisa dan
menyebabkan rasa kecemasan
2. Pasien mampu diskusikan
- Klien dapat dan
mengenal bersama pasien
mengidentifikasi memulihkan
ansietas penyebab dan
dan realitas situa
bagaimana
3. Pasien mampu mengekspresikan kecemasan
terjadinya masalah
mengatasi rasa cemasnya merusak
(meningkatkan
masalah - Klien dapat
ansietas serta mengidentifikasi kesadaran) adaptasi klie
memperagaka situasi yang
3. Melatih 2. Membantu
n dan menyebabkan rasa
mekanisme koping meningkatkan
menggunakan cemasnya timbul.
adaptif dengan penerimaan di
teknik
meningkatkan dan melakukan
relaksasi untuk
relaxasi pasien sosialisasi
mengatasi
3. Meningkatk
ansietas
kemampuan da
kekuatan jiwa
klien
menghadapi
tekanan masal
merelaksasikan
dan menenagk
otot serta pikir
klien
25 Dx. Kep 3 TUM : 1. Menunjukkan 1. Membina hubungan 1. Hubungan
Maret Koping Koping individu koping yang saling percaya saling perca
2020 individu kembali efektif dan efektif dengan klien dan sebagai dasa
tidak efektif mampu menhadapi 2. Klien mengindentifikasi interaksi yan
stres menunjukkan penyebab koping terapeutik
TUK : penyesuaian tidak efektif perawat-klie
Klien dapat psikososial (misalnya kurangnya serta
melaksanankan dengan dukungan keluarga, membantu
hubungan sosial menggunakan krisis kehidupan, klien
secara bertahap. strategi koping keterampilan meningkatka
efektif dalam menyelesaikan
pengetahuan
menghadapi masalah yang tidak
klien dan
permasalahan. efektif)
mencari
2. Mendiskusikan
penyebab
dengan klien
masalah klie
tentang koping yang serta cara
biasa klien gunakan mengatasiny
untuk mengatasi
2. Membantu
perasaan kesal,
klien
sedih, kecewa, dan
mengontrol
tidak
diri
menyenangkan.
3.Bersama klien 3. Meningkatk
mencari berbagai pengetahuan
alternatif koping dan
yang lebih efektif. kemampuan

Edukasi: klien dalam

4. Memberikan pemecahan

penyuluhan masalah

kepada keluarga 4. Meningkatk


untuk pengetahuan
mendukung klien keluarga aga
selama mampu
menghadapi memberikan
periode stresnya. dukungan

Kolaborasi: pada pasien

5. Berdiskusi dengan 5. Membantu


klien dan keluarga klien dan
tentang perawatan keluarga
untuk meninjau mengenai
mekanisme koping hygiene sert
klien dan untuk membantu
menyusun rencana klien
perawatan yang beraktifitas
akan dijalani agar lebih
klien. efektif

TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA


(Catatan Tindakan/Perkembangan Keperawatan)
Nama : Ny. M Ruangan : Cempaka
No. RM : 249-547 Dx. Medis : Stroke Non
Hemoragik
Hari/
Tindakan Evaluasi Paraf dan
Tgl Dx Kep
Keperawatan Keperawatan Nama
Jam
Senin, Gangguan Konsep Membina Hubungan S : Klien mengatakan
25 diri : Gangguan saling percaya, hal yang negatif
Maret Citra Tubuh mengkaji tanda tentang bagian
2020, gejala gangguan citra tubuhnya yang lemas
08.00 tubuh serta O : Klien nampak
memberikan sedih dan murung
kesempatan klien A : Gangguan konsep
untuk diri : citra tubuh
mengungkapkan P : Lanjutkan
perasaanya. intervensi melakukan
strategi pelaksanaan
untuk klien gangguan
citra tubuh

09.30 Gangguan Konsep diri Mendiskusikan S: Klien menceritakan


: Citra tubuh persepsi tentang citra kegiatannya saat
tubuh yang dulu dan masih sehat dan
saat ini belum yakin
bahwa dirinya
O: Klien nampak sedih
dan murung
A : Gangguan konsep
diri : citra tubuh
P : Lanjutkan
intervensi
mendiskusikan
kegiatan yang masih
bisa dilakukan klien
dengan bagian
tubuhnya yang masih
baik
10.00 Gangguan Konsep diri Mendiskusikan S : klien mengatakan
: Citra tubuh kemampuan dan masih bisa
aspek positif yang menggerakan sedikit
dimiliki pasien anggota tubuhnya
memanfaatkan yang terganggu
potensi tubuh O : Klien mencoba
bagian yang lain. untuk menggerakan
bagian tubuhnya yang
lemas Tonus Otot : 1
(lemah)
A : gangguan konsep
diri : gangguan citra
tubuh
P : lanjutkan
intervensi membantu
klien untuk
mengoptimalkan
bagian tubuh yang
masih berfungsi
11.00 Gangguan Konsep diri Mendiskusikan S: Klien mengatakan
: Citra tubuh kemampuan yang mampu memenuhi
dapat dilanjutkan kebutuhannya sehari-
penggunaannya hari seperti makan
setelah pulang dan mandi
sesuai dengan O : Klien mencoba
kondisi sakit klien untuk menggerakkan
bagian tubuhnya yang
baik-baik saja. Tonus
otot : 4

A : gangguan konsep
diri : gangguan citra
tubuh
P : Lanjutkan intervensi
dengan
merencanakan
bersama klien
aktifitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kernampuan dan
toleransi pasien
Senin, Gangguan Ansietas Membina hubungan S : Klien mengatakan
25 saling percaya bahwa merasa khawatir
Maret dengan pasien dan jika orang lain

2020, membantu klien memandang dirinya

08.00 mengenal dan aneh karena bagian

mengakui rasa tubuhnya yang lemas


yakni pada kaki dan
cemasnya tangan kanannya.
O : Wajah klien nampak
khawatir dan sedih
A : Gangguan Ansietas
P : Lanjutkan
Intervensi
Menganalisa dan
mendiskusikan
bersama pasien
penyebab dan
bagaimana
terjadinya masalah
(meningkatkan
kesadaran)

09.30 Menganalisa dan S : Pasien


mendiskusikan mengatakan bahwa
bersama pasien merasa khawatir jika
penyebab dan orang lain melihatnya
bagaimana karena bagian
terjadinya masalah tubuhnya yang lemas
(meningkatkan tersebut, pasien juga
kesadaran) mengatakan bahwa ia
menyadari penyebab
bagian tubuhnya yang
lemas adalah karena
penyakit strokenya
O : Wajah klien
nampak sedih dan
khawatir
A : Ganguuan
Ansietas
P : Lanjutkan
Inervensi Melatih
mekanisme koping
adaptif
10.00 Melatih mekanisme S : Pasien
koping adaptif mengatakan bahwa
dengan teknik tidak seharusnya ia
relaksasi pada klien berpikir negatif dulu
terhadap orang lain
dan harus tenang
menghadapi masalah
O : Wajah klien
nampak relaks
A : Gangguan
Ansietas
P : Hentikan
Intervensi nomor
1,2,3
Senin, Koping Individu Membina S : Klien mengatakan
25 Tidak Efektif hubungan saling hal yang negatif
Maret percaya dengan tentang bagian
2020, klien dan tubuhnya yang lemas
08.00 mengindentifikasi O : Klien nampak
penyebab koping sedih dan murung
tidak efektif A : Gangguan konsep
diri : citra tubuh
P : Lanjutkan
intervensi melakukan
strategi pelaksanaan
untuk klien gangguan
citra tubuh

09.30 Koping Individu Mendiskusikan S : Pasien


Tidak Efektif dengan klien tentang mengatakan untuk
koping yang biasa mengatasi perasaan
klien gunakan untuk kesal, pasien biasanya
mengatasi perasaan akan mencoba
kesal, sedih, kecewa, menceritakan
dan tidak masalhnya pada
menyenangkan. orang terdekatnya.
O : Paisen terlihat
kooperatif, terbuka
A : Koping Individu
tidak efektif
P : Lanjutkan
intervensi mencari
berbagai alternatif
koping yang lebih
efektif.
10.00 Mencari berbagai S : Pasien
alternatif koping mengatakan akan
yang lebih efektif mencoba alternatif
bersama klien, koping lainnya seperti
misalnya dengan menonto tv
melakukan hal-hal O : Pasein nampak
yang menyenangkan terbuka dan
seperti menonton tv, kooperatif
membaca buku dsb. A : Koping Individu
Tidak efektif
P : Lanjutkan
Intervensi dengan
Memberikan
penyuluhan kepada
keluarga untuk
mendukung klien
selama menghadapi
periode stresnya
11.00 Memberikan S : Keluarga pasien
penyuluhan mengatakan akan
kepada keluarga bersedia membantu
untuk dan mendukung
mendukung klien pasien menghadapi
selama stres.
menghadapi O : Keluarga pasien
periode stresnya. anmbak terbuka dan
kooperatif
A : Koping Individu
tidak Efektif
P : Lanjutkan
Intervensi dengan
Berdiskusi dengan
klien dan keluarga
tentang perawatan
untuk meninjau
mekanisme koping
klien dan untuk
menyusun rencana
perawatan yang akan
dijalani klien.
13.00 Melakukan diskusi S : Keluarga pasien
dengan klien dan bersedia menyusun
keluarga tentang rencana perawatan
perawatan untuk yang dijalani klien
meninjau untuk meninjau
mekanisme koping mekanisme koping
klien dan untuk dengan memenuhi
menyusun rencana semua kebutuhan
perawatan yang klien.
akan dijalani klien. O : Keluarga pasien
terbuka dan bersedia
untuk ikut serta
menyusun rencana
perawatan klien
dengan perawat
A : Koping Individu
tidak Efektif
P : Hentikan
Intervensi 1,2,3,4

BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
Masalah :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, nama saya Jaenab, saya mahasiswa Stikes PPNI
yang sedang praktek dirumah sakit ini”, “Ibu bisa panggil saya enab”.
”Nama ibu siapa?”. “........” “Ibu lebih senang dipanggil siapa?”“ooo ibu
M”. “saya akan menemani ibu selama beberapa hari kedepan, jadi kalau
ada yang mengganggu atau masih mengganjal di pikiran ibu bisa bilang
ke saya, siapa tahu saya bisa bantu”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? ......... ooo begitu” “Coba ceritakan
pada saya, apa yang dirasakan ibu saat dirumah, hingga dirujuk ke RS ”

c. Kontrak
1) Topik
“Maukah ibu M bincang-bincang dengan saya, serta hobi apa yang
sering dilakukan dirumah”
2) Tempat
“Ibu M lebih suka bercakap – cakap dimana?, ooo disini saja, baiklah”
3) Waktu
“Kita mau becakap – cakap berapa lama?, Bagaimana kalau 10 menit
saja”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu M lakukan dirumah sblm ngamar
disini ?”.........“memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus
kegiatan apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang
menyulam baju ya?”, wah bagus sekali! “Bagaimana kalau ibu M
menceritakan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan ibu di sini?” ...
kemudian apa lagi.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu M selama kita berbincang- bincang ?”, “...,
saya juga senang, terima kasih”
b. Evaluasi Obyektif
“Tolong ibu M ceritakan kembali dan kegiatan yang sering ibu lakukan
disini, bu? Wah, ternyata ibu M banyak memiliki kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini, ya ?”,

c. Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah bu, nanti ibu ingat-ingat ya, kemampuan ibu yang lain dan
belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?”,”dan juga ibu coba buat
jadwal kegiatan apa saja yang bisa dilakukan ibu disin, ya ?i”,“besok
bisa kita bicara lagi”.
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan /kemampuan
yang dapat ibu M lakukan di rumah dan selama di RS”
2) Tempat
“Tempatnya mau dimana Bu? ”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap – cakap?”. “Bagaimana kalau 15
menit” “Setuju!” “Sampai bertemu lagi besok ya, Bu M”

Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu M”, “Masih ingat dengan saya?” “....... kita bertemu
lagi bu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu M sekarang?” “....O .... ya bagaimana, apakah
ada kemampuan lain yang belum ibu M ceritakan kemarin”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah ibu M masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang?”.
“ya.... bagus”
2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan berbincang-
bincang disini saja bu, ya ?
3) Waktu
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin bu M
ingin bercakap – cakap lebih lama lagi?”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu M lakukan dirumah sblm ngamar
bu?”...... “memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan
apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang
menyulam ya?”, wah bagus sekali! “Bagaimana kalau ibu M
menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki?” kemudian
apa lagi. “Dan hal apa yang ibu lakukan selama di sini bu ?”...”Diingat-
ingat lagi ya bu untuk tidak melakukan hal yg terlalu berat selama
disini”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu M setelah berhasil membuat jadwal kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah sakit”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi!”.
“Bagus”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu M mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat
tadi!” “dan juga ibu membuat urutan hal apa saja yang biasanya ibu
lakukan untuk mengatasi perasaan ibu yang gelisah, bisa bu, ya ?”
d. Kontrak
1) Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap –
cakap tentang bagaimana cara mengatasi kegelisahan yang ibu
rasakan”. “Bagaimana menurut ibu M?”. “Setuju”
2) Tempat
“Ibu ingin bercakapn – cakap dimana besok?”, “...oooo di taman,
baiklah.”
3) Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”

Pertemuan ke III (tiga)


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan
di rumah sakit
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengurangi dan mengatasi rasa gelisahnya
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
kemampuan
di rumah sakit
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, ibu M sedang apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu M sekarang?” “Apakah ibu M sudah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat?”. “Bagus
ibu sudah dapat menjalankan jadwal ibu dengan mandiri” “Coba saya
lihat urutan hal apa saja yang ibu lakukan utk mengatasi kegelisahan ibu.
wah hebat sekali, sudah banyak yang diberi tanda!”, “Nanti dikerjakan
lagi ya bu!”
c. Kontrak
1) Topik
“Nah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang bagaimana cara
ibu mengatasi kegelisahan ibu?”.
2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan berbincang-bincang
di taman benar kan?”
3) Waktu
“Mau berapa lama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”
2. Kerja
“Kemarin lusa ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, dan
kemarin ibu buat urutan hal yang biasa ibu lakukan untuk mengatasi
kegelisahan ibu. Sekarang mari kita bahas hal tsb bu ya. jangan khawatir
nanti saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau kita mulai? ” “Ibu
mulai dari jam 5 pagi?.............. ya, tidak apa-apa, bangun tidur.........
terus ya sholat shubuh, terus membaca berita, bagus tapi jangan lupa
diminum obatnya, ya Bu!”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu M setelah dapat membuat urutan hal tsb dan
menjalankannya ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan lagi urutan hal pencegahan rasa gelisah ibu dalam
sehari yang dapat dilakukan di disini”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari apa yang dapat
dilakukan di rumah?”
d. Kontrak
1) Topik
“Nah, bagaimana besok kita bercakap – cakap tentang perlunya
dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti”
2) Tempat
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di teras, setuju!, atau
mungkin ibu ingin di tempat lain?”,”oke jadi diteras bu, ya ?
3) Waktu
“Kita mau bercakap –cakap berapa lama, bagaimana kalau 10 menit?”
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai untuk mengatasi rasa
gelisahnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah b. d. Gangguan citra tubuh d. d. anxietas
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu!”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu M hari ini, baik baik saja?”. “Syukurlah”
“Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin?”
c. Kontrak
1) Topik
“Hari ini kita akan berbincang – bincang tentang sistem pendukung yang
dapat membantu ibu M ?”.
2) Tempat
“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap – cakap di teras ya?”
3) Waktu
“Kita bercakap – cakap berapa lama?”. “10 menit saja ya boleh!”
2. Kerja
“Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan saya
jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana, keluarga,
teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang
dapat dikunjungi” “Ibu di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa
lagi?” “Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan ibu
M?”,“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu M?”
“Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan ibu M ?”. “Oooo pengajian.....
Bagus itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, wah bagus sekali
malah ada semua!”.”Trs apa ibu tahu tentang optimisme ?”,” wah bagus
sudah tahu ibu”,” cara berpikir dapat memengaruhi tingkat kesehatan
seseorang. Orang yang berpikir positif cenderung lebih sehat, karena
mampu menghadapi stres yang dimilikinya dengan baik.”,”Bisa ibu
sebutkan cara apa saja utk berfikir positif?”... trs ada lagi bu ?”,saya
tambahkan bu, ya. Tersenyum dan tertawa mungkin bukan hal yang
mudah, namun tetap tertawa dan tersenyum meski dalam keadaan sulit
sekalipun.satu lagi adalah ambil sisi baik percayalah bahwa dibalik setiap
kejadian buruk, ada sisi baik yang bisa diambil. Agar berpikir positif
menjadi lebih mudah, tuliskan apa saja hal-hal  yang patut untuk
disyukuri.”... wah bagus ibu sudah menjalankan beberapa cara tsb.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem
pendukung yang ibu M miliki?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan kembali sistem pendukung yang ibu miliki saat ini,
satu persatu ya!” “Hal apa saja yang ibu lakukan supaya bisa optimis
trs ?”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah pulang, harus dijaga lagi kesehatan ya, bu! Jangan
lupa kalau untuk melakukan hal yg sudah ibu tulis untuk mengatasi rasa
gelisah ibu.”

d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana besok kita berbincang-bincang lagi, tentang yang ibu
rasakan selama ini ?
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di teras lagi ya, o....
baiklah!”
3) Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi bu!”

Anda mungkin juga menyukai