Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TERAPI KELUARGA (HOME VISITE)

PADA KELUARGA Tn. B DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI SUMBERAN SUMBERAGUNG MOYUDAN
SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh:

VITRIA ANGGRAINI
1810206098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PRE PLANING HOME VISIT

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di

Negara-negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai

gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut

dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat

menghambat pambangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2009)

Kesehatan jiwa bagi integral dan upaya kesehatan bertujuan untuk mencapai

kondisi yang memungkinkan perkembangan jiwa yang sehat secara optimal baik

intelektual maupun emosional melaluli kesehatan, kerja, lingkungan keluarga serta

dalam lingkungan masyarakat ( Depkes 2017).

Dalam rangka meningklatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien

yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluaraga merupakan unit yang

paling dekat dengan klien dengan gangguan jiwa kepada keluarga mengenai masalah

yang sedang dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan.

B.     Identitas pasien :

Nama : Tn. B

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Sumberan,Sumberagung Sleman

Penanggung jawab : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sumberan,Smberagung,Moyudan Sleman


Tujuan:

1. Tujuan umum

Untuk melengkapi dan mengklarifikasi data yang didapat dari klien serta

melakukan asuhan keperawatan, yaitu memberi penyuluhan kesehatan jiwa

kepada keluarga khususnya keperawatan yang dihadapi klien

2.   Tujuan khusus

a. Mengidentifikasikan riwayat kesehatan klien yaitu :

● Riwayat penyakit yang diderita klien baik sebelum maupun sesudah

dirawat di RSJ Grasia DIY

● Mengidentifikasikan riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang

menderita gangguan jiwa

● Mengidentifikasi tentang klien, apakah klien memempunyai masalah

dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat

● Mengkaji masalah keluarga dalam merawat klien dengan resiko perilaku

kekerasan

● Mengkaji penyebab, tanda dan gejala dan akibat resiko perilaku kekerasan

b. Memberikan pendidikan kesehatan cara merawat klien dengan resiko perilaku

kekerasan

c. Memberikan penkes dalam rangka persiapan klien pulang

C.    Pelaksanaan kegiatan

Hari                : Minggu, 12 Mei 2019

Waktu             : Pukul 16.00 WIB

Tempat            : Sumberan,Sumberagung,Moyudan, Sleman


Petugas:

Petugas yang melakukan home visit adalah mahasiswa Program Profesi Ners

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2019 yang sedang praktik klinik di RSJ

Grhasia DIY.

D.    Strategi pelaksana

1. Perkenalan

● Menyebutkan nama, asal pendidikan dan tujuan

● Menanyakan identitas keluarga

2. Intervensi

a. Mengidentifikasi riwayat kesehatan klien, yaitu :

● Riwayat penyakit yang diderita klien baik sebelum maupun sesudah

dirawat di RSJ Grasia DIY.

● Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang lain

menderita gangguan jiwa.

● Mengidentifikasi tentang klien apakah klien mempunyai masalah dalam

keluarga, lingkungan dan masyarakat.

b. Mengklarifikasi data yang di dapat dari klien dan keluarga.

c. Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

d. Jelaskan tentang resiko perilaku kekerasan: penyebab, akibat, cara merawat,

e. Latih cara merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan

f. Rencana tindak lanjut keluarga.

3. Evaluasi

● Keluarga dapat menyebutkan riwayat kesehatan

● Keluarga dapat menyebutkan masalah yang dihadapi dalam merawat klien

dengan resiko perilaku kekerasan


● Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat klien dengan resiko perilaku

kekerasan

● Keluarga dapat mengungkapkan rencana tindak lanjut untuk klien: menjenguk

klien, persiapan klien pulang, merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan

dirumah sesuai dengan cara merawat yang telah di ajarkan oleh perawat

(Memberikan aktifitas (memberikan jadwal kegiatan untuk aktifitas) berusaha

untuk menjadi teman agar ada teman berbicara untuk Tn. B (bersosialisasi),

dan mengungkapkan segala permasalahan (sharing) dengan orang yang

dipercayainya dan dengan cara yang baik)


SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok bahasan : Resiko perilaku kekerasan

Sub pokok bahasan : Resiko perilaku kekerasan

Sasaran : Keluarga Tn. B

Hari              : Minggu 12 mei 2019

Waktu             : Pukul 16.00 WIB

A. Tujuan

1. Tujuan instruksi umum

Setelah mengikuti penkes keluarga selama 60 menit, keluarga klien dapat

mengetahui dan memahami tentang resiko perilaku kekerasan.

2. Tujuan instruksional khusus

Setalah mengikuti penkes keluarga klien dapat:

a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan jiwa pada Tn. B

b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat Tn. B, dengan gangguan

jiwa

c. Keluarga dapat merawat dan memberikan asuhan kepada klien dengan

gangguan jiwa sesuai kebutuhan klien selama dirumah.

d. Keluarga dapat mengerti penyebab, tanda dan gejala serta akibat resiko

perilaku kekerasan.

e. Keluarga dapat mengetahui cara merawat klien dengan resiko perilaku

kekerasan.

f. Menyebutkan kembali situasi yang dapat menimbulkan resiko perilaku

kekerasan.
g. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada seperti

puskesmas, RSU dan RSJ untuk merawat klien. 

B. Metode

a. Ceramah

b. Diskusi

C. Media
1. Leaflet
Tahap Kegiatan pemberi materi Kegiatan sasaran Media
Orientasi ● Salam terapeutik Menjawab salam
Assalammualaikum..
selamat sore Bapak & Ibu. Memperhatikan
Bapak & Ibu Perkenalkan
nama saya Desi Fatmasari.
Saya mahasiswa dari
UNISA profesi Ners. saya
yang merawat Tn. B selama
kurang lebih 4 hari kemarin
di Wisma Gatotkaca RSJ
Grasia DIY, tujuan saya
kesini adalah untuk
menjelaskan mengenai
masalah keperawatan yang
dialami oleh Tn. B".
"Boleh saya tahu, nama
bapak & Ibu siapa ? biasa
dipanggil siapa ?. Menjawab  pertanyaan

● Evaluasi/validasi
Benarkah ini rumah
keluarganya Tn. B? Menjawab  pertanyaan

● Kontrak Topik: Begini pak Memperhatikan


tujuan saya ke rumah bapak
adalah Untuk melengkapi
dan mengklarifikasi data
yang didapat dari Tn. B serta
melakukan asuhan
keperawatan, yaitu memberi
penyuluhan kesehatan jiwa
kepada keluarga khususnya
keperawatan yang dihadapi
oleh Tn. B. Bagaimana pak
apakah Bapak
menyetujuinya? Menjawab pertanyaan
● Kontrak waktu: baiklah pak Memperhatiakan
kalau bapak setuju kira-kira
bapak ada waktu berapa
lama untuk berbincang-
bincang dengan saya?
Bagaimana kalau satu jam,
apakah bapak setuju? Menjawab pertanyaan
● Kontrak tempat: Dimana kita Menjawab pertanyaan
akan berbincang-bincang
pak?..baiklah.

Fase Kerja Apakah bapak dan keluarga Menjawab  pertanyaan Leaflet


mempunyai masalah dalam
merawat Tn. B ? Apa saja
masalah dan kendalanya pak?
Bisa bapak ceritakan? baik
seperti itu nggeh pak. Setelah
saya mendengarkan apa yang
bapak ceritakan dan dari hasil
pengkajian selama di RSJ Memperhatikan Leaflet
Grasia DIY bahwa Tn. B
mempunyai resiko perilaku
kekerasan. Jadi saya akan
menjelaskan tentang resiko Leaflet
perilaku kekerasan yang
dialami oleh Tn. B.
Sebelumnya Ini pak saya
punya leafletnya silahkan
Bapak Lihat. Jadi begini pak
yang dimaksud dengan resiko
perilaku kekerasan adalah
Memperhatikan
suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri
sendiri , orang lain, maupun
lingkungan
. Ya seperti itu pak..
sebelumnya apakah bapak
mempunyai pertanyaan?
baiklah pak saya akan
melanjutkan penjelasannya
akibat dari resiko perilaku
kekerasan. Nah itulah pak
sekilas tentang resiko perilaku Menjawab Pertanyaan
kekerasan. Apakah bapak
masih bingung? Silahkan
bapak tanyakan jika di leaflet
masih ada yang bapak belum Memperhatikan
mengerti.
Untuk mengendalikan atau
mengontrol resiko perilaku Leaflet
kekerasan itu ada beberapa
cara pak yaitu: dengan cara
mengajak berdiskusi yaitu Menjawab pertanyaan
apabila Tn. B sudah Memperhatikan
mempunyai gejala-gejala
resiko perilaku kekerasan
muncul ajak klien berdiskusi
memberikan jadwal kegiatan
untuk aktifitas) berusaha untuk
menjadi teman agar ada teman
berbicara untuk Tn. B
(bersosialisasi), dan
mengungkapkan segala
permasalahan (sharing) dengan
orang yang dipercayainya dan
dengan cara yang baik (di
praktikkan oleh perawat)
selanjutnya). Bagaimana pak Memperhatikan
apakah ada yang perlu bapak
tanyakan? selanjutnya cara
mengontrol resiko perilaku
kekerasan secara spiritual Menjawab pertanyaan
seperti berdo’a. Apakah selama Leaflet
dirumah Tn. B melaksanakan
Ibadah pak? Ibadah juga dapat
meredakan resiko perilaku
kekerasan, jadi keluarga bisa
mengejarkan atau mengajak
klien untuk melaksanakan Memperhatikan
ibadah.
Cara mengontrol resiko
perilaku kekerasan selanjutnya
adalah dengan cara minum
obat secara teratur. Disini
peran keluarga sangat berperan
dalam mengawasi klien untuk
minum obat secara teratur
apabila klien telah pulang ke
rumah. Keluarga harus
memperhatikan prinsip 5 B.
Benar obat, benar pasien, benar Menjawab pertanyaan
cara, benar waktu, benar dosis
pak.(perawat menjelaskan satu
persatu prinsip 5 B).
Bagaimana pak bisakah nanti
keluarga mempraktikkan cara
merawat dengan resiko
perilaku kekerasan . Ya.. baik
pak. Kalau keluarga akan
mencobanya.
Evaluasi respon keluarga
terhadap tindakan keperawatan

● Evaluasi klien (subyektif) Menjawab pertanyaan


Bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang-bincang
tentang Tn. B dengan saya
pak?
● Evaluasi perawat (objektif)
Apakah bapak sudah
Terminasi mengetahui apa itu resiko Menjawab pertanyaan
perilaku kekerasan,
penyebab, tanda gejala dan
akibat resiko perilaku
kekerasan? Menjawab pertanyaan
Bisakah keluarga membantu
Tn. B mengontrol marahnya
dengan lima cara yang telah
di ajarkan?
Rencana Tindak Lanjut Menjawab pertanyaan
Jadi bagaimana pak adakah
keinginan keluarga untuk
mengunjungi Tn. B ke RSJ,
karena saat ditanyakan Tn. Menjawab pertanyaan
B menjawab jarang sekali di
kunjungi oleh keluarganya Menjawab pertanyaan
Tn. B sangat membutuhkan
dukungan keluarga untuk
menunjang proses
kesembuhan karena yang
paling mengerti klien dan
paling dekat dengan klien
adalah keluarganya pak..
Apabila Tn. B sudah pulang
kerumah maukah keluarga
merawat Tn. B serta
membantu Tn. B dalam
mengontrol resiko perilaku
kekerasan dengan cara yang
telah di ajarkan oleh
perawat.
Baiklah pak karena waktu
sudah habis. Saya permisi
dulu..selamat sore pak

D. Evaluasi

a. Keluarga dapat mengetahui pengertian resiko perilaku kekerasan

b. Keluarga dapat mengetahui penyebab resiko perilaku kekerasan

c. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan

d. Keluarga dapat mengetahui akibat resiko perilaku kekerasan

e. Keluarga dapat mengetahui cara perawatan dirumah


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-
kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan. Dan yang paling berat adalah
melukai atau merusak secara social
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Resiko
perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.
Resiko perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk 
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah
laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain.
Resiko perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.

B. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk

Keterangan :
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
2. Frustasi : Kegagalan Mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
3. Pasif : Respon lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan
4. Agresif : Perilaku dekstruksi masih terkontrol
5. Kekerasan : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol
( stuart dan sundeen, 2008)
C. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko perilaku kekerasan 
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh
Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls  agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila
ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensial resiko perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku
tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin,
dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh
Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang  menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan
kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti 
dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan resiko perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berresiko perilaku
kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima resiko perilaku
kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk
yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk resiko perilaku
kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu.
D. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan resiko perilaku kekerasan sering kali berkaitan 
dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
E. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d. Tidak berdaya
e. Bermusuhan
f. Mengamuk, ingin berkelahi
g. Menyalahkan dan menuntut
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, 
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
F. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian terhadap stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dan situasi stress
bagi individu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologi, perilaku dan respon sosial.
G. Psikodinamika
1. Marah dengan perilaku konstruktif
2. Marah diekspresikan dengan perilaku agresif
3. Perilaku tidak asertif seperti menahan perasaan marah atau melarikan diri sehingga
rasa marah tidak terungkap.
Stres, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal dan internal:
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Mengekspresikan resiko perilaku kekerasan dapat disebabkan karena
frustasi,takut,manipulasi/ intimidasi. Resiko perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Resiko perilaku kekerasan terjadi karena
gangguan konsep diri, HDR, mudah tersinggung, destruktif terhadap diri sendiri.
Akibatnya muncul resiko menciderai diri sendiri, orang lain/ lingkungan ditandai dengan
klien marah, suka membanting barang, suka menganiaya orang lain, dan berusah melukai
diri sendiri.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain :
1. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya
3. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai
perang-perangan dengan temanya.
I. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang individu dapat
mengatur emosinya dengan menggunakan sumber koping dilingkungan , sumber koping
tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah interaksi dengan orang lain dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan emosi dan
mengandopsi strategi koping yang berhasil
J. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program
kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku
adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat
ditingkatkan secara optimal.
4. Terapi somatic
Somatic terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku klien
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya
untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan
adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
K. Pohon Masalah
Risiko Menciderai ; Orang lain/lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan Harga Diri : harga diri rendah

.
DAFTAR PUSTAKA

Ade      Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.


Purbo, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Stuart, G., & Sundeen, S. (2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: Revika Aditama.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA
A.    Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Status : Kawin
Alamat : Sumberan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta
B.     Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penkes selama 60 menit, keluarga klien dapat mengetahui dan
memahami tentang resiko perilaku kekerasan serta mampu merawat klien
2. Tujuan khusus
Setalah mengikuti penkes selama 60 menit keluarga klien mampu:
a.  Mengetahui penyebab, tanda dan gejala dan akibat resiko perilaku kekerasan
b.  Merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan
c.  Mengetahui cara merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan sesuai dengan
yang sudah dilatih oleh perawat.
C.    Rencana Tindakan Keperawatan
1.   Orientasi
a. Salam Terapeutik :
Assalammualaikum.. selamat siang Pak, Bu..perkenalkan nama saya Desi
fatmasari, saya mahasiswa profesi Ners, saya yang merawat Tn. B di Wisma
Gatotkaca RSJ Grasia DIY selama 6 hari, tujuan saya kesini adalah untuk
menjelaskan mengenai masalah keperawatan yang dialami oleh Tn. B".
"Boleh saya tahu, nama bapak / ibusiapa ? biasa dipanggil siapa ?.
b. Evaluasi / Validasi :
Benarkah ini rumah keluargany Tn. B?
c. Kontrak Topik      : " Begini pak tujuan saya ke rumah ibu dan bapak adalah
Untuk melengkapi dan mengklarifikasi data yang didapat dari Tn. B serta
melakukan asuhan keperawatan, yaitu memberi penyuluhan kesehatan jiwa
kepada keluarga khususnya keperawatan yang dihadapi oleh Tn. B . Bagaimana
pak apakah Bapak menyetujuinya?
● Tempat     : " Dimana kita akan berbincang-bincang pak?..baiklah.
Waktu       : " baiklah pak kalau bapak setuju kira-kira bapak ada waktu berapa
lama untuk berbincang-bincang dengan saya?Bagaimana kalau satu jam, apakah
bapak setuju?? "
2.      Fase kerja
"Apa masalah yang Bpk/ibu hadapi dalam merawat Tn. B ? Apa yang sudah
dilakukan ? ""Apakah bapak dan keluarga mempunyai masalah dalam merawat Tn.
B? Apa saja masalah dan kendalanya pak? Bisa bapak ceritakan?.o.. seperti itu.
Setelah saya mendengarkan apa yang bapak ceritakan dan dari hasil pengkajian
selama di RSJ DIY bahwa Tn. B mempunyai resiko perilaku kekerasan. Jadi saya
akan menjelaskan tentang resiko perilaku kekerasan yang dialami oleh Tn. B.
Sebelumnya Ini pak saya punya leafletnya silahkan Bapak Lihat. Jadi begini pak
yang dimaksud dengan resiko perilaku kekerasan itu adalah suatu keadaan yang
merupakan gangguan persepsi panca indera tanpa ada rangsang dari luar yang
dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dengan keadaan sadar
penuh (baik).
Dimana penyebab dari resiko perilaku kekerasan itu banyak pak diantaranya
genetik, psikologi, dari dalam diri klien misalnya isolasi sosial (isos) adalah
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, atau menghindari untuk
berhubungan dengan orang lain. Ya seperti itu pak.. sebelumnya apakah bapak
mempunyai pertanyaan? baiklah pak saya akan melanjutkan penjelasannya akibat
dari resiko perilaku kekerasan. Nah itulah pak sekilas tentang resiko perilaku
kekerasan. Apakah bapak masih bingung? Silahkan bapak tanyakan jika di leaflet
masih ada yang bapak belum mengerti.
Untuk mengendalikan atau mengontrol resiko perilaku kekerasan itu ada beberapa
cara pak yaitu: dengan cara mengajak berdiskusi yaitu apabila Tn. B sudah
mempunyai gejala-gejala resiko perilaku kekerasan muncul ajak klien berdiskusi
pada realita/ kenyataan, ajak klien melakukan kegiatan yang disukai, anjurkan
klien untuk membuat jadwal harian terkait kegiatan yang klien sukai, dan berikan
pujian positif terhadap apa yang telah klien lakukan .(di praktikkan oleh perawat)
selanjutnya).. Bagaimana pak apakah ada yang perlu bapak tanyakan? selanjutnya
cara mengontrol halusiansi secara spiritual seperti berdo’a. Apakah selama
dirumah Nn AT melaksanakan Ibadah pak? Ibadah juga dapat meredakan rasa
marah, jadi keluarga bisa mengejarkan atau mengajak klien untuk melaksanakan
Ibadah.
“Cara mengontrol resiko perilaku kekerasan selanjutnya adalah dengan cara minum
obat secara teratur. Disini peran keluarga sangat berperan dalam mengawasi klien
untuk minum obat secara teratur apabila klien telah pulang ke rumah. Keluarga
harus memperhatikan prinsip 5 B. Benar obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu, benar dosis pak.(perawat menjelaskan satu persatu prinsip 5 B).
“Bagaimana pak bisakah nanti keluarga mempraktikkan cara merawat Tn. B ?. Ya.
baik pak. Kalau keluarga akan mencobanya
D. Terminasi:
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (Subjektif):
" Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang Tn. B dengan
saya pak?
Evaluasi perawat (Objektif):
" Apakah bapak sudah mengetahui apa itu perilaku kekerasan (PK), penyebab,
tanda gejala dan akibatnya?
”Bisakah keluarga membantu Tn. B mengontrol marahnya dengan lima cara yang
telah di ajarkan?
E. Tindak lanjut keluarga
"Jadi bagaimana pak adakah keinginan keluarga untuk mengunjungi Tn. B ke RSJ?,
karena saat ditanyakan Tn. B ingin setiap hari bertemu dan ingin pulang berkumpul
dengan keluarganya. Tn. B sangat membutuhkan dukungan keluarga untuk
menunjang proses kesembuhan karena yang paling mengerti klien dan paling dekat
dengan klien adalah keluarganya pak..
“Apabila Tn. B sudah pulang kerumah maukah keluarga merawat Tn. B serta
membantu Tn. B dalam mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan cara yang telah
di ajarkan oleh perawat.
Lembar Persetujuan

Yogyakarta, 11 Mei 2019

Mengetahui,

Mahasiswa Profesi Koordinator Klinik


Home Visite

(Vitria Anggraini) (Slamet Riyanto, S.Kep, M. Psi)

HASIL KUNJUNGAN KELUARGA


A. Identitas Anggota Keluarga

No. Nama L/ P Umur Pendidikan Agama Pekerjaan Hubungan


dengan KK

1. Ny. M P 29 th SMP Islam IRT Istri

B. Keadaan Geografis Rumah


Rumah keluarga Tn. B terletak di Sumberan RT 02 RW 07 Sumberagung, Moyudan,
Sleman Yogyakarta. Rumah keluarga Tn. B tampak bersih dan rapi,.Pencahayaam rumah
cukup, terdapat ventilasi diatas pintu dan jendela. Ibu Tn. B mengatakan di rumah
terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu dan ruang keluarga.
Disebelah kanan dan kiri rumah Tn. B terdapat rumah tetangga.
C. Keadaan Ekonomi Rumah
Istri Tn. B masih hidup. Tn. B selama dirumah tinggal bersama Istrinya, 1 anak
perempuanny, dan Ibu nya. Istrinya adalah seorangIbu Rumah Tangga. Perekonomian
keluarga Tn. B ditanggung oleh Tn. B.
D. Kondisi Bio-Psiko-Spiritual
Keluarga dan Tn. B beragama islam. Semua biaya kehidupan Tn. B ditanggung
oleh Tn.B dan dibantu Ibu nya yang bekerja sebagai loundry. Istri Tn. B bercerita awal
mula Tn. B sakit ketika waktu Tn. B mempunyai konflik dengan saudaranya. Alasan
terakhir pasien dibawa ke RSJ karena pasien tidak terima Ibu kandungnya di remehkan
oleh saudaranya. Sehingga, Tn. B ingin mencangkul kepala saudaranya itu.
E. Waktu Pelaksanaan Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah ke rumah Tn. B dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Mei 2019
pukul 16.00 WIB.
F. Interaksi Antar Anggota Keluarga
Klien dirumah tinggal dengan Istrinya, Istri pasien mengatakan interaksi Tn. B dan
keluarganya baik.
G. Terapi Keluarga
Tindakan yang dilakukan pada keluarga adalah memberikan pendidikan kesehatan
mengenai RPK dan kepatuhan minum obat.
1. Mengenalkan masalah yang dialami Tn. B bahwa Tn. B mengalami RPK.
2. Menjelaskan mengenai RPK meliputi pengertian, tanda gejala, cara penanganan
selama dirumah, cara pencegahan dan pendekatan pada pasien dengan RPK.
3. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang kondisi pasien saat ini selama ada di
RSJ Grhasia.

Implmentasi dan Hasil Kunjungan


Tanggal Implementasi Evaluasi
/jam
Minggu, a. Membina hubungan saling percaya Minggu, 12 Mei 2019 jam 17.00
12 Mei - Memperkenalkan diri dengan S:
2019 sopan - Keluarga mengerti apa yang
Jam - Menyakan nama keluarga sudah dijelaskan
16.00 - Membuat kontrak/persetujuan - Keluarga mengatakan akan
pertemuan berusaha melakukan yang sudah
- Menerapkan teknik komunikasi disarankan
b. Mengenalkan pada keluarga masalah - Keluarga mengatakan sangat
gangguan jiwa senang karena sudah bercerita
- RPK O:
Mengajarkan kepada keluarga - Keluarga tampak senang
saat pasien pulang, untuk kedatangan mahasiswa
melampiaskan emosi dengan - Keluarga tampak kooperatif dan
pukul bantal, tarik nafas dalam, terbuka mengenai masalahnya
spriritual dengan solat, beroda, - Keluarga tambak mengerti apa
melakukan aktivitas, dan rutin yang dijelaskan mahasiswa
minum obat. - Keluarga dapat menjawab apa
c. Membantu keluarga memutuskan yang ditanyakan mahasiswa
tindakan dengan benar
- Menganjurkan keluarga untuk A: masalah ketidakmampuan koping
berdiskusi dengan Tn. B dalam keluarga teratasi sebagian
pembuatan jadwal P: Lanjutkan intervensi
- Jangan membicarakan Tn. B - Memotivasi keluarga untuk
sendirian dan melamun merawat klien
- Minum obat teratur - Ingatkan klien untuk rutin
- Melakukan kegiatan didalam dan control sebelum obat habis
diluar rumah - Libatkan klien dalamaktivitas
- Bersosialisasi dengan tetangga sehari-hari.
d. Mengevaluasi kemampuan keluarga
selama interaksi
- Mengingatkan keluarga dalam
merawat klien jika pulang Vitria Anggraini
- Mengingatkan keluarga untuk
melakukan control rutin
e. Rencana tindak lanjut
- Mengingatkan keluarga dalam
merawat klien jika pulang
- Mengingatkan keluarga untuk
melakukan kontrol
f. Melakukan terminasi
- Mengakhiri pertemuan
- Berpamitan
H. Respon Keluarga Terhadap Pengenalan Masalah dan Terapi
Respon dan penerimaan keluarga terhadap tim kesehatan/mahasiswa yang berkunjung
baik. Keluarga mengatakan belum mengerti tentang RPK namun sebelumnya sudah
pernah diberikan penjelasan mengenai RPK oleh petugas puskesmas. Keluarga juga
mengatakan sering memantau kepatuhan pasien dalam minum obat dan akan
memberikan perhatian selama pasien nanti pulang. Keluarga mengatakan akan
melakukan dan pengawasan minum obat selama pasien dirumah dan merawat pasien
seperti yang dijelaskan mahasiswa dan membujuk pasien setiap kali jadwal control demi
kesembuhan pasien.
I. Kesimpulan
Adapun kekurangan dan kelebihan selama kunjungan keluarga antara lain:
1. Kekurangan
- Belum mengerti bagaimana cara penanganan pada pasien dengan RPK
2. Kelebihan
- BHSP dengan keluarga tercapai
- Diagnosa dan tujuan yang direncanakan tercapai
- Keluarga menyadari pentingnya pengobatan dalam proses penyembuhan klien dan
penuhnya perhatian yang dibutuhkan Tn. B.
J. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan kepada keluarga serta memberikan bimbingan dan cara perawatan
pasien selama dirumah (memukul bantal dan tarik nafas dalam, spiritual, melakukan
aktivitas dan kepatuhan minum obat). Memberikan bimbingan pada Tn. B dan
memberikan SP 1-4 RPK serta menganjurkan Tn. B untuk lebih meningkatkan
spriritualnya terhadap Tuhan serta melakukan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai