Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT SCABIES (KUDIS)

Dosen penanggung jawab MK : Ns.Ismawati,M.Sc


KELAS I B KEPERAWATAN
Disusun oleh kelompok 1
Aisah (202001045)
Ardiyanti (202001050)
Complia Linggit (202001053)
Fusfadila Yusuf (202001055)
Indah Riskawati (202001059)
Indah Sari (202001060)
Khairil Salim (202001062)
Moh Rendi (202001066)
Nolvia Nindi Bidu (202001073)
Niken Mbeo (202001071)
Nurhaina Salinggan (201801270)
Nilu Ayu Sintia (202001072)
Ribka Gracia Gurampe (202001077)
Wulan Antarik Ragi (202001137)
Siskawati Al Imran (202001079)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan laporan dan askep “Skabies” ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan
yang berarti.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar
serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para pembaca
khususnya mengenai “Skabies”. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik maupun saran
sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.

Senin, 23 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini
merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu
tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3
sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung
alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu
jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila
kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi
skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara
terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.Berdasarkan
penjelasan diatas maka kelompok tertarik untuk membahas Asuhan Keperawatan
Pada Klien Gangguan Kulit karena Parasit (Skabies)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud denyan penyakit scabies atau kutu
2. Bagimana proses keperawatan scabies atau gatal-gatal pada jari;jari tangan

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Sistem
Integumen berkenaan dengan penyakit Kulit karena Parasit (Skabies)
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies
2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies
3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan pengkajian
4. Menjelaskan tentang pembuatan rencana keperawatan berdasarkan teorii
keperawatan
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya
terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia
(Heukelbach et al. 2006), dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan
level sosial ekonomi (Raza et al. 2009). Scabies merupakan penyakit kulit yang
mudah menural dan timbul di permukaan kulit mudah menural kemanusia penyakit ini
dari hewan atau sebaliknya.
Menurut handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menural yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitiasi terhadap tungau (mite) sarcoptes scabei, penyakit ini
dikenal juga sebagai nama the iteh, gudik, atau gatal-gatal agogo disebut kutu
memasuki kulit stratum komeum, membentuk kanali kulit atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6-1,2 cm.
Menimbukan infeksi pada kulit yang gatal-gatal karena penyakit ini dapat
ditemukan pada orang-orang miskin hidup ditengah kondisi hygene yang dibawah
standar meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat bersih. scabies
sering menjumpai pada orang yang seksual aktif, tetapi tidak tergantung pada orang
yang malakuakan aktifitasi seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari
tangan dapat menimbulakan infeksi pada anak-anak di bawah umur 3 tahun.

B. Etiologi
Ektoparasit adalah organisme parasit yang hidup pada permukaan tubuh inang,
menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit dan menghisap cairan
tubuh inang (Triplehorn dan Johnson, 2005). Infestasi ektoparasit pada kulit
keberadaannya membuat rasa tidak nyaman, dapat menyebabkan kehidupan yang
tidak sehat secara signifikan. Infestasi ektoparasit bersifat sporadik, epidemik dan
endemik (Ciftci et al., 2006).
Scabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var.hominis. Nama Sarcoptes
scabiei adalah turunan dari kata Yunani yaitu sarx yang berarti kulit dan koptein yang
berarti potongan dan kata latin scabere yang berarti untuk menggaruk. Secara harfiah
skabies berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas menggaruk kulit yang gatal
tersebut. Saat ini istilah skabies berarti lesi kulit yang muncul oleh aktivitas tungau
(Cordoro et al. 2012).
Ciri morfologi tungau skabies antara lain berukuran 0.2-0.5mm, berbentuk oval,
cembung dan datar pada sisi perut (Chowsidow 2006). Tungau dewasa mempunyai
empat pasang tungkai yang terletak pada toraks. Toraks dan abdomen menyatu
membentuk idiosoma, segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas (Krantz 1978).
Menurut Bandi et al (2012) terdapat 15 varietas atau strain tungau yang telah
diidentifikasi dan dideskripsikan secara morfologi maupun dengan pendekatan
molekul, skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik
yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21̊ C
dengan kelembaban relatif 40-80%. Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan
membuahi kutu betina dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan
menggali lobang ke dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam
stratum korneum dan lucidum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua
hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang
kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu
dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu
mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit
tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-
bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4
minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau
sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah
penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
G. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabakan karena tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
penderitan sendiri akibat garukan. dan dapat bersalaman atau dapat bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat menyebabkan lesi timbul di pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
1. Cara Penularan
a. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan berhubungan seksual.
b. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang
banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
2. Evaluasi Diagnostik
Cara menemukan tungau:
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
kaca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya
b. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
c. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat
irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
d. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
Pathawy
H. Menifestasi klinis
Cara pencegahan penyakit skabies adalah yaitu :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2
kali dalam seminggu.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi tungau skabies.
Yaitu ada (Empat) tanda cardinal berikut:
1. Pruritus noktuma pada area (gatal pada malam hari) karena aktifitas tungau
lebih tinggi di bandingkan pada suhu yang lembab dan panas
2. Umumnya terdapat pada sekelompok manusia, minsalnya mengenai seluruh
anggota kelurga
3. Adanya penyakit scabien ini (kunikulus) pada tempat yang predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbenuk garis urus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-
lain).
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna
kemerahan dan terasa gatal.

I. Klasifikasi Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain
(Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnyasehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala
dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
3. Skabiesincognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas

dan mirip penyakit lain.

4. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus atau nodular coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan, nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
5. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4
– 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
6. Skabies  Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan  krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
dapat disertai distrofi kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita
skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia terjadi akibat
defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi
tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
7. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi di muka.
(Harahap.M, 2000).
8. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.(Harahap.M, 2000).
J. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
1. Cari terowongan dan amati ujung yang terdapat papul atau vesikel, kemudian papul
atau vikel tersebut dicongkel dengan jarum dan diletakk dengan jarum tersebut akan
diletakkan diatas kaca sehingga dapat terjdi objek atau ditutup dengan kaca untuk
diamati dengan mikroskop cahaya.
2. Melakukan cara menyikat dengan sikat dan di tampung atas selembar kertas putih
dan dapat diamat dengan kaca pembesar
3. Dapat pula dengan biopsi irisan, yaitu denganmenyepit lesi dengan dua jari,
kemudian dibuat irisan tipis dengan kemudian dibuat dengan pisau di periksa dengan
pewarnaan hemoktosilin eosin.
Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah
dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut,
dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.Kelainan ini
bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri
K. Penatalaksanan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasm
skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama. Syarat obat yang ideal
adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik,
tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.   
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun
dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali
dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya
efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan
dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah
di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
L. Epidemiologi
Penularan penyakit ini terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini tersebar hampir
diseluruh dunia terutama pada daerah tropis dan penyakit ini endemis di beberapa
negara berkembang. Di beberapa wilayah lebih dari 50% anak-anak terinfestasi
Sarcoptes scabiei. Scabies masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi
penyakit scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung
lebih tinggi pada anak-anak dan remaja (Sungkar,1997 cit Ma’rufi, 2005).
Beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran scabies adalah : kondisi
pemukiman yang padat, hygiene perorangan yang jelek, social ekonomi yang rendah,
kebersihan lingkungan yang kurang baik, serta perilaku yang tidak mendukung
kesehatan (Ma’rufi, 2005).
Pada daerah yang berhawa dingin dan higiene sanitasi yang kurang bagus banyak
ditemukan kasus scabies. Melihat hygiene para siswa sekolah dasar maka sangat
memungkinkan sekali para siswa tersebut untuk menderita penyakit scabies. Mengingat
penyebaran penyakit ini terjadi melalui kontak langsung dan pada kondisi populasi yang
padat tinggal bersama maka kemungkinan penyebaran penyakit ini akan dapat
menginfestasi sebagian besar siswa sekolah dasar, apabila penyebarannya tidak segera
diatasi.
Gejala klinis penyakit ini adalah gatal pada daerah predileksi terutama pada malam
hari. Jika para siswa menderita penyakit ini maka rasa gatal yang dialami akan dapat
mengganggu konsentrasinya dalam proses belajar, sehingga secra tidak langsung akan
dapat menurunkan prestasi belajar dari para siswa tersebut. Oleh sebab itu sangat
perlu memberikan pengobatan pada siswa yang terinfeksi guna memutus rantai
penularan scabies ini. perlu memberikan pengobatan pada siswa yang terinfeksi guna
memutus rantai penularan scabies ini.
M. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada
kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali
sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena
heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.

.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : Lakukan pengkajian pada identitas klien dibagi menjadi 2 yaitu
identitas pribadi dan identitas social, identitas pribadi yaitu yang melekat pada
pribadi pasien (termasuk cirri-cirinya) misalnya Nama, Tanggal, Lahir/Umur,
Jenis kelamin, Alamat, Status perkawinan dan lain-lain termasuk. Sedangkan
identitas social meliputi yang menjelaskan tentang social, ekonomi, dan budaya
pasien misalnya, agama, pendidikan, pekerjaan, orang tua, identitas penangung
jawab pembayaran dan lain-lain.
2.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, R.P. 2000. Skabies. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Eds ketiga.
Ed Djuanda
Herman, M.J. 2001. Penyakit Hubungan Seksual Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit.

Anda mungkin juga menyukai