Anda di halaman 1dari 10

PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DAN MORAL

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH


OLEH ORANG TUA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
HENI INDAH WATI SITORUS
NIM F1092141050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DAN MORAL
PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH
OLEH ORANG TUA

Heni Indah Wati Sitorus, Gusti Budjang A, Imran


Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak
Email: indahcs201588@gmail.com

Abstract
This study entitled the cultivation of religious and moral values to dropping out of
school adolescents by parents in Palo Belantian Hamlet Jelimpo Landak District. The
problem in this study is how to cultivate religious and moral values to the adolescents
by their parents. Based on problem for mulation, sub-problems are formulated namely
on how to cultivate religious values in dropping out of school adolescents and how
effective the cultivation of moral values in dropping out of school adolescents by
parents. The form of this research is qualitative research with descriptive methods. Data
collection techniques used in the study are guided observation, guided, interview and
documentation. The results showed that the cultivation of religious values carried out by
parents of drop out of school adolescents had not fully succeed, parents had not shown
good example, lack of positive habituation, the advising and monitoring were good,
parents advised dropping out of school adolescents and control their religious activities.
Furthermore, the cultivation of moral values is quite good where parents cultivated
moral values through habitual behavior such as politeness, honesty, tolerance and
helpful.

Keywords: Drop Out School Adolescents Teen, Parent, Value Implementation

PENDAHULUAN kenyataannya masih dijumpai anak-anak


Pendidikan merupakan usaha manusia putus sekolah di berbagai daerah dengan
untuk memperoleh pengetahuan dalam permasalahan yang menyebabkan ia putus
rangka membentuk nilai, sikap dan perilaku sekolah. Masalah putus sekolah rentan terjadi
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas terutama pada anak-anak yang tinggal di
hidup dengan membina kepribadiannya daerah pedalaman yang jauh dari sekolah
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dengan rata-rata usia dari 12 sampai dengan
dan kebudayaan. Menurut Undang-Undang 17 tahun (usia remaja).
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Menurut Gunawan (2010:71) “putus
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengatakan sekolah merupakan predikat yang diberikan
bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan kepada mantan peserta didik yang tidak
terencana untuk mewujudkan suasana belajar mampu menyelesaikan suatu jenjang
dan proses pembelajaran agar peserta didik pendidikan berikutnya”. Hal ini berarti kata-
secara aktif mengembangkan potensi dirinya kata putus sekolah ditujukan kepada
untuk memiliki kekuatan spiritual seseorang yang pernah bersekolah namun
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, berhenti untuk bersekolah. Masalah putus
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan sekolah merupakan suatu kehilangan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa kesempatan belajar dalam proses pendidikan
dan Negara.” hal itu menyangkut masalah sosio kultural
Namun berbagai program tersebut tidak masyarakat (Ahmad, 2011:183).
selalu berjalan sesuai rencana, melihat masih Masalah putus sekolah dapat
banyaknya anak-anak usia sekolah memilih menimbulkan masalah baru bagi anak-anak
berhenti sekolah atau putus sekolah. Pada yang mengalami putus sekolah yang

1
berkaitan dengan pekerjaan, pergaulan kelamin sebanyak 275 laki-laki dan 267
maupun lingkungan. Banyak remaja putus perempuan. Kemajuan dalam tingkat
sekolah yang pergaulannya tidak sesuai pendidikan di Dusun Palo Belantian
dengan nilai-nilai yang berlaku didalam dianggap masih di bawah rata-rata dapat
masyarakat. Hal inilah yang terjadi di Dusun dilihat bahwa masih banyak anak yang
Palo Belantian Jelimpo Kab. Landak, dimana mengalami putus sekolah.
banyak terdapat remaja yang mengalami Terdapat 8 remaja yang mengalami putus
putus sekolah. Remaja yang putus sekolah sekolah dan peneliti akan meneliti remaja
selalu memiliki kebiasaan yang kurang baik, yang masih berada pada tahap remaja awal
seperti merokok, minuman keras dan yaitu yang berusia 15 sampai dengan 17
pergaulan yang tidak terkontrol. tahun. Dari 8 remaja putus sekolah di Dusun
Dusun Palo Belantian merupakan salah Palo Belantian ada 4 orang remaja bekerja
satu Dusun yang terletak di Desa Sekais diluar desa, oleh karena itu peneliti hanya
Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak yang akan melakukan penelitian pada 4 orang
memiliki jumlah penduduk sebanyak 542 remaja putus sekolah.
jiwa dengan perincian berdasarkan jenis

Tabel 1
Data Remaja Putus Sekolah
di Dusun Palo Belantian

Lama Jenjang Nama Orang Tua


Jenis
No Nama Usia Putus Putus
Kelamin
Sekolah Sekolah Ayah Ibu
15
1. Asuan L 4 tahun 6 SD Aloi Opek
tahun
15
2. Ero L 5 tahun 5 SD Ilat alm
tahun
Herianus 17 Andreas
3. L 5 tahun 1 SMP Bunga
Edo tahun Adis
17
4. Petrus L 5 tahun 1 SMP Ciu Emok
tahun
Sumber: Data Kepala Dusun Palo Belantian 2017

Berdasarkan pengamatan pada beberapa memberi dampak bagi remaja yang


remaja yang mengalami putus sekolah. Pada mengalami putus sekolah.
tanggal 23 Juli penulis melihat bahwa remaja Remaja yang mengalami putus sekolah
yang megalami putus sekolah selalu membutuhkan bimbingan dan arahan agar
berkaitan dengan kebiasaan merokok, perilaku remaja yang mengalami putus
minuman keras, dan berjudi. Perilaku- sekolah dapat terkontrol dengan baik.
perilaku yang dialakukan oleh remaja putus Pembinaan dan araha dapat di terapkan
sekolah sudah dianggap biasa oleh sebagian dalam lingkungan keluarga karena
masyarakat mengingat mereka sudah tidak pembinaan dan arahan ini sangat besar
menjalankan masa pendidikannya. Dan juga pengaruhnya dalam pembentukan
perilaku-perilaku tersebut sudah menjadi hal kepribadian anak terutama remaja yang
yang umum di Dusun Palo Belantian dimana mengalami putus sekolah, mengingat
rata-rata masyarakat memiliki kebiasaan keluargalah yang pertama menanamkan nilai-
seperti merokok, berjudi dan meminum nilai kepada remaja.
minuman keras hal tersebut pula dapat

2
Jalaluddin (2016:194) mengatakan deskriptif. Menurut Sugiyono (2015:15)
bahwa “keagamaan mengandung unsur-unsur “metode penelitian kualitatif adalah metode
yang berkaitan dengan ke-Tuhanan atau penelitian yang berlandaskan pada filsafat
keyakinan, tindak keagamaan, perasaan- postpositivisme, digunakan untuk meneliti
perasaan yang bersifat mistik, penyembahan pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
kepada yang suci (ibadah) dan keyakinan lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
terhadap nilai-nilai yang hakiki”. Menurut sebagai instrument kunci, pengambilan
Abdullah Nashih Ulwan (2012:516) ada sampel sumber data dilakukan secara
empat metode yang dapat digunakan dalam purposive dan snowbaal, teknik
proses penanaman nilai-nilai keagamaan pengumpulan dilakukan secara triangulasi
yaitu (1) keteladanan, (2) pembiasaan, (3) (gabungan), analisis data bersifat
nasihat, dan (4) pengawasan. induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
Menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, kualitatif lebih menekankan makna dari pada
2013:103) menyatakan bahwa, “nilai moral generalisasi.
disebut pula nilai etika, yaitu segala sesuatu Selanjutnya menurut Sumanto (dalam
yang menyangkut perilaku terpuji dan tercela Mahmud 2011:100) metode penelitian
atau nilai sosial yang berkenaan dengan deskriptif adalah “suatu penelitian yang
kabaikan dan keburukan serta bersumber dari diupayakan untuk mencandra atau
kehendak atau kemauan.” Menurut Thomas mengamati permasalahan secara sistematis
Lickona (2013: 74) terdapat empat bentuk- dan akurat mengenai fakta dan sifat objek
bentuk nilai moral yang sebaiknya tertentu.” Penelitian deskriptif ditujukan
ditanamkan yaitu (1) kesopanan, (2) untuk memaparkan dan menggambarkan
kejujuran, (3) toleransi, dan (4) tolong serta memetakan fakta-fakta berasarkan cara
menolong. pandang atau kerangka berpikir tertentu
Nilai-nilai keagamaan dan moral yang Berdasarkan pendapat di atas maka
diperoleh remaja pada usia muda bisa peneliti menggunakan metode dekriptif
menjadi pedoman tingkah laku dikemudian karena peneliti ingin menggambarkan secara
hari. Remaja yang putus sekolah masih nyata apa yang ada dilapangan mengenai
berada dalam pengawasan orang tua sehingga upaya penanaman nilai-nilai keagamaan dan
bmbingan dan arahan dapat dilakukan. moral pada remaja putus sekolah oleh orang
Bimbingan dan arahan ini bertujuan agar tua di Dusun Palo Belantian Jelimpo
remaja dapat berperilaku sesuai dengan nilai- Kabupaten Landak.
nilai yang ada dimasyarakat.
Dalam penelitian ini penulis ingin HASIL PENELITIAN DAN
melihat penanaman nilai yang dilakukan oleh PEMBAHASAN
orang tua kepada remaja putus sekolah Penyajian Data
terutama dalam menanamkan nilai-nilai Penyajian data dalam penelitian ini
keagamaan dan nilai moral. Orang tua dilakukan untuk memudahkan dalam
memiliki peran yang sangat besar dalam menganalisis data sehingga permasalahan
kehidupan remaja terutama remaja yang dalam penelitian ini dapat terjawab
mengalami putus sekolah. Dalam seluruhnya. Adapun yang menjadi masalah
membimbing dan mengarahkan anak atau umum dalam penelitian ini adalah
remaja yang putus sekolah dapat dilakukan “Bagaimana Penanaman Nilai-nilai
dengan membiasakan anak untuk berperilaku Keagamaan dan Moral pada Remaja Putus
yang baik didalam lingkungan hidupnya. Sekolah oleh Orang Tua di Dusun Palo
Belantian Jelimpo Kabupaten Landak?”.
METODE PENELITIAN Adapun yang menjadi sub-sub masalah
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana
dalam penelitian ini adalah pendekatan penanaman nilai-nilai keagamaan dan
kualitatif dengan metode penelitian penanaman nilai moral pada remaja putus

3
sekola di Dusun Palo Belantian Jelimpo Penanaman Nilai Moral
Kabupaten Landak. Selanjutnya untuk Berdasarkan hasil observasi dan
menjawab masalah umum dan sub-sub wawancara yang dilakukan peneliti, dapat
masalah yang telah dikemukakan, peneliti diketahui bahwa penanaman nilai moral pada
melakukan observasi dan wawancara remaja putus sekolah oleh orang tua di Dusun
terhadap informan. Adapun informan dalam Palo Belantian Jelimpo Kabupaten Landak
penelitian ini adalah orang tua dan remaja mencakup empat hal yaitu kesopanan,
yang mengalami putus sekolah. kejujuran, toleransi dan tolong menolong.
Dari hasil observasi dan wawancara
Hasil Penelitian penanaman nilai moral yang dilakukan oleh
Penanaman Nilai Keagamaan orang tua pada umumnya sudah sangat peduli
Berdasarkan hasil observasi dan tentang pentingya moralitas bagi remaja
wawancara yang dilakukan peneliti, dapat putus sekolah dimana orang tua dari remaja
diketahui bahwa penanaman nilai keagamaan putus sekolah sudah menasihati,
pada remaja putus sekolah oleh orang tua di membimbing, mengarahkan bahkan
Dusun Palo Belantian Jelimpo Kabupaten mengajak remaja putus sekolah untuk
Landak dapat dilakukan dengan empat cara melakukan hal-hal yang baik dan benar
yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat, dan seperti saling menghormati atau toleransi,
pengawasan. menolong setiap orang yang kesusahan,
Dalam hal keteladanan orang tua dari memiliki sikap sopan dan santun serta
remaja putus sekolah mengaku bahwa masih kejujuran.
kurang dalam memberi teladan atau contoh Dari hasil wawancara terlihat bahwa
kepada remaja putus sekolah hal tersebut semua orang tua sudah memiliki kesadaran
terjadi karena kesibukan berladang yang yang lebih akan pentingnya nilai moral bagi
dilakukan oleh orang tua. Namun ada pula anak-anaknya terutam mereka yang
keluarga yang memberi keteladanan atau mengalami putus sekolah, mengingat remaja
contoh dengan baik kepada remaja putus sangat rentan terhadap pergaulan yang
sekolah dimana orang tua tersebut selalu kurang baik namun melihat dari perilaku dari
mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, hal remaja putus sekolah tersebut sudah dapat
tersebut karena salah satu dari orang tua dari dilihat bahwa orang tua mereka sudah sangat
anak putus sekolah ini adalah seorang tokoh bertanggung jawab terhadap anak-anak
agama. mereka. Sehingga penanaman nilai moral
Dalam hal pembiasaan yang dilakukan yang dilakukan oleh orang tua dapat menjadi
oleh orang tua masih kurang, dimana pedoman bagi remaja putus sekolah untuk
pembiasaan hanya dilakukan sekali-kali memiliki perilaku yang lebih baik.
tanpa dilakukan berulang kali dikarenakan
kesibukan orang tua. Selanjutnya dalam hal Pembahasan
nasihat rata-rata orang tua sudah sangat aktif Penanaman Nilai Keagamaan
dalam menasehati remaja-remaja putus Penanaman nilai adalah suatu tindakan,
sekolah untuk selalu aktif dalam beribadah perilaku atau proses menanamkan suatu tipe
maupun kegiatan-kegiatan keagamaan kepercayaan yang berada dalam ruang
lainnya. Dan terakhir orang tua sudah
lingkup sistem kepercayaan dimana
melakukan pengawasan kepada remaja putus
sekolah, dari hasil wawancara pengawasan seseorang bertindak atau menghindari suatu
dilakukan oleh orang tua dengan selalu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas
mengikuti dengan bertanya dan ada pula atau tidak pantas dikerjakan. Penanaman nilai
orang tua yang langsung melihat anaknya keagamaan dapat dilakukan dengan cara
dalam kegiatan agama dengan langsung mengajak anak untuk beribadah dan ikut
mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. serta dalam kegiatan keagamaan. Seperti
yang dikatakan oleh Hasbullah (2009: 43)

4
yang mengatakan bahwa “anak-anak yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap
seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid pembiasaan orang tua remaja putus sekolah
bersama-sama untuk menjalankan ibadah, terlihat bahwa pembiasaan yang dilakukan
oleh orang tua remaja putus sekolah masih
mendengarkan khutbah atau ceramah
kurang.
keagamaan, kegiatan-kegiatan seperti ini Pada keluarga ibu Opek, ibu Emok dan
besar pengaruhnya terhadap kepribadian bapak Ilat pembiasaan sekedar dilakukan
anak”. dengan selalu memerintahkan untuk selalu
Penanaman nilai keagamaan pada anak mengikuti ibadah dan kegiatan ibadah namun
dapat dilakukan dengan berbagai metode hal tersebut tidak rutin dilakukannya melihat
yaitu dengan keteladanan, pembiasaan, kesibukan dari orang tua dari ketiga remaja
nasihat, dan pengawasan. putus sekolah tersebut. Sedangkan pada
1) Keteladanan keluarga bapak Andreas dimana pembiasaan
Keteladanan dalam menanamkan nilai- selalu dilakukan dengan selalu mengajak HE
nilai keagamaan merupakan cara yang efektif untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari 3) Nasihat
segi akhlak, membentuk mental dan Abdullah (2012:516) mengatakan bahwa
sosialnya (Abdullah, 2012:516). Maksud dari “nasihat merupakan cara yang cefektif
keteladanan ini sendiri yaitu dimana orang dilakukan dalam membentuk keimanan anak,
tua memberi contoh atau teladan kepada anak akhlak, mental dan sosialnya, hal ini
agar dapat menjadi panutan bagi diri anak itu dikarenakan nasehat memiliki pengaruh yang
sendiri. Dalam hasil wawancara yang peneliti besar untuk membuat anak mengerti tentang
lakukan orang tua dari remaja putus sekolah hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran
rata-rata kurang memberi keteladanan kepada tentang prinsip-prinsip keagamaan.”
remaja yang mengalami putus sekolah. Pada Dari hasil wawancara yang dilakukan
keluarga ibu Opek, ibu Emok dan Bapak Ilat peneliti metode nasehat sudah cukup baik
tingkat keaktifan dalam keagamaan seperti dilakukan oleh orang tua dari remaja yang
ibadah masih kurang sedangkan untuk mengalami putus sekolah dimana para orang
keluarga Bapak Andreas tingkat keaktifannya tua selalu menasehatkan remaja-remaja putus
dalam keagamaan sudah baik hal ini terjadi sekolah untuk selalu mengikuti ibadah dan
karena dia merupakan ketua umat di Dusun kegiatan keagamaan lainnya, orang tua sudah
Palo Belantian ini. baik dalam membimbing ataupun menasehat
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa remaja-remaja yang mengalami putus
keteladanan yang dilakukan dan diberikan sekolah dengan selalu memberikan waktu
oleh orang tua remaja putus sekolah masih untuk menasehatkan mereka.
sangat kurang hal tersebut berdampak bagi 4) Pengawasan
remaja putus sekolah dimana mereka akan Pengawasan yaitu proses yang dilakukan
mencontohi orang tuanya sehingga kegiatan oleh orang tua dengan memperhatikan
ibadah dan keagamaan akan kurang dengan penuh, mengikuti, dan mengawasi
dilakukan oleh remaja putus sekolah. setiap perkembangan anak dalam
2) Pembiasaan keagamaannya. Menurut Abdullah
Menurut Abdullah (2012:516) (2012:516) pengawasan yaitu senantiasa
“pembiasaan merupakan sebuah cara yang mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti
dapat dilakukan orang tua untuk perkembangan anak dan mengawasinya
membiasakan anak dalam berpikir, bersikap dalam membentuk akidah, akhlak, mental
dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran dan sosial anak
agama.” Pembiasaan merupakan proses Dari hasil wawancara yang peneliti
pembentukan sikap dan perilaku yang lakukan, rata-rata orang tua dari remaja putus
relative menetap melalui proses pembelajaran sekolah mengaku bahwa mereka selalu
yang berulang-ulang. Dari hasil wawancara mengawasi setiap kegiatan yang berkaitan

5
dengan keagamaan hal tersebut dilakukan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan lagsung ikut dan melihat apakah kepada orang tua remaja putus sekolah rata-
remaja putus sekolah ikut dalam ibadah atau rat semua orang tua menanamkan nilai
tidaknya, seperti yang dilakukan oleh bapak kesopanan kepada remaja putus sekolah
Ilat dan bapak Andreas dimana mereka dengan memberikan menasehat kepada
mengikuti atau langsung melihat partisipasi remaja putus sekolah untuk selalu sopan dan
anak-anaknya dalam kegiatan keagamaan. santun baik itu kepada orang tua maupun
Seperti pengakuan dari bapak Andreas yang orang lain dengan menjaga perilaku dan
mengatakan bahwa “Saya langsung perkataan terhadap orang yang lebih tua.
mengawasi anak saya dengan melihat Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
langsung apakah dia selalu beribadah atau para orang tua dari remaja putus sekolah
tidak”. sudah sangat baik dalam menanmkan nilai
Pengawasan juga dilakukan orang tua moral dalam aspek kesopanan dimana remaja
remaja putus sekolah dengan selalu putus sekolah diajarkan untuk selalu sopan
menanyakan keaktifan mereka seperti yang kepada orang lain.
dilakukan oleh ibu Opek dan ibu Emok yang 2) Kejujuran
mengatakan bahwa “Karena saya jarang “Kejujuran adalah salah satu bentuk nilai
dirumah untuk mengawasi langsung jadi dalam hubungannya dengan manusia, tidak
kadang saya bertanya sama dia apakan dia menipu, berbuat curang, atau mencuri
selalu ikut ibadah atau tidak”. Dari merupakan salah satu cara dalam
penjelasan diatas terlihat bahwa pengawasan menghormati orang lain” (Thomas Lickona,
yang dilakukan oleh orang tua dari remaja 2013: 74). Kejujuran merupakan hal yang
putus sekolah sudah cukup baik dimana sangat penting untuk ditanamkan kepada
mereka mau mengawasi anak-anak mereka remaja yang mengalami putus sekolah.
dalam keagamaannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dimana orang tua remaja putus
Penanaman Nilai Moral sekolah telah menanamkan rasa kejujuran
Nilai moral menjadi nilai yang penting kepada remaja yang mengalami putus
untuk ditanamkan orang tua kepada anak sekolah dimana remaja putus sekolah dituntut
terutama pada remaja yang mengalami putus untuk tidak merugikan orang lain seperti
sekolah, nilai moral itu sendiri merupakan mencuri dan berbohong kepada orang lain.
nilai yang menyangkut perilaku baik maupun Namun dari pengakuan dari semua remaja
buruk yang dilakukan individu didalam yang mengalami putus sekolah mereka
masyarakat. Menurut Prof. Notonegoro mengaku bahwa pernah melakukan hal yang
(dalam Muin, 2013:103) menyatakan bahwa, merugikan seperti pengakuan dari salah satu
“nilai moral disebut pula nilai etika, yaitu remaja putus sekolah yaitu PS yang
segala sesuatu yang menyangkut perilaku mengatakan bahwa “saya pernah ambil uang
terpuji dan tercela atau nilai sosial yang dari hasil penjualan cabe untuk beli rokok”.
berkenaan dengan kabaikan dan keburukan Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa
serta bersumber dari kehendak atau penanman nilai yang dilakukan oleh orang
kemauan”. tua sudah cukup baik meskipun demikian
Dalam penanaman nilai moral terdapat orang tua memiliki peran penting dalam
empat aspek yang diamati yaitu kesopanan, membentuk karakter dari anak agar tidak
kejujuran, toleransi dan tolong menolong. terjadi hal yang merugikan orang lain
1) Kesopanan maupun remaja putus sekolah itu sendiri.
Menurut Thomas Lickona (2013: 74) 3) Toleransi
“kesopanan secara umum merupakan bentuk Menurut Thomas Lickona (2013:74)
dari penghormatan kepada orang lain. “toleransi merupakan sebuah sikap yang
Kesopanan yang ditanamkan akan tercermin memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka
dari sikap perilaku seseorang.” Berdasarkan yang memilih pemikiran, ras, dan keyakinan

6
yang berbeda-beda.” Toleransi juga membantu orang yang berduka dan
merupakan sikap dan tindakan yang membiasakan dia untuk mengikuti gotong
menghargai perbedaan-perbedaan dari orang royong dan membantu orang tua. Kemudian
lain. bapak Andreas menanamkan rasa tolong
Dari hasil wawancara yang dilakukan menolong kepada HE dengan membiasakan
peneliti, penanaman nilai moral dalam aspek HE ikut serta dalam membantu orang yang
toleransi sudah ditanamkan dengan baik oleh membutuhkan seperti membantu orang yang
orang tua dimana ibu Opek menanamkan rasa sedang berduka, membantu tetangga yang
toleransi kepada AS dengan selalu sedang membuat acara dan juga dengan
menghormati orang lain serta tidak membiasakan HE mengikuti kegiatan gotong
menyinggu perasaan orang lain. Pada royong. Terakhir bapak Ilat menanamkan
keluarga ibu Emok, penanaman aspek rasa tolong menolong kepada ER dengan
toleransi dilakukan dnegan menasehati PS langsung mengajak ER untuk membantu
untuk baik kepada orang lain, menghargai orang lain yang sedang membutuhkan,
orang lain dan tidak membedakan orang lain. dengan harapan ER terbiasa dalam
Kemudian pada keluarga bapak Andreas membantu orang lain.
sikap toleransi ditanamkan dengan Dari penjelasan di atas terlihat bahwa
menasihatkan dan menanamkan rasa penanaman nilai moral alam aspek gotong
menghargai kepada orang lain serta royong yang ditanamkan oleh orang tua
mengingatkan HE untuk tidak pilih-pilih dan sudah sangat baik dimana para remaja putus
tidak membeda-bedakan orang lain. sekolah mau dan peduli terhadap sesama,
Selanjutnya pada keluarga bapak Ilat mau membantu dan mengikuti kegiatan
penanaman rasa toleransi dilakukan dengan gotong royong.
menasihati ER untuk selalu menghargai
orang lain. SIMPULAN DAN SARAN
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa Simpulan
semua orang tua dari remaja putus sekolah Berdasarkan hasil penelitian dan
telah menanamkan rasa toleransi kepada pembahasan mengenai penanaman nilai-nilai
remaj putus sekolah dengan baik dimana keagamaan dan moral pada remaja putus
remaja putus sekolah diajarkan untuk saling sekolah oleh orang tua di Dusun Palo
menghormati orang lain. Belantian Jelimpo Kabupaten Landak dapat
4) Tolong Menolong ditarik kesimpulan sebagai berikut (1)
Menurut Thomas Lickona (2013:74) penanaman nilai-nilai keagamaan pada
“tolong menolong merupakan sikap peduli remaja putus sekolah oleh orang tua di Dusun
kepada sesama, memiliki sikap yang mau Palo Belantian Jelimpo Kabupaten Landak
membantu dalam menyelesaikan tanggung masih kurang dimana orang tua masih belum
jawab. Sikap tolong menolong memberikan menunjukan keteladanan yang baik kepada
bimbingan untuk berbuat kebaikan.” remaja putus sekolah, dimana orang tua
Dari hasil wawancara dan observasi yang masih jarang untuk mengikuti kegiatan
dilakukan peneliti dengan informan sikap keagamaan, pembiasaan yang dilakukan oleh
tolong menolong sudah sangat baik orang tua juga masih kurang dimana orang
dilakukan oleh remaja putus sekolah. Ibu tua hanya sesekali mengingatkan, nasihat
Opek menanamkan sikap tolong menolong yang diberikan oleh orang tua sudah cukup
kepada AS dengan selalu menyuruh AS baik dimana mereka selalu menasihatkan
untuk ikut membantu orang-orang yang remaja putus sekolah untuk aktif dalam
sedang kesusahan, ikut serta dalam kegiatan kegiatan keagamaan dan pengawasan yang
gotong royong. Selanjutnya ibu Emok dilakukan oleh orang tua sudah cukup baik
menanamkan sikap tolong menolong kepada dimana orang tua aktif dalam mengawas
PS dengan menyuruh PS ikut serta dalam remaja putus sekolah; dan (2) penanaman
membantu orang lain yang membutuhkan, nilai moral pada remaja putus sekolah oleh

7
orang tua sudah cukup baik dimana orang tua hal yang merugikan diri sendiri maupun
menasihati, membimbing dan mengarahkan orang lain.
remaja putus sekolah agar mau membantu
orang lain, hormat, memiliki sikap toleransi, DAFTAR RUJUKAN
sopan dan jujur dengan langsung mengajak Ahmad, Nazili Shaleh. (2011). Pendidikan
atau ikut serta atau memberi contoh kepada Dan Masyarakat. Yogyakarta: Sabda
remaja putus sekolah. Media.
Gunawan, Ary H. (2010). Sosiologi
Saran Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti Tentang Pelbagai Problem Pendidikan.
menyampaikan saran-saran sebagai berikut: Jakarta: Rineka Cipta.
(1)Untuk orang tua remaja putus sekolah Hasbullah. (2009). Dasar-dasar Ilmu
seharusnya lebih memberi keteladanan, Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
pembiasaan, nasihat dan pengawasan kepada Persada.
remaja putus sekolah dalam keagamaannya Jalaluddin. (2016). Psikologi Agama.
seperti taat dan aktif dalam ibadah dan juga Yogyakarta: PT Rajagrafindo Persada.
lebih memperhatikan moral remaja seperti Lickona, Thomas. (2013). Educating For
kesopanan, kejujuran, toleransi dan sikap Character. Jakarta: Bumi Aksara.
tolong menolong kepada remaja putus Mahmud. (2011). Metode Penelitian
sekolah tujuannya agar mereka memiliki Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka
pedoman atau cerminan hidup yang dapat Setia.
mengontrol setiap perilaku mereka di dalam Muin, Indianto. (2004). Sosiologi (untuk
masyarakat. (2) Untuk tokoh agama dan SMA kelas X). Jakarta: Erlangga.
tokoh adat seharusnya memiliki sinergi yang Sugiyono (2015). Metode Penelitian
sama untuk memperbaiki nilai-nilai Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
keagamaan dan moral dengan memberikan Kualitatif Dan R&D. Bandung:
perhatian khusus serta memberikan masukan Alfabeta.
dan nasihat kepada remaja putus sekolah Ulwan, Abdulah Nashih. (2012). Pendidikan
untuk mengurangi bahkan menghilangi Anak dalam Islam ter. Drs. Jamaluddin
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan Miri. Jakarta: Pustaka Amani.
remaja putus sekolah. (3)Untuk remaja putus Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
sekolah harusnya selalu menerima nasihat tentang Sistem Pendidikan Nasional.
yang diberikan oleh orang tua dan juga lebih
mengontrol diri untuk tidak melakukan hal-

Anda mungkin juga menyukai