Anda di halaman 1dari 31

KONSEP PENYAKIT AKUT PADA

ANAK

Rossy J.H. Abdulgani, S.Kep. Ners., MMRS. CH.CHt.


PENGERTIAN
Lingkup penelitian keperawatan anak mencakup
upaya preventif-promotif dan asuhan
keperawatan anak dengan penyakit akut.
Penyakit akut pada anak merupakan penyakit
anak yang terjadi kurang dari 6 bulan.
Kasus penyakit akut pada system pernafasan
penyakit akut yang banyak terjadi yaitu
bronkopneumonia, pneumoni dan difteri. Pada
sistem hemato-imunologi penyakit tersering
seperti Dengue Hemorage Fever, sistem
persyarafan seperti meningitis, encephalitis
dan kejang demam, sedangkan pada system
pencernaan penyakit akut tersering meliputi
typoid fever dan diare.
Upaya promotif dan preventif meliputi health
promotion dalam pencegahan penyakit akut
(seperti pencegahan melalui imunisasi, perilaku
pencegahan penyakit infeksi pada anak dan lain
lain yang terkait).
ASKEP
BRONKOPNEUMONIA
PENGERTIAN BRONKOPNEUMONIA

Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada


bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja
dan bisa mengakibatkan kematian.
Epidemiologi Bronkopneumonia Disease
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor
7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di
Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza.
Etiologi Bronkopneumonia Disease
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan
protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah
atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
Bakteri gram positif Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan
meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
1) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan
infeksi nasokomial).
2) Bakteri gram negatif
3) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan
gangguan jalan nafas kronis).
4) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan
infeksi saluran kemih).
5) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
6) Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan
menelan).
7) Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).
Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease
1) Takipnea (nafas cepat)
2) Saat bernapas terdengar suara ronki
3) Batuk produktif
4) Menggigil dan demam
5) Sianosis area sirkumoral
6) Gerakan dada tidak simetris
7) Anoreksia
8) Malaise
9) Gelisah
10) Fatique
11) Frekuensi BAB bertambah / harinya
Patofisiologi Bronkopneumonia Disease
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak Di
saluran nafas atau sampai di paru-paru.
Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak Secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus
dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan
infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .
LANJUTAN
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan
mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan
surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli.
Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli,
menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang
menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen
sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia
Disease

Komplikasi :
1) Otitis media
2) Bronkiektase
3) Abses paru
4) Empiema
Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh
total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi
protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui
asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial
tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh
negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-
sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih
besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan
malnutrisi apabila berdiri sendiri.
Penatalaksanaan

Ada dua penatalaksanaan nya yaitu Terapi dan Tindakan medis

• Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini

tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:

• Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau

diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

• Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan

Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

• Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan

dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.

• Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.


Pencegahan Bronkopneumonia Disease
1) Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia

2) Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia

3) Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:

• pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga

kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga

• melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza,

Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
Pemeriksaan Penunjang

1) Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner

2) Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi

3) Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses

inflamasi

4) Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba

5) Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak

berespon terhadap pengobatan

6) Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan

laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat

albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa

lobus

7) Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan

membantu memperbaiki keadaan

8) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9) Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1. Idenitas klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Suku/bangsa :
4) Agama :
5) Pendidikan :
6) Alamat :
7) Lingkungan tempat tinggal :
8) Sumber air minum :
9) Pembuangan sampah :
10) Sumber air kotor :
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak
nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan
pada lumen bronkus.
3. Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
Bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40 derajat C dan kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
e) Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan
atau kelainan pada kehamilan/persalinan.

5. Riwayat Tumbuh Kembang


1) Perkembangan
2) Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
3) Anak memilik keinginan untuk sembuh
4) Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
5) Pertumbuhan
6) BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
7) TB anak 98 cm
6. Riwayat Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat


penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak.

7. Riwayat psikososial spiritual

Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak


dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan
menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.

8. Pemeriksaan umum

Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah,
suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB
sesuai dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk kepala,warna rambut,distribusi rambut,ada lesi atau tidak,hygiene,ada hematoma atau
tidak
2. Mata
Sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh),kaji reflek cahaya,konjungtiva anemis atau
Tidak,pergerakan bola mata
3. Telinga
Simetris atau tidak,kebersihan,tes pendengaran
4. Hidung
Ada polip atau tidak,nyeri tekan,kebersihan,pernafasan cuping hidung,fungsi penciuman
5. Mulut
Warna bibir,mukosa bibir lembab atau tidak,mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh),
reflek mengisap,reflek menelan
6. Dada
Paru – paru
a) Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot
bantu napas
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Suara paru ronchi
Jantung
a) Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
b) Perkusi : Suara jantung terdengar redup
c) Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
Abdomen
a) Inspeksi : bentuk, lesi
b) Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik
c) Perkusi : Suara abdomen timpani
d) Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
Ekstremitas
a) pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b) kelelahan (malaise)
c) kelemahan
d) CRT <2 detik dan keluhan
Genetalia dan anus
a) kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia mayora,
klitoris)
b) fungsi BAB
c) fungsi BAK
Pemeriksaan Penunjang

1) Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner


2) Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3) Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4) Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5) Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6) Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.000-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
7) Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9) Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
11. Keadaan Umum

Suhu,Nadi,TD,RR

12. Pola Fungsi Kesehatan

a) Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia

meliputi:

b)Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,

dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.

c) Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis, dengan

tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.

d)Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak

stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.

e) Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan

batuk myalgia, atralgia.


f) Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif
bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk dan penampilan
malnutrusi.
g) Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai
dengan adanya perubahan mental.
h) Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
i) Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan
bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi
pleural dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang
terlibat atau nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar,
kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.
j) Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain
yang membutuhkan bantuan.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif bd peningkatan
produksi sputum d.d ..........
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi d.d ............
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran
alveolar kapiler d.d .........
4. Risiko kekurangan volume cairan b.d demam,
menurunnya intake dan tachipnea d.d .......
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-zat gizi (faktor biologis, psikologis
atau ekonomi ) d.d ......
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
• Pola Napas Tidak Efektif b.d Penyebab Hambatan upaya
napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
d.d:
• Subjektif :
1. Dispnea
• Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).
• Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif bd Penyebab
Hipersekresi jalan napas, Sekresi yang tertahan d.d :
Objektif :
• 1. batuk tidak efektif
2. sputum berlebih.
3. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
Askep (SIKI)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai