Judul……………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………. iii
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………. iv
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….. iv
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. iv
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….. iv
Bab 2 Pembahasan………………………………………………………………………. v
Bab 3 Penutup…………………………………………………………………………… xx
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. xx
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………… xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengendalian manajemen ada sejak organisasi berdiri dan akan tetap ada bersama dengan
keberlangsungan organisasi. Desain sistem pengendalian manajemen yang baik adalah yang
mampu menciptakan senergi yang optimal antara pengendalian formal dengan pengendalian
formal dan informal.Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem
pengendalian manajemen. Perancangan sistem pengedalian manajemen pada dasarnya bertujuan
untuk mrenciptakan efesiensi dan aktivitas organisasi. Efesiensi dan efektifitas organisasi
merupkan obsesi hampir semua pendekatan manajeme, baik pendekatan ilmu manajemen klasik
maupun pendekatan manajemen ilmiah (scientific management).
BAB II
PEMBAHASAN
PENYUSUNAN PROGRAM.
Tahap penyusunan program merupakan tahap yang dilakukan setelah perencanaan strategik.
Rencana-rencana strategik,sasaran-sasaran startegik,dan inisiatif startegik merupakan kerangka
konseptual yang harus dijabarkan dalam bentuk program-program. Program merupakan rencana
kegiatan dan aktivitas yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategik tertentu beserta sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakannya.
MATRIKS MAC MILLAN
Matrtic macmillan merupakan alat berharga yang khusus dirancang untuk membantu
organisasi nonprofit dalam menilai daya saing program yang dibuat. Matriks tersebut didasarkan
pada asumsi bahwa duplikasi dari pelayanan yang terjadi diantara organisasi nonprifit bisa
mengakibatkan fragmentasi sumber daya yang terbatas,sehingga penyedia pelayanan tidak
mampu untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas biaya pelayanan.
Pengggunaan matriks macmillan merupakan proses yang menilai langsung masing-masing
program yang ada berdasarkan empat kriteria.
1. Kesesuaian ( fa).
2. Kemenarikan program( Attractiveness).
3. Cakupan pilihan ( Atlterantive coverage).
4. Posisi bersaing ( competitive position).
3. PENGANGGARAN
Tahap selanjutnya adalah penganggaran. Program-program yang telah ditetapkan dikaitan
dengan biaya. Secara agregif biaya seluruh program tersebut akan diringkas dalam bentuk
anggaran. Selain anggaran biaya,juga dibuat anggaran pendapat dan anggaran investasi(modal)
untuk melaksananakn program.
4. IMPLEMENTASI
Setelah anggaran ditetapkan,tahap selanjutnya adalah implementasi anggaran. Selamat tahap
implementasi,manajer bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan kegiatan dan bagian
akuntansi untuk melakukan pencatatan atas penggunaan anggrana(input) dan outputnya dalam
sistem akuntansi keuangan. Pencatatan penggunaan sumber daya dilakukan untuk mencatat biaya
yang akan terjadi dalam melaksanakan program dan biaya total yang dikonsumsi oleh pusat
pertanggung jawaban. Pencatatatan biaya program penting dilakukan karena informasi tersebut
digunakan sebagai dasar dalam penentuan program tahun yang akan datang.
5. PELAPORAN KINERJA
Pada tahapa implementasi,bagian akuntansi ,elakukan proses pencatatan, penganalisisan,
pengklasifikasian, peringkasan dan pelaporan transaksi atas kejadian ekonomi yang berkaitan
dengan keuangan. Informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut merupakan salah satu bentuk peloporan kinerja sektor
publik,terutama kinerja finansial. Aspek kinerja nonkeuangan organisasi sektor publik sangat
penting karena organisasi sektor publik banyak menghasilkan output yang sifatnya tidak
berwujud,seperti pelayanan publik yang sangat sulit diukur kinerjanya dasi aspek finansial.
Pelaporan kinerja tersebut akan digunakan sebagai dasar melakukan penilaian kinerja.
6. EVALUASI KINERJA
Pelaporan kinerja harus memiliki dua manfaat utama,yaitu bagi pihak internal maupun pihak
eksternal. Bagi pihak internal laporan kinerja digunakan sebagai alat pengendalian manajemen
untuk menilai kinerja manajer dan staf. Bagi pihak eksternal laporan kinerja nerfungsi sebagai
alat pertanggung jawaban organisasi. Laporan kinerja,bagi manjer menungkinkan utnuk
membandingkan antara input dan output yang direncanakan dengan realisasinya. Jika terdapat
penyimpangan yang signifikan,manajer dapat melakukan tindakan koreksi sebagai umpan balik.
Evaluasi kinerja dalam sistem pengendalian manajemen meliputi:
1. Evaluasi kinerjs organisasi .
Evaluasi ini merupakan penilaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Penilaian ini
dimaksudkan untuk menilai kinerja manajer pusat pertanggung jawaban. Penilain kinerja
organisasi berdampak pada pemberian penghargaan,kritik yang sifatnya membangun,kenaikan
pangkat,penugasan kembali,atau pemberhentian dan pemecatan kepada manajer pusat
pertanggungjawaban.
2. Evaluasi program .
Laporan kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi program.
Pelaksanaan progrm yang tidak optimal memerlukan revisi anggaran program. Jika evaluasi
program menunjukan bahwa program yang dilaksanakan tidak efektiv,maka manajer perlu
mengkaji ulang terhadap strategi untuk mencapai tujuan,atau bahkan merevisi tujuan.
7. UMPAN BALIK
Tahap terakhir setelah melakukan evaluasi kinerja adalah pemberian umpan balik (feedback).
Tahap ini dilakukan sebagai sarana untuk melakukan tindak lanjut (follow up) atas prestasi yang
dicapai. Apabila didasarkan penilaian kinerja dinyatakan oraganisasi belum berhasil mencapai
misi,visi,dan tujuan organisasi yang ditetapkan,maka kemungkinan perlu dilakukan penetapan
ulang atas perumusan starategi organisasi.
I. STRUKTUR PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Proses pengendalian manajemen merupakan jaringan yang dimiliki organisasi untuk wadah
pelaksanaan proses pengendalian menajemen. Struktur pengendalian manajemen terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
1. Pusat pertanggung jawaban
2. Kompensasi
3. Jejaring informasi (information network)
1. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban bisa berupa unit organisasi besar sampai unit
organisasi terkecil. Contoh : pemerintah daerah merupakan sebuah pusat pertanggungjawaban
besar yang memiliki sejumlah pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil, seperti : Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesejahteraan masyarakat, Dinas Pertanian, Dinas
Kebersihan, Badan Pengawas Daerah, Badan Pengelola Keuangan Daerah dan sebagainya. Tiap-
tiap dinas dan badan tersebut memiliki pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil lagi yaitu
berupa subdinas. Subdinas-subdinas tersebut memiliki pusat pertanggungjawaban yang lebih
kecil lagi berupa bagian-bagian, subbagian-subbagian dan seterusnya.
Pusat pertanggungjawaban dibentuk sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi. Tiap-
tiap pusat pertanggungjawaban didirikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pusat
pertanggungjawaban tersebut harus mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan
yang ditetapkan dalam proses perumusan strategi. Untuk pencapaian tujuannya, tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban juga diberikan sumber input berupa dana (anggaran), personel,
infrastruktur, dan wewenang. Pusat pertanggungjawaban menggunakan sumber daya input
tersebut untuk menghasilkan output tertentu. Pusat pertanggungjawaban akan dinilai kinerjanya
berdasarkan untuk menghasilkan output tertentu, pusat pertanggungjawaban akan dinilai
kinerjanya berdasarkan tingkan efisiensi dan efektivitasnya. Efisiensi diukur dengan
membandingkan input yang dikonsumsi dengan outputnya, sedangkan efektivitasnya diukur
dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pusat pertanggunjawaban memiliki empat jenis utama, yaitu:
a) Pusat pendapatan
b) Pusat biaya
c) Pusat laba
d) Pusat investasi
Tanpa membedakan keempat jenis pusat pertanggungjawaban tersebut , pusat
pertanggungjawaban bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pusat pelayanan dan pusat misi.
Output dari pusat pelayanan mendukung kerja dari pusat pertanggungjawaban lain, sedangkan
output pusat misi adalah membantu secara langsung tujuan organisasi. Pusat pelayanan disebut
juga pusat pendukung. Pusat pelayanan dapat berbentuk pusat biaya atau pusat laba. Jika pusat
pelayanan berbentuk pusat laba maka berarti pelayanan tersebut dijual.
Untuk organisasi sektor public penerapan konsep pusat laba dalam pusat pelayanan
merupakan hal yang relative baru. namun karena tujuan sektor public bukan semata-mata
mengejar laba, maka biasanya tujuan pusat pelayanan sebagai pusat laba tersebut adalah hanya
sekedar mencapai break even atau sekedar pemulihan biaya. Sementara itu, kebanyakan pusat
misi berbentuk pusat laba, meskiipun beberapa diantaranya berbentuk pusat pendapatan atau
pusat biaya. Misalnya dalam sebuah rumah sakit yang dapat dikategorikan sebagai pusat misi
adalah bagian laboratoriun, bagian bedah, bagian apotek, dan bagian radiologi. Sementara,
bagian dietary, bagian laundry, bagian akuntansi dan administrasi umum, dan bagian pelayanan
sosial dapat dikategorikan sebagai pusat pelayanan.
2. Kompensasi
komponen struktur pengendalian menajemen yang kedua adalah system kompensasi. System
kompensasi merupakan mekanisme untuk mendistribusikan penghargaan kepada personel dalam
organsisasi . ada beberapa pendekatan dalam meneraokan system kompensasi. Pendekatan yang
banyak digunakan adalah pendekatan penghargaan berbasis kinerja.
3. Jejaring Informasi
Jaringan informasi digunakan untuk mempersatukan komponen organisasi yang menjadi
bagian dari jaringan organisasi. Jaringan informasi berfungsi menghubungkan antarbagian atau
pusat pertanggungjawaban dalam satu organisasi dan momunikasi antarorganisasi. Dengan
adanya jaringan informasi tersebut komunikasi antara manajer dengan manajer, manajer dengan
karyawan, karyawan dengan karyawan, organisasi dengan pihak luar, misalnya pemasok , mitra
usah, dan pelanggan, bisa menjadi lebih berkualitas.
Dalam era teknologi informasi ini, jaringan infomasi menjadi sangat penting . munculnya
konsep e-government sangat membantu meningkatkan kualitas jaringan informasi dalam
organisasi sektor public, khususnya pemerintahan. Penggunaan internet dan teknologi informasi
dalam organisasi sektor public telah mengubah pola komunikasi dan meningkatkan kualitas
pelayanan public. Pola komunikasi internal organisasi tidak lagi bersifat top-down, hierarkis,
dan kaku, namun berbentuk jaringan multi-arah dengan koordinasi pusat, lebih fleksibel, dan
komunikasi dapat secara langsung pada waktu yang sama melalui dunia virtual tanpa harus
bertemu muka. Sementara itu pola komunikasi dengan pihak eksternal tidak lagi bersifat terpusar
dan formal dengan saluran terbatas, namun bisa bersifat formal maupun informal, langsung dan
mendapat respon secara cepat serta salurannya banyak.
Dengan e-government, proses organisasi lebih baik. Proses organisasi tidak lagi dibatasi pada
fungsi-fungsi departemen yang kaku serta model pengendalian hierarki vertikal sebagaimana
dalam model birokrasi, akan tetapi bersifat hierarki horizontal melalui organisasi jaringan
sehingga memungkinkan terjadi sharing informasi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengendalian manajemen ada sejak organisasi berdiri dan akan tetap ada bersama dengan
keberlangsungan organisasi. Desain sistem pengendalian manajemen yang baik adalah yang
mampu menciptakan senergi yang optimal antara pengendalian formal dengan pengendalian
formal dan informal. Dalam organisasi birokrasi,pendekatan manajemen yang sering digunakan
adalah metode formal. Dengan munculnya pendekatan New Public Management, pengendalian
manajemen sektor publik cenderung lebih fleksibel,yaitu kombinasi antara pengendalian formal
dan informal.
Manajemen yang baik membutuhkan pengendalian yang efektif. Tidak mungkin
organisasi ada tanpa pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah pada pengukuran dan
pengawasan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengendalian dalam akuntansi manajemen terkait dengan pengendalian biaya dan
pengendalian anggaran yang dikendaliakan melalui pusat pertanggungjawaban akuntansi.
Konsep baru dalam pengendalian biaya dan anggaran tidak secara langsung terkait
dengan input, akan tetapi berupa pengendalian aktifitas.
Pengukuan kinerja merupakan bagian dari fungsi pengendalian manajemen karena
pengukuran kinerja dapat digunakan untuk melakukan aktifitas. Setiap aktifitas harus terukur
kinerjanya agar dapat diketahui tingkat efktifitas dan efesiensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Keuangan dan pembangunan (2000) , Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan
pada Instansi Pemerintah, Jakarta