Anda di halaman 1dari 80

PERDARAHAN

POST-PARTUM
&
EKLAMPSIA

Leo Simanjuntak
CURRICULLUM VITAE

1. Nama : Leo Simanjuntak.


2. Tempat & tanggal lahir : Siaphutar, 25-09-1966.
3. Pendidikan : Dokter, FK USU, tahun 1992.
• SpOG, FK USU, tahun 2003.
Doktor (S3), FK USU, 2019.
4. Pekerjaan ; Staf FK Univ.HKBP Nommensen
Medan.
5. Alamat : Jln.SMTK, Perumahan Mansyur Village
no A4, Medan.
6. E-mail : leosimanjuntak66@gmail.com
3
4
PREKLAMPSIA -
EKLAMPSIA
Kasus .
• Ny.J,19 tahun, G1P0A0, dilarikan ke RS karena mengalami
kejang dirumah. Dari alloanamnesis (suami pasien), kejang
baru satu kali, kejang seluruh tubuh (menyentak-nyentak)
yang berlangsung sekitar 3 menit dan tertidur setelah kejang.
Dalam 2 hari sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala dan
pandangan kabur, sudah diberikan tablet parasetamol tetapi
sakit kepala tidak berkurang. Riwayat hipertensi, DM, penyakit
ginjal dan epilepsi disangkal.Dari pemeriksaan, tampak
gelisah-meronta-ronta (Postictal) TD 180 mmHg/ 120 mmHg,
Proteinurin 4+.Dari HPHT dan TFU usia kehamilan sesuai
dengan 34 minggu.
 Apakah diagnosis yang paling mungkin?
 Apa langkah-langkah penanganan?
• Ringkasan :
• Ny.J,21 tahun, G1P0A0, mengalami kejang seluruh
tubuh, kehamilan 34 minggu, TD 180/120 mmHg,
Proteinuria 4+.

• Diagnosis : Eklampsia

• Penanganan selanjutnya:
• Stabilisasi pasien dengan membersihkan jalan napas,
memberikan O2 (sungkup), pasang Infus, kateter
menetap,pemberian antikejang MgSO4, kontrol
tekanan darah, dan merencanakan persalinan.
Kasus.
Ny.B, 29 tahun G1P0A0, usia kehamilan 28 minggu
mengeluh nyeri kepala dalam 1 minggu ini, sudah
minum panadol tapi tidak sembuh. Pada
pemeriksaan TD 160/110 mmHg, Proteinurin 2+.
• Apakah diagnosis penyakit Ny.B?

8
Kasus.
Ny.Y, 35 tahun, G4P3A0, usia kehamilan 14-16
minggu, mengeluh susah tidur terutama dalam 2
minggu ini. Riwayat hipertensi dialami dalam 2 tahun
ini dan sudah dapat obat antihipertensi. Pada
pemeriksaan TD 170/100 mmHg, pemeriksaan
laboratorium darah dan urin rutin dalam batas
normal.
• Apakah yang dialami Ny.Y?

9
Kasus
Ny.R, 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 34 minggu
datang kontrol kehamilan rutin. Riwayat menderita
hipertensi sebelum hamil disangkal. Pada
pemeriksaan didapati TD 150/90 mmHg, pemeriksaan
darah dan urin rutin dalam batas normal.
• Apakah yang dialami Ny.R?

10
Kasus
Ny.G, 35 tahun, G4P3A0, usia kehamilan 36 minggu
mengeluh sakit kepala terutama dalam 1 minggu ini.
Riwayat menderita hipertensi sebelum hamil dan
mendapat obat antihipertensi. Pada pemeriksaan TD
170/120 mmHg, proteinuria 3+, edema tidak ada.
• Apakah yang dialami NY.G?

11
Kasus.
Ny.S, 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu
mengeluh pandangan kabur dan nyeri kepala hebat
dalam 2 hari ini. Pada pemeriksaan TD 180/120
mmHg, proteinurin (-)/negatip, Trombosit 80.000/ml3
• Apakah yang dialami Ny.S?

12
PREEKLAMPSIA

“Munculnya hipertensi setelah usia kehamilan


20 minggu disertai salah satu atau lebih dari
kondisi sistemik yang baru muncul (new
onset) (ISSHP).”
ATAU
“Hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai gangguan sistem organ
lainnya pada usia kehamilan di atas 20
minggu (PNPK Preeklampsia)”

13
EKLAMPSIA

Eklampsia adalah preeklampsia yang


disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma

14
PREEKLAMPSIA

15
PREEKLAMPSIA BERAT

16
EKLAMPSIA
• Insiden 16 - 69 kasus per 10.000 kelahiran di
negara berkembang
• Berdasarkan onsetnya dapat dibagi menjadi
• Antepartum (40-50%)
• Intrapartum (20-30%)
• Post-partum (10-40%) biasanya 24 jam
pospartum.
• Risiko mortalitas maternal sekitar 10% dan
mortalitas perinatal hingga 25% di negara
berkembang
FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA

• Faktor risiko moderate: (min. 2 positif  skrining


(+))
1. Riwayat keluarga Preeklampsia (3x)
2. Primigravida (2.9x), primitua sekunder (3x)
3. Umur diatas 35 tahun (1,7 x)

• Faktor risiko tinggi: ( 1 positif  skrining (+))


1. Riwayat hipertensi dalam kehamilan (7x)
2. Hipertensi kronis
3. Kehamilan kembar (2.9x)
4. Diabetes mellitus (3.6x)
5. Kelainan ginjal
6. Penyakit autoimun (contoh: SLE) (9.7x)

Duckitt K, Harrington D. Risk factors for preeclampsia at antenatal booking: systematic review of controlled studies. BMJ. 2005;330:549-50.
LeFevre ML. Low-Dose Aspirin Use for the Prevention of Morbidity and Mortality From Preeclampsia: U.S. Preventive Services Task Force. Recommendation
Statement. Ann Intern Med. 2014; 161:819-826
PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
• Pemberian aspirin dosis rendah (75 mg) per
hari mulai kehamilan 20 minggu untuk
wanita dengan risiko tinggi (riwayat PE,
kehamilan multipel, HT kronis, DM, penyakit
ginjal).
• Pemberian kalsium minimal 1gr/hari untuk
ibu hamil dengan asupan kalsium rendah
dan risiko tinggi PE
• Pemberian anti-oksidan (spt vit.C dan vit. E)
tidak direkomendasikan
TATALAKSANA PEB

• Rawat inap.
• Pasang kateter menetap.
• Anti kejang MgSO4.
• Antihipertensi bila TD ≥ 160/110 mmHg. Pertahankan
TD sistolik antara 140 – 160 mmHg dan diastolik
antara 90 – 110 mmHg.
• Usia kehamilan < 34 minggu, lakukan pematangan
paru janin dengan kortikosteroid.
• Usia kehamilan ≥ 34 minggu terminasi kehamilan

20
PEMBERIAN KORTIKOSTEROID UNTUK
PEMATANGAN PARU JANIN.

• Deksametason 6 mg/12 jam selama 2x24 jam, atau


• Betametason 12 mg/24 jam, selama 2x24 jam.
• Sedapat-dapatnya persalinan ditunda dalam 2x24
jam memberi kesempatan pematangan paru janin
apabila usia kehamilan < 34 minggu.

21
ANTIHIPERTENSI

• Injeksi : hydralazine atau labetalol.


• Oral : Nifedipin, 10 mg – 20 mg dapat
diberikan setiap 30 menit maksimum 50 mg dalam
1jam.

22
CARA TERMINASI KEHAMILAN

• Apabila syarat dipenuhi dilakukan induksi


persalinan dengan oksitosin drips.
• Seksio sesarea dilakukan atas indikasi obstetrik.

23
TATALAKSANA
PREEKLAMPSIA & HIPERTENSI GESTASIONAL

Hipertensi Gestasional & Preeklampsia

Usia Kehamilan < 37 mgg Usia Kehamilan ≥ 37 mgg

Perawatan poliklinik
• Kontrol 2 kali per minggu
• Evaluasi gejala pemberatan preeklampsia (Tekanan darah, tanda impending, edema paru) Terminasi
~ 1B Kehamilan
• Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin, AST/ALT) setiap minggu, untuk
HT gestasional tambahkan pemeriksaan UL ~ 1B
• Evaluasi kondisi janin (hitung fetal kick count/hari, kesejahteraan janin (NST dan USG) 2
kali / minggu, evaluasi pertumbuhan janin setiap 2 minggu) ~ 2C

Perburukan kondisi  Preeklampsia

Protokol Preeklampsia Preeklampsia Usia Kehamilan ≥ 37 mgg

Task Force on Hypertension in Pregnancy. Hypertension in Pregnancy. American College of Obstetricians and Gynecologists. 2013: Washington
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Diagnosis dan Tatalaksana Pre-eklampsia. 2016
TATALAKSANA
PREEKLAMPSIA BERAT
Preeklampsia dengan gejala berat
• MRS, Evaluasi gejala, DJJ, dan cek
laboratorium ≥ 34
• Stab ilisasi , p emb erian M g S O 4 minggu
profilaksis
• Anti HT jika TD ≥ 160/110

< 34 minggu Jika usia


kehamilan > 24
Jika didapatkan: minggu, janin
• Eklampsia • Gawat janin hidup: Terminasi
• Edema paru • Solusio plasenta Berikan kehamilan
• DIC • IUFD pematangan paru setelah
Iya
• HT berat, tidak • Janin tidak viabel (dosis tidak harus stabilisasi
terkontrol (tergantung kasus) selalu lengkap)
tanpa menunda
Tidak terminasi

Jika didapatkan: Jika usia kehamilan


• Gejala persisten • Reversed end > 24 minggu:
• Sindrom HELLP diastolic flow Pematangan paru
• Pertumbuhan • KPP atau inpartu (inj. dexamethason
janin terhambat • Gangguan renal Iya IM 2x6mg atau
• Severe berat betamethason IM
olygohydramnion 1x12mg) 2x24 jam

Tidak

Perawatan konservatif:
• Usia kehamilan
• Evaluasi di kamar bersalin • Pemberian anti HT jika
≥ 34 minggu
selama 24-48 jam TD ≥ 160/110
• KPP atau
•Rawat inap hingga • Pematangan paru 2x24
inpartu
terminasi jam
• Perburukan
• Stop MgSO 4 profilaksis • Evaluasi maternal-fetal
maternal - fetal
(1x24jam) secara berkala
TATALAKSANA
PREEKLAMPSIA BERAT
Pasien memenuhi persyaratan
perawatan konservatif
Preeklampsia dengan gejala berat

• Injeksi MgSO4 sesuai prosedur (Alternatif 1 / Alternatif 2)


dilanjutkan hingga 24 jam
• Berikan pematangan paru (Dexamethason 2 x 6mg i.m
selama 2 hari atau betamethason 1 x 12mg i.m selama 2 hari)
• Evaluasi keseimbangan cairan

Pindah ruangan, lakukan evaluasi ketat

Evaluasi Klinis Evaluasi Evaluasi Janin


• Kontrol tekanan Laboratorium • NST setiap hari
darah • Trombosit, fungsi • USG untuk evaluasi
• Evaluasi tanda liver, fungsi ginjal, kesejahteraan janin 2
impending albumin setiap kali / minggu
eklampsia (nyeri minggu • evaluasi pertumbuhan
epigastrium, nyeri janin / 2 minggu,
kepala, mata kabur)

Semua parameter baik Salah satu parameter memburuk

Umur kehamilan ≥ 34 minggu Terminasi kehamilan


Terminasi kehamilan
TATALAKSANA PREEKLAMPSIA

• Pemberian anti-hipertensi diberikan pada PEB


dengan nifedipin short acting (3-4 x 10mg)
sebagai pilihan pertama
• Pemberian kortikosteroid dapat diberikan untuk
pematangan paru pada UK ≤ 34 mgg
(dexamethason 6 mg IM tiap 12 jam selama 2
hari, atau betametason 12mg IM, tiap 24 jam
selama 2 hari)
MANAJEMEN EKLAMPSIA
❑ PRINSIP
❏ Prioritas utama adalah stabilisasi fungsi vital
ABC (Airway, Breathing, dan Circulation).
❏ Berikan O2 dengan masker 8-10 L/mnt.
❏ Kateter menetap.
❏ Mengatasi dan mencegah kejang
❏ Mengendalikan tekanan darah
❏ Mencegah trauma pada saat kejang
❏ Merencanakan persalinan dalam 24 jam
harus dilahirkan 28
MANAJEMEN EKLAMPSIA

❏ MgSO4 merupakan pilihan dan diberikan sebagai lini pertama


pencegahan eklampsia dan terbukti lebih efektif dibandingkan
diazepam, fenitoin, nimodipin pada PEB dan Eklampsia
diberikan hingga 24 jam post partum
❏ MgSO4 dosis awal : 4 gr MgSO4 (10 mL larutan MgSO4 40%)
dilarutkan dalam 10mL akuades diberikan IV perlahan selama
20 menit
ATAU
5 gr MgSO4 (12.5 mL larutan MgSO4 40%) diberikan IM pada
masing2 bokong
❏ MgSO4 dosis rumatan : 6 gr MgSO4 (15 mL larutan MgSO4 40%)
dilarutkan dalam 500ml RL diberikan selama 6 jam (28-30 tpm).

29
MANAJEMEN EKLAMPSIA
❑ TERAPI
❏ Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan
saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan
magnesium sulfat.
❏ Pemberian ulang 2 gr MgSO4 bolus dapat dilakukan apabila
terjadi kejang berulang
❏ Syarat pemberian MgSO4 :
❏ Tersedia Ca glukonas 10% (sebagai antidotum)
❏ Ada refleks patella
❏ Urin output minimal 0.5 ml/kgBB/jam
❏ Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1gr IV (10ml
larutan 10%) bolus dalam 10 menit
30
MERENCANAKAN PERSALINAN EKLAMPSIA

• Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri


tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi
janin.
• Persalinan dilakukan bila sudah mencapai stabilisasi
(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu

31
Persalinan.
1. Seksio sesarea.
- Bila terdapat gawat janin.
- Bila persalinan tidak dapat terjadi
dalam 12 jam sejak gejala eklampsia
timbul.
2. Persalinan pervaginam.
> Janin mati.
> Diperkirakan persalinan berakhir
dalam 12 jam.
Perawatan postpartum.
> Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam
pospartum atau kejang terakhir.
> Teruskan antihipertensi jika diastolik masih >
110 mmHg.
> Pantau urin output dan balans cairan.
MAGNESIUM SULFAT

MgSO4 40% MgSO4 20%


isi 25cc  10 gram isi 25cc  5 gram
PERDARAHAN
POST-PARTUM
Kasus
Dengan terburu-buru pak Udin datang ke Puskesmas meminta
pertolongan, isterinya saat ini sedang mengalami “blooding”
dirumah setelah melahirkan anak ke-5 ditolong oleh dukun
beranak lebih-kurang 30 menit yang lalu. Dengan sigap bidan
Tuti segera berangkat dengan membawa peralatan yang
diperlukan. Pada saat diperiksa TD 90/60 mmHg, nadi 102x/mnt,
terdapat perdarahan mengalir dari vagina, uterus lembek TFU 2
jari diatas pusat, plasenta sudah lahir lengkap dan tidak ada
laserasi jalan lahir.
Apa yang terjadi pada Ny.Udin?
Apa penanganan yang dilakukan?
Kasus.
Ny.A, 35 tahun, G5P2A2, usia kehamilan 39 minggu
direncanakan persalinan pervaginam. Setelah 30
menit bayi lahir plasenta belum lahir juga. Pada
pemeriksaan tanda vital dalam batas normal,
dengan PTT plasenta masih melekat erat dalam
uterus dan tidak ada perdarahan aktif pervaginam.
• Apa yang dialami Ny,A?
• Apa rencana penanganan selanjutnya?

38
PERDARAHAN POST-PARTUM

“Perdarahan kumulatif ≥ 1000 mL disertai


tanda hipovolemia (hipotensi, takikardi) yang
terjadi dalam 24 jam setelah proses
persalinan tanpa memperhatikan cara
persalinan (ACOG).”
ATAU
“Kehilangan darah melalui saluran genitalia
>500 mL setelah melahirkan pervaginam atau
>1000 mL setelah melahirkan per SC (PNPK
POGI)”

39
Perkiraan jumlah perdarahan, tanda dan gejala dan derajat syok

40
41
42
Penyebab PPH:
1. Atonia uteri (70 %).
2. Laserasi jalan lahir (20%).
3. Retensio plasenta dan sisa plasenta (10%).
4. Gangguan pembekuan darah (1%)

43
• Akhir-akhir ini kejadian plasenta
akreta meningkat tajam seiring
dengan peningkatan angka seksio
sesarea dalam 20 tahun terakhir ini.

44
TONUS (TONE)
❑ Kelemahan kontraksi untuk menghentikan
perdarahan dari tempat insersi plasenta
❑ Pada palpasi didapatkan fundus uteri setinggi
pusat atau didapatkan kontraksi lembek
❑ Terjadi pada 70% - 90 % kasus PPH
❑ Faktor risiko :
❏ Distensi uterus berlebihan (gemelli, makrosomia,
hidramnion)
❏ Partus lama
❏ Multiparitas
❏ Induksi persalinan
❏ Korioamnionitis
❏ Riwayat atonia uteri pada kehamilan sebelumnya 45
ATONIA UTERI
• Pada kehamilan cukup bulan, aliran darah keuterus
mencapai 500 – 800 ml/mnt. Jika uterus tidak segera
berkontraksi setelah plasenta lahir dapat terjadi
kehilangan darah sebanyak 350-500 ml/mnt dari bekas
implantasi plasenta.
• Perkiraan volume darah hamil normal adalah 100 ml/Kg
BB.
Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit
pembuluh darah yang terbuka diuterus sehingga
perdarahan berhenti.
Atonia uteri menyebabkan lebih 90% perdarahan
pospartum. Kematian akibat PPH sebagian besar terjadi
dalam beberapa jam pertama setelah persalinan.
Definisi.
Atonia uteri adalah kondisi dimana miometrium
tidak berkontraksi segera setelah plasenta lahir
sehingga menimbulkan perdarahan yang tidak
terkendali.
INGAT …….

• ESTIMASI WAKTU MENUJU KEMATIAN PADA


PERDARAHAN POSTPARTUM HANYA BERLANSUNG
DALAM 2 JAM !!!!!!!!!!
• KARENA ITU SANGAT PENTING DETEKSI DINI DAN
PENANGANAN AWAL YANG TEPAT DAN CEPAT.

49
MANAJEMEN ATONIA
❑ Posisi Trendelenburg, pasang IV line dan O2
❑ Pastikan plasenta lahir lengkap & kosongkan bladder
❑ Rangsang kontraksi uterus :
❏ Kompresi Bimanual Interna (KBI).
❏ Berikan oksitosin 40 unit dalam 500 mL Normal Saline (125 cc/
jam) (Evidence IA, rekomendasi A)
❏ Lini keduanya adalah pemberian ergometrin 0,2 mg IV/IM.
Dosis awal 0,2 mg secara perlahan, kemudian dapat diberikan
15 menit kemudian bila diperlukan. Ergometrin dapat diulang
setiap 2-4 jam dengan dosis maksimal 1mg (5 dosis) per hari.
(Evidence IA, rekomendasi A)

50
Posisi Trendelenburg

Posisi reverse Trendelenburg

51
MANAJEMEN ATONIA
❑ Jika PPH belum teratasi berikan derivat prostaglandin (Misoprostol) 800-
1000 mikrogram per rektal
❑ Jika perdarahan masih berlangsung, pikirkan kemungkinan adanya
koagulopati yang menyertai atonia yang refrakter  Lakukan
pemasangan kondom kateter atau SOS Bakri tamponade balloon catheter
diisi hingga volume 300-400 mL dan lakukan kompresi bimanual interna
selama 5 menit selagi menunggu uterotonik bekerja (Evidence II,
rekomendasi B)
❑ Persiapkan untuk rujukan untuk pembedahan (konservatif dan non
konservatif) :
❏ B-Lynch sutures (konservatif)
❏ Ligasi arteri uterina (cabang dari a. iliaka interna atau
hipogastrika) atau arteri iliaka interna
❏ Embolisasi arteri uterina
❏ Subtotal / total abdominal histerektomi

52
Penanganan.
Bila dalam 15 detik tidak terjadi kontraksi uterus
setelahah dilakukan rangsang taktil------ATONIA
UTERI…….

Segera lakukan KBI……..


Evaluasi keberhasilan KBI.
1. Uterus berkontraksi pertahankan KBI selama 2 menit
lagi,kemudian awasi kala IV.
2. Uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung
periksa kemungkinan laserasi jalan lahir, lakukan
penjahitan.
3. Uterus tdk berkontraksi:
• Ajarkan keluarga melakukan KBE.
• Berikan ergometrin 0,2 mg IM<hati-hati pada
hipertensi> atau misoprostol 600 – 1000 mcg rektal.
• Pasang infus dengan jarum 16 atau 18 berikan RL +
oksitosin 20 IU tetesan cepat.
• Ulangi KBI…..
• Setelah 1 – 2 menit dilakukan KBI, uterus tidak
berkontraksi -------rujuk ke RS.
• Bila uterus berkontraksi, awasi kala IV.
• Dampingi ibu ketempat rujukan.
• Lanjutkan infus RL + oksitosin sebanyak 500 cc/jam
sampai ketempat rujukan.
ALUR TATALAKSANA PERDARAHAN
POSTPARTUM (ALARM).

• Masase fundus uteri segera sesudah plasenta lahir


(maksimal selama 15 detik).

• Uterus berkontraksi, lakukan pemantauan kala IV.

• Uterus tidak berkontraksi.


• Bersihkan bekuan darah/selaput ketuban dari
uterus dan vagina.
• Segera lakukan KBI, maksimal 5 menit.

• Uterus berkontraksi------- Pertahankan KBI


selama 1 – 2 menit, lalu keluarkan tangan hati-
hati dan pemantauan kala IV.
• Uterus tidak berkontraksi.

• Ajarkan keluarga melakukan KBE.


• Suntik methylergometrin 0,2 mg IM.
• Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur.
• Lakukan pemasangan kondom intrauterin.
• Uterus berkontraksi----- lakukan pengawasan
kala IV.
• Uterus tidak berkontraksi.

• Rujuk .
• Selama perjalanan lanjutkan infus RL+20 IU oksitosin
minimal 500 ml/jam.
• Lakukan Kompresi aorta abdominalis atau KBE selama
perjalanan.
• Lakukan laparotomi.

• Ligasi arteri uterina dan/atau arteri


hipogastrika, B-Lynch methode.

• Perdarahan berhenti----uterus dipertahankan.


• Perdarahan berlanjut----- histerektomi.
-------------------
GANTI SARUNG TANGAN PENDEK
DENGAN SARUNG TANGAN PANJANG
1. Dengan ibu jari dan telunjuk
tangan non-dominan, sisihkan
kedua labia minora ke lateral.

2. Masukkan tangan dominan


dengan posisi obstetrik
(menyatukan kelima ujung jari)
1. Ubah posisi tangan dominan
menjadi kepalan tinju dan
letakkan pada forniks anterior.

2. Telapak tangan non-dominan


menekan dengan kuat dinding
posterior uterus melalui
abdomen.
POSISI YANG DIHARAPKAN PADA KBI.
PERTAHANKAN POSISI INI SELAMA MAKSIMAL 5
MENIT, SAMBIL DIEVALUASI SETIAP 2 MENIT.
Posisi yang diharapkan pada KBE.
BALLOON CATHETHER

67
TRAUMA
❑ Terjadi pada 20% kasus PPH

68
MANAJEMEN TRAUMA
❑ Lakukan penjahitan pada jaringan yang mengalami robekan.
❑ Pada serviks biasanya terjadi pada lateral kiri dan kanan. Jepitkan klem
ovum kemudian lakukan penjahitan.
❑ Bila perdarahan berlanjut berikan asam traneksamat 1gr IV bolus dalam 1
menit

69
TISSUE
❑ Terjadi pada 10% kasus PPH
❑ Dapat disebabkan oleh retensi plasenta atau sisa plasenta
❑ Tatalaksana :
❏ Pastikan plasenta lahir lengkap (kotiledon atau succenturiate lobe)
❏ Berikan oksitosin 20-40 unit dalam 1000mL NaCl/RL dgn kecepatan
60 tpm dan 10 unit IM. Kemudian lanjutkan dengan 20 unit dalam
1000mL NaCl/RL dgn kecepatan 40 tpm
❏ Pada retensio plasenta lakukan peregangan tali pusat terkendali
❏ Jika tidak berhasil lakukan manual plasenta
❏ Jika terdapat sisa plasenta lakukan eksplorasi dan evakuasi sisa
plasenta dan bekuan darah dengan kuretase.

70
RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta adalah plasenta


tertahan dalam uterus atau plasenta
belum lahir setelah 30 menit anak lahir.
Faktor predisposisi.
1. Grandemultipara.
2. Plasenta previa.
3. Bekas operasi pada uterus, misalnya SC,
miomektomi.
4. Kehamilan ganda dimana tempat
implantasi plasenta luas.
5. Pada kasus infertilitas dimana lapisan
endometriumnya tipis.
PLASENTA ADHESIVA

Mencakup 3 kelainan sesuai dengan kedalaman


invasi vili korialis kedalam dinding rahim, yaitu:
1. Plasenta akreta dimana vili plasenta melekat
langsung kemiometrium tanpa melibatkan
desidua (75%).
2. Plasenta inkreta, yaitu vili plasenta menembus
kedalam miometrium (18%).
3. Plasenta perkreta, yaitu vili korialis menembus
lapisan serosa dan dapat mengenai organ
sekitarnya seperti kandung kemih (7%).
Dalam praktek sehari-hari istilah plasenta akreta
dipakai untuk mewakili ketiga jenis plasenta
adhesiva diatas.
73
❑ Kejadian plasenta akreta meningkat tajam
seiring dengan peningkatan seksio sesarea.
❑ Faktor utama terjadinya plasenta akreta
adalah riwayat operasi pada uterus yaitu seksio
sesarea dan miomektomi, kemudian plasenta
previa.

74
MANUAL PLASENTA

75
TISSUE
❑ Juga dapat disebabkan oleh plasenta akreta / inkreta /
perkreta
❑ Faktor risiko : plasenta previa, riwayat SC, multiparitas,
riwayat kuretase

76
THROMBIN (FAKTOR PEMBEKUAN DARAH)
❑ Terjadi pada <1% kasus PPH
❑ Penyebab ini dipertimbangkan bila penyebab lain sudah
disingkirkan terlebih jika sudah memiliki riwayat sebelumnya.
❑ Penyebab koagulopati tersering adalah abruptio placenta,
eklampsia, dan emboli cairan amnion
❑ Tatalaksana :
❏ Berikan whole blood
❏ Jika tidak tersedia berikan FFP (15ml/kgBB) jika APTT dan
PTT melebihi 1,5 kali kontrol
❏ Atau PRC/Kriopresipitat/TC/ whole blood golongan O untuk life
saving

77
78
REFERENSI
❑ American College Of Obstetricians And Gynecologists. (2017). Postpartum
Hemorrhage. ACOG Practice Bulletin , 130, 168-186.
❑ Berghella, V. (2017). Obstetric Evidence Based Guideline. New York: CRC Press.
❑ Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Hoffman, B. L., et al. (2014). Williams Obstetrics (24 ed.). New York: McGraw-Hill.
❑ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). BUKU SAKU PELAYANAN
KESEHATAN IBU DI FASILITAS KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN (1 ed.).
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
❑ POGI. (2016). PNPK Perdarahan Pasca-Salin.
❑ POGI. (2016). PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Pre-eklamsia
❑ Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro, G. H. (Eds.). (2010). Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

79
TERIMA KASIH
Any questions?
You can find me at:
leosimanjuntak66@gmail.com

80

Anda mungkin juga menyukai