Seorang laki-laki 56 th datang ke rumah sakit karena batuk hebat & sesak
napas. Ia memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 tahun lalu dan semakin
memburuk terutama selama 3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital :
suhu 370 C, denyut nadi adalah 104x/menit yang tampak terengah-engah pada
pemeriksaan dada. Dokter melakukan tes spirometry dan hasilnya
menunjukkan PEE 50% dari nilai prediksi. Tes yang oksimetri 84%. Dia
seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 15 tahun. Dia
biasanya merokok 2 bungkus rokok perhari,tapi sejak gejala penyakitnya
makin berat ia hanya merokok 1 bungkus perhari.
KATA SULIT
Tes Spirometri : Tes untuk mengukur aliran udara dan volume udara.
KATA KUNCI
Seorang laki-laki 56 th
Batuk hebat dan sesak napas
Riwayat sesak berulang sejak 3 tahun lalu dan memburuk 3 bulan terakhir
Tanda vital : suhu 370C, denyut nadi ; 104x/menit, pernapasan : 34x/menit
Tampak terengah-engah pada pemeriksaan dada
Tes Spirometri : PEE : 50% dari nilai prediksi
Riwayat merokok sejak usia 15 tahun biasanya merokok 2 bungkus perhari
Sejak sakit merokok 1 bungkus perhari
1
PERTANYAAN
JAWABAN
1. Anatomi, fisiologi dan Histologi dari sistem pernapasan atas dan bawah.
ANATOMI
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh struktur utama dan struktur
pelengkap. Struktur utama terdiri dari jalan atau saluran nafas dan paru-paru dan
struktur pelengkap terdiri dari pembungkus pulmo (pleura), rongga dada yang
melindunginya dan diafragma.Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di
dalamnya.Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
2
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat
juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang
masuk dapat dikeluarkan baik melalui batukataupun bersin.
3
sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang)
tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
– Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas.
4
terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk
menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara
lancar.
a. Hidung
b. Faring
c. Laring
d. Trakea
5
agak pipih karena cincin tulang rawan disitu tidak sempurna, dan letaknya tepat
di depan oesofagus.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Terleak pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V.
Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan
dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya, bronkus kiri lebih
panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut
yang lebih tajam. Bronkus kanan terdiri dari 6 – 8 cincin sedangkan bronkus
kiri terdiri dari 9 – 12. Kedua bronkus ini memiliki bronkus lobaris dan
segmental. Bronkus kanan terdiri dari bronkus lobaris superior, medialis, dan
inferior, sedangkan bronkus kiri terdiri dari bronkus lobaris superior dan
inferior. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini
terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
Percabangan berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara yang
terkecil yang tidak mengandung alveoli atau kantung udara.
6
Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran
respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di
gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina,
dan bronkus mayor.Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga
tengah, pleura, dan gaster.Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus
respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor batuk.
Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas
yang merangsang), atau secara termal (udara dingin).Mereka juga bisa terangsang
oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan lain-lain, juga
oleh bronkokonstriksi.
FISIOLOGI
Pertukaran gas pada manusia, umumnya terjadi dalam tiga fase, yaitu
bernafas (breathing), transpor gas melalui sistem sirkulasi, dan pertukaran gas
antara kapiler darah dengan sel tubuh.
1. Fase pertama pada saat menghirup udara (inhalase), O 2 akan masuk ke dalam
paru-paru, sedangkan pada saat mengeluarkan udara (exhalase), maka CO 2
dikeluarkan dari paru-paru ke lingkungan luar.
7
2. Fase kedua Tranpor gas melalui sistem sirkulasi, dimulai dari proses difusi O 2
dari paru-paru ke kapiler darah. Oksigen kemudian dibawa oleh hemoglobin
darah ke sel-sel tubuh. Pada saat bersamaan, darah juga berperan dalam CO 2
transpor dari jaringan ke paru-paru.
3. Fase ke tiga pertukaran gas terjadi di dalam jaringan tubuh, dimana se-sel
menerima O2 dari darah dan memberikan CO2 ke darah. Oksigen di dalam sel-
sel tubuh digunakan untuk pembakaran molekul-molekul makanan untuk
mendapatkan energi, dengan proses yang disebut respirasi seluler.
8
diafragma berperan untuk sebagian besar dari peningkatan volume
toraks.Diafragma merupakan otot yang kuat berbentuk kubah dan melekat ke
dinding tubuh di sekeliling dasar sangkar iga.Kontraksi dan pendataran drafragma
menyebabkan gerakan ke bawah seperti piston yang menambah dimensi vertikal
dari dada.Otot-otot lain yang ikut serta dalam pernapasan adalah otot interkostal
eksterna dan interna. Otot-otot ini berjalan pada sudut berbeda dalam dua lapis
antara iga. Ketika otot-otot interkosta eksterna berkontraksi untuk inhalasi, tulang
iga terangkat ke arah atas dan luar. Letakkan telapak tangan anda pada kedua sisi
tuang iga untuk merasakan aksi ini saat anda menghirup udara. Selama inhalasi
kuat, tulang iga bergerak lebih ke atas dan keluar oleh kontraksi otot-otot dalam
leher dan dinding dada.
Jika leher balon dilepas, maka balon akan langsung kembali ke bentuk
asalnya Bila anda meniup ke balon yang lunak dan mudah berkembang, partikel-
partikel gas akan menyebar ke daerah yang lebih luas dan tidak akan sering
mengenai dinding balon. Jika gas dikeluarkan, akan terlihat bekas jari. Jadi,
tekanan dalam rongga dada menurun saat toraks mengembang. Ketika tekanan
menurun sedikit di bawah tekanan udara di luar paru, udara akan tertarik ke dalam
paru, seperti tersedot. Kelenturan paru dan rongga dada untuk mengembang
9
disebut compliance.Elastisitas normal dari jaringan paru, yang dibantu oleh
surfaktan, memungkinkan paru untuk mengembang pada tekanan dan terisi cukup
udara selama inhalasi.Compliance berkurang bila paru menahan ekspansi.
Kondisi-kondisi yang bisa mengurangi compliance meliputi penyakit-penyakit
yang merusak atau membentuk jaringan parut pada paru, akumulasi cairan dalam
paru, defisieinsi surfaktan, dan gangguan kerja otot pernapasan
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.Seperti yagn
telah disebutkan sebelumnya, rangka torak berfungsi sebagai pompa.Peruabhan
tekanan intrapleura dan tekana intra pulmonary (jalan napas) dan perubahan
10
volume paru selama ventilasi.Selama inspirasi, voleume torak bertambah besar
kaena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.Otot
sternokleidomastoideus mengangkat sternum keatas dan otot seratus, skalenus dan
interkostal internus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ketiga arah: kearah
anteroposterior, lateral dan vertical. Peningkatan volume ini menyebabkan
meningkatnya tekanan intrapleura. Dari sekitar -4 mm Hg (relative terhadap
tekanan atmosfer) menjadi sekitar – 8 mm Hg. Pada saat yang sama tekanan
intrapulmonal atau tekanan jalan napas menurun sekitar -2 mm Hg (relative
terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisish
tekanan jalan napas dengan atmosfer menyebabkan udara mengalir kedalam paru
sampai tekanan jalan napas pafa akhir inspirasi sama dengan tekanan atmosfer.
Difusi
11
`159 mmHg (21% dari 760 mmHg). Namun pada waktu O2 mencapai trakea
tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 149 mmHg karena
dihangatkan dan dilembabkan jalan napas (760-47*=149) tekktu kanan parsial uap
air pada suhu tubuh adalah 47mmHg. Tekanan parsiao O2 yang diinspirasi akan
menurun kira-kira 103 mmHg pada saat mencapai alveoli karena tercampur
dnegan udara dalam ruang mati anatolik dalam saluran jalan napas. Ruang amti
anatomic ini dalam keadaan normal mempeunyai volume sekitar 1mm udara per
pound berat badan udara (missal 150 mili/150 pond laki-laki). Hanya uda bersih
yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif.Tekanan parsial O2
dalam darah vena campuran (PVO2) di kapiler paru sekitar 40mmHg. PO2 kapiler
lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mmHg) sehinga O2
mudah berdifusi kedalam aliran darah. Perbedaan tekanan antara darah dan
PACO2 yang jauh lebih rendah (6mmHga0 menyebabkan Co2 berdifusi kedalam
alveolus, kemudian CO2 ini keudian dikeluarkan keatmosfer yang konsentrasinya
pada hakikatnya adlaah 0.Kendati selisih CO2 antara dan aalveolus amat kecil
namun tetap memadai karena dapat berdifusi melewati membrane alveolus kapiler
kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan O2 karena daya larutnya yang
lebih besar.
12
dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi unit pulmonary harus
sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak dan dalam keadaan seimbang
kecuali pada apeks paru. Sirkulasi pulmonary dengan tekanan dan resistensi
rendah mengakibatkan aliran darah di basis paru lebih besar daripada dibagian
apeks paru , disebabkan pengaruh gaya tarik bumi. Namun, ventilasinya cukup
merata. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah 0,8.
Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveoli normal (4 L/ menit)
dibagi dengan curah jantung normal (5 L/ menit).
Transpor O2 Dalam Darah
13
digunakan untuk keperluan jaringan . Hb yang telah melepaskan O2 pada tingkat
jaringan disebut Hb tereduksi .Hb tereduksi berwarna ungu dan menyebabkan
warna kebiruan pada daerah vena , sperti yang terlihat pada vena superficial,
misalnya pada tangan , sedangkan HbO2 berwarna merah terang dan
menyebabkan warna kemerah-merahan pada darah arteri.
Sama seperti jumlah O2 yang dingkut dalam darah yang berkaitan dengan
PO2 pada darah tersebut, demikian juga jumlah CO2 dalam darah berkaiatan
dengan PCO2.Tidak seperti kurva disosiasi HbO2 yang terbentuknya seperti huruf
S, kurva disosiasi CO2 hampit linear pada batas-batas fisiologis PCO2.Ini berarti
bahwa kandungan CO2 dalam darah berhubungan langsung dengan PCO2.Selain
14
itu, tidak ada sawar yang bermakna terhadap difusi CO2. Karena itu PaCO2
merupakan petunjuk yang baik akan kecukupan ventilasi.
– Dahak Putih
– Dahak Hijau
– Dahak Kuning
– Dahak Cokelat
15
Warna cokelat yang muncul pada dahak bisa menandakan
perdarahan yang sudah lama. Kondisi ini bisa diawali dengan batuk yang
berdahak warna merah atau merah muda. Dahak ini biasanya di dapatkan
pada pasien pneumonia dan abses paru.
Warna merah berasal dari darah yang terdapat dalam dahak. Darah
ini bisa disebabkan oleh luka atau peradangan pada saluran pernapasan,
misalnya penyakit-penyakit seperti:tuberkulosis, kanker paru dan edema
paru.
– Dahak Hitam
Keluar dahak hitam atau disebut juga melanoptysis, bisa
dipengaruhi beberapa hal seperti pneumoconiosis, perokok berat, polusi
industri dan atmosfer atau infeksi jamur (nocardiosis, aspergilosis).
Dispnea atau yang biasa dikenal dengan sesak napas adala Perasaan
sulit bernapas dan biasanhya merupakan gejala utama dari penyakit kardio
pulmonal. Sesak di sebankan peninvkatan kerja pernafasan akibat kongesti
vaskuler paru yang mengurangi kelenturan paru. Seseorang yang mengalami
sesak nafas serinf mengeluhkan nafasnya menjadi pendek atau rasa tercekik.
Saat iritan masuk ke dalam saluran nafas saat inhalasi, akan terjadi
spasme otot polis, edema mukosa, dan infiltrasi sel radang, serta hipersekresi
mukus yang kental. Hal ini dapat mentebabkan penyempitan saluran nafas
yang akan menggangu pertukaean gas, dumana tubuh akan merespon dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen, agar kebutuhan oksigen inu terpenuhi di
butuhkanfrekuensi nafas yang tinggi, sehingga timbul sesak nafas.
Patomekanisme Batuk
16
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk
mengeluarkan danmembersihkan saluran pernapasan dari dahak,debu, zat-zat
perangsang asing yang dihirup,partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.
17
–Pneumonia
–Bronkitis
–Tuberculosis
–Silikosis
–Brokietaksis
–PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
–Pneumotoraks
–Emfisema
–Edema paru
–Emboli paru
–Efusi pleura
–Hipertensi pulmonal
–Tumor Paru
5. Etiologi dari penyakit-penyakit yang memiliki gejala sesak dan batuk
(produktif dan tidak produktif)
Penyakit Etiologi
Bronkitisakut Virus : Influenza, Rhinovirus,
Coronavirus
TriasPatogen : H. influenza, M.
Catarrhalis, S. Pneumoniae
PPOK Paparan asap rokok, debudanpolusi
Tuberculosis Micobacterium Tuberculosis
Bronkiektasis Klebsiella, Staphylococcuds,
Pseudomonas
Pneumonia Bakteri, virus, jamurdan protozoa
Emfisema Berkaitandenganmerokokdanprngaruhusia
CA Paru Eksogen : Paparankarsinogen
Endogen : Genetik
Infarkparu Emboli, Vaskulitis, Kankerparu
Asma Alergen : buluhewan, tungaudebu,
serbukbunga
Asap rokok, polusiudara, stress
Emboli paru Trombosis Vena dalam
18
Pneumothorax Artifisial
Traumatik
Spontan
Hipertensipulmonal Gaga jantung kiri
Salah satu penyakit yang sering terjadi karena inhalasi silica ini adalah
Silicosis. Silicosis merupakan penyakit paru akibat pekerjaan yang disebabkan
karena menghirup debu silica secara kronik dan di tandai dengan adanya inflamasi
dan pembentukan jaringan parut.
19
makanan atau minuman turun melambung dan menutup kembali agar makanan
dan asam lambung tidak naik ke esofagus. Jadi mual dan muntah di sebabkan
karena melemahnya tonus sfingter esofagus dan tingginya tekanan di lambung
sehingga makanan dapat masuk ke esofagus dan menyebabkan muntah.
8. Langkah-langkah diagnosis
Anamnesis :
1. Anamnesis dimulai dengan menanyakan data diri umum yaitu :
Nama, Umur,Alamat,Status perkawinan,Pekerjaan
2. Menanyakan keluhan utama (batuk) dan menggali riwayat penyakit
sekarang (RPS) :
Menanyakan :
Onset dan lamanya keluhan batuk
Sifat dari batuk (kering atau produktif)
Jika batuk produktif, apakah warna lendir dan apakah disertai
darah?
Faktor-faktor yang memperingan atau memperberat keluhan batuk
Keluhan lain yang menyertai batuk
Sudah berobat atau belum
3. Riwayat penyakit dahulu (RPD) :
Apakah pernah menderita batuk sebelumnya? Jika pernah batuk,
apakah sudah pernah berobat? Apakah nama obat yang digunakan
sebelumnya? Adakah riwayat pengobatan spesifik 6 bulan?
Tanyakan penyakit lain yang pernah diderita
4. Riwayat alergi :
Apakah pernah mengalami reaksi alergi terhadap makanan, obat-
obatan dan lingkungan tertentu?
5. Mengenal riwayat psikososial :
Tanyakan kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan/berpengaruh
dengan keluhan sekarang. Misalnya riwayat merokok, riwayat pekerjaan,
alergi akan binatang peliharaan dll
20
6. Riwayat penyakit dalam keluarga :
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit/keluhan
yang sama, bila ada ditanyakan kedekatannya dengan yang menderita
Melakukan anamnesis sistim lain dengan menanyakan fungsi fisiologis sistim, dan
bila ada gangguan lanjutkan anamnesis berdasarkan keluhan tersebut
Pemeriksaan Fisik :
1.Inspeksi
Dada dikaji tentang postur bentuk, kesimetrisan serta warna kulit, perbandingan
bentuk dada anterior, posterior, dan transversal pada bayi 1 : 1, dewasa 1 : 2
bentuk abnormal pada kondisi tertentu:
a) Pigeon chest: bentuk dada sepertiburung diameter transversal sempit,
anterior posterior, membesar atau lebar, tulang sternum menonjol kedepan.
b) Funnel chest : bentuk dada diameter sternum menyempit, anterior
posterior menyempit, transversal melebar.
c) Barrel chest : bentuk dada seperti tong, diameter anterior posterior
transversal memiliki perbandingan 1:1, juga amati kelainan tulang
belakang seperti kifosis, lordosis, dan scoliosis.
21
Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri tekan,
masssa, kesimetrisan ekspansi paru dengan menggunakan telapak tangan atau
jari ehingga dapat merasakan getaran dinding dada dengan meminta pasien
mengucapkan tujuh puluh tujuh secara berulang –ulang . getaran yang diraskan
disebut : vocal fremetus.Perabaan dilakukan diseluruh permukaan
dada(kiri,kanan depan, belakang) umumnya pemeriksaan ini bersifat
membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar,adanya
kondisi pendataan paru akan terasa lebihbergetar, adanya kondisi pemadatan
paru akan terasa lebih bergetar seperti pnimonia,keganasan pada pleural
effusion atau pneumathorakakan terasa kurang bergetar.
3. Perkusi
Perkusi dinding thorak dengan cara mengetuk dengan jari tengah, tangan
kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada dinding dada
celah interkostalis. Perkusi dindng thorak bertujuan untuk mengetahui batas
jantung, paru, serta suara jantung maupun paru. Suara paru normal yang
didapat dengan cara perkusi adalah resonan atau sonor, seperti dug, dugm dug,
redup atau kurang resonan suara perkusi terdengar bleg, bleg, bleg. Pada kasus
terjadnya konsolidasi paru seperti pneumonia, pekak atau datar terdengar
mengetuk paha sendiri seperti kasus adanya cairan rongga pleura, perkusi
hepar dan jantung . hiperesonan/tympani suara oerkusi pada daerah berongga
terdapat banyak udara seperti lambung, pneumothorax dan coverna paru
terdengar dang, dang, dang.
a.Batas paru hepar : di ICS 4 sampai ICS ke
b.Batas atas kiri jantung ICS 2-3
c.Batas atas kanan jantung :ICS 2 linea sternalis kanan
d.Batas kiri bawah jantung line media clavicuralis ICS ke 5 kiri
4. Auskultasi
Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax
menggunakan stetoskope karena sistematik dari atas ke bawah dan
membandngkan kiri maupun kanan suara yang didengar adalah :
a) Suara napas
22
1)Vesikuler : suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah,inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
2)Brancho vesikuler: terdengar di daerah percabangan bronchus dan trachea
sekitar sternum dari regio inter scapula maupun ICS 1: 2. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi.
3)Brochial : terdengar di dzerah trachea dan suprasternal notch bersifat
kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek, atau ekspirasi
b) Suara tambahan
1) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musikal,suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran
udara dengan melalui jalan napas yang menyempit.
2) Ronchi : terdngar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengan perlahan,nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan
dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
3) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara :
kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernapas dalam.2ong
akibat terdapatrnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
Pemeriksaan Penunjang :
23
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopis dan penting untuk diagnosis
etiologi berbagai penyakitpernapasan. Pemeriksaan mikroskopis dapat
menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia
bacterial, tuberkulosa ,serta berbagai infeksi jamur. Pemeriksaan etiologi
eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi
tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif.
2. Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnosa defmitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus
dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk
menentukan kemanjuran terapi.
3. Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang
terdapat dalam sputum. Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan
sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan kulturdan sensitivitas
biasanya diinstruksikan bersamaan.
4. Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan
warna oleh alkohol asam.
5. Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum
mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial
- Analisis Gas Darah
Pengukuran pH darah dan tekanan oksigen dan karbondioksida harus
dilakukan saat menangani pasien dengan masalah pernapasan dan dalam
menyesuaikan terapi oksigen yang diperlukan.Tekanan darah arteri
menunjukan derajat oksigenasi darah dan tekanan karbondioksida arteri,
menunjukan keadekuatan alveolar
9. DD dan DS
24
Gejala Pneumonia Bronkhitis Tuberculosis
Laki-laki 69 tahun + + +
Sesak yang hebat + + +
Kelemahan + + +
Batuk produktif + + +
Demam + + +
Sputum kecoklatan + - --
Mual dan muntah + +/- +/-
Tidak ada riwayat
+ + -
merokok
Tidak ada kontak
+ + -
dengan orang sakit
Pneumonia
a. Definisi
b. Epidemologi
c. Etiologi
25
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dilaporkan
bahwa beberapa kota di Indonesia menunjukan bahwa bakteri yang
ditemukan pada pemeriksaan dahak penderita pneumonia adalah bakteri
gram negatif
d. Manifestasi klinis
e. Faktor resiko
- Merokok
- Memiliki kondisi medis lain, terutama penyakit paru-paru seperti
PPOK dan asma
- Bayi kurang dari 1tahun dan lansia lebih dari 65 tahun
- Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh
- Minum alkohol
f. Patomekanisme
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
26
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi pada permukaan mukosa
g. Terapi
h. Prognosis
27
Komplikasi yang dapat terjadi adalah efusi pleura, empiema, abses paru,
pneumotoraks, gagal napas dan sepsis.
Bronkhitis
a. Definisi
28
a. Bronkhitis infeksiosa, di sebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau
organisme lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonia dan
Chlamyidia). Serangan bronchitis berulang bias terjadi pada perokok,
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun.
Infeksi berulang bias terjadi akibat sinusitis kronis, bronkhiektasis,
alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat
iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut
organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida dan bromin), polusi
udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida serta tembakau
dan rokok
c. Patologi
d. Manifestasi klinis
29
paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mucus dalam
jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena
terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
30
saluran pernafasan, benda asing, bronkiektasia, defisiensi imun, TBC,
alergi sinusitis.
a)Tindakan Perawatan
g. Komplikasi
– Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis
Kronik
– Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak
dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan
Pneumonia.
– Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
– Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
h. Prognosis
31
(aktif atau pasif) makadapat terjadi kecenderungan untuk menjadi
bronkitis kronik kelak pada usia dewasa
Tuberkulosis (TB)
a. Definisis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman
TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
b. Epidemiologi
Indonesia adalah prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah
China dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan
Indonesia berturut turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus.
Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah
266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan
survai nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab
kematian tertinggi di Indonesia Prevalensi nasional terakhir TB paru
diperkirakan 0,24 % Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia
relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif
rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang
melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ketahun.
c. Etiologi
32
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah
M tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian African II dan
M.bovis.
33
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus mana mana pun; tidak adda predileksi lokasi
terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberkulosis
tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Basil TB
yang masuk tadi akan mendapatkan perlawanan dari tubuh, jenis
perlawanan tubuh tergantung kepada pengalaman tubuh, yaitu pernah
mengenal basil TB atau belum.
1. Infeksi Primer
34
yang terlihata. Jika dilakukan test mantoux (setelah 3 minggu terinfeksi),
akan terbukti bahwa ia telah terinfeksi basil tuberkulosis karena hasil test
mantoux memberikan hasil positif.
Sarang dini ini mula – mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Dalam 3 – 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel – sel Histiosit dan sel Datia Langhans (sel besar
dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel – sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat. TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen
dari usia muda menjadi TB usia tua (erdelry tuberculosis). Tergantung
dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien.
e. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam – macam
atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
35
dalam pemeriksaan kesehatan. Namun pada penderita infeksi primer yang
menjadi progresif dan sakit (3-4%) dari yang terinfeksi. Perjlanan penyakit
dan gejalanya bervariasi tergantung pada umur dan keadaan penderita saat
terinfeksi.Keluhan yang terbanyak adalah :
a) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang –
kadang panas badan dapat mencapai 40-410 C. Serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga
pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b) Batuk/ batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk – produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu – minggu atau berbulan – bulan peradangan
bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c) Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada pada penyakit yang sudah
lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru – paru.
Sesak napas timbul jika terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus
yang menekan bronkus, atau terjadi efusi pleura, ekstensi radang
parenkim atau miliar.
36
d) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.
e) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri
otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
f. Faktor resiko
- Faktor risiko infeksi TB: kontak TB positif, daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak
baik)
- Faktor risiko sakit TB: faktor usia (anak berusia ≤ 5 tahun memiliki
risiko lebih tinggi; terkait imunitas yang belum sempurna), malnutrisi,
kondisi immunocompromised (HIV, keganasan, transplan-. tasi organ,
pengobatan imunosupresi), serta sosioekonomi rendah dan lingkungan
padat.
g. Terapi
Medikamentosa:
Obat anti-tuberkulosis (OAT) diberikan dalam 2 fase, yaitu fase
intensif (3-5 OAT selama 2 bulan awal) dan fase lanjutan (INH-
rifampisin) hingga 6-12 bulan. Penelitian telah menunjukkan bahwa
etambutol dosis 15-25 mg/KgBB/hari tidak menyebabkan neuritis
optika pada pasien hingga 10 tahun pascapengobatan. Regimen untuk
masing-masing jenis TB berbeda, sebagai berikut:
- TB paru: 2HRZ-4RH
- TB paru berat (milier, destroyed lung) dan TB ekstra paru: 4-5 OAT
selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan dengan INH-rifampisin
hingga genap 9-12 bulan terapi. Untuk TB milier dan efusi pleura,
37
diberikan tambahan prednison 1-2 mg/KgBB/hari selama 2 minggu,
yang kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu sehingga
total waktu pemberian 1 bulan.
- Pada meningitis TB diberikan prednison selama 4 minggu dan
diturunkan bertahap selama 4 minggu (total 2 bulan). Pemberian
steroid dimaksudkan untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah perlengketan jaringan.
- TB kelenjar superfisial: sama dengan TB paru.
Secara umum, obat TB (terutama rifampisin) sebaiknya diminum
pada saat perut kosong, yaitu 1 jam sebelum makan/minum susu, atau
2 jam sesudah makan. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk kombinasi dosis
tetap (KDT) yang pemberiannya disesuaikan dengan berat badan.
Terapi non-medikamentosa:
- Pendekatan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), yang
meliputi:
a. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana
b. Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis
c. Pengobatan dengan OAT dengan penga- wasan langsung oleh
pengawas menelan obat (PMO)
d. Kesinambungan ketersediaan OAT dengan mutu terjamin
e. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB
f. Asuhan gizi, berperan penting dalam keberhasilan pengobatan TB.
Tanpa asupan gizi yang baik, pengobatan TB tidak akan mencapai
hasil optimal.
h. Komplikasi
38
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Ponce’s arthropaty.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas -> SOPT (Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> fibrosis
par, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB Millier dan kavitas TB.
i. Prognosis
39