Anda di halaman 1dari 2

Menyoal subsidi ongkir

Zaroni

Subsidi ongkir yg akan diberikan Pemerintah pada Harbolnas memberikan dampak langsung
pada peningkatan permintaan order pengiriman barang yang dipesan melalui e-dagang.

Peningkatan permintaan ini terjadi karena secara keseluruhan harga barang termasuk ongkir
semakin rendah, sehingga terjangkau bagi konsumen. Dengan peningkatan permintaan barang
ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi. Kita
tahu bahwa konsumsi merupakan salah satu komponen penting dalam pembentuk GDP (gross
domestic product), selain investasi sektor swasta, belanja pemerintah, dan ekspor-impor netto.

Persoalannya apakah kebijakan ini efektif untuk meningkatkan konsumsi masyarakat di tengah
masih dalam kondisi pandemi Covid?

Untuk melihat efektivitas kebijakan subsidi, menurut kami ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian.

Pertama, sasaran subsidi harus jelas, tidak sekadar peningkatan konsumsi masyarakat karena
peningkatan order pengiriman barang/produk, namun sasaran subsidi tersebut harus
memberikan dampak pada peningkatan penjualan produk-produk UMKM.

Karenanya, pemberian subsidi ongkir ini haruslah diprioritaskan pada penjual (seller) sektor
UMKM yang memproduksi produk-produk dalam negeri. Dengan demikian, diharapkan subsidi
ongkir ini mampu meningkatkan daya saing produk-produk UMKM dibandingkan dengan
produk-produk impor yang diperdagangkan melalui e-dagang.

Untuk memastikan pengawasan dan pengendalian penerima manfaat subsidi, perlu dilakukan
secara selektif pada seller sektor UMKM ini. Pemanfaatan sistem aplikasi e-dagang sangat
memungkinkan untuk pengendalian subsidi ini, baik untuk transaksi e-dagang melalui B2C
(business to consumers) dan C2C (consumer to consumer).

Kedua, metoda dan besaran subsidi. Pemberian subsidi sebaiknya harus jelas metodenya apa
dan berapa nilainya. Metode yang bisa digunakan adalah pemberian subsidi per transaksi
pengiriman. Besaran subsidinya bisa dalam nilai absolut tertentu, misalnya Rp3.000 per
transaksi pengiriman, atau dalam bentuk persentase dari ongkir yang dibayarkan ke perusahaan
kurir, misalnya 20%.

Dari besaran ini, kita dapat mengevaluasi apakah subsidi ongkir yang disiapkan Pemerintah
sebesar Rp500 miliar itu mencukupi atau tidak. Bila transaksi order Harbolnas pada tahun 2020
mencapai Rp11,6 triliun, dimana Rp5,6 triliun merupakan penjualan produk-produk buatan
lokal, maka subsidi ongkir Rp500 miliar memberikan dampak penurunan 8,9%. Angka ini cukup
signifikan untuk mendorong daya saing produk-produk lokal, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan permintaan konsumen Indonesia terhadap produk-produk lokal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai