Abstrak
Steam reforming bersifat endotermik berkebutuhan panas besar dari keseluruhan tahap-tahap
pembuatan ammonia. Pemenuhan kebutuhan panas reaksi melalui panas reaksi eksotermik hasil
pembakaran gas alam dengan udara. Perubahan komposisi gas alam sebagai aliran proses maupun
aliran utilitas berdampak pada proses utama berikut penyediaan utilitas reaks i steam reforming.
Neraca massa dan energi dengan reaksi proses utama dan utilitas primary reformer 101-B dihitung
dibantu software simulasi proses ASPEN HYSYS untuk mengevaluasi performa peralatan proses.
Analisis perubahan umpan proses beserta utilitas dilakukan untuk operasional serta troubleshooting
proses bila diperlukan. Gas alam bahan bakar terhadap aliran proses basis rancangan, analisis
harian, dan performance test 18,76%; 13,81%; dan 11,91%. Kebutuhan panas reaksi steam
reforming kondisi aktual terhadap desain awal analisis harian dan performance test 54,75% dan
49.46%. Udara pembakaran furnace kondisi aktual analisis harian dan performance test 54,87%
dan 49,48%. S emakin tinggi rasio S:C umpan membuat konversi steam reforming semakin baik
dengan konsumsi panas semakin besar.
Kata kunci: steam reforming, pembakaran, fuel, panas reaksi, udara, s:c ratio
1. Pendahuluan
Reaksi steam reforming dilangsungkan untuk memproduksi hidrogen (H2) pabrik ammonia Kujang 1A (K1A)
sebagai reaktan reaksi produksi ammonia. Steam reforming yang bersifat endotermik menjadi satu-satunya
proses reaksi kimia berkebutuhan panas dari keseluruhan tahap-tahap pembuatan ammonia yang terbilang
bernilai cukup besar. Pemenuhan kebutuhan panas reaksi tersebut dilakukan melalui panas reaksi eksotermik
hasil pembakaran gas alam dengan udara. Peralatan reaktor primary reformer 101-B (beraliran proses 9 baris
tubes, @42 tubes), dilengkapi tungku furnace bertipe box (200 arch burners 10 baris vertikal) guna mendukung
pemenuhan besarnya kebutuhan panas reaksi primary steam reforming. Aliran umpan gas alam dibagi menjadi
aliran proses umpan reaktor primary reformer dan aliran bahan bakar ( furnace fuel). Jumlah kandungan
pengotor gas alam dari bumi meningkat seiring berjalannya waktu eksploitasi sumur gas berlanjut. Perubahan
komposisi gas alam yang digunakan sebagai aliran proses maupun aliran utilitas berdampak pada proses utama
berikut penyediaan utilitas reaksi steam reforming. Tinjauan komposisi gas alam aktual operasi dibandingkan
dengan komposisi gas alam ketika rancangan awal pabrik sebagai evaluasi performa primary reformer 101-B.
* laksaditya@hotmail.com
Pembimbing: Prof. Yazid Bindar sebagai dosen pembimbing dari Teknik Kimia ITB
Ginanjar Siwi, S.T. sebagai pembimbing lapangan dari PT. Pupuk Kujang
KP.13012105/1
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Data operasional proses untuk mengevaluasi performa primary reformer 101-B dikumpulkan pada tanggal 25
Juni 2015. Laju alir umpan gas alam aktual untuk primary reformer beserta tekanan dan temperatur operasi
aktual primary reformer didapat dari control room. Komposisi umpan gas alam aktual primary reformer ,
komposisi produk syn-gas aktual primary reformer , dan komposisi gas alam untuk bahan bakar furnace
diperoleh dari laboratorium. Laju alir umpan gas alam rancangan awal untuk primary reformer , tekanan dan
temperatur operasi rancangan awal primary reformer , komposisi umpan gas alam rancangan awal primary
reformer , komposisi produk syn-gas rancangan awal primary reformer , serta emperatur fuel gas dan flue gas
furnace didapatkan dari process engineering. Neraca massa dan energi dengan reaksi proses utama dan utilitas
primary reformer 101-B dihitung untuk mengevaluasi performa peralatan proses. Perhitungan dibantu
penggunaan software simulasi proses ASPEN HYSYS dengan pemahaman dasar keilmuan proses. Analisis
perubahan umpan proses beserta utilitas dilakukan untuk meninjau keberjalanan operasional serta
troubleshooting proses bila diperlukan.
2. Teori
Laju alir umpan steam terhadap carbon (S:C) dibuat berlebih pada pabrik ammonia K1A dengan harga 3,5:1
agar dapat memberikan excess steam. Excess steam memastikan reaksi berlangsung ke arah produk syn-gas
dan mencegah deposit karbon pada permukaan katalis NiO reformer dari kandungan karbon senyawa reaktan.
Karbon mengisolasi perpindahan panas furnace ke tube reaktor primary reformer 101-B. Akumulasi lapisan
karbon berujung kerusakan tube aliran proses pada primary reformer akibat local overhating (hotspot). Reaksi
samping penyebab deposit lapisan karbon ditulis pada Persamaan 2.4-2.5.
CH4 ↔ C + 2 H2 (2.4)
2 CO ↔ C + CO2 (2.5)
2.2. Furnace
Furnace diperuntukkan sebagai peralatan pembangkitan panas dalam jumlah besar. Panas dipindahkan dari
hasil pembakaran fuel menuju aliran-aliran proses. Zona bakar furnace terbagi atas zona radiant, convective,
dan economizer agar seluruh panas dapat digunakan tanpa terbuang, termasuk panas sisa pembakaran. Neraca
energi menjadi penentu perpindahan panas furnace. Skema sederhana furnace ditampilkan pada Gambar 2.1.
KP.13012105/2
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
2.2. Peng-Robinson
Peng-Robinson (PR) merupakan model persamaan keadaan ( equation of state ) termodinamik ideal untuk
perhitungan VLE (Vapor-Liquid Equilibrium) serta menghitung kepadatan cair untuk sistem hidrokarbon.
Perhitungan massa dan energi pada reaksi steam reforming beserta pembakaran dalam primary reformer 101-B
didasarkan pada persamaan keadaan PR. Persamaan keadaan PR ditulis pada Persamaan 2.6.
(2.6)
dengan
Fluid package PR mengandung data-data parameter binary pasangan hidrokarbon-hidrokarbon sebaik pasangan
hidrokarbon-non hidrokarbon. Dalam kasus minyak, gas, atau aplikasi petrokimia, PR merupakan paket property
yang paling banyak direkomendasikan untuk rentang suhu operasi > -271°C atau -456°F dan rentang tekanan
operasi < 100.000 kPa atau 15.000 psia.
3. Metode Simulasi
Gambar 4.1 PFD pemurnian gas alam dan pembuatan gas sintesis (Proses, 1976)
KP.13012105/3
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Gambar 4.2 Simulasi proses pemurnian gas alam dan pembuatan gas sintesis
KP.13012105/4
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Kebutuhan panas reaksi disesuaikan dengan spesifikasi produk berupa komposisi temperatur outlet primary
reformer melalui fitur adjust (metode iteratif trial and error ). Temperatur berpengaruh pada panas reaksi secara
termodinamika. Hasil Perhitungan simulasi proses reaksi steam reforming disajikan Tabel 4.1. Penentuan panas
reaksi yang dibangkitkan furnace untuk melangsungkan reaksi steam reforming ditampilkan Gambar 4.4.
KP.13012105/5
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Gambar 4.4 Panas reaksi yang perlu dibangkitan furnace untuk melangsungkan reaksi steam reforming
Gas alam sebagai bahan bakar dibakar udara berlebih. Laju alir gas alam disesuaikan kebutuhan panas reaksi
yang dibangkitkan reaksi pembakaran untuk reaksi steam reforming dengan metode iteratif trial and error .
Tebakan laju alir gas alam menentukan komposisi campuran bahan bakar yang menjadi dasar perhitungan
kebutuhan oksigen stoikiometrik. Oksigen dilebihkan agar mampu membakar bahan bakar hingga e fisiensi
98%. Laju alir udara dari lingkungan dihitung dari komposisi oksigen dalam udara 21%. Pembakaran furnace
dispesifikasi berdasarkan temperatur flue gas. Hasil Perhitungan simulasi proses reaksi pembakaran furnace
disajikan pada Tabel 4.2-4.3.
KP.13012105/6
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Rasio gas alam untuk aliran bahan bakar terhadap aliran proses dituliskan pada Persamaan 4.19. Proporsi
kebutuhan panas reaksi steam reforming kondisi aktual terhadap desain awal proses dituliskan pada Persamaan
4.20. Perbandingan aliran udara aktual dengan desain awal proses dituliskan pada Persamaan 4.21.
(4.19)
(4.20)
(4.21)
Reaksi 4.22-4.29 disebut reaksi carbon cracking. Reaksi 4.30 disebut reaksi Boudouard carbon formation.
Deposit karbon meningkatkankonsumsi panas reaksi yang dibarengi pengurangan konversi syn-gas. Proses
industri realistik melangsungkan reaksi steam reforming dan deposit karbon secara bersamaan mengikuti reaksi
overall pada Persamaan 4.31-4.39. Peralatan gibbs reactor dipilih pada simulasi ASPEN HYSYS sebagai tempat
melangsungkan reaksi steam reforming bersamaan deposit karbon berdasarkan energi bebas gibbs
(kesetimbangan termodinamika). Simulasi proses reaksi steam reforming dibuat semakin realistik sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 4.6.
KP.13012105/7
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Gambar 4.6 Simulasi reaksi steam reforming dan deposit karbon menggunakan gibss reactor
Reaksi-reaksi penyebab lapisan deposit terjadi ketika kandungan karbon dari hidrokarbon ringan tidak bereaksi
menjadi syn-gas (CO dan H2). Tidak berjalannya reaksi steam reforming disebabkan karena kurangnya reaktan
steam. Kekurangan steam membuat panas dari furnace justru melangsungkan reaksi deposit karbon. Steam to
carbon ratio (S to C) pada aliran umpan menjadi faktor penentu konversi dan panas reaksi steam reformer
dalam reaktor primary reformer 101-B. Laju alir umpan steam divariasikan agar mendapatkan komposisi aliran
gas umpan dengan nilai S to C beragam. Simulasi dilakukan untuk melihat pengaruh S to C terhadap konversi
steam reforming dengan beberapa kuantifikasi seperti fraksi mol C total yang tersisa pada produk dan
kebutuhan panas reaksi reaktor primary reformer secara keseluruhan. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 4.4.
Plot studi kasus ditampilkan pada Gambar 4.7-4.10.
Tabel 4.4 Pengaruh rasio S:C umpan terhadap reaksi overall primary reformer 101-B
Variabel Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4 Kasus 5
S :C 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Fraksi C 0,3084 0,1983 0,1339 0,0921 0,0635
Q (kj/jam) 5,695E7 6,590 E7 8,477 E7 1,085E8 1,342 E8
Fraksi CO 9,90E-02 6,18E-02 4,97E-02 4,46E-02 4,19E-02
Fraksi H2 0,334543 0,333772 0,333387 0,333979 0,333462
Fraksi CH4 0,308419 0,198215 0,133829 9,20E-02 6,35E-02
Fraksi H2O 0,185942 0,324456 0,402508 0,45127 0,485579
Fraksi CO2 6,31E-02 7,54E-02 7,57E-02 7,41E-02 7,22E-02
T syn-gas (⁰C) 784,321 760,2678 758,6837 765,1663 774,6653
Gambar 4.7 Pengaruh rasio S:C umpan terhadap deposit karbon dan konsumsi fuel
KP.13012105/8
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Gambar 4.8 Pengaruh rasio S:C umpan terhadap komposisi produk syn-gas
Gambar 4.9 Pengaruh rasio S:C umpan terhadap sisa reaktan steam reforming
Gambar 4.10 Pengaruh rasio S:C umpan terhadap temperatur dan produk samping syn-gas
KP.13012105/9
Makalah Pendek Kerja Praktek – Program Studi Teknik Kimia ITB (09/2016)
Trend memperlihatkan bahwa semakin tinggi rasio S:C umpan membuat konversi reaksi steam reforming
semakin baik (fraksi C total pada produk menurun). Semakin tinggi rasio S:C umpan membuat konsumsi panas
reaksi untuk melangsungkan reaksi steam reforming semakin besar. Keberadaan steam pada umpan
menggeser reaksi ke arah pembentukan produk syn-gas (CO dan H2). Steam menghindarkan pembentukan
deposit karbon yang akan meningkatkan konsumsi reaksi keseluruhan. Reaksi carbon cracking dan Boudouard
carbon formation merupakan reaksi-reaksi samping yang endotermik turut mengonsumsi panas dari furnace.
5.1. Kesimpulan
Evaluasi performa primary refomer 101-B memperoleh beberapa kesimpulan. Rasio gas alam untuk bahan
bakar terhadap gas alam untuk aliran proses pada basis rancangan, analisis harian, dan performance test
secara berturut-turut 18,76%; 13,81%; dan 11,91%. Proporsi kebutuhan panas untuk melangsungkan reaksi
steam reforming kondisi aktual terhadap desain awal pada analisis harian dan performance test senilai 54,75%
dan 49.46%. Aliran udara reaksi pembakaran furnace kondisi aktual pada analisis harian dan performance test
sebanyak 54,87% dan 49,48%. S emakin tinggi rasio S:C umpan membuat konversi reaksi steam reforming
semakin baik. Semakin tinggi rasio S:C umpan membuat konsumsi panas reaksi steam reforming semakin
besar. Simulasi proses dapat digunakan sebagai alat bantu penentuan konsumsi panas, kebutuhan fuel, dan
laju alir udara serta analisis fenomena proses steam reforming pabrik ammonia Kujang 1A di kemudian hari.
5.2. Saran
Kondisi laju aktual gas alam sebagai bahan bakar sebaiknya diukur. Data operasi proses didokumentasi secara
lengkap. Evaluasi lebih lanjut efisiensi perpindahan panas dapat dilakukan pada primary reformer 101-B dengan
data aktual bahan bakar. Perpindahan panas berpotensi terganggung local overheating (hotspot) furnace.
Perhitungan mendetail pada tungku pembakaran furnace dapat ditelaah lebih lanjut untuk memberikan
rekomendasi perbaikan performa.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Yazid Bindar, Ginanjar Siwi, S.T., PT. Pupuk Kujang, dan
Program Studi Teknik Kimia ITB sehingga kerja praktek dapat dilakukan penulis secara berguna.
Simbol
Daftar Pustaka
KP.13012105/10