Anda di halaman 1dari 10

KELAINAN PENYAKIT JARINGAN

GIGI

OLEH:

NAMA : Dienie Aliefyanti Putri Salsabila


KELAS : 1-B Kesahatan Gigi
NIM : P07525020047

JURUSAN KESEHATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
T.A 2020/2021
I. Pendahuluan
A. Definisi Pulpitis
Menurut Henry H. Burchard (2009), pulpitis adalah fenomena peradangan dalam jaringan pulpa.
Pulpitis merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri yang telah
menggerogoti jaringan pulpa. Menurut Ingle, atap pulpa mempunyai persyarafan terbanyak dibanding
bagian lain pada pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraf yang terbanyak ini, bakteri akan
menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut (Tarigan, 2002).
Peradangan merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera.
Reaksi pulpa sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas rangsangnya. Rangsang yang ringan dan
lama bisa menyebabkan peradangan kronik, sedangkan rangsang yang berat dan tiba-tiba besar
kemungkinan mengakibatkan pulpitis akut (Walton dan Torabinejad, 2003).
B. Klasifikasi Pulipitis
Menurut Tarigan (2009), klasifikasi pulpitis adalah sebagai berikut. Berdasarkan sifat eksudat
yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis akut serosa Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenali lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa parsialis yang hanya
mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis akut serosa totalis jika telah
mengenai saluran akar.
2. Pulpitis akut fibrinosa Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa.
3. Pulpitis akut hemoragi Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
4. Pulpitis akut purulenta Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur berubah menjadi
peleburan jaringan pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi pernanahan dalam
pulpa:
a. Pada beberapa bagian terjadi peleburan jaringan pulpa sehingga terbentuk abses.
b. Pernanahan terajadi berkesinambungan sehingga terjadi flegmon pada pulpa yang
menghancurkan keseluruhan jaringan pulpa.
Berdasarkan ada tidaknya gejala, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis simtomatis
Pulpitis ini merupakan respons peradangan dari jaringan pulpa terhadap iritasi, dengan proses
eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa.
Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai sangat hebat dengan intensitas tinggi, terus
menerus, dan berdenyut. Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah:
a. Pulpitis akut
b. Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/ kronis
c. Pulpitis subakut Gambaran radiografi memperlihatkan adanya karies yang luas dan dalam,
kadang-kadang terjadi sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis simtomatis yang
disertai periodontitis apikalis terjadi kepekaan terhadap perkusi. Rangsangan panas akan
menyebabkan sakit, sebaliknya rasa sakit berkurang dengan adanya rangsang dingin. Pada
stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes elektrik, selanjutnya
kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan penyakit.
2. Pulpitis asimtomatis
Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa
terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan di sini. Tidak ada rasa sakit karena adanya
pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa. Yang termasuk pulpitis asimtomatik:
a. Pulpitis kronik ulseratif b. Pulpitis kronik hiperplastik
c. Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif, trauma, gerakan
ortodonti)
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis reversible
Yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan ortodonti. Yang
termasuk pulpitis reversibel adalah:
a. Peradangan pulpa stadium transisi
b. Atrofi pulpa
c. Pulpitis akut
2. Pulpitis ireversibel
Yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi gigi masih dapat
dipertahankan di rongga mulut setelah perawatan endodonti dilakukan. Yang termasuk pulpitis
ireversibel adalah:
a. Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b. Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
d. Pulpitis kronis radikulairs dengan nekrosis
e. Pulpitis kronis eksaserbasi akut

II. Pulpitis Reversibel

A. Pengertian
Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan,
inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal (Walton dan Torabinejad, 2003).
B. Patofisiologi
Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma, tumpatan resin komposit/ amalgam/
ionomer gelas. Gambaran mikroskopis ditandai oleh lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, udem,
sel radang kronis, kadang sel radang akut (Standar Pelayanan Medis, 1999).
C. Faktor penyebab
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah stimulus ringan atau
sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif,
kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka
(Walton dan Torabinejad, 2003).
D. Gejala
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering
diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari pada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul
spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel
dan ireversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis ireversibel adalah lebih parah dan berlangsung
lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap stimulus, seperti air
dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis ireversibel rasa sakit datang tanpa stimulus yang
nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi
normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Grossman et al, 1995.).
Gambar Pulpitis Reversibel
E. Pemeriksaan
Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan tes klinik. Rasa
sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan umumnya berhenti bila stimulusnya dihilangkan.
Dingin, manis, atau asam biasanya menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis.
Meskipun masingmasing paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme
dapat berlanjut berminggu-miggu bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama sekali atau
rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih
pendek, sampai akhirnya pulpa mati.
Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin, aplikasi dingin
merupakan suatu cara untuk menemukan dan mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan
pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada
pemeriksaan radiografik jaringan apikal adalah normal (Grossman et al, 1995.).
F. Diagnosis Banding
Pada pulpitis reversibel, rasa sakit umumnya tidak terus menerus, berlangsung beberapa detik,
sedangkan pada pulpitis ireversibel, rasa sakit dapat berlangsung beberapa menit atau lebih lama.
Gambaran pasien mengenai rasa sakit, terutama mengenai permulaannya, sifatnya dan lamanya,
sering merupakan bantuan yang tidak ternilai sampai pada diagnosis banding yang tepat. Tes termal
berguna untu menemukan gigi bersangkutan bila tidak diketahui. Tes pulpa listrik, menggunakan
lebih sedikit arus dibandingkan pada gigi kontrol, merupakan suatu tes menguatkan yang baik
(Grossman et al, 1995.).
G. Perawatan
Menghilangkan iritan dan menutup serta melindungi dentin yang terbuka atau pulpa vital
biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada) dan memulihkan proses inflamasi jaringan pulpa.
Akan tetapi jika iritasi ini berlanjut atau intensitasnya meningkat, inflamasi akan berkembang
menjadi sedang bahkan parah yang akhirnya menjadi pulpitis ireversibel dan bahkan nekrosis
(Walton dan Torabinejad, 2003).

H. Prognosis
Prognosa baik, bila iritasi diambil cukup dini, jika tidak kondisinya dapat berkembang menjadi
pulpitis irreversibel (Grossman et al, 1995).
III. Pulpitis Ireversibel

A. Pengertian
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis
reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis (Walton dan
Torabinejad, 2003).
B. Patofisologi
Radang pulpa akut akibat karies yang lama. Kerusakan jaringan pulpa mengakibatkan
gangguan sistem mikrosirkulasi pulpa yang berakibat udem, syaraf tertekan, dan menimbulkan
nyeri hebat (Standar Pelayanan Medis, 1999).
C. Faktor penyebab
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama porsedur operatif atau
terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan
ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel (Walton dan Torabinejad, 2003).
D. . Gejala
Gejala pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala
yang ringan. Akan tetapi, pulpitis reversibel dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan
(tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat
tajam, tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit
atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri
periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi stimulus eksternal
seperti dingin atau panas dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan (Walton dan Torabinejad,
2003).

Gambar Pulpitis Ireversibel


E. Pemeriksaan
Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapeks,
respons gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Penjalaran inflamasi
hingga mencapai ligamen periodontium akan mengakibatkan gigi peka terhadap perkusi dan
nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya (Walton dan Torabinejad, 2003).
F. Perawatan
Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu gigi apeks terbuka dan
gigi apeks tertutup. Pada dewasa muda dengan pulpitis ringan dilakukan pulpotomi (Ca(OH)2)
dan pada pulpitis yang berlangsung lama dilakukan pulpotomi foromoeresol menunggu
apeksogenesis. Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran akar dan dilanjutkan restorasi yang
sesuai (Standar Pelayanan Medik, 1995).

IV. Pulpitis Kronik Hiperplastik

A. Pengertian
Pulpitis kronik hiperplastik adalah bentuk pulpitis ireversible akibat bertumbuhnya pulpa
muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan oklusal. Biasanya ditemukan pada
mahkota yang karies pada pasien muda. Pulpa polip biasanya diasosiasikan dengan kayanya
pulpa muda akan pembuluh darah, memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya
proliferasi jaringan (Walton dan Torabinejad, 2003).
B. Patofisiologi
Pulpitis kronik hiperplsatik umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang memiliki
resistensi dan reaktivitas jaringan yang tinggi. Lesi proliferatif terjadi pada karies yang terbuka
dan lebar.Jaringan hiperplastik hanya mengandung sediki saraf, sehingga kurang peka terhadap
manipulasi (Rajendran dan Sivapathasundaram, 2009).
C. Gejala dan pemeriksaan
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol
yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies di permukaan oklusal yang besar. Hal
ini kadang-kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri
spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas dan dingin . Ambang rangsang
terhadap stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa normal. Respon gigi terhadap palapasi
atau perkusi normal (Walton dan Torabinejad, 2003).

Gambar pulpitis kronik hiperplastika


D. Perawatan
Perawatannya adalah pulpotomi, perawatan saluran akar atau ekstraksi (Walton dan
Torabinejad, 2003).
V.Resopsi Internal

Resorpsi gigi , atau resorpsi akar , adalah hilangnya dentin dan sementum


secara progresif oleh aksi osteoklas .Ini adalah proses fisiologis normal pada
pengelupasan gigi sulung , yang disebabkan oleh diferensiasi osteoklas akibat tekanan
yang diberikan oleh gigi permanen yang erupsi. Namun, pada gigi sekunder prosesnya
bersifat patologis.
Resorpsi internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akibat penggantian
saluran akar (internal) dan resorpsi akibat peradangan internal.16 Resorpsi akar internal
merupakan proses yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan resorpsi eksternal.
Penyebabnya diketahui ialah inflamasi kronis yang mengenai pulpa dan biasanya asimtomatis.
Inflamasi tersebut dapat disebabkan oleh iritasi, misalnya karena tambalan, atau trauma.
Resorpsi ini cenderung progresif dan bila sudah menjalar hingga ke permukaan luar akar, maka
perawatan pun tidak memungkinkan. Perawatan sedini mungkin adalah yang paling tinggi
tingkat kesuksesannya, meskipun pada kasus resorpsi yang parah dapat terjadi hal yang
sebaliknya.

VI. Nekrosis Pulpa

A.Pengertian
Nekrosis pulpa adalah kondisi kematian jaringan pada pulpa, yaitu jaringan yang terletak
di lapisan paling dalam gigi. 
Pulpa terdiri atas saraf-saraf gigi dan pembuluh darah. Jaringan ini bermula dari
mahkota gigi, lalu berlanjut hingga mengisi rongga akar gigi. Jadi singkatnya, nekrosis pulpa
adalah gigi dengan saraf yang sudah mati. Artinya, kerusakan gigi telah mencapai tahap paling
parah dan tidak bisa ditambal lagi. Saat hal itu terjadi, pilihan perawatannya hanya dua,
perawatan saluran akar atau pencabutan gigi.
B.Penyebab Terjadinya Nekrosis Pulpa
Seperti dijelaskan tadi, nekrosis pulpa adalah kondisi gigi berlubang yang paling parah,
sehingga sebelum kondisi ini muncul, sebenarnya ada banyak proses yang terjadi. Kondisi ini
biasanya selalu diawali oleh gigi berlubang, dengan tahap sebagai berikut:
1.Munculnya Lubang di Gigi
Secara umum, gigi terdiri atas tiga lapisan utama, yaitu enamel, dentin, dan pulpa.
Enamel, atau email, adalah lapisan paling luar dan paling keras pada gigi. Lalu, dentin
merupakan lapisan kedua yang sensitif terhadap rangsang nyeri dan terakhir adalah pulpa
sebagai lapisan terdalam.
Ketika gigi berlubang, bakteri pertama-tama akan menyerang lapisan terluarnya, yaitu enamel.
Lubang yang terjadi di enamel biasanya berukuran sangat kecil dan tidak terlihat jelas oleh mata.
Sebagian besar orang tidak menyadari lubang yang terjadi di lapisan ini. Ketika bakteri merusak
lapisan dentin, barulah lubang mulai disadari. Sebab, ketika sampai di lapisan ini, gigi biasanya
sudah mulai terasa nyeri. Jika lubang terus dibiarkan, lubang akan semakin dalam dan mencapai
pulpa.
2.Terinfeksinya Pulpa
Tahap selanjutnya terjadi saat lubang sudah mencapai pulpa. Pada tahap ini, jaringan
akan mengalami infeksi dan peradangan. Kondisi ini disebut dengan istilah pulpitis, yaitu kondisi
awal menuju nekrosis pulpa. Orang yang mengalami pulpitis, biasanya akan sering merasa nyeri
pada gigi ketika mengonsumsi makanan dan minuman yang suhunya dingin atau panas. 
Pada pulpitis yang sudah parah, gigi juga bisa terasa ngilu dengan sendirinya, meski tidak ada
rangsangan apapun dari makanan ataupun suhu dingin dan panas. Nyeri yang ditimbulkan
pulpitis juga bisa membuat pengidapnya terbangun saat tidur, karena merasa kesakitan. Nyeri
yang timbul pada kondisi ini biasanya terasa tajam dan menusuk.
3.Terjadinya Nekrosis Pulpa
Biasanya, banyak orang yang mengatasi kondisi pulpitis hanya dengan minum obat
pereda nyeri. Memang, rasa sakit yang muncul akan mereda, tapi kamu tetap tidak mengobati
sumber masalahnya, yaitu gigi berlubang. Akibatnya, bakteri masih akan terus merusak pulpa
dan jaringan gigi.
Kemudian, jaringan pulpa yang terdiri dari saraf gigi dan pembuluh darah itu mati.
Matinya saraf gigi dapat menyebabkan gigi tidak lagi responsif terhadap rangsang nyeri,
sehingga kamu tidak lagi akan merasakan rasa sakit saat makan ataupun mengunyah.
Gigi yang jaringannya sudah lama mati, lama-kelamaan akan “membusuk” dan terlihat
berwarna kehitaman. Tak hanya itu, gigi juga akan rapuh dan sedikit demi sedikit rontok, hanya
menyisakan akar gigi. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi secara tiba-tiba pada orang yang
mengalami kecelakaan atau benturan benda keras hingga menyebabkan gigi patah, dan
membuat jaringan pulpa mati secara tiba-tiba.

VII.Tanda Tanda Inflamasi


A.Pengertian
Inflamasi atau peradangan adalah respons alami tubuh saat ada patogen penyebab penyakit,
masuk dan menyerang sistem imun. Saat inflamasi terjadi, akan ada beberapa gejala yang
muncul, seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan.
B.Jenis-jenis inflamasi dan gejalanya
Ada dua jenis inflamasi atau peradangan, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Lantas, apa
perbedaan keduanya? Berikut ini penjelasannya.

1. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah kondisi peradangan yang terjadi secara tiba-tiba atau dalam waktu singkat.
Biasanya, kondisi ini akan muncul beberapa jam atau hari setelah pemicunya terjadi dan bisa
bertambah parah dalam waktu yang singkat.Biasanya, inflamasi akut dipicu oleh kejadian yang
juga mendadak atau terjadi dalam waktu cepat, seperti benturan, cedera, atau infeksi.Ada lima
tanda dan gejala kunci yang dapat muncul pada inflamasi akut, yaitu:

 Nyeri. Rasa sakit akibat peradangan bisa dirasakan terus-menerus maupun hanya ketika area
yang meradang disentuh.
 Kemerahan. Saat mengalami inflamasi, aliran darah ke pembuluh darah kecil (kapiler) jadi
meningkat, sehingga kulit akan terlihat berwarna kemerahan.
 Pembengkakan. Penumpukan cairan di area yang meradang berisiko menimbulkan
pembengkakan.
 Rasa panas. Area yang terinflamasi biasanya akan terasa panas atau hangat jika disentuh. Hal ini
disebabkan oleh aliran darah yang meningkat ke area tersebut.
 Kehilangan fungsi. Empat gejala inflamasi akut di atas, akan berujung pada gangguan fungsi
organ yang meradang, seperti jadi sulit digerakkan, sulit bernapas, hingga tidak bisa mencium
bau.

Contoh penyakit yang masuk sebagai inflamasi akut antara lain:

 Bronkitis akut
 Radang usus buntu akut (apendisitis akut)
 Kuku cantengan
 Patah tulang
 Luka gores
 Sakit tenggorokan akibat flu

2. Inflamasi kronis
Dibandingkan dengan inflamasi akut, inflamasi kronis biasanya lebih sulit dikenali karena
gejalanya tidak terlalu terlihat.Gejala inflamasi kronis antara lain:

 Demam
 Lemas
 Sariawan
 Muncul ruam kemerahan di kulit
 Sakit perut
 Sakit dada

Tingkat keparahan gejala di atas bisa beragam, mulai dari ringan hingga parah dan bisa terus-menerus
terjadi selama beberapa bulan bahkan tahun. Karena itulah kondisi ini digolongkan sebagai penyakit
kronis.Penyebab inflamasi kronis ada beragam, seperti:

 Inflamasi akut yang tidak diobati


 Penyakit autoimun, seperti psoriasis, lupus, rheumatoid arthritis
 Paparan iritan dalam jangka waktu lama, seperti pada pekerja pabrik yang terus-menerus
terkena paparan zat kimia tertentu

Beberapa hal juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena inflamasi kronis, adalah:

 Kebiasaan merokok
 Obesitas
 Terlalu banyak mengonsumsi alkohol
 Stres kronis
Daftar Pustaka
- Burchard, H. H. 2009. A Text-book Of Dental Pathology and Therapeutics, for Students and
Practitioners. Michigan: Lea brothers & co.

-Grosmman et al. 1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

-Rajendran R. and Sivapathasundaram B. 2009. Shafer’s Text-book Of Oral Pathology 6th Ed. New Delhi:
Elsevier.

-Tarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

- Walton R. E. dan Torabijad M. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Edodonsia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

- www.drchetan.com (26 Desember 2010)

- https://en.wikipedia.org/wiki/Tooth_resorption/

- https://www.halodoc.com/

- https://www.sehaq.com/

Anda mungkin juga menyukai