KEPERAWATAN ANAK 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Dosen Pengampu :
Endah Sulistiyani, S.Kep., Ners., M.Kep. Sp.Kep.An.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4, anggota :
1. Fadlailu Nisa
2. Fahri Amrullah
3. Husnul hotimah
4. Lia Asnaeni
5. M. Khairul Fatihin A.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas tentang “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)” ini dengan baik dan tepat waktu, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Ibu Endah Sulistiyani, S.Kep., Ners.,
M.Kep. Sp.Kep.An. selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak 1 di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana asuhan keperawatan kepada
anak dengan BBLR yang diawali dengan dilakukan pengkajian secara tepat. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.
Penyusun,
i
DAFATR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga
kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi yang baru
Dalam penelitian (Fatimah dan Siti, 2015) Angka kematian bayi di Indonesia
mencapai 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013, sehingga
menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara dengan angka kematian bayi
tertinggi di ASEAN. Salah satu penyebab angka kematian bayi di Indonesia adalah
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang
sangat kompleks dan memberikan kontribusi berbagai hasil kesehatan yang buruk
mudah terserang komplikasi, masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah
3
gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi,
BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih berada di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Hal terpenting dalam perawatan dini bayi BBLR di
NICU adalah pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi peningkatan berat
badan pada bayi BBLR. Pada bayi BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal,
protein tinggi post-natal secara cepat (immediate). Hal ini dapat diperoleh dengan
Total Parenteral Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk
term.
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses keperawatan pada anak dengan
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Berdasarkan hal itu, kami
menyusun makalah ini, agar dapat diterima sebagai pengetahuan tambahan bagi
pembaca.
4
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1) Mengerti dan memahami konsep dasar anak.
2) Mengerti dan memahami konsep dasar BBLR.
3) Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan
BBLR.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP ANAK
2.1.1 PENGERTIAN ANAK
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan
bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk
anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan
pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak
tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Damayanti,2008).
2.1.2 KEBUTUHAN DASAR ANAK
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum
digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi,
pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,
sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau
kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang
erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak
merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi
mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian
dan sebagainya.
6
2.1.3 TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK
Menurut Damayanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat
perkembangan :
A. Usia Bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat
lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara
lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi
misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama
terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena
bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.
B. Usia Pra Sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan
diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke
tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya.
Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
7
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata.
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan
orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar
untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian
atas apa yang telah dicapainya.
C. Usia Sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini
harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan
orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000
kata dikuasi dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
D. Usia Remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir
dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju
orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau
stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau
orang dewasa yang ia percaya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal
yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
8
2.1.4 TUGAS PERKEMBANGAN ANAK
Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas
yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap
perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan,
berbicara,makan makanan padat, kestabilan jasmani. Tugas perkembangan
anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen
dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian
sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan
hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta
mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai
diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang
fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala
nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan
lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima
keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-
laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua
jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap
diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.
9
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction).
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
A. Menurut Harapan Hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
B. Menurut Masa Gestasinya
1) Prematuritas murni
Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia
kehamilan atau disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (NKB-SMK)
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah:
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang
dari 30 cm
b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
e) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar
f) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
g) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
h) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
10
i) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
j) Lemak subkutan kurang
k) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora
l) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
m) Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).
2) Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR)/ Dismaturitas
IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan
tidak sesuai dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi
mengalami retardasi. Dismatur dapat terjadi preterm, term, dan post
term.
Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil
untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga
Neonatus Cukup Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK),
Dismatur Posterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai
Masa Kehamilan (NKB-SMK).
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
.Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu
a) Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
11
Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose
tissue.
b) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan
ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak
sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda
tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering
keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang
2.1.2 ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
A. Faktor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
12
B. Keadaan Sosial Ekonomi
1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
3) Keadaan gizi yang kurang baik
4) Pengawasan antenatal yang kurang
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi
yang lahir dari perkawinan yang sah.
C. Faktor Janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
D. Faktor Plasenta
Faktor Plasenta disebabkan oleh : Berat plasenta berkuran atau
berongga atau keduanya, Luas permukaan berkurang, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
E. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.1.3 PATOFISIOLOGI
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan
syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara
umum bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan
karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang
menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya
yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik
13
atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi
prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Berkaitan denganhal itu,
maka menghadapi bayi prematur harus memperhatikan masalah masalah
sebagai berikut :
A. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah
lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih
rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh turun
dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka
bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai dengan
36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32°
C (Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem
saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas
(Maryunani, Puspita 2013).
B. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini
menyebabkan terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis
respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel dalam
suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang
selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau
14
terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah
mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan menetap (Maryunani, Puspita 2014).
C. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa
janin.Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar
gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2010).
D. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat
lahirrendah terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig
G serum pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G
ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin pada trimester
terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi
plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang
buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu
bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih
banyak dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2014).
E. Perdarahan Intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah
masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial
dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated
intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks
germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah
15
yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan (Pantiawati, 2010).
F. Rentan Terhadap Infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada
minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir
rendah mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan
seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain
itu, karena kulit dan selaput membran bayi dengan berat badan lahir
rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
(Pantiawati, 2010).
G. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering
mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup
bulan. Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin
terakumulasi dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus.
Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak
terkonjugasi dan terkonjugasi (Wong, 2009).
2.1.4 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
A. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
B. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
16
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Kepala lebih besar
8) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10) Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif
pada lengan dan sikunya
11) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12) Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
13) Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
14) Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit.
2.1.5 MASALAH PADA BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi
karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada
BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,
susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal,
ginjal, termoregulasi.
A. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk
bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi
masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang
diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli
tidak kolaps pada saat ekspirasi).
Sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,
insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya
gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal–hal inilah
17
yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan
gawat nafas (distress pernafasan).
B. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu
asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan
oksigen dan kekurangan perfusi.
C. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra
uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan
ductus arteriosus.
D. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi
seperti bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena
tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–
34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti, kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein.
E. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak
stabil, yang disebabkan antara lain :
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit
dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife
luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
18
F. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
G. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
H. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang
maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit asam-basa tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolism dan obat-obatan dengan
memadai serta tidak mampu memekatkan urine.
I. Sistem Integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis
dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
J. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of
prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
19
2.1.6 PATHWAYS
(Proverawati, 2010)
20
2.1.7 PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut:
A. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
B. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan
kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori
110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
C. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
21
kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena
itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
D. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
E. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
F. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam
bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator
dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan.
G. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala
timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
A. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang
menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek
22
pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu
prematuritas atau maturitas
B. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat
kurang yang lupa mens terakhirnya.
C. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
D. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk
melihat bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
23
BAB 3
24
Dalam menetukan tujuan digambarkan kondisi yang
diharapkan disertai jangka waktu.
3) Menetukan kriteria hasil
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mennetukan kriteria
hasil:
a) Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu
b) Bersifat realistik artinya dalam menetukan tujuan harus
dipertimbangkan faktor fisiologis/patologi penyakit yang
dialami dan sumber yang tersedia serta waktu pencapaian.
c) Dapat diukur
d) Mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perinth dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
perawatan dapat dicapai dan memberikan timbal balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi
sebagai berikut:
1) Daftar tujuan-tujuan pasien
2) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
3) Bandingkan antar tujuan dan kemampuan pasien
4) Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau
tidak.
25
Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang
ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
26
5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi
baru lahir. Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
2) Pengkajian Umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur
saatistirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi
edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk,
hipotonia,tidak responsive, dan apnea.
27
3) Pengkajian Respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri,
adanya insisi,slang dada, atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan
tambahan cuping hidung atau retraksi substernal,
interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor,
krepitasi, mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa
suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan
kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
4) Pengkajian Kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum
intensity/PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling
keras terdengar danteraba (perubahan PMI
menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung,
respirasi atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora,
jaundis, dan bercak-bercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas
yang dipakai.
5) Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema
dindingabdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan
usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang
berkaitan dengan pemberian makanan, karakter dan
jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang
28
selang nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan
haluaran (warna, konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa
adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.
6) Pengkajian Genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan),
warna pH,temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk
menyaring kecukupan hidrasi).
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat
dalam mengkaji hidrasi).
7) Pengkajian Neurologis-Muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat
aktivitas terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa
gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi,
ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking,
plantar, tonickneck, palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
8) Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksila.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
9) Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang
memerah, tanda iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah
terkelupas, terutama dimanaperalatan pemantau infus
atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
b) Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai
(missal plester, povidone-jodine).
29
c) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut,
bersisik, terkelupas dan lain-lain.
d) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
3.2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan yang sering muncul menurut (Wong,
2009) :
A. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan
Imaturitas paru dan neuromuscular, penurunan energy dan
keletihan.
B. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan
kontrol suhu imatur dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.
C. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan
imunologik.
D. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mengingesti nutrient
karena imaturitas dan/ atau sakit
3.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut (Wong, 2009)
A. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan
Imaturitas paru dan neuromuscular, penurunan energy dan
keletihan.
Tujuan: pasien memperlihatkan parameter oksigenasi yang
adekuat Tindakan:
30
pada tingkat FiO2 minimal berdasarkan pada gas darah
arteri SaO2).
Rasional: untuk meningkatkan O2
4) Observasi adanya tanda gawat nafas, pernafasan cuping
hidung, retraksi, takipnea, apnea, grunting , sianosis,
saturasi oksigen (SaO2 rendah)
31
2) Cegah personel yang mengalami infeksi saluran nafas atas
atau infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan
bayi.
Rasional: bayi memiliki sistem imun yang lemah
sehingga mudah tertular penyakit.
3) Berikan antibiotika sesuai permintaan
Rasional: antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi
4) Yakinkan asepsis dan/atau sterilitas ketat pada prosedur
invasif dan peralatan sepertiterapi IV perifer, tusukan
lumbal dan pemasangan kateter arteri/vena.
Rasional: sterilitas pada prosedur invasif dapat
mencegah terjadinya infeksi
32
3.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan menurut (Wong, 2009)
A. Mempertahankan patensi jalan nafas
B. Mempertahankan kestabilan suhu tubuh
C. Perlindungan dari infeksi dan cidera
D. Pertahankan keadekuatan nutrisi
3.2.5 EVALUASI
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian
berulang dan evaluasi terus menerus asuhan berdasarkan pada
panduan observasi berikut (Wong, 2009)
A. Ukur tanda vital dan lakukan pengkajian respirasi dengan
interval waktuberdasarkan kondisi dan kebutuhan bayi,
observasi usaha respirasi bayi dan responnya terhadap terapi,
periksa fungsi peralatan, periksa hasil uji laboratorium.
B. Ukur suhu kulit abdomen dan aksila dengan interval tertentu.
C. Obervasi tingkah laku dan penampilan bayi untuk melihan
adanya tanda sepsis.
D. Kaji hidrasi, kaji dan ukur asupan cairan, observasi bayi selama
pemberian nutrisi, ukur jumlah susu formula atau asupan
parenteral, timbang setiap hari.
33
BAB 4
PENUTUP
2.4 KESIMPULAN
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi berbagai hasil kesehatan
yang buruk karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka morbiditas
dan mortalitas, tetapi dapat juga menyebabkan kecacatan, gangguan, atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis
dikemudian hari. BBLR mempunyai kecendrungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi, masalah pada BBLR yang
sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termogulasi. Sehingga
muncul masalah keperawatan seperti Ketidakefektian Pola Nafas,
Ketidakefektifan termoregulasi, Resiko infeksi, Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Hal terpenting dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU adalah
pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi peningkatan berat badan pada
bayi BBLR. Pada bayi BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak, adalah nutrisi protein
tinggi post-natal secara cepat (immediate). Hal ini dapat diperoleh dengan Total
Parenteral Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk
membatasi extrauterin growth restriction dan untuk mengejar pertumbuhan
post-term.
34
DAFTAR PUSTAKA
Nurbani, Susi dan Sri Yanniarti. 2013. Faktor Resiko Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Media Kesehatan. Vol 6 Nomor 1 Halaman 80-
87.
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir
Rendah. Nuha Medika:Yogyakarta.
Putra, S R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika.
35
Wong , 2009. Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: EGC.
Fatimah dan Siti Nurhasiyah Jamil. 2015. Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah Bayi di RS Koja Tahun 2015. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, Vol 12. Diakses melalui
http://jurnal.fkkumj.ac.id/download.php?file=20161129-
dr.sugiarto%20web.pdf pada 9 Februari 2021.
36