Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH CAMPURAN KAWAT BENDRAT

TERHADAP KEKUATAN BALOK BETON DENGAN MUTU 20 MPa

Fawzi Julianto1)., Eddy Samsurizal,2)., Crisna Djaja Mungok2)

Abstrak
Dalam pembuatan benda uji metode yang digunakan yaitu Metode SNI, dengan kuat
tekan rencana 20 MPa. Semen yang digunakan adalah semen PCC. Benda uji yang
dibuat berbentuk silinder dengan  15 cm, dan tinggi 30 cm. Tidak dilakukan penelitian
lebih mendalam dan perlakuan awal terhadap Serat Bendrat, sebagai perbandingan
dibuat juga sampel beton normal . Pengujian/pengetesan benda uji meliputi uji kuat
tekan,uji kuat lentur dan uji modulus elastisitas. Dari hasil penelitian nilai kuat tekan
karakteristik beton normal umur 28 hari, 35,595 MPa, 5% Bendrat Didapat Hasil
32,103 MPa, 10 % Bendrat didapat hasil 28,571 MPa, 15 % Bendrat didapat hasil
22,575 MPa. Nilai Kuat lentur Rata Rata Normal umur 28 Hari didapatkan hasil 5,69
MPa, 5 % Bendrat Didapat Hasil 4,35 MPa, 10% Didapat hasil 4,60 MPa,15% Bendrat
didapat hasil 3,96 MPa. Modulus Elastisitas rata-rata beton normal umur 28 Hari
didapat hasil 19382,293 MPa, 5% Bendrat didapat hasil 21066,863 MPa, 10% Bendrat
didapat hasil 19290,935 MPa, 15% Bendrat didapat hasil 18515,761 MPa, Nilai-nilai
tersebut menunjukan semakin lama umur beton maka kuat tekan beton juga semakin
meningkat, meskipun beton dengan tambahan serat Bendrat ini lebih rendah dari beton
normal. Dapat disimpulkan bahwa serat Bendrat ini memberikan dampak negatif
terhadap kuat tekan, kuat lentur dan modulus elastisitas beton.

Kata kunci: Serat Bendrat, kuat tekan beton, kuat lentur, modulus elastisitas.

1. PENDAHULUAN yang relative panjang sehingga


campuran beton tersebut selalu
Pada saat ini pembangunan,
bertambah keras seiring
hampir semua struktur bangunan di
bertambahnya umur beton.
Indonesia dan Mancanegara
Jika dibandingkan dengan
menggunakan beton sebagai bahan
bahan bangunan yang lain, beton
utama kontruksi. Hal ini dikarenakan
mempunyai berbagai keunggulan,
bahan dasar beton mudah diperoleh
antara lain relatif lebih kuat terhadap
dan mudah dibentuk baik ukuran
gaya tekan, mudah pengerjaan dan
maupun kekuatannya sesuai
perawatannya, mudah dibentuk
kebutuhan. Pembangunan dibidang
sesuai kebutuhan, tahan terhadap
kontruksi mengharuskan
perubahan cuaca, lebih tahan
perencanaan yang kuat dan
terhadap api dan korosi. Namun
ekonomis. Beton merupakan
demikian, beton juga memiliki
campuran antara semen Portland
berbagai kelemahan, antara lain kuat
dengan agregrat kasar, agregrat
tarik yang rendah, dan pengerjaannya
halus, air dengan atau tanpa bahan
terkadang tidak mudah. Berdasarkan
tambahan yang akan membentuk
uraian diatas, peneliti ingin
massa padat. Pengerasan ini terjadi
mengetahui sejauh mana pengaruh
karena peristiwa kimia antara semen
pencampuran serat kawat bendrat
dan air, hal ini terjadi dalam waktu
terhadap kekuatan balok beton,
1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT Untan
2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT Untan
1
apakah penambahan serat kawat kekuatan balok beton atau malah.
bendrat mampu meningkatkan

2. TINJAUAN PUSTAKA perencanaannya dan pemakain di


lapangan yang menjadi masalah pada
Pembangunan kontruksi
penggunaan beton serat baja adalah
dalam beberapa dekade ini sangat
masalah biaya, karena harga serat
banyak memakai beton, baik untuk
baja yang cukup mahal.
gedung bertingkat atau untuk jalan.
Beton serat baja telah banyak
Beton mempunyai sifat mudah di
di aplikasikan pada kontruksi:
bentuk, kuat tekan dapat kita
1. Spillway pada bendungan
rencanakan sendiri dan mempunyai
untuk mengurangi
durability yang baik juga memiliki
kerusakan akibat cavitasi.
kuat tarik belah yang rendah
2. Perkerasan jalan dan
sehingga beton mudah retak. Beton
runway untuk mengurangi
yang ditambah dengan bahan tambah
retak dan ketebalannya.
serat disebut beton serat, karena
3. Lantai – lantai pada
ditambah serat maka menjadi
bangunan power plant untuk
komposit yang terdiri dari beton dan
mengurangi retak akibat
serat. Serat dapat berupa plastik,
getaran dan mengurangi
gelas/ kaca, asbestos, baja atau
ketebalannya dll.
dengan serat tumbuhan seperti ijuk,
jerami.
Pemakain bahan tambah serat
Kardiyono Tjokrodimulyo
bersifat untuk menambah kuat tarik
penambahan serat ke dalam beton
belah pada beton dan mengurangi
untuk memperbaiki kuat tarik belah
retak rambut (micro crack). Dengan
beton, mengingat kuat tarik belah
adanya retak rambut lambat laun
beton sangat rendah yang merupakan
beton dapat di lalui udara atau air
salah satu kelemahan dari beton itu
yang dapat membuat tulangan
sendiri. Kuat tarik belah yang rendah
berkarat dan sangat mengurangi rasio
mengakibatkan beton mudah retak,
luas permukaan tulangan, dengan
yang pada akhirnya mengurangi
sendirinya mengurangi ketahanan
keawetan beton itu sendiri.
dari struktur beton itu sendiri.
Ditambahnya serat ke dalam beton
Sehingga akan menimbulkan biaya
ternyata dapat menjadi lebih tahan
baru yang lebih besar untuk
terhadap retak.
memperbaikinya di banding
ACI (America Concrete
menggunakan beton serat.
Institute) memberikan definisi pada
Naaman dan Najm (1991)
beton serat, yaitu suatu kontruksi
meneliti beton serat yang
yang tersusun dari bahan semen,
menggunakan serat baja. Penelitian
agregat halus dan agregat kasar serta
ini menggunakan pull out serat baja
sejumlah kecil serat. Serat baja dapat
dengan mortar semen. Dengan
berupa potongan–potongan kawat
menggunakan tiga bentuk serat yang
atau dibuat secara khusus dengan
berbeda (lurus, deform dan berkait),
permukaan yang rata, bengkok atau
penambahan additife latex, fly ash
lurus untuk memperkuat daya
dan microsilica. Serat-serat berkait
cengkram terhadap beton. Serat baja
dan deformed fibers memiliki pullout
akan lebih awet di dalam beton atau
resistance lebih tinggi dibandingkan
lebih tahan terhadap korosi.

2
dengan serat baja yang lurus. Hal ini  Persegi / lembaran
dikarenakan sumbangan mekanis  Tidak teratur / bentuk di
dari serat berkait dan deformed fibers lelehkan.
dalam hal pullout resistance bisa  Fiber di lekatkan bersama
mencapai seratus kali dari serat lurus dalam satu ikatan.
atau rata.
Soroushian dan Bayasi  Serat Polypropelene
(1991) mengenai pengaruh Adalah salah satu jenis serat plastik.
perbedaan bentuk serat baja didalam Sifat serat ini adalah tidak menyerap
beton yaitu lurus, bergelombang dan air semen, modulus elastisitas
berkait dengan aspek rasio 60 rendah, mudah terbakar, kurang
volume serat sebesar 2%.Dalam tahan lama, dan titik lelehnya yang
penelitian beliau disimpulkan serat rendah.
baja bergelombang menghasilkan
nilai slump lebih baik dari serat lurus  Serat Kaca
atau berkait. Sifat serat ini adalah berat jenisnya
Beton serat umumnya rendah, modulus elastisitas kecil dan
diaplikasikan pada penampang yang kurang tahan terhadap pengaruh
tebal, termasuk pelat, penambahan alkali.
dimensi terhadap pelat eksisting dan
aplikasi shotcrete untuk  Serat Asbestos
perlindungan beton. Serat kawat Ditinjau dari harganya serat ini
bendrat adalah bahan tambah berupa relatif murah. Kelebihan lainnya
serat baja, yang mempunyai tujuan adalah tahan terhadap panas,
untuk memperbaiki kuat tarik belah sehingga sering digunakan untuk
beton. Pada saat ini sudah banyak membuat asbes lembaran, pipa
yang menggunakan beton serat baja. maupun genteng.
Menurut Soroushin dan
Bayasi (1991), ada beberapa jenis
 Serat Kevlar
serat baja (serat baja) yang sering di Serat ini mempunyai modulus
gunakan: elastisitas dan kuat tarik yang tinggi,
tetapi harganya mahal sehingga
Bentuk serat baja (Serat baja)
jarang digunakan.
 Bergelombang (crimped).
 Bergerigi (idented).  Serat Karbon
 Berkait (hoocked). Serat ini juga relatif mahal. Serat ini
 Bundle (paddled). sering dipakai untuk beton yang
 Double duo form. harus mempunyai ketahanan
 Kedua ujung di tekuk terhadap retak yang tinggi.
(enfarged end).
 Lurus (straight).  Serat Kawat
 Ordinary duo form. Serat ini banyak tersedia di Indonesia
 Tidak teratur (irrengular). dan harganya yang murah.

Penampang serat baja (serat baja Dalam ACI Comitte 544


cross section). dikatakan bahwa semua material
 Lingkaran/kawat yang terbuat dari baja/ besi yang
(round/wire). berbentuk fisik kecil / pipih dan

3
panjang dapat dimanfaatkan sebagai terlindung, sehingga terjadi kontak
serat padabeton. Dalam ACI Comitte dengan udara. Akibatnya korosi akan
544 secara umum fiber baja segera terjadi, yang dalam proses
panjangnya antara 0,5 in (12,77mm) waktu tertentu akan mengurangi
sampai 2,5 in (63,57 mm) dengan kekuatan struktur balok tersebut.
diameter antara 0,017 in (0,45 mm) Penambahan serat kawat
sampai 0,04 in (1,0 mm). bendrat pada beton di antaranya
Beton sangat tidak tahan adalah untuk mengatasi masalah di
terhadap tarik, sehingga pada atas. Serat kawat bendrat pada beton
perencanaan elemen struktur daerah akan berfungsi sebagai tulangan
tarik beton dipasang tulangan. Pada mikro yang disebarkan secara merata
kondisi beban normal dimana dengan orientasi acak, sehingga
keretakan beton belum terjadi maka dapat mencegah atau mengurangi
elemen struktur akan tetap stabil. terjadinya retakan retakan beton
Tetapi pada beban yang besar akibat pembebanan maupun panas
kadang-kadang akan terjadi hidrasi.
keretakan pada daerah tarik. Bila Di dalam penelitian penulis
lebar / dalam retak cukup besar maka menggunakan serat kawat bendrat
tulangan akan menjadi tidak yang mempunyai spesifikasi:

Tabel 1. Spesifikasi Serat Bendat


Panjang (l) 60 mm
Diameter (d) 1 mm
Ratio (l/d) 60
Perpanjangan Pada Saat Putus 5,5 %
Kuat Tarik 38,5 Mpa
Specific Gravity 7,70

3. METODE PENELITIAN dan balok ukuran 15x15x60 cm


sebanyak 20 buah. Beton normal
Penelitian ini berupa
19 buah silinder, balok 5 buah,
percobaan yang dilakukan di
19 buah silinder, balok 5 buah
Laboratorium Bahan dan Konstruksi
untuk beton normal + kawat
Fakultas Teknik Universitas
bendrat 5 %, 19 buah silinder,
Tanjungpura, Setelah dilakukan
balok 5 buah untuk beton normal
analisa bahan, maka dapat dilakukan
+ kawat bendrat 10 %, 19 buah
perhitungan campuran beton
silinder, balok 5 buah untuk
berdasarkan metode SNI.
beton normal + kawat bendrat 15
Pekerjaan penelitian meliputi:
%.
3.1. Pemeriksaan material
3.2. Pembuatan sampel
3.3. Pengadukan Campuran
Silinder berdiameter Ø15 cm dan
Adukan beton yang telah merata
tinggi 30 cm dengan jumlah
dituang ke dalam tempat cetakan
sampel sebanyak 76 benda uji
yang telah disiapkan,

4
sebelumnya cetakan telah diolesi penurunan dari beton tersebut
dengan oli, dalam hal ini cetakan setelah kerucut Abrams tersebut
yang digunakan berbentuk diangkat.
silinder dengan ukuran Ø15 cm
dan tinggi 30 cm dan balok
ukuran 15x15x60 cm.

3.4. Pengetesan Sampel


Pengetesan sampel terbagi menjadi 2
yaitu
1. Percobaan slump ini dilakukan Gambar 2. Kerucut Abraham
untuk mengukur tingkat
kelecakan dari beton segar. 2. Setelah melewati masa perawatan
Percobaan ini menggunakan alat atau perendaman, benda uji perlu
antara lain Kerucut Abrams baja dikeluarkan untuk dipersiapkan
yang berbentuk konus berlubang guna test tekan silinder sesuai
pada kedua ujungnya, tongkat umur harinya (3, 7, 14, 21 dan 28
baja dengan bagian ujungnya hari), kuat tarik belah umur 28
tajam, lempengan besi untuk hari dan modulus elastisitas umur
meletakan Kerucut Abrams baja 28 hari.
agar rata. Kerucut Abrams ke atas
secara vertical, hitunglah besar

4. ANALISIS HASIL PENELITIAN


4.1. Hasil Uji Slump
Tabel 2. Hasil pengujian Slump
No Kode Benda uji Tanggal Slump
Pembuatan (cm)
1 N 04 april 16 10
2 SB 1 19 april 16 7
3 SB 2 26 april 16 6
4 SB 3 26 april 16 5

Hasil pengujian slump dilakukan kecendrungan adanya penurunan


untuk mengetahui kemudahan dalam slump pada beton serat seiring makin
pengerjaan (workability) pada tingginya persentase pemakaian serat
adukan beton, pada beton normal baja(Bendrat) walaupun tidak
didapat hasil slump 10, sedangkan signifikan. Hal ini disebabkan karena
pada beton SB 1 di dapat hasil slump adanya penambahan luas permukaan
7, SB 2didapat hasil slump 6 dan disebabkan adanya tambahan
pada SB 3 didapat slump 5. Terlihat material berupa serat baja(Bendrat).

5
SLUMP
12,00 10,00
10,00
8,00 7,00
6,00
6,00 5,00
4,00
2,00
0,00
N SB 1 SB 2 SB 3

Gambar 2. Hasil uji slump

4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan


Hasil pengujian dari kuat tekan dari masing-masing campuran Kawat Bendrat
dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal dan


Beton Normal + Kawat Bendrat
Umur Kuat Tekan Kuat Tekan Kuat Tekan Kuat Tekan
Karakteristik Karakteristik Karakteristik Karakteristik
(MPa) Rata-Rata (MPa) Rata-Rata (MPa) Rata-Rata (MPa) Rata-Rata
Normal SB 1 SB 2 SB 3
0 0,00 0,00 0,00 0,00
3 9,43 18,29 20,14 4,35
7 17,14 24,08 21,64 17,10
14 28,01 26,33 23,78 19,88
28 35,60 32,10 28,57 22,76

Dari penelitian di atas dapat yang signifikan di tiap umur hari


ditarik suatu perbandingan bahwa betonnya. Walaupun demikian ada
untuk kuat tekan beton normal perbedaan kekuatan pada masing-
dengan beton normal yang ditambah masing variasi beton. Adapun
dengan serat bendrat adalah hampir perbedaan kekuatan antara keduanya
sama dalam mengalami kenaikan dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

40
KUAT TEKAN (MPa)

30

20

10

0
N 0 3 7 14 28

Gambar 3. Perbandingan Kuat Tekan Beton dan umur beton

6
4.3. Hasil Pengujian Kuat Lentur Di bawah ini rumus kuat lentur
sesuai SNI 03-4431-1997 Sub Bab
Pengujian ini dilaksanakan di 2.2.3 apabila bidang retak berada di
Laboratorium Pengujian Bahan dan 1/3 bentang tengah (a) dengan dua
Konstruksi Fakultas Teknik beban:
Universitas Tanjungpura Pontianak.

P/2 P/2

15.00

7.50
1/3 L 1/3 L 1/3 L 7.50

L = 45.00
Gambar 4. Ilustrasi posisi balok pada saat pengujian kuat lentur

PL
1 
bh2

Dimana pada data tabel beton pengujian kuat lentur selengkapnya


normal yang mendapatkan P sebesar adalah sebagai mana yang tertera di
45 kN maka dengan rumus diatas tabel halaman berikut:
didapat hasil sebesar 5,01 MPa.
Adapun data dan hasil analisa

Hasil pengujian kuat Lentur dari masing-masing campuran dapat dilihat pada
grafik
7,00
6,00 sampel 1
5,00
sampel 2
4,00
sampel 3
3,00
sampel 4
2,00
sampel 5
1,00
rata-rata
0,00
Normal SB 1 SB 2 SB 3

Gambar 5. Perbandingan Pengujian Kuat Lentur Antar Variasi

7
Dari hasil pengujian kuat terhadap benda uji SB 2 terjadi
lentur, dapat diketahui bahwa penurunan sebesar 19,80% dari
penambahan serat baja 5,62 MPa menjadi 4,51 MPa dan
memberikan pengaruh yang terhadap benda uji SB 3 terjadi
negatif untuk kuat lentur, pada penurunan sebesar 33,74% dari
saat pengujian kuat lentur beton 5,62 MPa menjadi 3,73 MPa.
normal langsung patah menjadi Pada tabel terlihat kecenderungan
dua sesaat menerima beban adanya peningkatan berat sample
maksimum dan adanya suara berbanding lurus dengan
yang keras sedangkan pada beton pemakaian serat bendrat, hal ini
serat bendrat tidak patah, masih terjadi karena berat serat baja
dapat menahan beban walaupun yang lebih berat daripada bahan
tidak maksimum pada saat di pengisi lainnya.
lakukan pembebanan ulang dan
tidak menimbulkan suara yang 4.4. Perbandingan Pengujian Kuat
keras. Lentur Antar Variasi Hasil Pengujian
Pada gambar 5 terlihat Modulus Elastisitas
jelas adanya penurunan terhadap
Hasil pengujian dari Modulus
kuat lentur beton normal dengan
Elastisitas dari masing-masing
beton serat bendrat. Untuk benda
campuran Kawat Bendrat dapat
uji SB 1, adanya penurunan
dilihat pada grafik
sebesar 21,07% dari 5,62 MPa
menjadi 4,44 MPa, sedangkan

30000,000
25000,000
20000,000
HASIL PENELITIAN
15000,000
RUMUS SNI
10000,000
5000,000
0,000
N SB 1 SB 2 SB 3

Gambar 6. Perbandingan Modulus Elastisitas Pengujian dan Perhitungan Teoritis


beragam dengan penambahan serat
nilai modulus yang terjadi pada bendrat Besaran nilai Modulus
variasi beton dengan penambahan Elastisitas dari variasi yang diujikan
serat bendrat dapat memberikan dapat dilihat pada table
pengaruh yang cukup signifikan. lampiran.Menurunnya serat bendrat.
Penyebabnya sudah jelas terjadi
akibat komposisi campuran yang

8
4. KESIMPULAN dari beton normal, sedangkan
pada benda uji SB 2 terjadi
Dari hasil penelitian yang
penurunan sebesar 19,80 %
telah dilakukan di laboratorium dan
dari beton normal dan pada
analisis data terhadap kuat tekan,
benda uji SB 3 terjadi
kuat lentur dan modulus elastisitas
penurunan kuat lentur
beton normal dan beton normal
optimum sebesar 33,74 %.
ditambah kawat bendrat berdampak
4. Penambahan kawat bendrat
negatif untuk variasi campuran 5%,
dalam campuran beton
10%, 15% maka dapat diambil
ternyata tidak berpengaruh
kesimpulan sebagai berikut :
terhadap nilai modulus
1. Penambahan kawat bendrat
elastisitas. Di mana nilai rata-
dapat mengurangi workability
rata modulus elastisitas pada
walaupun tidak terlalu
benda uji N sebesar
signifikan pada beton mutu
19382,293 MPa, sedangkan
normal.
menurut rumus SNI sebesar
2. Nilai kuat tekan beton dengan
27240,016 MPa, nilai rata-
kawat bendrat dapat
rata modulus elastisitas pada
mencapai kuat tekan rencana
benda uji SB 1 sebesar
meskipun kuat tekannya lebih
21066,863 MPa, sedangkan
rendah dari beton normal
menurut rumus SNI sebesar
sebesar 35,959 MPa. Nilai
28941,861 MPa, sedangkan
kuat tekan karakteristik pada
nilai rata-rata modulus
benda uji SB 1 sebesar
elastisitas pada benda uji SB
32,103 MPa terjadi
2 sebesar 19290,953 MPa,
penurunan 9,81% dari beton
sedangkan menurut rumus
normal, sedangkan nilai kuat
SNI sebesar 27743,768 MPa
karakteristik tekan pada
dan nilai rata-rata modulus
benda uji SB 2 sebesar
elastisitas pada benda uji SB
28,571 MPa terjadi
3 sebesar 18515,761 MPa,
penurunan 19,73 % dari beton
sedangkan menurut rumus
normal dan nilai kuat
SNI sebesar 27039,521 MPa.
karakteristik tekan pada
5. Hasil dari penelitian ini
benda uji SB 3 sebesar
menunjukan bahwa
22,757 MPa terjadi
penambahan serat bendrat
penurunan sebesar 36,06%
memberikan dampak negatif
dari beton normal.
untuk pengujian kuat
3. Penambahan kawat bendrat
tekan,kuat lentur, dan
tidak berpengaruh terhadap
modulus elastisitas seperti
nilai kuat lentur. Kuat lentur
hasil keempat kesimpulan di
pada benda uji SB 1 terjadi
atas.
penurunan sebesar 21,07 %

5. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2004.


SNI 15-7064-2004 Semen
ASTM. 1993. ASTM C33-92a
Portland Komposit. Jakarta:
Concrete Aggregates. Annual
BSN.
Book Of ASTM Standards
Volume 04.02.

9
Departemen Pemukiman Dan
Prasarana Wilayah Badan
Penelitian Dan
Pengembangan Pekerjaan
Umum. 2002. Metode,
Spesifikasi Dan Tata Cara
bagian 3 Beton, Semen,
Perkerasan Beton Semen.
Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.

Laboratorium Bahan dan Kontruksi


Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak.
2002. Pedoman Pelaksanaan
Pratikum Beton. Pontianak.

Sukismo, 2015. Studi Experimental


Pengaruh Penambahan Stell
Fiber Terhadap Uji Kuat
Tekan Kuat Tarik Belah dan
Kuat Lentur pada Campuran
Beton Mutuf’c 25 MPa”..

SNI 03 – 2834 – 2000, Metode


Perhitungan Campuran Beton

SNI 03-2461-2002. 2001. Spesifikasi


Agregat Ringan Untuk Beton
Ringan Struktural. Jakarta.

SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara


Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung.
Bandung.

SNI 03-4431-1997. 1997. Metode


Pengujian Lentur Normal
Dengan Dua Titik
Pembebanan.

10

Anda mungkin juga menyukai