Disusun oleh:
Marpina (1820603103)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah MANAJEMEN RISIKO yang berjudul MANAJEMEN RISIKO REPUTASI
dengan lancar. Dengan adanya tugas ini, dapat menambah wawasan tentang MANAJEMEN RISIKO.
Makalah ini merupakan bukti tertulis bahwa saya telah melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh
bapak M. Iqbal, M.E.
Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dengan
terselesainya makalah ini, saya ucapkan terima kasih, saya berharap makalah ini akan memberi
manfaat bagi pembaca. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDHULUAN…………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………... 2
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang, reputasi suatu perusahaan dianggap sangat penting untuk terus
dijaga dan ditingkatkan. Karena saat ini, publik telah memiliki ruang yang lebih luas untuk
memantau sepak terjang perusahaan baik yang berkaitan dengan produk dan jasa, pengelolaan
perusahaan sampai kinerja suatu perusahaan. Sehingga, tuntutan untuk terus menjaga reputasi
yang baik menjadi sesuatu yang mendesak. Reputasi yang baik dari suatu organisasi akan
mempunyai dampak yang menguntungkan, karena reputasi mempunyai suatu dampak pada
persepsi publik terhadap komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal, sedangkan
reputasi yang buruk tentu akan merugikan perusahaan.
Perkembangan industri perbankan syariah yang demikian masif di berbagai negara, telah
mengantarkan industri ini pada kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya mengelola risiko
yang muncul, para pegiat perbankan syariah tentu tidak ingin industri perbankan syariah
mengalami krisis yang sama seperti yang telah terjadi di perbankan konvensional. Dengan
lemahnya sosialiasi ditambah dengan beragam anggapan miring yang berkembang cukup masif
menjadikan keberadaan dan kesyariahan bank syariah masih diragukan oleh sebagian masyarakat.
Bank syariah memiliki resiko yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan yang
bergerak di sektor lainnya. Kompleksitas persoalan perbankan tidak semata menyangkut organ –
organ perusahaan tetapi juga melibatkan nasabah dan masyarakat luas serta kondisi stabilitas
perekonomian dalam cakupan yang lebih luas. Resiko dan pelaksanaan manajemen resiko pada
perbankan syariah lebih rumit. Dianggap lebih rumit setidaknya disebabkan dua hal, pertama bank
syari’ah menghadapi resiko. Sebagaimana risiko yang biasa dihadapi oleh bank konvensional
seperti resiko kredit, resiko pasar, resiko reputasi, resiko likuiditas dan risiko operasional. Kedua,
resiko-resiko yang disebutkan diatas akan menghadapi kondisi yang berbeda ketika berhadapan
dengan kewajiban mematuhi prinsip-prinsip syari’ah.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa (events)
yang dapat menimbulkan kerugian. Menurut Workbook level 1 Global Association of Risk
Professionals- Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005) risiko didefinisikan sebagai
“Chance of bad outcome” yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan , yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya. Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang
dapat diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang
berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak
dapat dihindari namun dapat dikelola dan dikendalikan. Risiko ini haruslah dikelola
sedemikian rupa untuk dapat diminimalisir potensi terjadinya.
Reputasi atau citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran
yang ada di dalam benak seseorang.Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila
kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya.Menurut
Doorley dan Gracia (2007) mengartikan reputasi sebagai gabungan dari perilaku, kinerja dan
komunikasi organisasi. Menurutnya, reputasi dipengaruhi dari persepsi dan citra dari berbagai
macamstakeholder kemudian penggabungan dari kinerja dan sikap perusahaan tersebut
ditambah dengan komunikasi. Komunikasi disini adalah bagaimana sebuah kinerja dan sikap
perusahaan dikomunikasikan kepada para stakeholder tersebut. Jika salah satu diantaranya
tidak baik, maka reputasi yang baik juga tidak akan diperoleh. Daripenjabaran ini terlihat jelas
bahwa reputasi adalah gabungan antara citra, kinerja danbagaimana sebuah perusahaan atau
organiasi mengkomunikasikan kinerja mereka.
Risiko reputasi suatu bank adalah kumpulan citra bank di benak khalayak atau stake
holder. Reputasi mencerminkan persepsi public terkait tindakan yang dilakukan suatu bank,
bisa juga disebabkan adanya publikasi negatif terhadap suatu bank. Risiko reputasi
merupakan Risiko yang tidak berdiri sendiri, melainkan Risiko derajat kedua (second tier
risk) yaitu risiko yang terjadi karena dipicu oleh Risiko lain seperti Risiko kredit, Risiko
likuiditas, atau Risiko operasional. Dengan demikian, dalam menilai Risiko reputasi perlu
dipahami keterkaitan antara Risiko reputasi dan Risiko lain. Risiko reputasi dibentuk dari
2
berbagai atribut, yaitu : tanggung jawab sosial, daya tarik emosional, kinerja finansial, produk
dan pelayanan, visi dan kepemimpinan, lingkungan tempat kerja.1
Risiko reputasi juga dimasukkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.5 tahun
2003 tentang Penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Bahkan sebuah penelitian
menyatakan 84% responden setingkat presiden direktur industri keuangan dalam lima tahun
terakhir fokus pada pengelolaan risiko reputasinya.
Risiko Inheren merupakan risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank syariah,
baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang memaparkan mengenai risiko inheren
reputasi. Reputasi di dalam sebuah lembaga perbankan itu sangat penting karena untuk
menjaga kepercayaan nasabah, ketika reputasi lembaga perbankan tersebut buruk maka
nasabah tersebut tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap lembaga perbankan tersebut dan
risiko reputasi itu pasti saja terjadi, maka dari itu lembaga perbankan harus lebih
memperhatikan hal kecil apapun yang berkaitan dengan lembaga perbankan mengenai
Reputasi.2
Kredibilitas pemilik dan perusahaan terkait, kejadian reputasi pada pemilik dan
perusahaan terkait. Pengaruh reputasi dari pemilik bank merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan risiko reputasi pada bank syariah. Kredibilitas memang sangat
berpengaruh terhadap reputasi suatu perusahaan contohnya seperti ketika suatu bank
banyak para nasabahnya karena atas dasar kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut. Salah satunya ketika para nasabah menyimpan uang atau deposito karena
penawaran bunga yang cukup tinggi. Ketika bank tetap stabil dalam pemberian bunga
terhadap penyimpanan deposito atau pun pemberian kredit bunga bank. Maka
1
Arysyadona dkk, “Manajemen Risiko Reputasi pada Bank Syariah” , Seminar Nasional Teknologi Komputer
& Sains (SAINTEKS), 2020, hal. 659.
2
Salma Fauziah, “Manajemen Risiko Reputasi Perbankan Syariah”, Jurnal EKSISBANK Vol. 3 No. 1, 2019,
hal. 75.
3
trust/kepercayaan para nasabah pun akan tetap loyal terhadap bank tersebut, dan otomatis
akan meningkatkan reputasi bank tersebut. 3
Jumlah dan tingkat penggunaan nasabah atas produk bank syariah yang
kompleks, jumlah dan materialitas kerja sama bank syariah dan mitra bisnis. Produk yang
kompleks dan kerja sama dengan mitra bisnis dapat tereskpose pada risiko reputasi
apabila terdapat kesalahpahaman penggunaan produk/jasa pada mitra bisnis misalnya jasa
perbankan dengan produk reksadana. Jumlah tingkat penggunaan nasabah atas produk
perusahaan yang kompleks serta jumlah dan materialitas kerjasama perusahaan dengan
mitra bisnis dapat memengaruhi risiko reputasi.
3
ibid
5
4. Frekuensi
Frekuensi dan jenis media dan materialitas pemberitaan negatif bank syariah
meliputi juga pengurus bank syariah yang diukur selama periode penilaian.
6
f) Perekrutan individu yang memiliki potensi. Reputasi yang baik dapat
menumbuhkan keinginan individu-individu unggul untuk berkarya di
perusahaan tersebut. 4
Salah satu asset perusahaan yang paling bernilai adalah reputasi. Reputasi yang
baik bisa mendongkrak perusahaan, namun sebaliknya, reputasi yang buruk akan
mengurangi nilai perusahaan. Dalam banyak kejadian, risiko reputasi muncul, antara lain
karena adanya publikasi negatif terkait kegiatan perusahaan, atau adanya persepsi negatif
terhadap perusahaan. Penyebab munculnya risiko reputasi bisa dari mana saja, namun
yang terparah jika perusahaan mengalami kasus hukum dan penyimpangan. Reputasi
merupakan intangible assets, yang berasal dari akumulasi tindakan, nilai-nilai dan kinerja
perusahaan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Risiko ini mengalami
ujian, dari waktu ke waktu, dan dapat disebabkan oleh risiko lain, yaitu: risiko hukum,
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko stratejik, risiko
kepatuhan. Dengan demikian, untuk mengendalikan dan menjaga risiko reputasi, harus
menerapkan dan menjaga risiko lainnya agar tidak mengenai perusahaan.
4
Dodi Eka Nugraha, “Manajemen Risiko Reputasi Perbankan Syariah” , Jurnal EKSISBANK Vol. 3 No. 2,
2019, hal. 106.
7
1. Kewenangan dan Tanggungjawab Dewan Komisaris Dan Direksi
a) Dewan komisaris dan direksi harus memberikan perhatian terhadap
pelaksanaan manajemen resiko untuk resiko reputasi oleh unit-unit terkait
(corporate secretary, humas, dan unit bisnis terkait).
b) Dewan komisaris dan direksi harus berperilaku secara profesional dan
menjaga etika bisnis sehingga dapat menjadi contoh bagi seluruh elemen
organisaasi bank syariah dalam upaya membangun dan menjaga reputasi.
c) Direksi harus menetapkan satuan kerja dan/fungsi yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada
nasabah dan para pemangku kepentingan bank terkait dengan aktivitas
bisnis dalam rangka mengendalikan resiko reputasi.
d) Dewan pengawas syariah harus melakukan evaluasi (review) atas
kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait
dengan pemenuhan prinsip syariah.
e) Dewan pengawas syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban
direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko khususnya evaluasi
(review) atas kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang
terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
f) Dewan pengawas syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban
direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko khususnya aspek
reputasi yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
8
seluruh aktivitas bisnis bank syariah. Peran manajemen unit bisnis adalah
mengidentifikasi resiko reputasi yang terjadi pada bisnis atau aktivitas unit
tersebut dan sebagai font linier dalam membangun dan mencegah resiko
reputasi, khususnya terkiat hubungan dengan nasabah.
b) Satuan kerja yang melaksanakan manajemen resiko untuk resiko reputasi
seperti corporate secretary, humas, investor relation, antara lain bertanggung
jawab mencakup hal-hal berikut :Menjalankan fungsi kehumasan dan
merespon pemberitaan negatif atau kejadian lainnya yang mempengaruhi
reputasi bank syariah dan dapat menyebabkan kerugian bank syariah.
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek
kebijakan, prosedur dan penetapan limit dalam menetapkan prosedur, kebijakan
dan penetapan limit untuk resiko reputasi mencakup hal-hal berikut: Strategi
manajemen resiko,Tingkat rasio yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi
resiko (risk tolerance).
9
lembaga perbankan untuk menghindari resiko reputasi dan
memang benar didalam membuat kebijakan dan prosedur itu
harus transparansi agar tidak ada kesalahpahaman antara
stakeholder.
Secara umum pengendalian risiko reputasi dapat dilakukan melalui 2 hal, yaitu
pencegahan terjadinya kejadian yang menimbulkan risiko reputasi yang secara umum
dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan yaitu serangkaian aktivitas yang
dilakukan perusahaan untuk pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan
kepentingan terhadap perusahaan dan komunikasi. Identifikasi risiko dilakukan terhadap
seluruh aktivitas bisnis Bank dan dilakukan dalam rangka menganalisa sumber dan
5
Edratna, “Menjaga Agar Tidak Muncul Risiko Reputasi”, diakses dari
https://edratna.wordpress.com/2011/03/27/menjaga-agar-tidak-muncul-risiko-reputasi/, pada tanggal 11
November 2020 pukul 17.29.
10
kemungkinan timbulnya risiko dan dampaknya terhadap Bank. Sementara itu
pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur eksposur risiko Bank sebagai acuan untuk
melakukan pengendalian risiko. Pengukuran risiko dilakukan secara berkala baik untuk
produk dan portofolio transaksi maupun seluruh aktivitas bisnis Bank. Pemantauan
terhadap hasil pengukuran risiko dilakukan oleh unit kerja pelaksana maupun oleh Risk
Management Group. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang
disampaikan kepada Manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang
diperlukan.
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berpijak di atas kaidah syariah (sharia
principles). Sehingga sebagai lembaga yang mengadopsi nilai-nilai Islam, maka bank syariah
harus selalu menjunjung tinggi image spiritual kepada masyarakat. Image spiritual ini diperlukan
agar diferensiasi antara bank syariah dengan bank konvensional dapat terlihat.
Yang lebih penting adalah mempertahankan image sebagai bank yang mengaplikasikan
prinsip syariah. Jika masyarakat melihat bahwa bank syariah tidak sesuai syariah maka
masyarakat akan berargumen bahwa bank syariah sama saja dengan bank konvensional. Dan
akibatnya akan sangat fatal. Akan meruntuhkan reputasi bank syariah. 6
Risiko reputasi suatu bank syariah biasanya terjadi ketika nasabah merasa kecewa kepada
bank syariah lalu melakukan protes, baik secara langsung (kepada bank syariah tersebut) maupun
tidak langsung (lewat word-to-mouth dan media massa). Kejadian yang dapat mendatangkan
risiko reputasi misalnya pelayanan bank syariah yang tidak becus, marjin yang mencekik leher,
pegawai yang berbusana seksi, pegawai yang tidak mengetahui akad-akad syariah dan
sebagainya. Yang paling parah jika risiko reputasi itu muncul karena pelanggaran aspek syariah.
Dalam jangka pendek, risiko reputasi memang tidak menimbulkan dampak langsung secara
finansial. Tapi dalam jangka panjang akan sangat terasa. Pelan-pelan menghanyutkan. Derajat
yang sangat dihindari adalah ketika risiko reputasi mengikis tingkat kepercayaan nasabah. Karena
pada umumnya, bank termasuk industri yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap kepercayaan
publik atau masyarakat umum. Bank syariah memiliki risiko reputasi yang lebih berat bobotnya
dibandingkan dengan bank konvensional. Karena masyarakat tidak hanya melihat pada aspek
operasional tetapi juga spiritual. Apalagi umur industri perbankan syariah masih muda, belum
6
Tony Hidayat, “Risiko Reputasi Bank Syariah”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/banksyariah/54ff4a4fa33311804c50fae6/risiko-reputasi-bank-
syariah?page=all#section1, pada tanggal 09 Desember 2020, pukul 13.12.
11
sampai dua dasawarsa. Ditambah lagi pangsa pasarnya yang masih buncit di arena perbankan
nasional. Bahkan dengan size industri yang masih kecil, reputasi negatif bisa berdampak
sistematik kepada industri keuangan syariah. Oleh karena itu bank syariah harus memiliki
manajemen reputasi yang baik.
Pengelolaan risiko reputasi dalam bank syariah setidaknya ada tiga hal yakni; Pertama,
Optimalkan unit pengaduan nasabah. Setiap pengaduan nasabah harus segera ditindak lanjuti.
Jangan sampai bank syariah cuek, buntutnya nasabah mengadu ke pihak lain bahkan hingga ke
media massa (Misalnya: lewat kolom Surat Pembaca). Karena pada dasarnya pengaduan yang
tidak digubris akan seperti bom waktu, suatu saat akan meledak atau seperti teori getok ular,
mudah menyebar. Kedua, Optimalisasi peran Public Relation (PR). Peran PR adalah untuk
merancang dan mengorganisir strategi komunikasi yang berisi pesan-pesan yang tepat untuk
audience untuk menjaga reputasi dan meminimalisir risiko reputasi. Ketiga, Menjunjung tinggi
kaidah syariah. Penerapan kaidah syariah tidak hanya pada produk dan layanan. Tetapi juga pada
perilaku (attitude) SDM bank syariah. 7
Risiko reputasi tidak akan hinggap ke bank syariah jika bank syariah menerapkan prinsip
Good Corporate Govenance dengan serius. Prinsip-prinsip GCG adalah keadilan, transparansi,
akuntabilitas dan responsibilitas. Penerapan GCG akan melengkapi prinsip kehati-hatian
(prudential banking). Termasuk juga pemenuhan kaidah-kaidah syariah (sharia principle) yang
berorientasi pada fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu SDM bank syariah sebagai penggerak mesin bank syariah juga harus memiliki
profesionalisme dan integritas yang tinggi. SDM bank syariah harus melaksanakan budaya kerja
dan kode etiknya (code of conduct). Dan yang utama , SDM syariah ikut mengawal kesyariahan
bank syariah dengan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik di bidang perbankan
syariah. Terakhir langkah-langkah bank syariah untuk memitigasi risiko reputasi harus di-back up
dengan corporate communication yang efektif.
7
ibid
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko reputasi itu risiko akibat menurunnya kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank dampak kejadian risiko reputasi pada
umumnya menyebabkan kerugian non finansial bagi bank. Risiko reputasi terjadi akibat
kejadian-kejadian yang merugikan reputasi bank syariah misalnya pemberitaan negatif di
media massa, pelanggaran etika, dan keluhan nasabah yang bias menyebabkan risiko reputasi,
Maka dari itu terdapat beberapa indikator manajemen risiko reputasi yaitu : Pengaruh reputasi
dari pemilik bank dan stakeholder, Pelanggaran Etika Bisnis dan Kompleksitas produk dan
kerja sama bisnis bank syariah. dan juga dalam proses manajemen risiko reputasi harus
menerapkan alur diantaranya itu : Risiko Inheren Reputasi, penerapan manajemen risiko
reputasi dan Sitem pengendalian risiko reputasi. Penerapan Manajemen Risiko Reputasi
terdapat beberapa yaitu : Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi dan DPS, kebijakan,
prosedur dan penetepan limit dan yang terakhir yaitu proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan dan pengendalian risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko. Dalam risiko
reputasi harus adanya suatu pengendalian salah satunya perusahaan harus meningkatkan
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dalam rangka mengendalikan risiko reputasi.
Perusahaan juga harus mengantisipasi adanya keluhan dari nasabahdan gugatan hukum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arysyadona dkk. 2020. Manajemen Risiko Reputasi pada Bank Syariah. Medan :
SAINTEKS
14