Anda di halaman 1dari 4

UTS

HUKUM OBAT DAN MAKANAN

Oleh :
Andreas Wijaya
E2A020004

PROGRAM PASKA SARJANA


MAGISTER HUKUM KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021

1.Mengapa narkotika Golongan I sering disalahgunakan ? Dasar Hukumnya Apa?


JAWAB : 
Sebagai wujud dari keseriusan negara untuk menangani permasalahan narkotika yang
semakin merebak sampai ke pelosok negeri, maka aturan yang telah ada sebelumnya yakni
UU No. 7 tahun 1997 diperbaharui dengan dibuat dan disahkannya UU No. 35 tahun
2009 tentang Narkotika.
Pengesahan UU ini, dilandasi karena tindak pidana narkotika dianggap sekarang telah bersifat
trans-nasional, yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih,
didukung jaringan yang kuat dengan jumlah nilai uang yang fantastis, dan banyak menjerat
kalangan muda, generasi millenial.
 
Untuk memberi pemahaman yang jelas dalam UU ini, perlu mengikuti perkembangan
mulai dari jenis narkotikanya, proses kejahatannya, hingga penyebutan istilah-istilahnya.
Klasifikasi pembagian golongan narkotika pada UU ini, dibagi menjadi 3 jenis golongan
yang termasuk kategori narkotika. Kategori pembagian jenis Golongan Narkotika adalah
sebagai berikut:
 
1. Golongan I , Jenis Narkotika yang secara umum dikenal masyarakat antara lain Ganja,
Sabu-sabu, Kokain,Opium, Heroin, dll;( Sering digunakan karena, harga murah dan dapat
dijual mahal, bahan bahan mudah didapat dan murah, efek adiktifnya kuat )
2. Golongan II, Jenis Narkotika yang secara umum dikenal masyarakat antara lain
Morfin, Pertidin dll;
3. Golongan III, Jenis Narkotika yang secara umum dikenal masyarakat antara lain
Kodein, dll..
 
Salah satu hal yang cukup mendetail dijelaskan juga dalam UU ini adalah terdapat
klasifikasi pembagian “cap” bagi orang yang terlibat dalam narkotika. Pembagian klasifikasi
pada UU ini berbeda pada pembagian secara umum yang sering disebut masyarakat yaitu
pengedar narkotika dan pengguna narkotika. Namun dalam UU ini secara implisit dijelaskan
lagi mengenai siapa saja yang dapat disebut pengedar berdasarkan perannya dan siapa saja
yang dapat disebut Pengguna. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Pengedar Narkotika, terdapat beberapa penyebutan sesuai dengan perannya masing-
masing, yakni:
1. Pihak yang memproduksi Narkotika secara melawan hukum (Pasal 1 angka 3
jo Pasal 113);
2. Pihak yang Meng Impor Narkotika secara Melawan Hukum (Pasal 1 angka 4
jo Pasal 113);
3. Pihak yang meng Ekspor Narkotika scara melawan hukum (Pasal 1 angka 5 jo
Pasal 113);
4. Pihak yang melakukan Pengangkutan atau Transito Narkotika secara melawan
hukum (Pasal 1 angka 9, 12 jo Pasal 115)
5. Pihak yang melakukan Peredaran Gelap Narkotika dan Preskusor Narkotika
(Pasal 1 angka 6 jo 111,112, 129).
2. Pengguna Narkotika, juga terdapat beberapa penyebutan, yakni:
1. Pecandu Narkotika (Pasal 1 angka 13 jo Pasal 54 jo Pasal 127);
2. Penyalahguna Narkotika (Pasal 1 angka 15 jo Pasal 54 jo Pasal 127). 
Sebenarnya sudah cukup jelas bagi masyarakat mengenai jenis-jenis narkotika yang
dilarang diproduksi, dijual atau digunakan tanpa izin dari pihak yang berwenang yang diatur
dalam UU ini. Jika masyarakat melanggar aturan dengan memproduksi, mengedar, memakai
narkotika secara melawan hukum/tanpa izin (hak), maka sanksi pidanalah yang akan dijalani
bagi masyarakat tersebut sesuai dengan peran perbuatan yang dilakukannya.

2.Penyaluran Narkotika pasal 40 ayat 1 ke PBF,Apotek, sarana ediaan farmasi


pemerintah tertentuapakah sudah sesuai dengan kondisi yang ada sekarang ?
Landasan hukum pasal 40 ayat 1

JAWAB :

Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan


oleh PBF yang memiliki izin dan dilakukan berdasarkan surat pesanan yang dibuat oleh
Apoteker Penanggung Jawab (APJ).

Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika,
sedangkan Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi dapat digunakan untuk 1 (satu)
atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi, namun harus terpisah dengan
pesanan obat lain.

Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya
dapat dilakukan oleh :

1. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah


2. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
3. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri
Farmasi untuk penyaluran Narkotika
4. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional
Indonesia atau Kepolisian
5. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas
6. PBF kepada Toko Obat khusus untuk obat jadi yang mengandung Prekursor Farmasi
golongan obat bebas terbatas
7. Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan oleh
Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan
surat pesanan, faktur dan/atau surat pengantar barang yang paling sedikit memuat
nama Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi; bentuk sediaan; kekuatan
sediaan; bentuk kemasan; jumlah; tanggal kadaluarsa; dan nomor batch.
8. Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan melalui jasa
pengangkutan hanya dapat membawa Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
sesuai dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat
pengantar barang yang dibawa pada saat pengiriman.
9. Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
dalam bentuk obat jadi.
10. Penyerahan dapat dilakukan oleh apotek, puskesmas,instalasi farmasi rumah sakit,
instalasi farmasi klinik dan dokter dengan tanggung jawab penuh oleh seorang
apoteker penanggung jawab kepada apotek lainnya, puskesmas,instalasi farmasi
rumah sakit, instalasi farmasi klinik.
11. Proses penyerahan harus dilaksanakan oleh Apoteker fasilitas pelayanan kefarmasian
yang dilakukan secara langsung sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian.
12. Penyerahan sediaan kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk sediaan prekursor
obat bebas terbatas dapat pula diserahkan kepada toko obat.
13. Penyerahan Narkotika dan Psikotropika oleh Apotek kepada Dokter hanya dapat
dilakukan apabila dokter menjalankan praktik perorangan dengan memberikan
Narkotika dan Psikotropika melalui suntikan atau dokter menjalankan tugas atau
praktik di daerah terpencil yang tidak ada Apotek atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai