Anda di halaman 1dari 6

Akankah Sema-U dan Dema-U Kembali Bangkit?

Hilang marwah dan eksistensinya, per Januari 2020 Wakil Rektor (WR) III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang saat itu di duduki Prof. Dr, Amroeni Drajat, M.Ag.,
resmi menonaktifkan organisasi mahasiswa (Ormawa) tertinggi di UIN SU yakni, Senat
mahasiswa Universitas (Sema-U) dan Dewan mahasiswa Universitas (Dema-U). Dengan
dalih tidak bertanggungjawab, Ormawa itu dinonaktifkan sampai pada waktu yang tidak
dapat ditentukan.

Merujuk pada majalah LPM Dinamika UIN SU edisi 53 di rubrik Reportase Khusus, alasan
Sema-U dan Dema-U dinonaktifkan adalah laporan keuangan yang tidak transparan dan atas
perintah langsung dari rektor yang saat itu dipimpin oleh Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag.
Meski sempat dibantah oleh Presiden mahasiswa (Presma) yang terakhir menjabat, Azhari
Marpaung mengaku bahwa laporan keuangan sudah diselesaikan tapi keputusan penonaktifan
tetap berjalan dan hingga tulisan ini dimuat Sema-U dan Dema-U masih tenggelam.

Jumat (6/11), tampuk kepemimpinan UIN SU berganti, Rektor serta jajarannya undur diri dan
estapet kepemimpinan rektor dilanjut oleh Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A. Tidak hanya itu,
Visi dan Misi UIN SU saat ini sudah di revisi, beberapa kebijakan pun telah berganti, jargon
UIN SU JUARA (Jaya, unggul, maju dan sejahtera) juga beralih menjadi UIN SU UIN
KITA. Merujuk kepada hal tersebut, akankah ada kebijakan baru serta titik terang mengenai
bangkitnya Sema-U dan Dema-U?

Menanggapi itu, Dr. H. Nispul Khoiri, M.Ag selaku WR III yang baru dilantik memberikan
harapan baru untuk kembali membangkitkan Sema-U dan Dema-U. “Terkait Sema-U Dema-
U, saya baru tahu kemarin bahwa Sema-U Dema-U dibekukan di tahun 2020. Selaku wakil
rektor bidang kemahasiswaan dan kerjasama yang baru, ini adalah periode kami tentu
berbeda dengan periode yang lalu. Kalau dibekukan kita akan cabut kembali di 2021,” ujar
Nispul diraungannya.

Namun, untuk sampai pada keputusan pencabutan nonaktif Sema-U dan Dema-U, Nispul
Khoiri mengatakan akan mempelajari dahulu permasalahan mereka mengingat posisi Sema-U
dan Dema-U penting bagi sebuah Universitas. “Tapi sebenarnya saya juga harus mempelajari
lebih dalam apa persoalan sehingga dibekukan. Pada prinsipnya begitu nanti saya tahu semua
persoalannya, kita akan buka kembali,” tambahnya.
“Saya akan berdialog dengan UKM, Sema dan Dema fakultas dan Wakil Dekan III fakultas
nanti akan saya kumpulkan termasuk juga persma, kita duduk dulu secara bersama sebelum
kita cabut pembekuan itu. Intinya ada hal-hal yang harus kita longgarkan, ada hal-hal yang
memang harus kita ketatkan, ada hal-hal yang memang harus kita tetapkan kembali secara
bersama melalui aturan-aturan ataupun portopolio-portopolio yang kita sepakati bersama,”
sambungnya.

Meski demikian, Ketua Sema Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) mengatakan,
dinonaktifkannya Sema-U dan Dema-U juga tidak berpengaruh kepada program kerja
mereka. “Kami tidak ada keterkaitan dengan Sema-U dan Dema-U. Sema dan Dema fakultas
tetap berjalan walaupun mereka tidak berjalan. Kita tetap menjalankan proksi kita sesuai
dengan apa yang sudah dijalankan di fakultas masing-masing,” ujar Abdul Hamid Munthe.

Selaras dengan Abdul Hamid, Ketua Dema-FEBI Rajab Ardiansyah menuturkan bahwa
dibekukannya Sema-U dan Dema-U tidak berpengaruh dengan jalannya program kerja Sema-
F dan Dema-F, tapi hanya memutus jalur koordinasi antara Sema-F dan Dema-F dengan
Sema-U dan Dema-U.

“Secara garis besar tidak terlalu berpengaruh terhadap program Dema-F, yang menjadi
permasalahan adalah jalur koordinasi antara Dema-F yang menaungi fakultas dengan Dema-
U yang menaungi universitas terputus, sehingga ketika ada permasalahan ditingkat
universitas aspirasi-aspirasi dari teman-teman di fakultas sulit untuk tersalurkan, yang mana
seharusnya inilah fungsi jalur koordinasi antara Dema-F dengan Dema-U,” tutur Rajab.

Selanjutnya Nispul menjelaskan bahwa keberadaan Sema-U dan Dema-U penting bagi
sebuah universitas dalam rangka melengkapi perangkat civitas akademik sebuah universitas.
Civitas akademik membutuhkan Sema-U dan Dema-U, sebagai suplemen dan komplementer
sebuah universitas. Begitu juga sebaliknya, eksistensi daripada Sema-U dan Dema-U juga
membutuhkan perhatian dari civitas akademik.

“Kehadiran Sema Dema ini penting dan strategis terhadap mahasiswa khususnya. Artinya
eksistensi daripada Sema Dema ini harus punya inovasi baru. Inovasi yang saya maksudkan
tadi eksistensi Sema Dema ini harus punya pradigma, pradigma lama mari kita tinggalkan.
Kalau hanya sifatnya sistem pengkaderan yang dibangun, tapi kedepan bagaimana posisinya
betul-betul punya nilai penting kepada mahasiswa,” jelas WR III yang baru dilantik itu.
“Saya pikir tidak baik juga lama-lama dibekukan. Ini harus kita buka kembali, kita akan
berdiskusi secara bersama dengan ukk/ukm di ruangan ini,” pungkas Nispul

Suara Sema-F dan Dema-F

Ketua Sema-FEBI mengatakan sebenarnya permintaan dinonaktifkannya Sema-U dan Dema-


U juga datang dari pihak Sema-F dan Dema-F sekawasan. Mereka menganggap program
Sema-U dan Dema-U tidak ada yang berjalan kemudian kasus tentang penggelapan laporan
pertanggung jawaban dan masa periodesasi yang sudah lewat.

“Tapi sebelum surat pembekuan itu dikeluarkan sebenarnya kita dari Sema-F dan Dema-F
sekawasan yang meminta agar Sema-U dan Dema-U dibekukan. Karena memang di sisi lain
program mereka tidak ada yang berjalan kemudian ada kasus tentang penggelapan laporan
pertanggung jawaban dan sisi lain juga masa periodesasi mereka sudah lewat. Jadi kemarin
kita sudah meminta kepada WR III sebelumnya untuk membekukan mereka,” ujar Abdul
Hamid Munthe

Berharap penonaktifan Sema-U dan Dema-U menjadi pelajaran dan bahan pembenahan, kini
Sema-F dan Dema-F menyambut baik keinginan rektorat yang akan segera membenahi
keberadaan Sema-U dan Dema-U. Tidak adanya perpanjangan tangan aspirasi mahasiswa
dari tingkat fakultas ke tingkat universitas menjadi sebuah permasalahn juga.

Mashabi M. Noor Ritonga, sekretaris Sema Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
mendukung pengaktifan Dema-U dan Sema-U di masa rektorat baru. “Wajib sekali. Melalui
WR III, Rektor harus kembali mengaktifkan Sema-U dan Dema-U. UIN-SU wajib punya
refresetatif mahasiswa yang punya power agar membawa UIN-SU lebih maju, caranya itu
adalah Sema-U dan Sema-U harus difungsikan kembali,” dukungnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Alfian yang juga mendukung pengaktifan kembali Dema-U
dan Sema-U. “Harus, karna supaya bisa menampung aspirasi Sema-F dan Dema-F sekawasan
UIN SU. Gunanya Sema-U dan Dema-U adalah untuk menjaga kestabilan kampus. Dan
menjadi jembatan antara mahasiswa dan birokrat,” ujar Wakil Ketua Dema Fakultas Ilmu
Sosial (FIS) itu.

Fachrul Rozi perwakilan Sema FDK menuturkan pendapatnya bahwa Rektor Syahrin
harusnya mengaktifkan kembali Sema-U dan Dema-U karena kampus adalah miniatur negera
yang harus memiliki demokrasi yang jelas. "Harus diaktifkan kembali Sema-U dan Dema-U
karena kampus miniatur negara. Artinya, demokrasi yang ideal itu harus jelas dan terukur
pemangku kepentingannya," katanya.

Dukungan yang sama juga disampaikan oleh Sema FUSI dan ketua Sema-Dema FEBI.
Namun, kata Rajab wacana untuk mengumpulkan Sema-F-Dema-F, UKK/UKM dan Wakil
Dekan III belum juga terlaksana. “Sampai pada saat ini belum ada pertemuan antara
pimpinan rektorat yang baru dengan Dema-F dan Sema-F sekawasan untuk membahas Sema-
U dan Dema-U,” kata mahasiswa Perbankan Syariah itu.

Dan pertemuan untuk membahas Sema-U dan Dema-U tersebut seharusnya bisa cepat
terlaksana. "Pertemuan sepertinya harus di buat tapi belum ada informasi, secepatnya
mungkin akan di buat," pungkas Fachrul Rozi melalui pesan WhatsApp.

Berdasarkan keterangan Nispul Khoiri, pertemuan mungkin akan terlaksana dibulan Januari,
setelah semua perangkat sudah terpenuhi. “saya harus cepat karena menurut tanggal ini kita
sudah terjepit. Artinya normalnya awal Januari lah. Semua perangkat harus selesai di bulan
ini baru nanti saya akan fokus pada ukk/ukm,” kata WR III

Harap-harap Warga Kampus

Pengamat politik UIN SU pun angkat suara, ia menanggapi bahwa Sema-U dan Dema-U
harus diaktifkan lagi. “Organisasi tersebut harus diaktivasi lagi sebagai saluran aktualisasi
aspirasi mahasiswa, sebab eksistensinya diakui jadi harus diaktivasi,” ujar Faisal Riza, MA
yang sekaligus merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial.

Lebih lanjut, Faisal Riza mengatakan bahwa organisasi sangat penting untuk beberapa hal.
Pertama, aktualiasi diri sebagai pembelajaran berdemokrasi. Kedua, untuk menyambungkan
aspirasi mahasiswa.

Wakil Rektor III selaku orang yang menaungi mahasiswa harus pandai menyikapi Sema-U
Dema-U saat ini, Faisal Riza juga berharap Wakil Rektor III yang baru ini mempunyai cara
pandang demokratis. “Wakil Rektor III yang baru ini diharapkan mempunyai cara pandang
demokratis. Bisa bermitra dengan ormawa dan dapat memaksimalisasi potensi
kemahasiswaan,” tutupnya saat diwawancarai melalui WhatsApp.

Muhammad Nasir Akram yang merupakan mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara FSH
semester 9 mengatakan bahwa mengetahui Sema-U dan Dema-U dibekukan lewat surat
pemberitahuan yang ditanda tangani oleh WR III. “Sudah tau sejak dikeluarkannya Surat
Pemberitahuan Nomor: B.43/Un.11/WR.III/B.II.1.b/PP.00.9/12/2019 tanggal 26 Desember
2019 yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Amroeni, M.Ag (Wakil Rektor III) yang
menerangkan bahwa dema u dan sema u telah dibekukan,” katanya.

Ia juga mendukung apabila Sema-U dan Dema-U diaktifkan kembali. “Saya sangat
mendukung apabila Dema-Uu dan Sema-U di aktifkan kembali, dengan catatan dibuat
regulasi/sop yang baik agar kejadian-kejadian sebelumnya tidak terjadi lagi. Seperti tentang
waktu tenggang masa jabatan, sanksi apabila tidak melakukan tugas dan penekanan terhadap
tupoksi masing-masing,” dukungnya.

Kata Dr. Winda Kustiawan M.A, Sema-U dan Dema-U itu sangat penting dan dibutuhkan
sekali dalam sebuah Universitas. Sebab universitas itu ada, karena adanya mahasiswa. Jadi
mahasiswa itu komponen penting dari berjalannya administrasi di instansi. Sema-U dan
Dema-U sebagai penyalur aspirasi mahasiswa-mahasiswa dari beberapa latar belakang yang
berbeda. Maka, dengan adanya Sema-U dan Dema-U, memberikan ruang khusus kepada
mahasiswa untuk menyalurkan aspirasinya.

Winda juga menjelaskan bahwa Sema-U dan Dema-U merupakan miniatur organisasi yang
besar. "Sema-U dan Dema-U ini miniatur dari sebuah organisasi yang besar. Struktur
organisasi Sema-U dan Dema-U hampir sama seperti yang ada di pemerintahan kita. Sema
kalau di pemerintahan itu eksekutifnya, sementara Dema adalah legislatifnya," terang salah
satu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SU itu.

Lebih lanjut, ia menuturkan harapannya. "Kepada WR III, diharapkan untuk membenahi


sistem Sema-U dan Dema-U kita. Sebab mahasiswa butuh alat/sarana untuk menyampaikan
aspirasi mereka dalam tatanan kehidupan berorganisasi. Paling tidak, aspirasi-aspirasi
mahasiswa disahuti lah sehingga mereka mampu berkarya dan bersaing," tutupnya.

Konsep Sema-U/Dema-U-nya WR II

Dengan menggunakan konsep yang berbeda, Nispul Khoiri akan mencoba mendirikan Sema-
U dan Dema-U dengan gaya kekinain. “kita akan bangun sebuah konsep Sema-U dan Dema-
U yang benar-benar kekinian, jangan mengikuti pola yang lama, pola 20 tahun yang lalu
masih seperti itu yang diterapkan pada hari ini. Jadi kita perlu arah baru, format baru
bagaimana membangun Sema-U dan Dema-U ini kedepan," ujar Nispul dengan sungguh-
sungguh.
Pada dasarnya, WR III periode lalu sudah akan mencabut keputusan dinonaktifkannya Sema-
U dan Dema-U jika perwakilan Sema-F dan Dema-F ada yang menghadap dan menjamin
tidak rusuh ketika pemilihan.

“Kenapa harus rusuh? Inikan pola lama, coba kita siap kalah siap menang, ini pendidikan
politik kepada kita, ini sebuah sikap ksatria ketika kita kalah kita siap untuk menjalani, ketika
kita menang kita akan berjanji mengakomodir segala komitmen yang kitaa buat. Ini yang
harus kita bangun, jadi ini ada kaitannya membentuk keamanan dan kenyamanan kampus,”
jelas Nispul Khoiri.

Adanya Sema-U dan Dema-U untuk mendidik pembelajar politik kampus, social control, dan
garda terdepan dalam membangin sebuah komunikasi politik, bukan mendidik preman.

“Jadi Sema Dema itu bukan menggodok preman, atau menggodok orang-orang yang tak
bertanggung jawab. Tapi Sema Dema itu adalah penggodokan pembelajaran politik kampus
kepada kita. Karena kita adalah bagian daripada sosial of change, garda terdepan dalam
membangun sebuah komunikasi politik, membangun culture akademik kampus dan culture
aklakul karimah. Jadi itu harus kita jiwai ketika kita dalam ber Sema ataupun ber Dema,”
pungkas WR III.

Korlip: Asep Muhammad Sobirin

Reporter: Annisari, Khairatun Hisan, Lisa Maulida, dan Sri Julia Ningsih

Anda mungkin juga menyukai