Anda di halaman 1dari 28

KARYA ILMIAH

PENDIDIKAN SOSIAL DAN METODE PEMBELAJARAN DISKURSUS


TAFSIR AYAT AL QUR’AN
Dosen Pengampu : Wulandari Retnoningrum,M.Pd

Disusun untuk memenuhu tugas:

Dosen Pengampu : Wulandari Retnoningrum., M.Pd.,


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Di susun Oleh :

Nama : Atib Nurul Anam


NIM : 201211008
Prodi/Semester : PAI/1

FAKULTAS KEAGAMAAN ISLAM


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI CILACAP
TAHUN 2020/2021
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
KATA PENGANTAR...................................................................................................................III
ABSTRAK.....................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A.Latar Belakang.........................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah....................................................................................................................2
C.Tujuan Penulisan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7
A.Pendidikan Sosial.....................................................................................................................7
B.Azbabunnuzul...........................................................................................................................8
C.Tafsir QS. Ali Imron : Sebagai Ayat Pendidikan Sosial........................................................10
D.Metode Pendidikan Sosial......................................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19
A.Kesimpulan............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, tak lupa juga shalawat beriring salam kita

haturkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah yang berjudul “Pendidikan Sosial Dan Metode Pembelajaran Diskursus

Tafsir Ayat Al Qur’an ” dengan yang diharapkan.

Dengan maksud penyelesaian karya tulis ini agar memenuhi tugas bahasa Indonesia.

Terima kasih kami tidak haturkan kepada yang terhormat Ibu Wulandari Retnoningrum

selaku pembimbing materi pembuatan karya tulis tersebut, dan tak lupa untuk semua pihak

yang mendukung didalam penyusunan karya tulis ini.

Harapan kami pun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi si

pembaca untuk menambah wawasan baru atau pengetahuan tentang judul karya ilmiah yang

disebutkan diatas.

Kami menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan yang mungkin tidak

disadari dan dengan keterbatasan yang kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan

diterima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini.

Kesugihan, 11 Januari 2021


 
Penulis
Abstract: Education is one way to increase human potential. Among them are
cognitive, affective, spiritual abilities. To develop affective abilities, social
education is needed. In social learning, it is more aimed so that humans have
concern for others, are easy to get along with, and can conform to good norms
or customs.
This article describes various discourses in interpretation QS interpretation. Ali
Imran: 159. In this verse it encourages people to become complete social
humans. This research is a qualitative literature research, with a descriptive
analysis approach, namely the approach used to describe the data obtained and
then analyzed and presented in the form of descriptions.
The results of this study found that in the verse QS. Ali Imran: 159 there are
values of social education that can be used as a reference in learning. Apart
from that, various interpretations are in accordance with QS. Ali Imran: 159
who ordered humans to do good to others. In this verse, it contains about
mildness, abusive attitude to distance, mutual forgiveness and democracy,
Tawakkal and responding to the Results of Deliberation. The Conclusion in QS.
Ali Imran: 159 have an urgency in humans interacting with others.

Keywords: Social Education; Asbabun Nuzul and Tafsir QS. Ali Imran: 159;
Social Education Methods.

Abstrak: Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan potensi


manusia. Diantaranya adalah kemampuan kognitif, afektif, spiritual. Untuk
menumbuhkan kemampuan afektif dibutuhkan pendidikan sosial. Dalam
pembelajaran sosial lebih bertujuan agar manusia memiliki kepedulian terhadap
sesama, mudah bergaul, dan bisa sesuai dengan norma atau adat yang baik.
Artikel ini mendeskripsikan berbagai diskursus dalam tafsir QS. Ali Imran: 159.
Dalam ayat ini mendorong manusia agar menjadi manusia sosial yang
paripurna. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pustaka, dengan
pendekatan deskriptif analisis, yakni pendekatan yang digunakan untuk
mendeksripsikan data-data yang didapat kemudian dianalisis dan disajikan
dalam bentuk deskripsi

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pada ayat QS. Ali Imran: 159
terdapat nilai-nilai pendidikan sosial yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
belajar. Selain itu berbagai penafsirannya, sesuai dengan QS. Ali Imran:159
yang memerintah manusia bisa berbuat baik terhadap sesama. Dalam ayat
tersebut berisikan tentang lemah lembut, Sikap Kasar Menjauhkan, saling
memaafkan dan demokratis, Tawakkal dan menyikapi Hasil Musyawarah.
Dapat diambil garis besarnya QS. Ali Imran: 159 memiliki urgensi dalam
manusia berinteraksi terhadap orang lain.

Kata Kunci: Pendidikan Sosial; Asbabun Nuzul dan Tafsir QS. Ali Imran: 159;
Metode Pendidikan Sosial
.

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab suci dan sumber ajaran yang paling utama pada
Agama Islam serta dapat dijadikan pedoman pokok manusia sampai akhir zaman.
Selain Al-Quran berisikan petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan-
Nya juga mengatur tentang hubungan manusia dengan manusia ketika di dunia

atau (‫حب ل‬ ‫)الناس من حبل هلال من‬ bahkan terdapat hubungan manusia dengan alam.
Karena

itulah Al Quran sangat bisa dijadikan pedoman hidup dengan banyak nilai-nilai
kandungannya.
Nilai-nilai yang terkandungan dibalik ayat-ayat Al-Quran, benar-benar
tidak akan pernah tertandingi. Dengan adanya Al-Quran, tidak akan pernah ada
kejahatan dan kemaksiatan, karena dalam Al-Quran sudah jelas yaitu sebagai

rahmat bagi semua alam semesta (‫رمحة‬ ‫) لل عاملني‬. Sebagai seorang yang beragama
islam seyogyanya membaca, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Quran,
sebagaimana yang telah diwariskan oleh Rasulullah Saw. Al-Quran yang telah
diwariskan kepada umat islam untuk dijadikan sebagai ilmu pengetahuan seperti
dibaca, dikaji, diamalkan dan disebarluaskan sehingga Al-Quran terus membumi.
Selain hal tersebut, Kitab Suci Al-Quran dapat menjawab tantangan- tantangan
perkembangan zaman. Segala permasalahan yang ada di dunia bisa
dicari jawabannya di Al Quran. namun dalam pencariannya tidak asal mencari.
Namun harus melalui metode salah satunya tafsir Al Quran.
Perkembangan tafsir al-Quran di Indonesia memiliki perbedaan yang
signifikan dengan tafsir di dunia Arab yang menjadi tempat diturunkannya al-
Quran. Latar belakang budaya dan bahasa menjadi salah satu faktor penyebab
perbedaan tersebut. Proses penafsiran di Indonesia relatif lebih lama jika
dibandingkan dengan di Arab. Sebelum menafsirkan al-Quran secara rinci dan
luas, mufassir Indonesia menerjemahkan dahulu menjadi Bahasa Indonesia. Dan
proses penafsiran al-Quran tersebut senantiasa berkembang dari masa ke masa
hingga hari ini.1
Dalam menafsirkan sebuah ayat tidak jauh dari dasar tujuan islam.
Tujuannya utama yaitu persaudaraan yang terdiri dari universal, kesetaraan, dan
keadilan sosial, yang menghargai segala entitas sosial dan budaya yang ada di
muka bumi ini. Ketika Nabi Muhammad SAW di gua Hira, kemudian mengalami
pengalaman yang agung untuk pertamakalinya yaitu berupa wahyu dari Allah
SWT. Pada hakikatnya kejadian itu merupakan transendensi dan refleksi
terhadap kenyataan-kenyataan budaya masyarakat bangsa Arab yang tidak
seimbang dan ketimpangan pada sistem perputaran ekonomi yang
menguntungkan pada golongan orang kaya, laki-laki yang mendominasi segala
bidang, dan kebijakan sosial, dan kebijakan politik dikuasai oleh klan-klan yang
dominan.2
Dengan hal tersebut, pada saat itu, Al-Quran terinternalisasi pada diri Nabi
Muhammad SAW. Membuka pandangan analisis dalam merespons realitas
terhadap sosial budaya, ekonomi dan politik yang tengah dihadapi masyarakat
pada masa itu. Wahyu turun di masa-masa awal kerasulannya, begitu lekat
dengan

1
Nasruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia (Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003), hal. 31.
2
Muhammad Nur Effendi, Pendidikan Sosial Budaya Dalam Perspektif Al Qur’an, Jurnal:
Tarbiyah Islamiyah, Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2015, UIN Antassari, hlm. 79.
kritik etik terhadap sosial, dan kritik atas orang yang ada disekitarnya dengan
kekayaan tanpa batas.
Sebagaimana firman Allah QS. At Takatsur: 1-8, dapat diketahui artinya
bahwa Al Qur’an yang telah diwahyukan kepadanya tentunya muncul kedap dari
persoalan sosial, budaya, dan ekonomi politik yang merugikan masyarakat pada
saat itu. Berkorelasi dengan fakta di atas, manusia dalam hidupnya terdapat tiga
peran yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebagai manusia dan sebagai
individu sosial budaya.3
Seorang manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari berbagai
pengaruh seperti lingkungan masyarakat, lingkungan rumah, lingkungan
sekolahan dan lingkungan yang besar, menusia tidak bisa lepas dari pengaruh
orang lain. Karenanya manusia dapat disebut sebagai individu sosial, yang mana
tidak bisa hidup sendiri dari manusia lainnya. Karena itu kita sebagai manusia
harus bisa hidup berdampingan dan bermasyarakat dengan makhluk lain sesuai
QS. Ali Imran: 159.
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana pendidikan sosial ketika
dikaitkan dengan tafsir ayat Al Qur’an.
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan judul karya ilmiah, maka tujuan penulisan adalah agar
mengetahui apa metode pendidikan sosial ketika dikaitkan dengan ayat Al
Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Sosial
Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana yang betujuan
mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif untuk anak bisa
mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengembangan dilakukan tak lain yaitu
untuk menguatkan kecerdasan kemampuan spiritual , kepribadian baik,
pengendalian/penguasaan diri, berakhlak mulia, dan segala bentuk keterampilan
yang dibutuhkan oleh dirinya dan masyarakat.4

Dalam penyelenggaraannya, pendidikan tentu berlandaskan pada landasan sosial.


Landasan sosial pada pendidikan sudah tentu menekankan pada proses
pendidikan yang memperhatikan situasi dan proses yang terjadi di suatu
masyarakat maupun sebuah bangsa. Menurut Abdul Hamid al-Hasyimi
Pendidikan sosial merupakan bimbingan/arahan orang yang telah dewasa
terhadap anak dengan cara memberikan bentuk pelatihan untuk menumbuhkan
kehidupan sosial juga memberikan jenis-jenis pendidikan tentang perilaku sosial
dari sejak kecil. Semua itu menjadi pendukung penting dalam membentukan
masyarakat sosial sehat.5
Jelas sudah yang dimaksud dengan sosial, yakni kondisi yangmana
manusia sejak kecil telah termasuk ke dalam golongan masyarakat. Dalam
golongan tersebut ia memiliki hak dan juga kewajiban yang menyangkut
berbagai kejadian dalam kehidupan banyak orang. Golongan-golongan ini
dimulai pada keluarga, sekolah dan negara.6
Menurut Nashih Ulwan pendidikan sosial merupakan mendidik seseorang
sejak masih kecil agar anak terbiasa untuk menjalankan berbagai perilaku-
perilaku sosial yang baik, dan dalam dirinya memiliki nilai-nilai dasar kejiwaan
mulia yang bersumber kepada aqidah serta keimanan/keyakinan yang sempurna
agar ketika berada ditengah-tengah golongan masyarakat anak bisa dengan
mudah bergaul dan berperilaku dengan baik, mempunyai akal dan kematangan
yang seimbang serta Tindakan bijaksana.7
3
Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana, Jakarta, 2008, h.48
4
UU SISDIKNAS No. 22 tahun 2003
Manusia secara kodrati adalah mahluk yang hidup bermasyarakat.
Terbentuknya suatu masyarakat memerlukan individu-individu yang mau
mematuhi aturan aturan hidup bermasyarakat. Pendidikan sebagai lembaga yang
bertugas mendidik anggotanya yang masih muda dengan berbagai kegiatan
sehingga nantinya dapat menjadi warga masyarakat.8 Al Qur’an menegaskan

5
Abdul Hamid al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2001), hal. 17.
6
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hal. 171.
7
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Pendidikan Sosial Anak),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 1.
8
Muhammad Nur Effendi, Pendidikan ..., hlm. 84
beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan ketika melaksanakan pendidikan
sosial, yaitu:9
a. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki derajat yang sama. Dalam
surah al Hujurat ayat 13:

‫ٓأ‬
َ
‫َيي‬ ‫َأْت َ قٓى ُك ْم ِإ هن ٱ‬

Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.

b. Pendidikan harus diarahkan pada pembentukan sikap mental mau berubah


untuk kemajuan. Dalam QS. Ar Ra’ad ayat 11 Allah berfirman
‫ي َما‬ ُ ِ‫غ‬ َ ُ ‫ل َل ي‬ َ ‫هل‬ َّ ‫إِ هن ٱ‬
َ ُ ‫قْوم َح ََّّٓٓهت ي‬
‫غِ ُيو۟ ا َما ِبَ ُنف‬ ٍ ََِ‫ِب‬
Artinya:
‫ِس ِهم‬
Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sampai mereka sendiri
yang mengubahnya
c. Penanaman sikap untuk berhati-hati agar tidak terkena ancaman Allah
bahwa suatu masyarakat akan dimusnahkan bila durhaka kepada Allah. Hal
tersebut termaktub dalam Firman Allah QS. Al A’raf : 34
َ‫مة أَ َج ٌل ۖ َفإِذَا َجاأ َء أَ َج ُُله ْم‬
ٍ ‫ول ُك ِ ل ُأه‬ ِ
artinya:
‫ْست ْق‬
َ ‫ي‬َ ‫خرو َن َسا َعةا ۖ َ َوَل‬ ُ ِ ‫ي ْس َت ْأ‬
َ ‫َل‬
‫ُِدمو َن‬
9
Muhammad Nur Effendi, Pendidikan ..., hlm. 84-87.
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
dapat (pula) memajukannya.
d. Menanamkan sikap mau mengajak berbuat ma’ruf nahi mungkar kepada
orang lain. Hal ini termaktub dalam QS. Ali Imran ayat 110

‫َ َع ِن ٱْل من َ ِك ر وت ُْ ؤِمُنو َن‬ ‫ََْخي ْت‬ ‫ُكن ُْت م‬


َ ُ
‫بِٱ‬ ‫ُأهمٍة ُأ ْخ ِر لِلنها ِس ُْت ُم رو َن بِٱْل َم ْ ُع رو ِف‬
‫ه‬ ‫َوتَ ْن َهْ و َن‬ ‫َج‬
ِ
‫ل ۗ ولَ و‬
ْ َ
‫ه‬ ِ
َ ‫َء َا م َن َْأ ه ُل ٱلْكَٓت ِب َل‬
Artinya
‫ه‬ ‫ر‬ ‫ث‬ ‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬‫م‬ ِ‫َكا ن خ لم ۚ ِ من ه م ٱل م ؤ‬
: ُ َُ َ ُ ْ ُ ْ ُ ُ ْ ُ
ْ َ َ
‫ا يا‬
ِ
‫م ٱلَْٓف ُس قو َن‬
ُ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.

B. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul pada ayat QS. Ali Imran 159 yaitu banyak orang-orang
musyrikin yang menjadi tawanan perang ketika umat islam meraih kemenangan
dalam perang badar. Banyaknya tawanan perang itu, Rasulullah Saw
bermusyawarah dengan Abu Bakar Ash Shidiq dan Umar bin Khattab.
Rasulullah mempersilahkan Sahabatnya untuk menguatarakan pendapat.
Pertama pendapat Abu Bakar tentang tawanan perang itu, Abu Bakar
berpendapat alangkah baiknya mereka dikembalikan kepada keluarganya namun
harus membayar tebusan. Menurut beliau, hal ini sebagaimana menjadi bukti
bahwa Islam itu tidak keras,apalagi Islam baru saja hadir.
Kedua pendapat Umar bin Khattab, menurutnya berpendapat bahwa
dibunuh saja semua tawanan perang itu dan yang diperintah untuk
membunuhnyayaitu dari pihak keluarganya.
Pendapat Umar sebagaimana memiliki maksud ketika dilain hari mereka
tidak bernai untuk menghina serta mencaci maki agama Islam. Bagaimanapun
umat islam perlu memperlihatkan kekuatannya pada mereka.
Rasulullah Saw mendapati kesulitan dalam mengambil keputusan karena
memiliki pendapat yang berbeda dari sahabatnya. Namun saat itu Allah SWT
menurunkan Wahyu dalam QS Ali Imran ayat ke 159 yang berisi anjuran tegas
Rasulullah Saw., berbuat lemah lembut. Jika dilakukan dengan keras hati, sudah
tentu mereka tidak suka dengan islam dan mereka akan membenci serta menjauhi
ajarannya.
Dapat dikatakan QS Ali Imran ayat 159 turun untuk mendukung pendapat
dari sahabat nabi yaitu Abu Bakar As-Shiddiq. Selain itu, ayat ini menjadi
peringatan kepada Umar bin Khattab, yang mana ketika dalam bermusyawarah
pendapatnya tidak diterima maka hendaklah untuk bertawakkal kepada Allah
swt. Karena Allah SWT mencintai orang-orang yang suka bertawakkal kepada-
Nya. Dengan adanya ayat tersebut maka dapat diputuskan tawanan perang untuk
dilepaskan.10

C. Tafsir QS. Ali Imran: 159 Sebagai Ayat Pendidikan Sosial


Dalam makalah ini, ayat yang mengandung tentang pendidikan sosial yaitu:

‫فَبِ ما ْر ٍَمحة ِ م ن ٱ هَّللِ لِن َت‬


َ َ َ
ََّ
۟
‫ُلم وَل و ُكن َت ف ًَّظا َغِلي َظ ٱ َْل ْق ل ِب َلٱ َن ف ُّضوا ِم ن ح ولِ َك ۖ َفٱ ْع ُف َ ْعن ُه م‬
ْ ْ َ ْ ْ َ ْ
‫ب ٱلْ َني‬
ُّ ِ‫إ‬ ۚ ‫َف ت َعَلى ٱ ّهَ ِلل‬ َ ‫َوٱ ْسَت‬
ِ‫مت و كِل‬ ‫ْ ِغ ف ر ُْلم َو َشا ِوُْره ْم ِِف ٱ ْ َْل ِم ر ۖ فَِإَذا َوهك‬
ََ ُ ‫ٱ‬ ‫هن‬
ْ
‫ه‬ ‫َ َع ْزم ْل َت‬
‫َل ُُِي‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam

10
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Quran Surat Ali Imran
Ayat 159, Skripsi tidak diterbitkan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), hlm 41.
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.” QS. Ali Imran: 159.
Menurut Tafsir al Maraghi Karya Imam Mushthafa Al Maraghi Dalam
tafsir ini disebutkan bahwa musyawarah dalam surah Ali Imran dilakukan
berkenaan dengan kekalahan yang diderita umat Islam dalam perang Uhud. Nabi
melakukan musyawarah dengan para sahabat ketika tengah menghadapi
persoalan-persoalan yang penting selagi tidak terdapat dalam wahyu yang turun
berkenaan hal tersebut. Hal yang ditekankan dalam musyawarah tersebut adalah
sikap yang tenang dan berhati-hati. Beliau senantiasa memperhatikan dan
memahami setiap pendapat, selanjutnya mentarjihkannya antara pendapat satu
dengan pendapat yang lainnya agar lebih banyak maslakhat dan manfaat dengan
segala kemampuan yang dimiliki Nabi. Dan setelah hati bulat dalam
mengerjakan sesuatu serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya maka
hendaknya kita bertawakal kepada Allah.11
Dalam menafsirkan surah Ali Imran 159 M. Hasbi Ash Siedieqy
memberikan penjelasan bahwa, dalam musyawarah yang dilakukan oleh nabi
terdapat beberapa kaidah-kaidah, diantaranya: pertama musyawarah itu berbeda-
beda menurut keadaan masyarakatnya, waktu dan tempat di mana masyarakat
tersebut tinggal. Kedua, apabila nabi telah menetapkan sebuah kaidah dalam
agama maka, seolah-olah kaidah tersebut menjadi agama yang wajib ditaati oleh
umat Islam. Ketiga, Apabila nabi telah menetapkan kaidahkaidah tersebut, berarti
nabi telah menjalankan dasar-dasar dalam bermusyawarah.
Adapun manfaat musyawarah menurut M. Hasbi Ash Siedieqy adalah,
musyawarah merupakan cerminan akal dan kefahaman akan permasalahan serta
merupakan cerminan keikhlasan dan cinta terhadap masyarakat, musyawarah

11
Imam Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, jild. 4. (Semarang: CV. Thaha putra TTh),
hlm. 191-193
sebagai wahana untuk menggali sesuatu yang bersembunyi kemudian
musyawarah sebagai tempat untuk menghasilkan pendapat-pendapat yang benar
dan untuk mewujudkan kesatuan hati dari para pelaku musyawarah dalam usaha
menyelesaikan permasalahan bersama.12
Dalam surah Ali Imran ayat 159 disebutkan lapangan musyawarah dengan
kata fi al amr, yang diartikan dalam urusan itu. Kalau melihat dari konteks
turunnya ayat, peperangan itulah yang menjelaskan kata urusan. Sehingga tidak
jarang ada ulama’ yang membatasi musyawarah hanya dalam urusan peperangan
saja.
Quraish Shihab dalam menafsirkan lapangan musyawarah yang terdapat
dalam kata fi al amr, mengambil dua ayat lain yang sama-sama berbicara tentang
musyawarah. Yaitu Surah Al Baqoroh ayat 223 dan Surah asy Syura ayat 38.
Surah Al Baqoroh ayat 223 membicarakan bagaimana seharusnya hubungan
suami istri dalam kehidupan berumah tangga, khususnya ketika hendak
menyapih anak. Anak yang telah berusia 2 tahun apakah harus sudah disapih,
kemudian bagaimana cara menyapihnya, maka dalam masalah tersebut
hendaklah suami dan istri melakukan musyawarah untuk mencari cara yang
terbaik.
Sedangkan surah asy-Syura ayat 38 menyebutkan bahwa orang-orang
mukmin yang baik dan kekal disisi Allah diantaranya mempunyai sifat senantiasa
menyeleseikan urusan dengan musyawarah (amruhum syura bainahum).13

‫فَبِ َما َ ْر ٍَمحة ِ م َن ٱ َت‬


(maka disebabkan rahmat dari Allah-lah) ََّ ‫ه‬
‫ِل لِن ُلم‬
ْ

12
Hasbi Ash Siedieqy, Tafsír Al-Qur’anul Majid “An-Nur” juz 4 (Jakarta: Bulan Bintang 1969),
hlm. 106-110
13
Anang Masduki, Al-Qur’an dan Budaya Komunikasi dalam Musyawarah: Telaah Surah Ali
Imron 159 dalam Pandangan Mufassir, Channel, Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, Universitas Ahmad
Dahlan, hlm. 57-58.
Menurut Sibawaih dan lainnya hal itu merupakan penegasan. Kitab Tajut
kata Tafsir
ََّ ‫( لنت‬kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka) dapat diartikan
‫لُْم‬
bahwa bersikap lemah lembut dan memperlakukan dengan kasih sayang serta
berakhlak mulia kepada mereka.14
Bersikap lemah lembut kepada semua orang adalah salah satu cara untuk
bisa menjalin interaksi sosial yang baik diantara manusia. Setiap manusia akan
merakan kenyamanan ketika lemah lembut itu ada pada manusia. Dengan lemah
lembut akan mengantisipasi segala bentuk tindak kekerasan.
۟
ِ‫ول و كن ت ف ًّظا غِلي ظ ٱلْ ْق ل ِب لٱن ف ُّضوا م‬
َ َ َ َ َ َ َ ُ َْ َ
‫ن ح ولِ َك‬
ْ َ ْ
Menurut Al-Sa’di, penggalan َ
َُ , sekiranya kamu bersikap keras,”
‫ت‬ ‫ول ك‬
‫ن‬
‫و‬
artinya berakhlak yang buruk, kemudian ditambah
ِ‫ب‬ ‫َغِلي َظ‬ ” yang berhati lagi
‫ٱلَْ ْق ل‬
‫ح‬
keras,” artinya berhati kasar َ ‫لَٱ َن ف ُ ا ِم‬ ”tentulah mereka menjauhkan diri
ِ ‫ّ ْن‬
‫ول‬ ‫ض‬
‫َك‬
dari sekelilingmu, ” karena sikap seperti inilah yang menjadikan mereka lari dan
mereka tidak menyukai orang yang berakhlak buruk. Akhlak yang baik
(Akhlaqul Karimah) merupakan landasa pokok ajaran dalam beragama yang
menjadikan manusia mendekat kepada agama Allah serta menjadikan mereka
senang.
Sebaliknya, akhlak yang buruk (Akhlaqul Madzmumah) merupakan
perilaku yang menjauhkan manusia dari agama Allah.

ََّ ‫فٱ ع ُف َ ْعن ُه م‬


ْ ْ َ
‫ِ ُلم‬
ْ ‫وٱ سَت ْغ ف ر‬
ْ ْ َ
”maka maafkanlah mereka,” mohon memaafkan dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka. Dibolehkan untuk memaafkan atas perbuatan zalim
kepadamu, dan atas dosa yang telah mereka perbuat dan berkaitan dengan Allah
serta awasilah

14
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan…, hlm 42-42.
mereka ketika melakukan musyawarah dengan mereka apalagi dalam urusan-
urusan tentang politik dan sosial.
Quraish berpendapat pada QS. Ali Imran ayat 159 berkaitan dengan sikap
ketika bermusyawarah. Seseorang harus dapat mempersiapkan mental untuk
bersedia memberikan maaf ketika melakukan musyawarah. Bisa saja bahkan
tentunya terjadi perbedaan pendapat dari orang lain atau tersinggung bahkan
sampai masuk ke hati dan bisa menimbulkan pertengkaran. Dalam
bermusyawarah perlu disadari bahwa ketajaman berpikir dan analisis saja belum
cukup.15

‫و َشا ِوُره م ِِف ٱْلَْ مِ ر‬


ْ ْ َ
Pada ayat ini mengindikasikan kebolehan dalam berijtihad terhdap semua
perkara yang didasari dengan wahyu. Sebab Rasul juga diizinkan berijtidah oleh
Allah SWT. Para penta’wil memiliki pendapat dari makna perintah ayat itu,
sebagaimana dalam Tafsir al Qurtubi menurut Imam al-Qurthubi bahwa
musyawarah yang dimaksud yaitu dalam hal taktik untuk berperang agar bisa
membuat mereka senang hatinya dan menumbuhkan rasa cinta kepada agama
mereka, sekalipun Allah swt telah mencukupkan beliau dengan wahyu-Nya dari
pendapat mereka”
Kelompok yang lain berkata, diriwayatkan dari Hasan al Bashri dan Dhahak
Musyawarah yang dimaksud adalah dalam hal yang tidak ada wahyu tentangnya.16
ِ‫ف ت على ٱ َّلل‬
‫َ َ َ ه‬ َ ‫فَِإَذا‬
‫وهك‬ َ َ‫ع‬
‫ْ ل َت‬ ‫ْز‬
‫م‬
Selanjutnya menurut As-Sa’di, ‫َفإَِذا َت‬ ”kemudian apabila kamu telah

‫عْز‬
َ َ
‫م‬
membulatkan tekad,” yaitu terhadap perkara setelah melakuakan musyawarah
padanya, apabila membutuhkan untuk bermusyawarah, َ َ ‫ْل َوهك َت َّهللِ ٱ‬
‫على‬
‫“ َف‬Maka

15
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan…, hlm 45.
16
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan…, hlm. 47.
bertawakal kepada Allah,” memiliki maksud untuk bersandar kepada Allah dan
segala kekuatan-Nya dan berserah diri dari kemampuan dirimu.17
Menurut Quraish Shihab, tawakal merupakan wujud kesadaran manusia
akan ketidakmampuan diri di hadapan Allah SWT dan disertai kesadaran bahwa
Allah lah yang menjadi penyebab suatu perkara baik keberhasilan dan kegagalan
manusia.18
Nilai-nilai sosial yang ada termaktub dalam QS. Ali Imran 159
diantaranya:19
a. Bersikap lemah lembut sesama manusia
Dapat dimaksud dengan tidak berlaku kasar dan memaksakan
kehendak diri. Karena akan berakibat fatal apabila segala sesuatu dilakukan
dengan paksa. Namun bila dilakukan dengan keadaan yang sehat dan
rasional tentu akan menghasilkan hikmah besar.
b. Ikhlas Memaafkan
Memaafkan merupakan sikap dalam memberikan kemurahan hati
kepada orang lain terhadap kesalahannya atas dirinya. Memaafkan juga tidak
ada niatan untuk membalas dendam. Dalam agama Islam juga mengajarkan
kepada kita untuk saling memaafkan kesalahan. Bahkan tanpa harus
menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. M. Quraish Shihab
berpendapat, tidak menemukan ayat manapun yang menganjurkan untuk
meminta maaf, justru yang ada perintah untuk memaafkan atau memberi
maaf.
c. Musyawarah
Manusia seyogyanya ketika ingin membuat keputusan atau
memecahkan masalah harus dilakukan dengan musyawarah bersama.

17
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan…, hlm. 49.
18
Putri Kasih Handriyani, Pendidikan…, hlm. 50.
19
Amin Nurhartanto, Nilai–Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran Ayat
159-160, Jurnal Profetik, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 155-166, hlm. 160.
Musyawarah bisa menemukan keputusan terbaik dan bisa berdampak baik
pula. Hal tersebut dicontohkan oleh Rasul Muhammad Saw. walaupaun
beliau sudah menjadi Suci (Maksum) namun masih melakukan musyawarah
dengan para sahabatnya untuk urusan bersama.
d. Menghargai Perbedaan Pendapat
Bermusyawarah harus memiliki sifat kejujuran saat berpendapat dan
menyampaikan pendapatnya tanpa mengusik atau mengganggu orang lain,
jika tidak tau lebih baik diam. Itulah sifat yang harus dijunjung tinggi dalam
bermusyawarah. Selain itu harus bisa memberi dampak positif dalam
kehidupan.
e. Tawakal
Senantiasa bertawakal dengan sabar setelah berusaha/ikhtiar. Tawakkal
dapat diartikan sikap penyerahan diri atau pasrah kepada Allah SWT setelah
berusaha melakukan sesuatu dengan seluruh upayanya dalam mencapai
tujuan. Selain itu, tawakkal dapat menjadi bukti wujud penghambaan diri
manusia kepada Allah SWT dan yakin bahwa semua keputusan menjadi hak
prerogative Allah SWT.

D. Metode Pendidikan Sosial


Strategi pendidikan sosial dan luput dari metode pendidikan sosial. Karena
metode merupakan bagian dari strategi dalam pendidikan. Abdullah Nashih
Ulwan berpendapat metode pendidikan sosial ini berkisar pada hal-hal berikut
ini:
1. Penanaman Psikis Dasar Islam
Dasar-dasar pendidikan dalam islam telah memberikan dasar yang
utama dalam pendidikan yang ada dalam jiwa setiap individu, kecil atau
besar, laki-laki atau perempuan, orang tua atau muda, di atas dasar-dasar
kejiwaan yang mulia. Selanjutnya demi tercapainya kesempurnaan
pendidikan sosial, dari segi makna dan tujuannya, Islam sudah terdapat
arahan-arahan yang berharga dan mulia. Dalam islam, berikut dasar-dasar
psikis yang penting untuk ditanamkan antara lain:
a. Bertakwa
Takwa dapat diartikan membersihkan hati dari segala kotoran
dan membersihkan badan dari segala dosa seluruh badan. Takwa dapat
menjadikan kita waspada dan lebih berhati-hati dari penyimpangan
terhadap apa pun. Orang yang benar-benar betakwa adalah orang yang
tanpa dosa.20
b. Wujud Persaudaraan
Persaudaraan atau bersaudara adalah perasaan yang dalam
tentang cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang dilandasi dengan
ikatan kejiwaan akidah Islamiyah, keimanan, dan ketakwaan. Dalam
persaudaraan yang sesuai dengan islam maka akan membentuk sikap
positif pada setiap muslin. Sikap yang timbul seperti kasih sayang,
memberikan maaf, peduli. Al-Quran dan Hadits sudah menjelaskan
kelazimannya untuk melakukan persaudaraan di jalan Allah SWT.21
c. Berkasih Sayang
Dapat diartikan sebagai suatu perasaan kelembutan yang halus di
dalam hati Nurani dan mengarahkan manusia untuk bersikap lemah
lembut terhadap orang lain. Hati nurani adalah perasaan dalam diri
yang menyerukan mukmin untuk menjauhi segala bentuk kejahatan,
kemudian mengarah kepada suatu hal kebajikan, kebaikan,

keselamatan untuk seluruh umat manusia (‫)رمحةللعاملني‬22

2. Menjaga Hak-hak Sosial

20
Muchlis M. Hanafi (ed), Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Quran, 2010), h. 78.
21
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,... h. 276.
22
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,... h. 278.
Yang terpenting dalam upaya pendidikan yaitu menyampaikan
hak- hak sosial secara baik. Hak-hak tersebut dapat berupa hak anak
terhadap orang tua, hak terhadap saudaranya, hak terhadap guru, hak
terhadapt teman, dan lainnya. Menanamkan semua itu kepada anak
merupakan salah satu tugas dari pendidik.
Dalam memahami hakikat pendidikan islam dibutuhkan pendidik
yang berkompeten maka umat bisa mencapai akhlah baik dalam
bersosial dan beradab. Ketentraman dan masyarakat dengan generasi
yang mulia akan tumbuh jika memiliki pendidik yang berkompeten.23
3. Implementasi Adab Sosial
Dasar-dasar psikis dangat erat kaitannya dengan adab-adab sosial.
Beberapa yang menjadi pijakan dalam pelaksanaannya yaitu pada
akidah iman dan takwa, persaudaraan dan sopan santun dalam
berperilaku dengan orang lain. Ketika sudah melaksanakan minimal hal
tersebut, seseorang bisa muncul di tengah masyarakat dengan akhlak,
interaksi yang mulia dan bisa menjadi insan yang cerdas dan harmonis.
Berikut contoh dari adab sosial yaitu adab memberi salam, makan
dan minum, dalam majelis, berbicara, meminta izin, bergurau, berbicara,
menjenguk orang sakit.24 Salah satu penjelasannya ketika makan yaitu
harus mencuci tangan terlebih dahulu, mendahulukan yang lebih tua
untuk mengambil makanan, mengambil bagian tepi makanan dahulu,
makan dengan cukup, berdoa sebelum dan sesuah makan.
4. Kritik Sosial
Membentuk dan mendidik kehidupan sosial anak dengan baik
yaitu dengan membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan kritis
sosial. seperti membina setiap individu ketika bergaul untuk saling
memberikan

23
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,....h. 290.
24
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h.300.
nasehat kepada individu yang kemungkinan tampak menyimpang dari
adab.25
Dapat diartikan sebagai pembiasaan anak kecil sejak masa
pertumbuhannya supaya bisa melakukan suatu kewajiban amar ma’ruf
nahi mungkar dimana hal tersebut bagian dari dasar islam.

Inti dari QS Ali Imran 159, yang dapat diaplikasikan oleh pendidik dapat
dijelaskan sebagai berikut:26

1. Pembelajaran santun dan lemah lembut


Guru merupakan seseorang yang bisa menjadi panutan atau dapat
diartika digugu dan ditiru. Sesuatu yang menjadi panutan tentunya harus bisa
memberikan keteladanan yang baik kepada siswanya. Yang dapat dilakuakn
yaitu menciptakan kelas yang nyaman dan kondusif dengan cara salah
satunya guru menyampaikan materi dengan santun dan lemah lembut, ketika
itu sudah terjadi maka siswa bisa saja merasakan sedang berada di rumahnya
dan bersama orang tuanya. Saat itulah proses internalisasi nilai-nilai
keislaman dan akhlak dapat terjadi.
2. Keteladanan Sikap Pemaaf
Ketika nabi dihadapi masalah berat terhadap kesalahan umatnya,
bukan memarahinya justru memaafkan mereka. Peristiwa itu dapat dilihat
pada asbabun nuzul QS. Ali Imran: 159 dan ayat ini bisa dijadikan dasar
untuk pendidikan sosial.
3. Hak Siswa
Ketika hak siswa terutama kebebasan dalam berpendapat menjadi
kebiasaan, maka siswa ketika menyampaikan sesuatu yang terpikirkan bisa
secara terbuka tanpa merasa terbebani. Hak itu haru dilakukan karena
pendidikan juga memberdayakat bakat minat dan potensi yang ada pada
anak.

25
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,....h.310.
26
Amin Nurhartanto, Niali-nilai … , hlm. 161-162
4. Tawakal
Menstimulis dan memberi keyakinan pada siswa bahwa Allah SWT
adalah tempat untuk bersandar dari apaun yang telah diusahakannya secara
maksimal. Tawakal adalah sikap penyerahan diri atau pasrah kepada Allah
SWT terhadap sesuatu positif yang sudah diusahakannya dengan sekuat
kemampuan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan sosial seyogyanya terjadi ketika masih kecil supaya anak ketika
besar sudah terbiasa menjalankan segala perilaku sosial yang baik, memiliki
prinsip dasar kejiwaan yang bersumber pada aqidah dan keimanan islam yang
dalam, agar ketika berada ditengah-tengah masyarakat anak bisa dengan mudah
bergaul dan berperilaku baik,
Prinsip dalam pendidikan sosial yaitu Manusia adalah mahluk sosial yang
memiliki derajat yang sama, Pendidikan harus diarahkan pada pembentukan
sikap mental mau berubah untuk kemajuan, Penanaman sikap untuk berhati-hati,
Menanamkan kepada manusia sikap mau berbuat amar ma’ruf nahi mungkar.
Pendidikan Sosial sudah tercantum dalam QS Ali Imran ayat 159 berisikan
tentang lemah lembut, Sikap Kasar Menjauhkan, saling memaafkan dan
demokratis, Tawakkal dan menyikapi Hasil Musyawarah. Karena itu ayat ini
dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pendidikan sosial untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam berinteraksi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2001).

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Pendidikan Sosial Anak),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991)
Amin Nurhartanto, Nilai–Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran
Ayat 159-160, Jurnal Profetik, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 155-166.

Anang Masduki, Al-Qur’an dan Budaya Komunikasi dalam Musyawarah: Telaah


Surah Ali Imron 159 dalam Pandangan Mufassir, Channel, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2015, Universitas Ahmad Dahlan.

Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana, Jakarta, 2008, h.48

Hasbi Ash Siedieqy, Tafsír Al-Qur’anul Majid “An-Nur” juz 4 (Jakarta: Bulan
Bintang 1969).

Imam Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, jild. 4. (Semarang: CV. Thaha


putra TTh).

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2000).

Muchlis M. Hanafi (ed), Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan


Mushaf Al-Quran, 2010), h. 78.

Muhammad Nur Effendi, Pendidikan Sosial Budaya Dalam Perspektif Al Qur’an,


Jurnal: Tarbiyah Islamiyah, Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2015, UIN
Antassari.

Nasruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia (Solo: Tiga


Serangkai Pustaka Mandiri, 2003).

Putri Kasih Handriyani, Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Quran Surat
Ali Imran Ayat 159, Skripsi tidak diterbitkan, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah).

UU SISDIKNAS No.22 tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai