ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TBC Uswatun KLP 4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TBC Uswatun KLP 4
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Uswatun Hasanah
2. Meida Rahmi
3. Khairunnisa
4. Riky Rezeki
5. Lidiya Saukina
6. Muksalmina
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dari
maupun pikirannya.
banyak kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Definisi................................................................................................................. 3
2.2 Patofisiologi.......................................................................................................... 3
2.4 Komplikasi........................................................................................................... 7
3.1 Pengkajian............................................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan
selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak
muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan
diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita,
Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis
Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun
ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk
dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi
anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada
anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif
baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis
TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis
atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma),
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Tuberkulosis
Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB)
dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
2.2 Patofisiologi
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta
daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan
Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai
fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui
udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis
(susceptible).
3
2.3 Gejala Klinis
Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan
Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi
(subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu
4
dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain adalah
penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang
merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak.
Karena lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang
sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak
sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga
ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu
dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari
organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ
lain.
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi
b. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive)
c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk
koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja
melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang
menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif
5
Kelenjar limfe. Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang
sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat terjadi
aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis kelenjar yang
terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak panas pada perabaan
dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi akibat adanya inflamasi
pada kapsul kelenjar limfe. TBC kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala
umum yang sering ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan
gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis
tulang merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TBC.
pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak, tulang kaki dan
tangan. TBC otak dan saraf: Meningitis TBC, Merupakan penyakit yang berat dengan
mortalitas dan kecacatan yang tinggi, terjadi akibat penyebaran langsung kuman TBC
ke jaringan selaput saraf (meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-
berikut : Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu : stadium pertama yang
Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis
Tuberkulosis pascaprimer yang merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan
estrogen setelah infeksi primer sembuh. Ada juga yang membagi tuberkulosis
Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala. Dengan
melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada
6
anak. Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik turun selama 1-2 minggu
dengan atau tanpa batuk dan pilek.Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah
panas, batuk, anoreksia dan berat badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai
panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa
hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis
pada bayi atau anak kecil,harus dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis sebagai
dijumpai pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan
telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensivitas dan dalam
flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus tuberkulosis
masih ada, flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi sekunder
biasanya oleh Staphylococus hemolyticus. Hal lain yang juga dapat menyebabkan
timbulnya flikten ialah benda asing, trakoma dan askariasis. Eritema nodusum sangat
jarang dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa
penyakit masih aktif. Gambaran klinis lainnya sesuai dengan organ yang terkana
misalnya paru, selaput otak, hepar, tulang dan sendi, ginjal dan lain-lain.
2.4 Komplikasi
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
7
reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak
khas,tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk
dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan
berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil
2.6 Penatalaksanaan
karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan
oksigen, basil yang hidup di tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan
dorman hingga beberapa tahun, dan basil yang mengalami mutasi sehingga resisten
terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang
tumbuh aktif, diberikan selama 12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral.
Selanjutnya kombinasi antara INH dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan.
Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua
dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan
streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai
diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu bersamaan dengan pemberian
8
Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat,
untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ
tubuh yang lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika
kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak,
Pencegahan adalah dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.
tatalaksana TBC adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah
sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang
kurang mengenai TBC dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan
pasien untuk minum obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum
obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan
pasien ini menjamin keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu
yaitu : Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
panduan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
9
matu terjamin, Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan,
Keluarga pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas
pengawas minum obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur
sampai selesai pengobatan, Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan
Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-
gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.
Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada
pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat
Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.
terinfeksi (uji Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang
sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan
foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita,
penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau
infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan
10
BAB III
3.1 Pengkajian
(selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama
hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
asfiksia icterus
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya
apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak
teratur?)
5) Alergi
11
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
f. Riwayat Keluarga
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
diri)
kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut,
BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan
12
urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique,
tachicardia, aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang
terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial,
umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri,
pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap
dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif.
j. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas:
terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada:
ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise:
ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering
diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila
lambat ®imunitas seluler ®Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,
13
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal:
tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara
diagnosa.
6) Lain-lain
1) Pertumbuhan
b) BB normal
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R =
2) Perkembangan
permainan.
14
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun
menghitung.
3.2 Diagnosa Keperawatan
c. Nyeri Akut
e. Defisiensi Pengetahuan
3. 3 Intervensi Keperawatan
15
Ventilatoion 3. Posisikan pasien
Respiratory Status : untuk
Airway Patency memaksimalkan
Aspiration Control ventilasi
Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien
untul istirahat dan
napas dalam
5. Keluarkan secret
dengan batuk atau
section
6. Monitor respirasi
dan status 02
3. Nyeri Akut Tujuan dan Kriteria Hasil : Pain Manajemen
NOC: 1. Lakukan pengkajiam
Pain level nyeri secara
Pain control komprehensif
Comfort level 2. Observasi reaksi
Kriteria Hasil : nonverbal dan
Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri 3. Kontrol llingkungan
Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
dengan menggunakan 4. Tingkatkan istirahat
manajemen nyeri Analgesic Administration
Mampu mengenali 1. Tentukan lokasi,
nyeri karakteristik,
kualitas dan derajat
Menyatakan rasa
nyeri sebelum
nyaman setelah nyeri
pemberian obat.
berkurang
2. Pilih analgesic yang
diperlukan
3. Monitor vital sgn
4. Berikan analgesic
tepat waktu
5. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Tujuan dan Kriteria Hasil : Nutrition Management
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh NOC: 1. Monitor jumlah
Nutritional Status : nutrisi dan
Food And Fluid kandungan kalori
Intake 2. Berikan informasi
Nutritional Status : tentang kebutuhan
Nutrient Intake nutrisi
Weigh Control 3. Kaji kemampuan
Kriteria Hasil : pasien untuk
1. Adanya peningkatan mendapatkan nutrisi
BB yang dibutuhkan
2. Tidak ada tanda – Nutrition Monitoring
tanda malnutrisi 1. BB dalam batas
3. Tidak menunjukkan normal
berat badan yang 2. Monitor adanya
berarti penurunan BB
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor
lingkungan
selama makan
16
5. Monitor mual
muntah
6. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
5. Defisiensi Pengetahuan Tujuan dan Kriteria Hasil : NIC:
NOC: Teaching : Disease Proses
1. Knowledge :Disease 1. Berikan penilaian
Process tentang tingkat
2. Knowledge : Health pengetahuan Orang
Behavior Tua dan anak (jika
Kriteria Hasil : tepat) tentang proses
Keluarga akan penyakit.
mengekspresikan 2. Ajarkan Orang Tua
pemahamannya tentang dan anak (jika tepat)
proses penyakit dan tentang penularan
pengobatan dan pengobatan TBC
3. Gambarakan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
5. Hindari harapan
kosong
6. Sedikan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat.
3.4 Implementasi Keperawatan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
3.5. Evaluasi Keperawatan
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun,
kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, batuk lama lebih dari 30
hari.
Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5
lingkungan sekitarnya
Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line)
4.2 Saran
anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak
18
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran,Pediatrik.http://medlinux.blogspot.com/2007/08/tuberkulosis-pada
anak.html
Kemenkes RI, Tuberculosis Temukan Obat Sampai Sembuh. Jakarta : Pusat Data dan
2015
Aesculapius
Down.http://astiw.blogspot.com/2010/03/sindroma-down.html
PT.
Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2:
Ajar
19
20