Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME ANTARKS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

DISUSUN OLEH :

Nama : Deva Nindya Larasati

NIM : 6411418093)

Kelas : 3B

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
A. Antarks

Penyakit anthrax (penyakit sapi gila) adalah infeksi bakteri serius yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis. Pada keadaan normal, bakteri menghasilkan spora yang tidak aktif (dorman)
dan hidup di tanah. Saat spora masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia, spora menjadi aktif.

Spora aktif tersebut lalu mulai membelah diri, menghasilkan racun, menyebarkannya ke
seluruh tubuh dan menyebabkan penyakit yang berat. Penyakit sapi gila ini dapat mengenai kulit,
paru-paru, dan pada kasus yang jarang saluran pencernaan. Walaupun antraks adalah penyakit
yang berbahaya, kondisi ini dapat diobati dengan antibiotik jika dideteksi dini. Vaksin juga
tersedia untuk orang yang berisiko.

Penyakit antraks sangat jarang terjadi. Penderita anthrax tertular dari kontak dengan
binatang, wol, daging, atau kulit binatang yang terinfeksi. Orang-orang yang berisiko mengalami
kondisi ini adalah petani, dokter hewan, dan pekerja laboratorium.
Gejala penyakit antraks tergantung tipe infeksi dan dapat dimulai kapan saja, dari 1 hari
hingga lebih dari 2 bulan untuk muncul. Tergantung pula pada jalur masuknya bakteri ke dalam
tubuh seseorang. Di bawah ini beberapa gejala anthraks yang dibedakan berdasarkan cara
penularannya:

Antraks kulit
Antraks ini menyebabkan munculnya banyak benjolan kulit yang dapat terasa gatal. Benjolan
ini paling sering muncul di daerah wajah, leher, dan lengan. Selanjutnya benjolan itu dapat
berubah menjadi borok berwarna hitam yang tidak menyebabkan nyeri.

Antraks pencernaan
Gejala antraks pencernaan atau anthraks gastrointestinal adalah mual dan muntah,
tenggorokan sakit dan kesulitan menelan, sakit perut, nafsu makan menurun, sakit kepala,
demam, serta muncul benjolan pada leher. Ketika kondisinya makin parah, penderita dapat
mengalami diare dan BAB berdarah.

Antraks pernapasan
Gejala awal antraks jenis ini menyerupai gejala penyakit flu, seperti demam, nyeri menelan,
nyeri otot, dan kelelahan. Gejala lanjutannya berupa sesak napas hingga syok. Anthraks
pernapasan dapat menyebabkan peradangan selaput otak dan saraf tulang belakang (meningitis).

B. Gejala penyakit antarks, di antaranya adalah:

 Leher atau kelenjar di leher membengkak


 Sakit tenggorokan
 Nyeri menelan
 Suara serak
 Mual dan muntah, khususnya muntah darah
 Diare atau BAB berbdarah
 Nyeri perut
 Perut membesar

C. Penyebab dan Faktor Risiko antraks


Seseorang dapat terkena penyakit antraks dalam waktu sekitar 1 hingga 5 hari setelah
terpapar bakteri anthrax.Ketika sudah berada di dalam tubuh, bakteri anthrax akan berkembang
biak lalumenghasilkan racun yang dapat menyebabkan penyakit anthrax.
Proses penularan penyakit antraks pada manusia bisa melalui beberapa cara, yakni:

Infeksi anthrax melalui luka terbuka di kulit


Ini merupakan cara penularan penyakit anthrax yang paling umum terjadi pada manusia.
Gejala-gejalanya meliputi:

 Muncul benjolan kemerahan di kulit, dengan bagian tengah berwarna kehitaman.


Benjolan ini terasa gatal dan perih.
 Pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening di sekitar kulit yang terinfeksi.
 Nyeri otot.
 Demam.
 Lemas.
 Mual muntah.

Infeksi anthrax melalui saluran pernapasan


Hal ini bisa terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri anthrax,
sehingga bakteri dapat memasuki paru-paru. Tanda-tanda seseorang terkena penyakit anthrax
melalui udara adalah:

 Sakit tenggorokan.
 Sesak napas.
 Demam tinggi.
 Rasa tidak nyaman di dada.
 Nyeri otot.
 Nyeri saat menelan.
 Mual.
 Batuk darah.

Meski sudah dilakukan pengobatan, komplikasi yang fatal akibat infeksi anthrax pada saluran
pernapasan kadang masih juga terjadi.
Infeksi anthrax melalui saluran pencernaan
Minum air atau mengonsumsi daging yang sudah terinfeksi bakteri anthrax tanpa
mengolahnya hingga matang juga bisa membuat seseorang terjangkit penyakit ini. Kontaminasi
melalui cara ini akan menyerang organ-organ dalam sistem pencernaan. Beberapa gejala
penyakit anthrax yang menyerang saluran pencernaan adalah:

 Demam.
 Mual.
 Muntah.
 Nafsu makan hilang.
 Diare disertai darah.
 Nyeri tenggorokan.
 Sulit menelan.
 Sakit perut.
 Sakit kepala.

Selain melalui ketiga cara di atas, bakteri penyebab penyakit anthrax juga dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui jarum suntik. Penularan penyakit anthrax malalui cara ini biasanya terjadi
pada pengguna narkoba suntik yang memakai jarum suntik secara bergantian.
D. Etiologi Penyakit Antraks

Klasifikasi Ilmiah

 Kerajaan : Bacteria
 Filum : Firmicutes
 Kelas : Bacilli
 Ordo : Bacillales
 Famili : Bacillaceae
 Genus : Bacillus
 Spesies : B.anthracis
Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri gram positif non
motil dan berspora, serta dengan pewarna biasa tidak berwarna atau berwarna lebih pucat dari
tubuhnya. Basil antraks berisifat aerob, membentuk spora yang letaknya sentral bila cukup
oksigen, spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau tubuh bangkai yang tidak
dibuka (diseksi), baik dalam darah maupun dalan jeroan. Di bawah mikroskop tampak terlihat
seperti barisan batang panjang dengan ujung-ujungnya siku, sementara di dalam tubuh inang,
Bacillus anthracis tidak terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau pendek dari
2-6 organisme serta melindungi dirinya dalam kapsul, dan akan membentuk spora segera setelah
berhubungan dengan udara bebas karena spora diketahui dapat bertahan hidup bertahun-tahun di
dalam tanah yang cocok dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.

Oleh karena itu, bangkai hewan yang positif terkena anthrax atau mati dengan gejala anthrax
tidak diperbolehkan dibedah untuk menutup peluang bakteri anthrax bersinggungan dengan
udara. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar. Semua peralatan
kerja yang pernah bersentuhan dengan hewan sakit harus direbus dengan air mendidih minimal
selama 20 menit. Bacillus anthracis tidak begitu tahan terhadap suhu tinggi dan berbagai
desinfektan dalam bentuk vegetatif.

Pada media agar, kuman antraks membentuk koloni yang suram, tepinya tidak teratur, yang
pada pembesaran lemah menyerupai jalinan rambut bergelombang, yang sering kali disebut
caput medusae. Pada media cair mula-mula terjadi pertumbuhan dipermukaan, yang kemudian
turun kedasar tabung sebagai jonjot kapas, cairannya tetap jernih.

Spora tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama, bahkan dalam tanah dengan
kondisi tertentu dapat tahan sampai berpulu-puluh tahun. lain halnya dengan bentuk vegatif
B.anthracis mudah mati oleh suhu pasteurisasi, desinfektan atau oleh proses pembusukan.
Pemusnahan spora B.anthracis dapat dicapai antara lain dengan : uap basah bersuhu 90˚ selama
45 menit, air mendidih atau uap basah bersuhu 100˚C selama 10 menit, dan panas kering pada
suhu 120˚C selama satu jam. Meskipun antraks tersebar di seluruh dunia namun pada umumnya
penyakit terdapat terbatas pada beberapa wilayah saja. Biasanya penyakit timbul secara enzootic
pada saat tertentu saja sepanjang tahun.

E. Epidemiologi

1. Spesies Rentan atau populasi rentan

Menurut penelitian, kerentanan hewan terhadap antraks dapat dibagi dalam beberapa
kelompok seperti berikut:

 Hewan-hewan pemamah biak, terutama sapid an domba, kemudian kura, rusa, kerbau dan
pemamah biak liar lain, juga marmot dan mencit (mouse) sangat rentan.
 Babi tidak begitu rentan
 Anjing, kucing, tikus dan sebagian besar bangsa burung, relative tidak rentan tetapi dapat
diinfeksi secara buatan
 Hewan-hewan berdarah dingin sama sekali tidak rentan (not affected)

Antraks terutama menyerang hewan ternak sapi, kambing, domba/ biri-biri, kuda. Endospore
dari Bacillus anthracis yang mencemari tanah kemungkinan akan menempel pada rerumputan
atau tanaman lainnya dan termakan oleh ternak. Manusia umumnya terinfeksi oleh endospora
bakteri ini melalui lesi dikulit, inhalasi atau per oral. Menghirup spora dari hewan yang sakit,
spora antraks yang ada ditanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun
bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang, dan darah.
Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/ mati dan produknya karena antraks dan pernah
dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular
kuman Antraks, serta penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.

2. Pengaruh Lingkungan

Antraks banyak terjadi di daerah-daerah pertanian, daerah tertetnu yang basah dan lembab
dan juga daerah banjir.di daerah-daerah tersebut antraks timbul secara encootik hampir setiap
tahun dengan derajat yang berbeda-beda. Daerah yang terserang antraks biasanya memili tanah
berkapur dan kaya bahan-bahan organik.

Didaerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai
pemindah penyakit. Wabah antraks pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau
berkapur yang alkalis yang menjadi daerah incubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut
spora tumbuh menjadi bentuk vegetative bila keadaan lingkungan seraasi bagi pertumbuhannya.

3. Sifat penyakit

Enzootic hampir setiap tahun dengan derajat yang berbeda-beda di daerah-daerah tertentu.
Derajat sakit (morbidity rate) tiap 100.000 populasi hewan dalam ancaman, tiap propinsi dalam
tahun 1975 menunjukan derajat yang paling tinggi di Jambi (530 tiap 100.000) dan terendah di
Jawa Barat (0,1 tiap 100.000). dari laporan itupun dapat diketahui bahwa 5 daerah mempunyai
derajat sakit lebih rendah dari 5 tiap 100.000 populasi dalam ancaman dan hanya Jambi yang
mempunyai angka ekstrim.

4. Mekanisme Penularan
Pada hakikatnya antraks adalah “penyakit tanah”, yang berarti bahwa penyebabnya terdapat
di dalam tanah, kemudian bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh hewan. Pada
manusia infeksi dapat terjadi lewat kulit, mulut atau pernafasan. Antraks tidak lazim ditularkan
melalui hewan yang satu kepada yang lain secara langsung.

Didalam iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai
pemindah penyakit. Masa tunas antraks berkisar antara 1-3 hari, kadang-kadang ada yang sampai
14 hari.

F. Diagnosis Antraks

Dalam mendiagnosis anthraks, dokter akan terlebih dulu akan menanyakan gejala yang
muncul dan memeriksa fisik. Jika dicurigai mengalami anthraks, dokter akan meminta pasien
untuk menjalani serangkaian tes, seperti:

 Tes kulit
Dokter akan mengambil sampel cairan atau kulit dari lepuh yang diduga menjadi jalan
masuk bakteri, untuk diperiksa di laboratorium.
 Tes darah
Dokter akan mengambil darah pasien untuk mengetahui keberadaan bakteri anthraks di
dalam darah.
 Rontgen dada
Rontgen dada dilakukan untuk melihat adanya kelainan paru-paru, yang dapat disebabkan
oleh anthraks yang terhirup.
 Pemeriksaan feses
Dokter dapat meminta sampel feses pasien untuk memeriksa keberadaan bakteri anthraks
di feses.
 Pungsi lumbal
Pada prosedur pungsi lumbal, sebuah jarum akan dimasukkan ke celah tulang belakang,
untuk mengambil cairan saraf tulang belakang. Cairan ini kemudian akan diperiksa di
laboratorium.

G. Pencegahan Antraks
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit Antraks, di
antaranya:

 Memastikan daging telah dimasak hingga matang sebelum dimakan.


 Menjalani vaksinasi anthrax, terutama jika Anda berisiko tertular anthraks.
 Menghindari interaksi dengan binatang yang terinfeksi anthraks.

H. Penanggulangan

infeksi antraks pada hewan hampir selalu melalui oral, seperti melalui pakan. Tetapi jika
muncul kasus biasanya sifatnya tidak merata, atau spot-spot. Pada musim penghujan,
perkembangan kasus mengikuti aliran air yang menuju lokasi pakan atau gembalaan, sehingga
ternak yang makan di lokasi itu akan terpapar antraks.

Vaksinasi

Vaksinasi adalah cara yang paling tepat untuk pencegahan dan harus rutin dilakukan. Perlu
disediakan vaksin dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan daerah endemis dan
area sekitarnya. Agar kemunculan kembali antraks pada masa mendatang dapat dicegah.

Evaluasi atas vaksinasi antraks telah menunjukkan vaksinasi mampu mencegah munculnya
kembali kasus anthraks. Wilayah-wilayah endemis anthraks sebenarnya wajib mendapatkan
vaksinasi antraks secara rutin. Sayangnya coverage vaksinasi antraks saat ini masih sangat
rendah. Ternak-ternak yang telah divaksin seharusnya diberi chip untuk memudahkan
monitoring.

Hasil pelaksanaan vaksinasi (pasca vasinasi) perlu dilakukan monitoring, namun terkendala
dengan ketersediaan antigen antraks. Dalam hal ini Balai Besar Penelitian Veteriner menyatakan
diri siap membantu untuk penyiapan antigen untuk ELISA, serum positif dan cut-off-nya.

Penanganan
SOP penanganan antraks meliputi radius pelaksanaan vaksinasi, cara mengubur bangkai,
pembakaran bangkai dll. Kuburan hewan mati antraks dalamnya 2-3 meter. Sedangkan cara
pembakaran yang baik adalah dengan onsite incinerator (mobile) selama 3-4 jam, sampai
menjadi abu. Disarankan mobile incinerator perlu diusahakan di daerah endemis antraks.

Jika tidak ada mobile incinerator, bisa dibakar dengan kayu bakar sebanyak 2 ton ditambah
minyak tanah untuk menjadi abu. Sementara itu untuk dekontaminasi tanah diperlukan formalin
10% sejumlah 50 liter per meter persegi dalam waktu 1 jam. Untuk bangkai hewan, pemakain
formalin tidak disiram ke seluruh tubuh tetapi kebagian lubang-lubang tubuh hewan. Biasanya
hewan mati karena antraks terjadi leleran / perdarahan dari lubang-lubang tubuhnya.

Pilihan menguburkan pun ada tatacaranya. Tempat penguburan wajib diberi tanda, supaya
identitas lokasi tidak sampai hilang dan disarankan ada data GPSnya, hal ini penting untuk
antisipasi pemanfaatan lahan tersebut di masa mendatang khususnya untuk kegiatan peternakan.
Hal ini dikarenakan spora antraks mampu bertahan di tanah berdasarkan penelitian terakhir di
Afrika sampai 250 tahun.

Pengendalian

Pengendalian penyebaran wabah antraks dilakukan melalui pengawasan lalu lintas ternak.
Ternak diijinkan keluar atau masuk suatu daerah harus berasal dari daerah yang tidak ada laporan
kasus antraks dalam 20 hari terakhir. Ternak harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan
(SKKH), dan tidak ada gejala klinis pada hari pengiriman.

Untuk ternak yang divaksinasi boleh melintas setelah minimal 20 hari pasca vaksinasi dan
maksimal 6 bulan pasca vaksinasi. Sampai saat ini sayangnya tidak ada pemeriksaan
laboratorium untuk antraks pada hewan hidup secara scientific base.

Pemberantasan dan pengendalian antraks harus dilakukan lintas institusi dan sektor. Perlu
koordinasi antara Kementerian Kesehatan untuk penyediaan obat-obatan, Kementerian Pertanian
(penanganan disposal), dan polisi untuk penegakan hukum dan membantu pengawasan lalulintas
ternak.

Pedoman koordinasi Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks sedang dibuat oleh Komnas
Zoonosis. Masih munculnya penyakit antraks dikarenakan belum ada koordinasi yang matang,
seperti penutupan wilayah tidak langsung dilakukan. Komitmen pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sangat penting tetapi peran masyarakat juga harus ditingkatkan dengan
pemberdayaan.

C. Pengobatan antraks
Pengobatan anthraks lebih efektif jika dilakukan secepatnya. Dokter akan memberikan
kombinasi sejumlah antibiotik, seperti penisilin, doxycycline, dan ciprofloxacin untuk
memaksimalkan pengobatan. Tingkat keberhasilan pengobatan umumnya ditentukan oleh faktor
usia, kondisi kesehatan penderita secara umum, serta luas bagian tubuh yang terinfeksi.
Jika tidak diobati dengan cepat, anthraks dapat menyebabkan komplikasi serius. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah peradangan selaput otak dan tulang belakang (meningitis), yang
kemudian dapat menimbulkan perdarahan hebat dan berujung pada kematian.

Anda mungkin juga menyukai