Anda di halaman 1dari 14

UKM F3.

Upaya Pelayanan KIA dan KB

(1)
Tanggal Mulai : 23 Maret 2021
Pembimbing: dr. Meilince
Peserta Hadir: Masyarakat

Judul Laporan :
Konseling Kelas Ibu Hamil di Poskesdes Sei Baung

Latarbelakang :
Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada
di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Untuk itu
diperlukan pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak setinggi-tingginya.
Kelas ibu hamil merupakan program yang langsung menyasar pada ibu hamil yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada ibu hamil. Selama ini pengetahuan
ibu hamil hanya berbatas pada konseling yang diberikan oleh bidan saat diperiksa saja,
sehingga pengetahuan ibu hamil yang diperoleh ibu hamil sangat minimal. Dalam kegiatan
kelas ibu hamil diharapkan ibu akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas karean
selain mendapat materi dari petugas kesehatan diharapan juga akan terjadi interaksi
sesama ibu hamil, sehingga sesama ibu hamil tersebut akan berbagi pengalaman
pengetahuan yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB pascasalin dan
perawatan bayi.

Permasalahan :
- Tingginya angka kematian ibu hamil
- Rendahnya tingkat edukasi mengenai kehamilan
- Banyaknya menyebar mitos-mitos mengenai kehamilan yang tidak sesuai dengan
medis
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
- Memberikan edukasi mengenai kehamilan, tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, gizi
yang baik untuk ibu hamil
- Melakukan konsultasi secara personal dengan ibu hamil mengenai keluhan yang
dialami

Pelaksanaan :
- Jumlah peserta yang mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 18 orang yang merupakan
ibu-ibu warga desa Sei Baung
- Melakukan penyuluhan mengenai kehamilan, tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,
gizi yang baik untuk ibu hamil.
- Melakukan pembacaan buku KIA dan melakukan konsultasi tanya jawab seputar
kehamilan dan kelahiran.
- Memberikan edukasi kepada ibu hamil agar tidak mempercayai mitos-mitos
kehamilan yang beredar

Monitoring dan Evaluasi :


- Berjalan dengan baik
- Ibu hamil tetap melakukan kunjungan ke Puskesmas untuk pemeriksaan kehamilan,
terutama pada pemeriksaan pertama dan terakhir sebelum bersalin. Ibu hamil tetap
melakukan kegiatan vaksinasi TT.
- Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti setiap Poskesdes mengadakan kelas ibu hamil.
- Petugas kesehatan Puskesmas Aro bekerja sama dengan bidan desa Sei Baung agar
lebih merangkul lagi ibu hamil yang ada di desa Sei Baung agar mau mengikuti kelas
ibu hamil.
(2)
Tanggal Mulai : 15 Maret 2021
Pembimbing: dr. Meilince
Peserta Hadir: Masyarakat

Judul Laporan :
Memperkenalkan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Posyandu Desa Muaro Singoan
Latarbelakang :
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada awal-awal kelahiran merupakan salah satu prinsip
menyusui yaitu dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Di Indonesia akhir –akhir ini
sedang digiatkan satu program yang disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang dapat
memberikan keuntungan baik bagi bayi maupun bagi ibu. Kebijakan inisiasi menyusui dini
telah disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007. World Health Organization (WHO)
telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada
hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif
selama 6 bulan. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah dengan meletakkan bayi baru lahir di
atas perut ibu atau dada ibu, dalam waktu hampir satu jam bayi akan merangkak mencari
puting susu ibunya dan mulai menyusui sendiri. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Inisiasi menyusui dini
dengan memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit-1
jam pasca bayi dilahirkan. Tujuan IMD adalah kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan
bayi lebih tenang, saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk
koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri, kontak kulit dengan kulit ibu dan bayi
akan meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi, mengurangi perdarahan setelah
melahirkan serta mengurangi terjadinya anemia. Menurut UNICEF (2006) ada banyak sekai
masalah yang dapat menghambat pelaksanaan Inisasi Menyusui Dini (IMD) yaitu kurangnya
kepedulian terhadap pentingnya IMD, adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes
mata untuk mencegah penyakit gonore sehingga harus segera diberikan, padahal
sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama 1 jam sampai bayi dapat menyusui
sendiri, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup
setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan, adanya kepercayaan bahwa masyarakat
yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi dan
adanya kepercayaan masyarakat untuk tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum
payudara dibersihkan.

Permasalahan :
- Kurangnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif
- Masih banyak kepercayaan masyarakat tentang mitos-mitos ASI

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :


- Memberikan edukasi mengenai Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif
- Melakukan konsultasi secara personal dengan ibu-ibu dengan keluhan mengenai
pemberian ASI

Pelaksanaan :
- Peserta merupakan ibu-ibu warga desa Sei Baung yang akan melakukan imunisasi
dengan anaknya.
- Memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai Inisiasi Menyusui Dini dan ASI
eksklusif
- Memberikan praktek dan tatacara menyusui ASI dengan benar
- Ibu-ibu yang memiliki keluhan mengenai ASI dapat langsung berkonsultasi

Monitoring dan Evaluasi :


- Berjalan dengan baik.
- Perlunya follow up ibu-ibu dengan keluhan mengenai pemberian ASI agar dapat
menyusui dengan benar

(3)
Tanggal Mulai : 23 Maret 2021
Pembimbing: dr. Meilince
Peserta Hadir: Masyarakat
Judul Laporan :
Deteksi Dini Resiko Tinggi Hamil di Poskesdes Sei Baung

Latarbelakang :
Klien dengan kehamilan normal adalah seorang ibu yang sedang hamil dan kehamilan dilalui
dengan sehat dan tidak ada komplikasi. Seorang ibu hamil atau klien dikatakan mengalami
kehamilan bermasalah jika dalam kehamilannya, klien mengalami masalah, tetapi dengan
bimbingan khusus dan pengawasan, masalah yang dihadapi dapat diatasi seperti masalah
keluarga, psikologi, kekerasan dalam rumah tangga dan financial.Seroang ibu atau klien
dengan kehamilan risiko tinggi adalah klien yang membutuhkan rujukan yang cepat ke
rumah sakit untuk perawatan khusus dan tau pemeriksaan. Prinsip deteksi dini terhadap
faktor risiko kehamilan sangat diperlukan, walaupun secara evidence based dikatakan
menurut beberapa penelitian yang dilakukan, bahwa semua wanita selam kurun reproduksi,
terutama saat hamil selalu diwaspadai mengalami risiko, walau kita ketahui bahwa
kehamilan adalah sifatnya fisiologis artinya semua wanita yang sehat dan telah menikah
akan mengalami proses kehamilan. Kehamilan dikatakan fisiologi dan tetap harus waspada
karena kehamilan berisiko jatuh kekeadaan yang membahayakan baik terhadap diri si ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya.
Deteksi dini pada wanita dengan risiko tinggi hamil dapat dilakukan dengan melakukan
skrining dengan melakukan antenatal care ( ANC ) secara teratur ke tempat yang memiliki
kemampuan dan secara aspek legal boleh melakukan praktek antara lain : dokter ahli
kandungan, bidan desa, bidan praktik swasta, puskesmas, dan rumah sakit.
Keuntungan skrining ANC untuk menilai faktor risiko kehamilan yaitu : Memungkinkan untuk
mengidentifiksi masalah potensial selama kehamilan, evaluasi kebutuhan konseling untuk
kehamilan, mengurangi ketakutan terhadap masalah dan prosedur yang mungkin
dibutuhkan, membantu untuk membangun komunikasi dan rasa percaya terhadap
pelayanan yang dilakukan di awal kunjungan, memungkinkan mengubah diagnose melalui
proses monitoring kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi dan emosional ibu dan
janin, melakukan rujukan ke tenaga professional sesuai masalah dan komplikasi.

Permasalahan :
- Tingginya angka kematian ibu hamil
- Rendahnya tingkat edukasi mengenai faktor risiko tinggi hamil
- Rendahnya pengetahuan ibu mengenai apa saja faktor risiko tinggi hamil

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :


- Memberikan edukasi mengenai faktor risiko tinggi hamil
- Melakukan screening ibu hamil yang memiliki resiko
- Melakukan konsultasi secara personal dengan ibu hamil mengenai keluhan yang
dialami
- Melakukan ANC terhadap ibu hamil yang memiliki resiko
- Memberikan edukasi KB pascasalin terhadap ibu hamil yang memiliki resiko

Pelaksanaan :
- Jumlah peserta yang mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 18 orang yang merupakan
ibu-ibu warga desa Sei Baung.
- Melakukan penyuluhan mengenai faktor risiko tinggi hamil
- Melakukan ANC terhadap ibu hamil yang memiliki risiko. Berdasarkan screening yang
dilakukan terdapat 3 ibu hamil yang memiliki risiko tinggi:
1. Ibu M, 21 tahun, usia kehamilan 29 minggu, memiliki risiko berat badan ibu
yang rendah yaitu 45 kg dan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan
2. Ibu A, 29 tahun, usia kehamilan 30 minggu, memiliki risiko hipertensi kronis
3. Ibu G, 35 tahun, usia kehamilan 30 minggu, memiliki risiko hipertensi kronis
- Memberikan edukasi kepada ibu hamil dengan resiko tinggi agar sering memeriksakan
kehamilan ke fasilitas layanan kesehatan dan akan dirujuk ke rumah sakit
- Memberikan edukasi kepada ibu hamil bahwa tidak disarankan untuk melakukan
persalinan di puskesmas atau praktek bidan dan harus dilakukan di rumah sakit.

Monitoring dan Evaluasi :


- Berjalan dengan baik.
- Ibu hamil tetap melakukan kunjungan ke Puskesmas untuk bulan berikutnya dan akan
dirujuk ke rumah sakit.
- Bidan desa bekerja sama dengan petugas kesehatan Puskesmas Aro untuk tetap
memantau perkembangan ibu hamil dengan resiko tinggi.
- Follow up penggunaan KB pascasalin terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi.

(3)
Tanggal Mulai : 4 Januari-6 Januari 2021
Pembimbing: dr. Meilince
Peserta Hadir: Masyarakat

Judul Laporan :
Pemeriksaan ANC dan Konseling Buku Sehat KIA Kemenkes di Poli KIA Puskesmas Muara
Bulian

Latarbelakang :
Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 5 juta, artinya ada kurang lebih 5 juta ibu
hamil yang melahirkan setiap tahunnya. Perlu dilakukan pantauan pada ibu hamil dan anak
sampai balita agar kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan termonitor dengan
baik, untuk menghindari peningkatan Angka Kematian Ibu serta peningkatan Angka Stunting
pada anak.
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan. Tenaga kesehatan yang dimaksud diatas adalah dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, dokter umum, bidan dan perawat. Pada laporan ini disajikan indicator ANC yang
sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs) penurunan angka kematian ibu
melahirkan menjadi salah satu dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan, K1 adalah
kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan kunjungan ibu hamil. Indikator ANC untuk evaluasi program
pelayanan kesehatan ibu di Indonesia seperti cakupan K1 dan K4. Didapatkan 95,4 persen
dari kelahiran mendapat ANC (K1 dan K4 minimal 4 kali merupakan indikator ANC) tanpa
memperhatikan periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Cakupan K1
berfungsi dengan rentang antara 71,7 persen (Papua) dan 99,6 persen (Bali).
Pada kunjungan pertama dilakukan anamnesis mengenai riwayat kehamilan, penyakit yang
diderita pada kehamilan sekarang, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan umum,
pemeriksaan khusus kebidanan, pemeriksan laboratorium (Hb, urin, dan lainlain),
pemeriksaan obstetrik, pemberian imunisasi TT, pemberian obat dan vitamin, perawatan
payudara, dan penyuluhan kesehatan berkaitan dengan kehamilan.
Semua ibu hamil saat cek pertama kali ke dokter, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya,
pasti diberikan buku kesehatan ibu dan anak atau buku KIA. Kementerian Kesehatan
menetapkan bahwa buku KIA menjadi satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, dimulai dari kehamilan, melahirkan, dan selama nifas, hingga bayi yang
dilahirkan berusia 5 tahun. Pemerintah mengharapkan semua ibu hamil dan yang memiliki
anak usia 0-5 tahun punya buku KIA, karena selain sebagai catatan data, didalamnya juga
banyak pesan bergambar yang bermanfaat untuk ibu. Di dalam buku KIA, ibu hamil akan
diberikan informasi bagaimana menjaga kesehatan selama kehamilan dan dicatat setiap
kondisinya oleh petugas secara lengkap.

Permasalahan :
Apakah dengan melakukan ANC (K1) dan konseling untuk membaca buku KIA kepada ibu
hamil pengunjung Poli KIA Puskesmas Muara Bulian bisa meningkatkan pengetahuan dan
minat ibu-ibu untuk melakukan kunjungan asuhan prenatal ke Puskesmas Muara Bulian dan
memahami hal penting apa saja yang perlu diperhatikan saat hamil dan persiapan
persalinan?

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :


Strategi yang akan dilakukan adalah:
- Melakukan asuhan antenatal pada ibu hamil
a. Timbang berat badan tinggi badan
b. Tekanan darah
c. Tinggi fundus uteri
d. Skrinning TT
e. Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Tetapkan status gizi  Ukuran lingkar lengan
g. Tes Laboratorium  Hb , Golongan darah, Rapid Syphilis, HbsAg, HIV
h. Tentukan presentasi Janin dan DJJ
i. Tatalaksana Kasus
j. Temuwicara untuk rujukan
- Menjelaskan mengenai Buku KIA Kemenkes

Pelaksanaan :
Kegiatan dilakukan dari tanggal 4 Januari-6 Januari 2021 selama pelayanan di Ruang Poli KIA
Puskesmas Muara Bulian, dilaksanakan edukasi mengenai Buku KIA, persalinan pada ibu
hamil yang ingin melakukan kontrol kehamilan KI, K2, K3 ke Poli KIA Puskesmas Muara
Bulian. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
- Melakukan asuhan antenatal pada ibu hamil, dengan jumlah pasien yang datang:
1. Senin, 4 Januari 2021 sebanyak 6 ibu hamil (dengan 1 ibu hamil riwayat SC dan 1
ibu hamil dengan anemia) yaitu:
- Ny S, 31 tahun, G2P1A0, Hamil 10 minggu  BB 50 kg, TB 155 cm, TD
120/90 mmHg, Lila 25,5 cm, Hb 11,4 g/dl, Golongan darah O, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny A,30 tahun,G2P1A0, hamil 11-12 minggu, riwayat SC 1x  BB 55 kg, TB
153 cm, TD 110/90 mmHg, Lila 25 cm, Hb 12,4 g/dl, Golongan darah O,
Syphilis (-), HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30
tablet, dan diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny AE,24 tahun,G1P0A0, hamil 10 minggu  BB 60 kg, TB 155 cm, TD
100/70 mmHg, Lila 25,5 cm, Hb 10,4 g/dl, Golongan darah AB, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 60 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny H,36 tahun, G4P3A0, hamil 6-7 minggu  BB 65 kg, TB 156 cm, TD
120/70 mmHg, Lila 27 cm, Hb 14 g/dl, Golongan darah A, Syphilis (-), HbsAg
(-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan diberikan
edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny. RO,27 tahun,G1P0A0, hamil 7-8 minggu  BB 50 kg, TB 150 cm, TD
110/80 mmHg, Lila 25,3 cm, Hb 11,7 g/dl, Golongan darah O, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny ANS, 27 tahun, G1P0A0, hamil 8-9 minggu  BB 52 kg, TB 155 cm, TD
100/80 mmHg, Lila 24,7 cm, Hb 14,7 g/dl, Golongan darah B, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2

2. Selasa, 5 Januari 2021 sebanyak 2 ibu hamil (1 ibu hamil dengan anemia)
- Ny L, 29 tahun, G2P1A0, hamil 10-11 minggu  BB 65 kg, TB 155 cm, TD
120/80 mmHg, Lila 26 cm, Hb 9,9 g/dl, Golongan darah B, Syphilis (-), HbsAg
(-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 60 tablet, dan diberikan
edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny RDS, 27 tahun, G2P1A0 hamil 11-12 minggu  BB 62 kg, TB 153 cm, TD
100/60 mmHg, Lila 26,3 cm, Hb 11,7 g/dl, Golongan darah AB, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2

3. Rabu, 6 Januari 2021 sebanyak 2 ibu hamil


- Ny ND, 25 tahun, G1P0A0, hamil 10-11 minggu  BB 53 kg, TB 158 cm, TD
110/60 mmHg, Lila 25,2 cm, Hb 12,7 g/dl, Golongan darah O, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
- Ny N, 19 tahun, G1P0A0, hamil 8-9 minggu  BB 50 kg, TB 152 cm, TD
100/70 mmHg, Lila 25,1 cm, Hb 11,2 g/dl, Golongan darah A, Syphilis (-),
HbsAg (-), HIV (-), diberikan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet, dan
diberikan edukasi untuk dilakukan ANC K2
-
- Ibu-ibu hamil dengan ANC ke-1 bisa melakukan konseling secara personal kepada
petugas puskesmas mengenai waktu-waktu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
untuk melakukan asuhan antenatal, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan tanda-
tanda akan melahirkan.
- Mengedukasi kepada pasien yang terjaring resiko tinggi pada saat screening agar
memeriksakan kehamilan setiap bulannya kepada petugas kesehatan.
- Mengajarkan ibu cara membaca buku KIA dan menyarankan ibu hamil agar mengikuti
kelas ibu hamil yang tersedia.

Monitoring dan Evaluasi :


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ANC K1 dan konseling buku KIA Kemenkes di
Puskesmas Muara Bulian yaitu kunjungan ANC K2, K3 dan K4. Selain itu, setelah diberikan
buku KIA diharapkan petugas KIA dapat mengevaluasi ibu selama hamil. Bagi ibu hamil
dengan risiko tinggi dapat dilakukan intervensi dan follow up yang ketat dari petugas
puskesmas Muara Bulian.

(5)
Tanggal Mulai : 29 Maret 2021
Pembimbing: dr. Meilince
Peserta Hadir: Masyarakat

Judul Laporan :
Memasang Implan di Poli KIA Puskesmas Aro

Latarbelakang :
Menurut UUD No 10 Tahun 1991 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, program KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. KB
juga memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan
masyarakat. Perencanaan KB harus dimiliki oleh setiap keluarga termasuk calon pengantin,
misalnya kapan usia ideal, bagaimana perawatan kehamilan, serta tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan.
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga,
kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan
informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia
antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Salah satu KB yang tersedia di Puskesmas adalah implan. Implan atau susuk kontrasepsi
merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang
didalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan kedalam kulit
dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan
impalnt ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Implan yang terdapat di
Puskesmas mengandung Levonogestrel 75 mg dan dapat efektif selama 3 tahun. Efek
samping implan terhadap ibu yaitu amenorea, spotting ringan, ekspulsi, infeksi pada daerah
insisi, peningkatan atau penurunan berat badan. Implan harus dipasang dan diangkat oleh
petugas kesehatan, sehingga akseptor implan harus datang ke Puskesmas untuk melakukan
pengangkatan atau pemasangan implan. Sebelum melakukan pemasangan implan, akseptor
perlu mengetahui semua jenis kontrasepsi dan mencocokkan KB apa yang tepat untuk
keadaan akseptor, setelah mengetahui bahwa KB Implan yang cocok, maka akseptor juga
harus mengetahui keuntungan dan kerugian serta efek samping pemasangan implan. Selain
itu, konseling pascapemasangan implan juga penting terhadap akseptor KB implan.

Permasalahan :
- Kurangnya pengetahuan ibu mengenai alat kontrasepsi yang ada dan bisa digunakan
sesuai kondisi ibu
- Masih ada mitos mengenai kontrasepsi yang dapat menyebabkan komplikasi kepada
ibu

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :


- Memberikan edukasi mengenai semua kontrasepsi dan menyarankan kontrasepsi
yang sesuai dengan kondisi ibu
- Melakukan pemasangan implan
- Memberikan konseling pascapemasangan implan mengenai efek samping dan
perawatan pascapemasangan
Pelaksanaan :
- Peserta merupakan Ibu DY, 38 tahun, merupakan warga Desa Sei Baung.
- Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus agar mengetahui kondisi
ibu.
- Memberikan edukasi mengenai semua kontrasepsi dan menyarankan kontrasepsi
yang sesuai dengan kondisi ibu.
- Melakukan pemasangan implan
- Memberikan konseling pascapemasangan implan mengenai efek samping dan
perawatan pascapemasangan

Monitoring dan Evaluasi :


- Berjalan dengan baik.
- Perlunya follow up kepada ibu agar datang ke Puskesmas seminggu pascapemasangan
implan.

Anda mungkin juga menyukai