Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TBC

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Uswatun Hasanah

2. Meida Rahmi

3. Khairunnisa

4. Riky Rezeki

5. Lidiya Saukina

6. Muksalmina

Dosen Pembimbing : Ns. Liza Wahyuni, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “

Asuhan Keperawatan pada anak dengan TBC” tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dari

pihak yang telah berkontribusi didalam memberikan sumbangan baik materi

maupun pikirannya.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Lhokseumawe, 27 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 1


1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi................................................................................................................. 3

2.2 Patofisiologi.......................................................................................................... 3

2.3 Gejala Klinis......................................................................................................... 4

2.4 Komplikasi........................................................................................................... 7

2.5 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................ 8

2.6 Penatalaksanaan ................................................................................................. 8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian............................................................................................................11

3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................15

3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................15

3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................17

3.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................17

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................18

4.2 Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak

pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan

selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin

meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok

masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak

menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai

muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan

diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita,

SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and

Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis

pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak.

Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun

ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk

dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi

kental dan purulen.

Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus

anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada

anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif

baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis

TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis

atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma),

tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

Dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana Asuhan Keperawatan

Pada anak dengan TBC.

1.2    Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengakajian pada anak dengan TBC ?

2. Bagaimana membuat diagnosa keperawatan pada anak dengan TBC?

3.   Bagaimana   membuat perencanaan keperawatan pada anak dengan TBC?

4. Bagaimana melakukan implementasi keperawatan pada anak dengan TBC?

5. Bagaimana     melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan TBC?

1.3  Tujuan

1.      Tujuan umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan TBC

2.      Tujuan khusus

a.       Mengidentifikasi pengakajian pada anak dengan TBC

b.      Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak dengan TBC

c.       Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada anak dengan TBC

d.      Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada anak dengan TBC

e.       Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada anak dengan TBC

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1      Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB)

adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga

dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang

biasanya merupakan lokasi infeksi  primer.

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bsakteri

mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-

paru (Kemenkes RI, 2015)

2.2     Patofisiologi

Patofisiologi TBC melibatkan inhalasi mycobacterium tuberculosis,

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.

Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta

daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan

Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai

fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui

udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis

(susceptible).

3
2.3      Gejala Klinis

Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan

faktor agen (jumlah, virulensi).

Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi

(subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu

4
dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain adalah

penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang

merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak.

Karena lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang

tidak mempunyai reseptor batuk. W alaupun terjadi, berarti limfadenitis regional

sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak

lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan

sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga

ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu

dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari

organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ

lain.

Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada

anak  dapat disebutkan sebagai berikut :

a.       Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan

penanganan gizi

b.      Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat

(failure to thrive)

c.       Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau

infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam

d.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel

e.       Batuk lama lebih dari 30 hari

f.       Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan

sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk

kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel

koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja

melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang

menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif

jika dibandingkan dengan anak sebayanya.

5
Kelenjar limfe. Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang

sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat terjadi

aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis kelenjar yang

terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak panas pada perabaan

dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi akibat adanya inflamasi

pada kapsul kelenjar limfe. TBC kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala

umum yang sering ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan

gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis

tulang merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TBC.

Tulang punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul (koksitis) : pincang,

pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak, tulang kaki dan

tangan. TBC otak dan saraf: Meningitis TBC, Merupakan penyakit yang berat dengan

mortalitas dan kecacatan yang tinggi, terjadi akibat penyebaran langsung kuman TBC

ke jaringan selaput saraf (meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-

muntah dan kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis phlyctenularis. Tuberkel

koroid (hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain-lain.

Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai

berikut : Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu : stadium pertama yang

merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen. Stadium ke dua yaitu

Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis

paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis). Klasifikasi lain dari tuberkulosis

adalah: Tuberkulosis primer yang merupakan infeksi pertama dari tuberculosis,

tuberkulosis subprimer yang merupakan komplikasi tuberkulosis primer serta

Tuberkulosis pascaprimer yang merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan

estrogen setelah infeksi primer sembuh. Ada juga yang membagi tuberkulosis

menjadi dua stadium, yaitu Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer

serta komplikasinya. Dan Tubekolosis pasca primer. Permulaan tuberkulosis primer

biasanya sukar  diketahui secara klinis karena penyakit secara perlahan-lahan.

Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala. Dengan

melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada

6
anak. Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik turun selama 1-2 minggu

dengan atau tanpa batuk dan pilek.Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah

panas, batuk, anoreksia dan berat badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai

panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa

hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis

pada bayi atau anak kecil,harus dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis sebagai 

penyebab panas tersebut. Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti

brokopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak

menunjukkan perbaikan dengan pengobatan  brokopneumonia yang adekuat harus

dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Konjungtivitis fliktenularis dapat juga

dijumpai pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan

telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala  hipersensivitas dan dalam

flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus tuberkulosis

masih ada, flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi  sekunder

biasanya oleh  Staphylococus hemolyticus. Hal lain yang juga dapat menyebabkan

timbulnya flikten ialah benda asing, trakoma dan askariasis. Eritema nodusum sangat

jarang dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa

penyakit masih aktif. Gambaran klinis lainnya sesuai dengan organ yang terkana

misalnya paru, selaput otak, hepar, tulang dan sendi, ginjal dan lain-lain.

2.4    Komplikasi

Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a.       Meningitis

b.      Spondilitis

c.       Pleuritis

d.      Bronkopneumoni

e.       Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus

setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau

7
reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain

seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner

(Cardio Pulmonary Insufficiency).

2.5      Pemeriksaan Diagnostik

Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak

khas,tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk

dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan

kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya

kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru

berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil

tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak

2.6      Penatalaksanaan

Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3

karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan

oksigen, basil yang hidup di tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan

dorman hingga beberapa tahun, dan basil yang mengalami mutasi sehingga resisten

terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang

tumbuh aktif, diberikan selama 12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral.

Selanjutnya kombinasi antara INH dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan.

Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua

kali dalam 1 minggu. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan

dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan

streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai

perkembangan klinis. Pada meningitis TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura

diberikan kortikosteroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu,

diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu bersamaan dengan pemberian

obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan

intramuscular) dan ethambutol.

8
Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat,

untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ

tubuh yang lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika

kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak,

tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk

mengangkat polip granulornatosa tuberkulosis untuk jaringan paru yang rusak.

Pencegahan adalah dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil

tuberculosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat,

meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum

terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.

Non Medikamenosa. Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada

tatalaksana TBC adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah

menunjukkan perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan sehingga merasa

sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang

kurang mengenai TBC dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan

pasien untuk minum obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum

obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan

pasien ini menjamin keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu

upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan

langsung terhadap pengobatan.

DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah

direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC.

Strategi ini dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan

strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen,

yaitu : Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.

Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan

panduan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh

pengawas menelan obat, Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan

9
matu terjamin, Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan

pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.

Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan,

Keluarga pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas

pengawas minum obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur

sampai selesai pengobatan, Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat

teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan

Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-

gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.

Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada

pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat

dibuat berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS.

Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.

Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum

terinfeksi (uji Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang

digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis

sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan

foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita,

anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita

penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau

infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan

adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.

10
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1      Pengkajian

a.       Identitas Data Umum

(selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)

b.      Keluhan Utama

(penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)

c.       Riwayat kehamilan dan kelahiran

1)      Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama

hamil)

2)      Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi

menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom

3)      Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi ,

asfiksia icterus

d.      Riwayat Masa Lampau

1)      Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk

yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya

dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,

apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak

teratur?)

2)      Pernah dirawat dirumah sakit

3)      Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan

4)      Riwayat kontak dengan penderita TBC

5)      Alergi

6)      Daya tahan yang menurun.

11
7)      Imunisasi/Vaksinasi : BCG

e.       Riwayat Penyakit Sekarang

(Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat

kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)

f.       Riwayat Keluarga

(adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya keluarga

ada yang mempunyai penyakit yang sama)

g.      Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi

1)      Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),

pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota

keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.

2)      Kondisi rumah

3)      Merasa dikucilkan

4)      Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik

diri)

5)      Biasanya pada keluarga yang kurang mampu

6)      Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu

waktu yang lama dan biaya yang banyak

7)      Tidak bersemangat dan putus harapan.

h.      Riwayat psikososial spiritual

(Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga, Hubungan dengan

teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan spiritual)

i.        Pola fungsi kesehatan.

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi,

kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut,

BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan

sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan

12
urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada

kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique,

tachicardia, aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat

Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang

terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial,

umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri,

pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap

orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya

dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif.

j.        Pemeriksaan Fisik

Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena

adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang,

dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas:

terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada:

ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise:

ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering

diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi

suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila

mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran

kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),

axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

k.      Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan

1)      Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe

lambat ®imunitas seluler ®Infeksi TB

2)      Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,

abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.

13
3)      Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal:

tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara

: cara lama radio metrik (Bactec); PCK.

4)      Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)

5)      Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.

Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria

diagnosa.

6)      Lain-lain

(Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)

l.        Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST

1)      Pertumbuhan

a)      Kaji BBL, BB saat kunjungan

b)      BB normal

c)      BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur 

d)     Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R =

usia dalam tahun

e)      LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

2)      Perkembangan

a)      lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek

dengan mata, mengoceh,

b)      usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,

tertawa, dan mengais  meringis

c)      usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,

merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan

yang lain  dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.

d)     usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan

kat-kata, mengerti ajakan  sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam

permainan.

14
e)      usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun

2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing

f)       usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata

dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat

pada anak lain dan bermain dengan mereka.

g)      usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3

kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.

h)      usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara

dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.

i)        usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan

menghitung.

            3.2      Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan Pola Nafas

b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

c. Nyeri Akut

d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

e.  Defisiensi Pengetahuan

     3. 3  Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakefektifan Pola Nafas Tujuan dan Kriteria Hasil : 1. Posisikan pasien
NOC: untuk
 Respiratory Status : memaksimalkan
Ventilatoion ventilasi
 Respiratory Status : 2. Monitor pola
Airway Patency napas
 Vital sign status 3. Informasikan
Kriteria Hasil : Orang Tua dan
1. Mendemostrasikan anak (jika tepat)
batuk efektif dan tentang Teknik
suara nafas yang relaksasi untuk
bersih memperbaiki
2. Menunjukkan jalan pola napas
nafas yang paten 4. Monitor respirasi
3. Saturasi oksigen dan status 02
dalam batas normal 5. Monitor vital
sign
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Tujuan dan Kriteria Hasil : 1. Pastikan kebutuhan
Nafas NOC: oral / suctioning
 Respiratory Status : 2. Berikan oksigen

15
Ventilatoion 3. Posisikan pasien
 Respiratory Status : untuk
Airway Patency memaksimalkan
 Aspiration Control ventilasi
Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien
untul istirahat dan
napas dalam
5. Keluarkan secret
dengan batuk atau
section
6. Monitor respirasi
dan status 02
3. Nyeri Akut Tujuan dan Kriteria Hasil : Pain Manajemen
NOC: 1. Lakukan pengkajiam
 Pain level nyeri secara
 Pain control komprehensif
 Comfort level 2. Observasi reaksi
Kriteria Hasil : nonverbal dan
 Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri 3. Kontrol llingkungan
 Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
dengan menggunakan 4. Tingkatkan istirahat
manajemen nyeri Analgesic Administration
 Mampu mengenali 1. Tentukan lokasi,
nyeri karakteristik,
kualitas dan derajat
 Menyatakan rasa
nyeri sebelum
nyaman setelah nyeri
pemberian obat.
berkurang
2. Pilih analgesic yang
diperlukan
3. Monitor vital sgn
4. Berikan analgesic
tepat waktu
5. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Tujuan dan Kriteria Hasil : Nutrition Management
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh NOC: 1. Monitor jumlah
 Nutritional Status : nutrisi dan
Food And Fluid kandungan kalori
Intake 2. Berikan informasi
 Nutritional Status : tentang kebutuhan
Nutrient Intake nutrisi
 Weigh Control 3. Kaji kemampuan
Kriteria Hasil : pasien untuk
1. Adanya peningkatan mendapatkan nutrisi
BB yang dibutuhkan
2. Tidak ada tanda – Nutrition Monitoring
tanda malnutrisi 1. BB dalam batas
3. Tidak menunjukkan normal
berat badan yang 2. Monitor adanya
berarti penurunan BB
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor
lingkungan
selama makan

16
5. Monitor mual
muntah
6. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
5.  Defisiensi Pengetahuan Tujuan dan Kriteria Hasil : NIC:
NOC: Teaching : Disease Proses
1. Knowledge :Disease 1. Berikan penilaian
Process tentang tingkat
2. Knowledge : Health pengetahuan Orang
Behavior Tua dan anak (jika
Kriteria Hasil : tepat) tentang proses
Keluarga akan penyakit.
mengekspresikan 2. Ajarkan Orang Tua
pemahamannya tentang dan anak (jika tepat)
proses penyakit dan tentang penularan
pengobatan dan pengobatan TBC
3. Gambarakan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
5. Hindari harapan
kosong
6. Sedikan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat.

3.4     Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri

dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor

kemajuan kesehatan klien.

3.5.      Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data

subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan

sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal

dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1        Kesimpulan

 Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

bsakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai

organ terutama paru-paru (Kemenkes RI, 2015)

 Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun,

demam tidak tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran

kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, batuk lama lebih dari 30

hari.

 Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5

mm pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.

 Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan

lingkungan sekitarnya

 Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line)

rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC

lain (second line): PAS, viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin,

dan kapriomisin yang digunakan jika terjadi multi drug resistance.

4.2         Saran

Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca

dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan

anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak

teruma pengetahuan tentang penyakit TBC

18
DAFTAR PUSTAKA

Diposting oleh Admin. Minggu :  19 Agustus 2007. Tuberkulosis Pada Anak. Artikel

Kedokteran,Pediatrik.http://medlinux.blogspot.com/2007/08/tuberkulosis-pada

anak.html

Kemenkes RI, Tuberculosis Temukan Obat Sampai Sembuh. Jakarta : Pusat Data dan

Informasi Kementrian RI. 2016

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Nasional 2014.Jakarta : kementrian Kesehatan RI,

2015

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius

Posted By : Asti di 08.10. Jumat, 26 Maret 2010. Halaman: 14 (9304 hits. Sindrome

Down.http://astiw.blogspot.com/2010/03/sindroma-down.html

Speer, morgan, kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan

Clinical Pathaway. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Suriadi, Yulliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi ke-2. Jakarta :

PT.

Percetakan Penebar Swadaya

Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2:

Cetakan Ke-11. Jakarta : Percetakan Infomedika Wong, L.donna, dkk. 2009. Buku

Ajar

Keperawatan Pediatrik. Vol : 2. Jakarta :   EGC.

19
20

Anda mungkin juga menyukai