Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASET / AKTIVA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA.

Dsusun Oleh:
Kashari (20919017)
Muhammad Syapari (20919018)
Muzdalipah (20919019)

Magister Akuntansi Kelas B

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020

1
DAFTAR ISI
Halaman Sampul....................................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................................... 2
Kata Pengantar.......................................................................................................................................... 3
BAB I........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang..................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... 6
A.Definisi dan Klasifikasi Aset..............................................................................................................6
B. Jenis – Jenis Aset...............................................................................................................................9
C. Definisi dan Klasifikasi Kewajiban...............................................................................................13
D. Pengertian Ekuitas.........................................................................................................................17
E. Pengakuan Aset..............................................................................................................................18
F. Pangukuran Aset.............................................................................................................................20
BAB III................................................................................................................................................... 24
PENUTUP.............................................................................................................................................. 24
Kesimpulan...........................................................................................................................................24
Daftar pustaka......................................................................................................................................... 25

2
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bertema “Aset / Aktiva”. Makalah ini merupakan tugas
mata kuliah “teori akuntansi” . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku mahasiswa dan
para pembaca pada umumnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA selaku dosen mata
kuliyah “Teori Akuntansi” atas segala bimbingannya selama penyusunan makalah ini.

Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki kekurangan kami, sehingga pada masa
yang akan datang dapat lebih baik lagi.

Yogyakarta, 30 Maret 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi merupakan aktivitas jasa fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai
alternatif tindakan. Semua badan usaha, tanpa memandang besar dan sifat operasinya, memerlukan
catatan yang akurat untuk transaksi usaha. Perusahaan yang tidak menyelenggarakan catatan yang
akurat tidak akan dapat beroperasi seefien dan semenguntungkan perusahaan yang menyelenggarakan
catatan yang akurat di samping itu, kebutuhan para pemakai informasi akuntansi atas keakuratan data
akuntansi menyebabkan perusahaan menyelenggarakan pembukuan dalam catatan yang akurat, yang
secara wajar mencerminkan aktivitas usaha perusahaannya.

Setiap transaksi yang dilakukan dalam perusahaan mempengaruhi posisi keuangan yaitu posisi
harta (aset), utang( kewajiban), dan modal( ekuitas) perusahaan. Aset adalah manfaat ekonomi yang
sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang sebagai hasil
transaksi atau kejadian masa lalu. Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat
mungkin terjadi pada masa mendatang yang timbul dari keharusan yang dihadapi entitas tertentu saat
ini untuk mentransfer aset atau memberikan jasa kepada entitas lain pada masa mendatang sebagai hasil
transaksi atau kejadian masa lalu. Ekuitas atau aset berisi memberikan hak residual atas aset entitas
atau perusahaan yang masih ada sesudah dikurangi dengan kewajibannya.

Dengan berkembang pesatnya instrumen keuangan berkembang pulak standar akuntansi


kompleks dan perusahaan perusahaan indonesia di tuntut untuk segera mengimplementasikan, bank
diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari 1 januari 2010, sedangkan non-bank diwajibkan
untuk mulai mengimplementasikannya dari tahun 2012. Dewan standar akuntansi keuangan telah
menerbitkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) no 50 revisi 2006 mengenai instrumen
keuangan “penyajian dan pengungkapan” dan pernyataan standar akuntasi keuangan (PSAK) no 55
revisi 2006 mengenai instrumen keuangan” pengakuan dan pengukuran” dimana PSAK 50 dan PSAK
55 tersebut akan berlaku efektif mulai 1 januari 2010.

4
PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada internotinol accouting standartd
(IAS) 39 mengenai recopnation and measurement of financial instruments dan IAS 32 mengenai
persantation  and disclosures of financial instrunents. PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong
proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan keuangan. Itu juga akan mendorong market
discilpline. Kewajiban dan modal merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan
keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan
PSAK yang sebelumnya mengacu pada US GAAP. Dimana sebelumnya menerapakan teori
kepemilikan, sedang IFRS menerapkan teori entitas.dalam pelaporan akuntansi kewajiaban
membutuhkan definsi, penilian  dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan
sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan klasifikasi aset lancar dan aset tetap?
2. Apa definisi dan klasifikasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang?
3. Apa definisi ekuitas?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa definisi dan klasifikasi aset lancar dan aset tetap.
2. Untuk mengetahui apa definisi dan klasifikasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui apa definisi ekuitas?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET


Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat
ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang. Sumber daya yang mampu memberikan aliran
kas masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar bisa disebut sebagai aset. Sumber daya tersebut
bisa diakui sebagai aset apabila 1. Perusahaan memperoleh hak penggunaan aset tersebut sabagai hasil
transaksi atau pertukaran pada masa lalu, dan 2. Manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur,
dikuantifikasikan dengan tingkta ketetapan yang memadai. Apabila ada sumber daya yang tidak
memenuhi kedua persyaratan diatas maka sumber daya tersebut tidak bisa digolongkan sebagai aset,
meskipun sumber daya tersebut mampu menghasilkan manfaat ekonomis pada masa-masa mendatang.
Dalam pengertian aset tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga
termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih
harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Serta aset aset yang tidak berwujud lainnya
(intangible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya.
Menurut Djarwanto PS. (2001:15) pengertian aset adalah sebagai berikut:
“Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta
kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.”
Menurut Mamduh M.Hanafi (2003:24) pengertian aset adalah:
“Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan.” Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aset adalah bentuk dari penanaman
modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan, dan diharapkan mampu
memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dimasa yang akan datang.
The IASB (AASB) Framework for the Preparation and Presentation of FInancial Statements
(paragraf 49) mendefinisikan asset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh
entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang.” Definisi aset berkaitan erat dengan karakteristik berikut:
1. Manfaat ekonomi di masa yang akan datang (Future Economic Benefit)
 Aktivitas yang menghasilkan uang

6
 Mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan kas atau ekuivalen dengan kas pada badan usaha.
 Memberikan kontribusi sebagai pendapatan
 Kemampuan mengurangi arus kas keluar
 Membantu organisasi dalam mencapai tujuan
Manfaat ekonomi berkaitan dengan sumber daya ekonomik. Karakteristik Sumberdaya ekonomik:
 Mempunyai keterbatasan (tidak semua orang dengan mudah mendapatkannya)
 Mempunyai utilitas yaitu manfaat ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomi di
masa mendatang yang cukup pasti. FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber ekonomi
karena potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau kapasitas
langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan
pendapatan melalui kegiatan ekonomi yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat dibeli atau
karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat di tukarkan dengan potensi
jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya.
Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over resources).
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.
Peirson memberikan contoh konsep dari jasa masa depan: Kendaraan bermotor yang
dimiliki oleh perusahaan adalah aset, bukan karena kendaraan bermotor adalah benda fisik,
tetapi karena dapat memberikan manfaat di masa depan dalam bentuk transportasi.
Persediaan adalah aset,karena dapat memberikan manfaat ekonomi di masa depan dari
penjualan.
2. Dikuasai atau Dikendalikan Entitas (Control by an Entity)
Manfaat ekonomi harus dikendalikan oleh badan yang bersangkutan untuk memenuhi syarat
sebagai aset. Kepemilikan mempunyai makna yuridis atau legal, yaitu untuk memiliki suatu objek
diperlukan proses yang disebut transfer hak milik. Kontrol pemilik memiliki harta tidak mutlak.
Sebagai contoh, pemerintah bisa melarang kepemilikan atau pembuatan produk tertentu. Melalui
kekuatan, ia dapat membatalkan kontrol seseorang atas harta. Hal ini juga dapat menyita properti untuk
pajak, mendikte metode operasi dan permintaan bahwa produk dan aset sesuai dengan standar tertentu
atau bahwa mereka digunakan untuk tujuan tertentu saja. Kepemilikan rumah Anda, misalnya, tidak
memberikan Anda hal untuk menggunakannya untuk tujuan komersial seperti butik atau kafe kecuali
7
diizinkan oleh peraturan pemerintah setempat. Bahkan dalam kasus dimana ada peraturan tertentu atau
patung ada, opini publik dapat memberikan suatu pengekangan kuat sehingga, pada dasarnya,
mengendalikan entitas atas aset adalah terbatas. Oleh karena itu, hak suatu entitas untuk menggunakan
atau mengendalikan aset tidak pernah mutlak. Hak untuk menggunakan atau mengendalikan aset
sebagaimana tercantum dalam definisi tersebut tidak berarti bahwa suatu entitas harus dapat melakukan
apa pun yang benarbenar menyenangkan dengan aset. Kepemilikan sering bersamaan dengan kontrol,
tetapi bukan merupakan karakteristik penting dari aset.Misalnya, pertimbangkan agen yang memiliki
barang untuk dijual atas nama pelaku. Barang tersebut bukan milik agen, tetapi agen memiliki control
kepemilikan untuk menjual barang tersebut. Seperti dalam kasus perjanjian sewa menyewa.
Konsep hukum yang digunakan dalam akuntansi hanya sebagai pedoman saja. Tujuan akuntansi tidak
tercapai dengan berfokus pada ketepatan konsep hukum, melainkan, dengan berkonsentrasi pada
substansi ekonomi dari transaksi dan peristiwa yang mempengaruhi kinerja keuangan dan kondisi
perusahaan.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu (Past Events)


Aset harus dikontrol oleh entitas pelaporan sebagai akibat peristiwa masa lalu. Sebagai contoh,
mesin yang sudah diakuisisi oleh perusahaan adalah aset, tetapi sebuah mesin yang akan diperoleh
sesuai untuk anggaran bukanlah aset sampai telah diakuisisi, sejak peristiwa, transaksi pembelian,
belum terjadi . Transaksi kejadian di masa lalu merupakan syarat perlu (necessary condition) tetapi
tidak merupakan syarat cukup (sufficient condition) untuk pengakuan aset. Syarat perlu ditetapkan agar
tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat historis. Contoh, peganggaran pembelian mesin yang
disetujui dalam RUPS tidak dengan sendirinya menimbulkan aset sebelum ada transaksi pembelian.
Walaupun bencana alam dapat menghilangkan atau menurunkan manfaat ekonomik di masa yang akan
datang, suatu kesatuan usaha tetap dapat menguasai dan melaporkan aset kalau bencana tersebut belum
terjadi. Aset dapat dipengaruhi oleh keadaan di luar kemampuan kesatuan usaha untuk
mengendalikannya, contohnya adalah kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumuhan alamiah
(akresi), penyusutan (shrinkage), pencurian,huru-hara, kecelakaan dan bencana alam.
4. Dapat Dipertukarkan (Exchangeability)
 Dapat dipertukarkan berarti item tersebut dipisah dari perusahaan, dan bahwa nilai
disposalnya terpisah dari nilai perusahaan.Asset yang secara khusus terpegaruh oleh kondisi
tersebut adalah goodwill, karena tidak dapat dijual secara terpisah dengan aset lainnya.

8
 Mac Neal menyatakan bahwa barang yang tidak dapat dipertukarkan berarti tidak
mempunyai nilai ekonomik, karena tidak ada pasarnya.
 Chambers juga berpendapat bahwa dalam menentukan posisi keuangan melibatkan
pengukuran dari nilai aset dan utang, namun goodwill masuk ke dalam evaluasi bukan
pengukuran. Nilainya hanya bisa dihitung secara antisipatif.
 Dalam perhitungannya, kinerja perusahaan di masa lalu dapat digunakan menjadi dasar.
Nilai pasti untuk goodwill tidak sama dengan nilai aset lain dan utang. Bagi pihak yang
menentang kondisi ‘dapat dipertukarkan’ berpendapat bahwa pertukaran hanyalah salah satu
cara untuk memperoleh keuntungan/maanfaat dari aset.
 Sebagai contoh, persediaan merupakan tipe aset yang keuntungannya berasal dari pertukaran.
Tetapi keuntungan dari sebagian besar aset seperti pabrik, mesin, dan bangunan kantor
diperoleh dari penggunaannya.
 Kritik lain mengatakan bahwa nilai ekonomis tergantung pada kelangkaan dan kegunaannya,
tetapi tidak pada kemampuan dapat dipertukarkannya.
 Moonitz mengatakan bahwa pertukaran tidak menghasilkan nilai. Akhirnya pihak yang
menentang mengatakan bahwa penyertaan aset tak berwujud seperti goodwill bukanlah
usaha untuk menilai sebuah bisnis secara keseluruhan, tetapi secara sederhana hal tersebut
merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan menilai sumber daya tertentu dari keuntungan
perusahaan di masa depan.

B. JENIS-JENIS ASET
1.      Aset lancar
Menurut Alimsyah dan Padji (2006:284) mendefinisIkan aset lancar sebagai berikut:
“Aset lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai dalam waktu relative
singkat, biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus usaha atau tahun buku, yang termasuk aset
lancar ialah uang kas, rekening giro bank, investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan barang
dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll.”
Menurut S. Munawir (2004:14) mendefinisikan aset lancar sebagai berikut:
“aset lancar adalah uang kas atau aset lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan
menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau
dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)”

9
Dari pengertian aset lancar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aset lancar adalah aset yang
dapat dijadikan uang dalam waktu yang singkat dalam kurun waktu dari satu tahun yang terdiri dari
kas, rekening giro, piutang usaha, persediaan, wesel dan lain sebagainya. Kelompok aset
lancar Menurut Abdullah Shahab (2001:52) yaitu:
a.       Kas
b.      Surat berharga
c.       Wesel tagih
d.      Piutang dagang
e.       Persediaan barang
f.       Beban dibayar dimuka
Sedangkan menurut S. Munawwir (2004:14) yang termasuk dalam kelompok aset lancar
adalah sebagai berikut :
a.       Kas
b.      Investasi
c.       Piutang wesel
d.      Piutang usaha
e.       Persediaan
f.       Piutang penghasilan
g.      Persekot

Kesimpulan dari kelompok aset lancar diatas adalah :


a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Kas
merupakan aset yang paling lancar dibandingkan aset lainnya. Oleh sebab itu, kas
merupakan aset yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasi, dan diselewengkan. Dalam
neraca kas selalu disajikan dalam urutan pertama, setelah itu barulah diikuti dengan akun
piutang  usaha, dan seterusnya dengan urutan tingkat likuiditasnya.
b. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities). Yaitu investasi
yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksu untuk memanfaatkan uang kas yang
untu sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
c. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai
akibat adanya penjualan barang secara kredit.

10
d. Persediaan, adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca
masih digudang atau belum dijual.
e. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang
sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasanya tetapi belum
diterima pembayarannya sehingga merupakan tagihan.
f. Persekot atau pembayaran yang diterima dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh
jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa pihak lain atau
belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.

2.      Aset tetap
Setiap perusahaan mempunyai harta (aset) untuk mendukung kegiatan usahanya. Diantaranya
yaitu aset tetap. Aset tetap dibagi menjadi dua golongan yaitu, aset tetap berwujud aset tidak berwujud.
Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset relatif permanen.Mereka merupakan aset berwujud
(tangible assets) karena ada secara fisik. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta
tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Nama-nama deskriftif lain bagi
aset ini adalah aset pabrik, atau properti, pabrik, dan peralatan.
Aset tak berwujud aset yang masuk dalam kategori ini tidak mempunyai wujud fisik. Beberapa
contoh adalah: paten yang dipunyai perusahaan, trand mark, hak francise. Goodwil juga bisa
dikelompokkan sebagai aset tidak berwujud. Goodwil merupakan selisih antara harga yang dibayarkan
dengan nilai pasar perusahaan yang dibeli.
Pengertian aset tetap menurut PSAK 16 (2004: 16.1) menyatakan bahwa :
“Aset tetap adalah aset yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun
terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebihdari satu
tahun.”
Sedangkan menurut IAI melalui PSAK No.16 (2004:16.2) mengemukakan pengertian aset tetap
sebagai berikut:
“aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kejadian normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap memiliki jenis-jenis di antaranya yaitu:

11
a.      Jenis-jeni aset tetap
Menurut S.Munawir (2007: 17) jenis-jenis aset tetap adalah sebagai berikut:
1)      Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi.
2)      Bangunan, baik bangunan kantor maupun bangunan untuk pabrik
3)      Mesin
4)      Inventris
5)      Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

b.      Karakteristik aset tetap


Aset tetap memiliki karakteristik, menurut Jerry J.Weygandt (2007:566) yang dialih bahasakan
oleh Ali Akbar Yulianto, Wasilah, dan Rangga Handika, karakteristik aset tetap yaitu:
1)      Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
2)      Digunakan dalam kegiatan operasional
3)      Tidak untuk dijual kekonsumen
Adapun perolehan aset tetap selain dengan transaksi kas Menurut Earl K.Stice (2005:10)
yang dialih bahasakan oleh Safrida R. P. Di antaranya:
1)      Pembelian secara paket
2)      Pembayaran yang ditangguhkan
3)      Sewa guna usaha
4)      Pertukaran aset non moneter
5)      Perolehan dengan penerbitan surat berharga
6)      Kontruksi sendiri
7)      Perolehan melalui sumbangan atau penemuan
8)      Akuisisi suatu perusahaan secara keseluruhan

c.       Pelepasan aset tetap


Menurut Warren, Reeve dan Fess (2006: 518) yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita,
Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, pelepasan aset tetap yaitu:
1)      Pembuangan aset tetap
2)      Penjualan aset tetap
3)      Pertukaran aset tetap yang sejenis

12
d.      Penyusutan aset tetap
Semua jenis aset tetap, kecuali tanah akan semakin berkurang kemampuannya untuk
memberikan jasa bersama dengan berlalunya waktu. Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari
penyusutan:
5. Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) yang dialih bahasakan Ali Akbar Yulianto,
wasilah dan Rangga Handika, pengertian penyusutan adalah biaya dari aset tetap
menjadi beban selama masa manfaatnya berdasarkan cara yang sistematis dan rasional.
6. Menurut Soemarso S.R (2005:24) pengertian penyusutan adalah pengakuan adanya
penurunan nilai aset tetap berwujud.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusutan adalah penurunan
nilai aset tetap berwujud secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi
selama masa manfaatnya.
e. Sebab–Sebab Penyusutan Aset
Menurut Warren. Reeve & Fess (2006: 504) yang diterjemahkan oleh Aria
Amanugrahani dan Taufik hendrawan, sebab-sebab penyusutan yaitu :
1)       Penyusutan fisik
a.       penyusutan fisik terjadi dari kerusakan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca.
2)      Penyusutan fungsional
a.       Penyusutan fungsional terjadi jika aset tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan
manfaat dengan tingkat seperti diharapkan

C. DEFINISI DAN KLASIFIKASI KEWAJIBAN


Menurut Soemarso (2005:70) kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak atau melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak mengingat atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab
untuk bertindak atau melakukan seseuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan perusahaan
karena tindakan atau transaksi sebelumnya.
Berdasarkan PSAP 09 kewajiban merupakan adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

13
1.      Keadaan yang dapat menimbulkan kewajiban
Kohler, (1970: hal.263) menyatakan bahwa utang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam
bentuk uang, barang, atau jasa khususnya utang yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Terjadi/telah terjadi
b.  Terjadi pada suatu saat tertentu dimasa mendatang
c.  Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan dimasa yang akan datang.
Hutang dapat terjadi karena bebrapa faktor antara lain:
a. Kewajiban legal/kontrak
Kewajiban legal adalah utang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan
hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang (jasa) kepada entitas tertentu.
b. Kewajiban konstruktif
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk
tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis
untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
c. Kewajiban equitable
Kewajiban equitable adalah utang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh
perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.

2.      Klasifikasi kewajiban
Pengklasifikasian kewajiban dapat dibedakan menjadi dua yaitu kewajiban lancar atau
kewajiban jangka pendek  dan Kewajiaban Jangka Panjang.
a.       Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek 
adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aset lancar atau
menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu 1 tahun. Jenis-
jenis kewajiban lancar adalah:
1) Utang Usaha
Utang usaha adalah semua utang yang timbul dari pembelian barang dagang, yang dibayar
secara kredit.
2) Utang Wesel
Utang wesel dapat diklasifkasikan sebagai kewajiban jangka panjang tergantung jangka waktu
jatuh temponya. Utang dalam bentuk janji tertulis yang diklasifikasikan sebagai utang jangka
pendek adalah :

14
a) Utang wesel dagang
Utang wesel dagang adalah jumlah yang dijanjikan secara tertentu dibayar kepada
pemasok barang, jasa dan eqipment. Umumnya baik jumlah yang dilunasi maupun
tanggal pelunasannya telah tercantum dalam wesel.
b) Utang wesel pinjaman jangka pendek
Adalah utang wesel kepada bank atau lembaga lainnya biasanya timbul karena transaksi
pinjaman uang. Apabila wesel tersebut berbunga, disajikan dalam neraca sebesar
nominalnya dan diperlukan pengakuan biaya bunga pada setiap akhir periode untuk
disajikan dalam laporan laba rugi. Jika wesel yang diterbitkan untuk peminjaman uang
tidak berbunga, bank akan memotong (mengenakan diskon) sejumla tertentudari jumlah
uang yang dipinjam dan menyerahkan jumlah setelah dipotong kepada peminjam.
3) Utang Upah
Utang upah merrupakan jumlah upah yang terutang kepada karyawan atas manfaat yang telah
diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama periode berjalan. Dalam hal ini,
perusahaan telah menikmati atau menggunakan jasa karyawan dalam periode berjalan namun
baru akan dibayarkan diperiode akuntansi berikutnya sesuai tanggal pembayaran yang telah
ditetapkan.
4) Utang pajak penghasilan karyawan
Utang pajak penghasilan karyawan merupakan jumlah pajak yang terutang  kepada pemerintah
atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak penghasilan.
5) Utang jaminan
Utang jaminan ialah uang yang diterima perusahaan sebagai jaminan aset atau kegiatan yang
dipercayakan kepada pelanggan. Misalnya : seseorang yang membeli minuman dalam botol
harus memberikan uang untuk jaminan botol.
6) Utang Bunga
Utang bunga merupakan jumlah bunga yang terutang kepada kreditur atas dana yang dipinjam.
Dalam hal ini debitur telah menikmati dana kreditur selama periode berjalan namun baru akan
dibayarkan diperiode akuntansi berikutnya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman.
7) Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan diterima dimuka timbul pada saat pembayaran diterima sebelum barang atau jasa
diberikan. Contoh nya sewa diterima dimuka.

15
8) Utang pajak penjualan
Merupakan utang atas pajak yang dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi.
9) KewajibanKontijensi
Suatu transaksi yang terjadi dimasa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila kejadian
tertentu terjadi dimasa mendatang. Kewajiban ini baru akan terjadi secara aktual tergantung
pada adanya kejadian dimasa mendatang.

b.    Kewajiaban Jangka Panjang


Kewajiban jangka panjang adalah semua keawajiban perusahaan yang jatuh temponya lebih dari
satu periode akuntansi, yang akan dilunasi dengan menggunakan sumber-sumber yang bukan
digolongkan sebagai aset lancar.
Utang jangka panjang ini, umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana
dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan,  misalnya: penambahan modal kerja
permanen, pembelian mesin-mesin atau aset baru, perluasan pabrik, akuisisi, afiliasi, pelunasan utang
jangka panjang lain yang segera jatuh tempo, dll.
Bagian utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam 12 bulan setelah tanggal neraca.
Bagian dari utang obligasi, utang hipotik dan jenis-jenis utang jangka panjang lainnya, yang akan jatuh
tempo dalam tahun fiskal berikutnya harus dilaporkan sebagai utang lancar dikecualikan dari ketentuan
tersebut. utang ini didalam neraca dikelompokkan dalam utang lain-lain.

c.       Utang Obligasi
Utang obligasi adalah surat utang yang berisikan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
pada waktu yang telah ditentukan dan disertai dengan pembayaran bunga secara berkala denga
jumlah yang telah ditentukan.
1) Karakteristik utang obligasi
Untuk memperoleh sejumlah besar dana jangka panjang, perusahaan (perseroan) pada
umumnya memiliki dua sumber alternatif pembiayaan, yaitu dengan cara menerbitkan saham
(equity financing) atau menerbitkan obligasi (debt financing). Dari sisi debitur, pendanaan
atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki beberapa keuntungan dibanding
dengan menerbitkan saham. Beberapa keuntungan tersebut diantaranya :
a) Kreditur (bondholders) tidaklah memiliki hak suara seperti halnya pemegang saham biasa,
sehingga pemilik perusahaan tetap memiliki kendali penuh atas perusahaan.

16
b)  Beban bunga yang dibayarkan atas utang obligasi dapat dikurangkan untuk tujuan pajak
(dengan kata lain, beban bunga akan mengurangi laba bersih, yang pada akhirnya
memperkecil pajak laba perusahaan), sedangkan deviden yang dibagikan kepada para
pemegang saham tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak (ingat bahwa deviden
bukanlah merupakan komponen penentu besarnya laba rugi).
c) Menghasilkan laba per lembar saham biasa yang lebih besar, karena jika pendanaan
dilakukan denga cara menerbitkan saham biasa maka jumlah lembar saham biasa yang
beredar akan menjadi bertambah dan oleh sebab itu laba per lembar saham biasa akan
menjadi lebih kecil, meskipun beban bunga obligasi mengurangi laba bersih (laba per
lembar saham biasa dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar).
d.      Utang Hipotik
Suatu jenis pinjaman (utana) jangka panjang dengan jaminan benda-benda tidak bergerak.

D. PENGERTIAN EKUITAS
PSAK no 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak
pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai
sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang
berlaku.

1.      Tujuan Penyajian Ekuitas


Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada
yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan lainnya adalah
menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.

2.      Ekuitas Pemegang Saham


Ekuitas pemilik dalam sebuah korporasi biasanya disebut ekuitas pemegang saham, investasi
pemegang saham atau modal saja. Dalam neraca korporasi, seksi ekuitas pemegang saham melaporkan
jumlah total dari dua sumber utama ekuitas pemegang saham. Sumber pertama adalah modal yang
disetorkan kepada pemegang saham, yang dinamakan dengan modal disetor. Modal disetor adalah
keseluruhan jumlah kas dan aset lainnya yang disetorkan oleh pemegang saham kedalah perseroan
untuk di pertukarkan dengan saham. Sumber utama modal disetor berasal dari penerbitan saham (modal

17
saham). Sumber kedua adalah laba bersih yang ditahan dalam perusahaan, yang dinamakan dengan
laba ditahan. Laba ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan yaitu laba bersih.

3.      Modal setoran dan laba ditahan


Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun
ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur
menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan
menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan
demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan
dengan modal setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi administrasi
keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan
dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.
Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana besar yang harus
tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik
kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.

E. PENGAKUAN ASET
Pengakuan suatu aset dalam neraca keuangan biasanya melibatkan "recognition rules‟ atau
peraturan pengakuan. Peraturan ini dibuat untuk memastikan bahwa aset yang bersangkutan benar-
benar ada dan pencatatan yang dilakukan pada balance sheet menghasilkan informasi yang relevan dan
terpercaya. Peraturan Pengakuan dapat dinyatakan secara informal melalui konvensi (hukum tidak
tertulis). Contohnya, piutang akan dicatat sebagai aset apabila penjualan secara kredit terjadi. Dapat
pula dinyatakan secara formal yang ditunjukkan melalui pernyataan otoritatif, contohnya panduan
dalam pengakuan finance lease sebagai aset seperti yang tercantum dalam paragraf 10 IAS17/AASB
117.
Peraturan pengakuan yang digunakan untuk mengidentifikasi aset tertentu dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kriteria. Terdapat perbedaan antara peraturan pengakuan dengan kriteria pengakuan.
Peraturan pengakuan merupakan peraturan spesifik untuk mengidentifikasi suatu aset, sedangkan
kriteria pengakuan merupakan panduan umum dalam membuat suatu peraturan pengakuan serta
panduan dalam pengakuan aset yang menyediakan bantuan dibandingkan dengan peraturan spesifik.
Kerangka kriteria pengakuan menggabungkan pertimbangan antara kemungkinan manfaat ekonomi

18
yang akan datang serta untuk memenuhi syarat pengakuan, suatu aset harus dapat diukur secara andal.
Tidak semua kriteria ini terdapat dalam framework, dan beberapa hanya memiliki sedikit dasar teoritis.
Berikut ialah beberapa pengakuan kriteria:
1. Kepercayaan terhadap hukum.
Pengakuan beberapa aset tergantung pada konsep legal dari aset tersebut. Sebagai contoh, catatan
piutang berdasar pada penjualan persediaan dan pembelian aset tetap memberikan hak yang sah
untuk penggunaannya.Kriteria ini berhubungan dengan relevansi dan keandalan dari informasi
akuntansi. Control digunakan untuk menentukan keberadaan aset. Meskipun demikian hak legal
yang terlewatkan secara umum menunjukkan terlewatkannya pengendalian dan dapat digunakan
dalam penentuan kapan mengakui keberadaan aset. Walaupun hak legal kepemilikan atau
pengendalian dari keuntungan penggunaan property sering digunakan sebagai kriteria pengakuan.
Framework paragraf 35: Jika informasi adalah untuk menyatakan dengan tepat transaksi dan
peristiwa lain yang memiliki tujuan untuk penyajian, perlu bahwa semua dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Keberadaan
hak-hak hukum adalah indikator, tetapi bukan kriteria untuk pengakuan aset.

2. Menetapkan substansi ekonomis dari transaksi atau kejadian.


Memastikan substansi ekonomi dari transaksi berkaitan dengan tujuan informasi yang relevan dan
dapat dipercaya. Materialitas juga faktor: jika peristiwa ini signifikan secara ekonomis, maka
cukup penting untuk mencatat dan melaporkan. Materialitas didefinisikan dalam Framework
paragraf 30: Informasi itu material apabila kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.Ada sisi berbeda dengan substansi
ekonomi dan kriteria materialitas dan oleh karena itu sulit untuk digeneralisasikan. Namun, banyak
peraturan didasarkan padanya. Kadang-kadang kriteria substansi ekonomi diterapkan bertentangan
dengan hukum.

3. Penggunaan konservatisme (prinsip kehati-hatian):


mengantisipasi kerugian, tetapi tidak keuntungan.Dalam Framework dinyatakan dalam ayat 37:
kehati-hatian adalah penyertaan kadar kehati-hatian dalam pelaksanaan pertimbangan yang
diperlukan dalam membuat estimasi dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
pendapatan tidak berlebihan dan kewajiban atau beban tidak dinilai terlalu rendah. Pendekatan ini
tampaknya tidak konsisten dengan konsep netralitas. Netralitas terjadi ketika informasi bebas dari

19
bias dan tidak dipilih atau disajikan dengan cara yang akan mempengaruhi penilaian untuk
mencapai hasil yang ditetapkan atau hasil. konservatisme menyiratkan bahwa kewajiban yang
dapat direkam awal, tetapi bukan aset.

F. PENGUKURAN ASET
Dasar Pengukuran Tangible Assets Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor (PSAK)16 Revisi
2007 adalah standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang mengatur tentang
perlakuan akuntansi aset tetap.PSAK 16 hampir sepenuhnya mengadopsi IAS 16
 Satu asat tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset
yang diserahkan.
 Pengakuan biaya perolehan awal dihentikan ketika aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan.
g. Dasar Pengukuran Intangible Assets
Standar akuntansi mengharuskan mengukur aset tidak berwujud awalnya sebesar harga
perolehan (IAS 38, para. 24). Penggunaan model nilai saat ini untuk aset tidak berwujud jarang
digunakan. IAS 38 paragraf 75 memperbolehkan model revaluasi. Dengan metode ini setelah aset
tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Selain itu, IAS 38 melarang pengakuan aset tidak berwujud internal (paragraf 48, 63). Meskipun
pengeluaran dapat menimbulkan manfaat masa depan, itu dihapuskan atas dasar bahwa ia tidak
menghasilkan aset yang dapat diidentifikasi secara terpisah (ayat 49,64). Salah satu cara internal
aktiva tidak berwujud dapat muncul dalam neraca adalah melalui kapitalisasi pembangunan
biaya, seperti yang dijelaskan sebelumnya.Penilaian aset tidak berwujud adalah kontroversial,
melibatkan seperti halnya estimasi subjektif dari nilai wajar aktiva.
h. Dasar Pengukuran Financial Instrument
Permasalahan tentang instrumen keuangan (financial instrument) diatur dalam IPSAS 15,
namun IPSAS 15 ini hanya mencakup masalah penyajian dan pengungkapan saja sementara
masalah pengukuran dan pengakuan belum diatur dalam IPSAS sehingga harus merujuk pada
IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement.Sesuai dengan IAS 39 maka aset
keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

20
1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair value through
profit or loss/FVTPL).
2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity investments/HTM).
3. Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).
4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial assets /AFS).
FVTPL dapat termasuk aset keuangan yang dipegang untuk tujuan diperdagangkan
(trading). Aset keuangan dimasukkan dalam kategori dengan tujuan untuk diperdagangkan jika entitas
memiliki tujuan untuk menjual atau membeli kembali dalam jangka waktu dekat.
Kategori kedua, HTM, mencakup aset keuangan dengan pembayaran yang tetap dan
tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana entitas memiliki keinginan positif dan kemampuan
untuk memegangnya sampai dengan jatuh tempo. Aset keuangan ini mencakup investasi dalam obligasi
dan instrumen utang lainnya dimana entitas tidak akan menjualnya sebelum masa jatuh tempo.
Kategori ketiga, L&R, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah ditentukan
waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif. Termasuk di dalam kategori ini adalah
piutang, wesel tagih, pinjaman dll.
Kategori keempat, AFS, termasuk aset keuangan yang tidak termasuk dalam ketiga
kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk mengklasifikasikan asetnya ke dalam
golongan ini.

Pengukuran
1. Pengukuran awal (initial measurement)
Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka harus dicatat pertama kali dengan nilai wajarnya.
Nilai wajar merupakan harga transaksi actual atau yang diestimasi pada saat berlangsungnya
transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan
yang cukup atas aset keuangan yang diukur.
2. Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement)
Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara tiga metode yaitu
metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai wajar (fair value).Subsequent
measurement menggunakan metode cost ketika suatu instrumen tidak dapat diukur pada nilai
wajarnya sehingga laba rugi yang belum terealisasi tidak akan dicatat/diakui namun laba/rugi akan
diakui ketika investasi dalam kategori ini dijual atau dihapus.

21
Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk mendapatkan
tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan yang diukur dengan cara ini
adalah HTM dan L&R. Apabila HTM dan L&R dijual maka keuntungan dan kerugian yang
terealisasi akan dicatat dalam laporan laba rugi. Metode amortisasi yang digunakan dalam metode
ini adalah effective interest rate method. Subsequent measurement menggunakan metode fair value
untuk aset keuangan kategori FVTPL dan AFS. Investasi yang termasuk dalam kategori ini
termasuk investasi dalam instrumen utang dan ekuitas. Pengukuran dengan fair value tidak dapat
dilakukan ketika instrumen ekuitas tidak memiliki nilai pada pasar aktif dan tidak dapat diukur
secara andal pada nilai wajarnya. Untuk kategori FVTPL semua perubahan dalam nilai wajarnya
dilaporkan dalam laporan laba rugi namun untuk kategori AFS semua perubahannya dilaporkan
sebagai komponen yang terpisah dari ekuitas sampai terealisasi dimana ketika realisasi itu terjadi
(melalui penjualan) maka akan dicatat dalam laporan laba rugi.

Pengukuran Nilai Wajar


FASBs SFAS 157 Fair Value Measurements, menyediakan beberapa contoh teknik valuasi yang
digunakan untuk mengestimasi nilai wajar (fair value), yaitu:
a. The Market Approach penggunaan informasi dan harga yang dapat diobservasi dari transaksi
aktual untuk asset atau kewajiban (liabilities) yang identik, mirip atau yang dapat
diperbandingkan.
b. Income Approach konversi atas jumlah di masa yang akan datang (seperti aliran kas atau
earnings) menjadi jumlah tunggal yang didiskontokan pada masa sekarang.
c. Cost Approach jumlah yang saat ini akan diperlukan untuk menggantikan kapasitas jasa asset
tersebut (kos penggantian saat ini/ current replacement cost).
FASB telah mengusulkan, terlepas mana pendekatan yang digunakan, valuasi/penilaian
tersebut harus memperhatikan input pasar, yaitu asumsi dan data yang digunakan partisipan
pasar untuk mengestimasi nilai wajar.

22
BAB III
KESIMPULAN
Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat
ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang. Sumber daya yang mampu memberikan aliran
kas masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar bisa disebut sebagai aset.

kewajiban merupakan adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan
perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Mamduh M. Hanafi, M.B.A. dan Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A.,Akt (2014) Analisis Laporan
Keuangan, edisi 4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Hery, S.E., M.Si. (2011) Akuntansi Aktiva, Utang dan Modal, Penerbit Gava Media, Yogyakarta
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/434/jbptunikompp-gdl-kaerudini-21698-5-unikom_k-.pdf
http://lennyjufniyah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-seminar-akuntansi-kewajiban.html?m=1
http://www.acamedia.edu/edu/13160434/makalah_akuntansi_kewajiban _dan_ekuitas
https://www.google.com/search?ie=UTF-8&source=android browser&q=makalah+ekuitas+pdf
Niswonger dkk,  (1999) prinsip-prinsip akuntansi, Alfonsus Sirait, M. Bus.  Jakarta: Erlangga.
Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai