Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL 5 CM

Karya Donny Dhirgantoro

JURNAL

Oleh:

JUNA TAMARAW
090911008
Sastra Indonesia

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
MANADO
2015
Abstrak

Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan pendekatan mimesis dalam novel 5 cm

karya Donny Dhirgantoro,dan hubungan pengarang dan karyanya. Metode yang di

gunakan yaitu metode kualitatif, aspek yang diteliti yaitu aspek sosiologi dalam novel 5

cm karya Donny Dhirgantoro melalui pendekatan mimesis. Yang digunakan dalam

penelitian ini berupa penokohan, status sosial, sikap hidup, perilaku sehari-hari para

tokoh, dan peristiwa. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Genta, tokoh tambahan Arial,

Zafran, Riani , dan Ian. Status sosial dalam novel ini disebabkan oleh faktor ekonomi,

budaya dan psikologi. Sikap hidup dalan novel 5 cm yaitu berupa kasih sayang antara

sesama manusia, kasih sayang terhadap orang tua dan anak, sikap hidup juga berupa

tanggung jawab antara satu dengan yang lainnya.

Kata kunci: aspek sosiologi mimesis 5 cm

Abstract

The purpose of writing is to describe a novel approach to mimesis in the works Donny

Dhirgantoro 5 cm, and the relationship of the author and his work. The method used is

qualitative method, namely the aspects studied sociology in the novel aspects of the

work of Donny Dhirgantoro 5 cm through mimetic approach. Used in this study are

characterizations, social status, attitudes, behaviors of daily figures and events. The

main character in this novel is Genta, additional character Arial, Zafran, Riani, and Ian.

Social status in this novel is caused by economic factors, cultural and psychological.

Dalan life attitude novel 5 cm in the form of affection between human beings, affection

towards parents and children, attitudes also be liable to each other.

Keywords: sociological aspects mimesis 5 cm


1. Pendahuluan

Karya sastra merupakan karya imajinasi, suatu karya sastra atau lebih kita kenal

dengan fiksi, menawarkan berbagai permasalahan, manusia dan kemanusiaan, hidup dan

kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan dengan penuh kesungguhan

yang kemudian diungkapkan melalui karya fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh

karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan Levis dalam Nurgiantoro (1966 : 14), yaitu

prosa negatif yang bersifat imajinasi namun biasanya masuk akal, mengandung

kebenaran, dan mendramatiskan hubungan antar manusia. Karya sastra sudah populer di

katakan sebagai salah satu bentuk karya seni karena karya sastra terangkat melalui

sebuah proses kreatif seorang pengarang. Sebab, kreativitas seorang pengarang akan

menentukan kualitas dari karyanya. Oleh karena itu, penulis karya sastra juga sering di

katakan sebagai sebuah aktivitas kreatif.

Hampir setiap pembicaraan mengenai karya sastra, khususnya dalam kaitannya

dengan aspek intrinsik dan ekstrinsik. Baik secara langsung maupun tidak langsung

selalu melibatkan pembicaraan mengenai latar belakang, sistem sosial yang

menghasilkannya, demikian juga subjek kreator sebagai penciptanya. Secara umum,

sesuai dengan hakikatnya fungsi utama karya adalah menceritakan, menjelaskannya

dengan menggunakan sarana bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Setiap karya

menceritakan peristiwa dalam periode tertentu, dalam masyarakat tertentu, dan dengan

sendirinya dalam model interaksi masing-masing.

Sosiologi sastra dalam hubungan ini adalah bagaimana suatu karya dihasilkan oleh

masyarakat tertentu, cara pandang seperti ini tidak mengurangi nilai karya sastra tetapi
justru memberikan nilai tambah. Pembicaraan dalam kaitannya dengan masyarakat yang

sesungguhnya, latar belakang sosial yang menghasilkannya dianggap lebih luas, lebih

bebas, sedangkan pembicaraan semata-mata pada masyarakat yang terkandung dalam

karya

Secara definitif sosiologi sastra adalah analisis, pembicaraan terhadap karya sastra

dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Definisi lain

menyebutkan bahwa sosiologi sastra merupakan aktivitas pemahaman dalam rangka

mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra.

Pada dasarnya kedua definisi menunjukan makna yang hampir sama, sekaligus

memposisikan karya sastra sebagai gejalah primer. Novel yang akan dijadikan objek

penelitian yaitu,”5 CM” yang merupakan novel perdana Donny Dhirgantoro. Novel ini

merupakan pengalaman pribadinya bersama sahabat-sahabatnya mendaki puncak

Mahameru, yang ia tuangkan ke dalam tulisan.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi, sebab pendekatan

ini merupakan pendekatan dalam pengkajian sastra yang tujuannya untuk mendapatkan

gambaran keadaan masyarakat melalui karya sastra.

Novel 5 centimeter ini menceritakan tentang persahabatan 5 anak mudah yang sudah

terjalin selama 7 tahun, di mana mereka memiliki impian dan obsesi masing-masing.

Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. Terbesit

ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan, Ide

tersebut pun disepakati. Selama tiga bulan berpisah terjadi banyak hal yang membuat

hati mereka lebih kaya dari sebelumnya, pertemuan setelah tiga bulan yang penuh

dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan.
Dalam penulisan ini, penulis berusaha memahami fenomena-fenomena sosial yang

dituangkan pengarang dalam karyanya lewat unsur-unsur pembentuk karya sastra,

dengan dasar pemikiran bahwa karya sastra adalah transformasi dari kenyataan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah yang di tulis sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah aspek sosiologis mimesis dalam novel 5 Cm?

2. Bagaimanakah hubungan pengarang dengan karyanya?

Penulisan ini bertujuan menjawab masalah bagaimana hubungan antara karya sastra

dengan kenyataan yang ditransformasikan pengarang dalam novel 5 CM berkaitan

dengan keadaan sosial di luar sastra.

Berdasarkan pertanyaan tersebut penulis akan mencoba menjawab masalah di atas.

1. Untuk mendeskripsikan aspek sosiologis mimesis dalam novel 5 CM.

2. Untuk mendeskripsikan hubungan pengarang dan karyanya dalam novel 5 CM.

Demikian pula penulis ingin mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh

pengarang lewat karyanya dengan menggunakan unsur pembentuk karya sastra sebagai

jembatan.

Sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam mengkaji novel dengan

menggunakan tinjauan sosiologi sastra, diantaranya :

Memahami novel Teror, oleh R. P. E. Kawengian (1997)


“Menggambarkan kehidupan masyarakat modern yang penuh dengan berbagai gejolak

sosial yang terjadi sehari-hari terutama dalam kehidupan suatu rumah tangga”

Memahami novel Byar Pet, oleh Diani Karre (1998)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori pakar sastra untuk

menelaah komponen-komponen yang terdapat di dalam novel “5 CM”.

Menurut Damono (2002 : 8-9) sosiologi adalah studi objektif dan ilmiah tentang

manusia dalam masyarakat ; telaah tentang lembaga dan proses sosiologi. Sosiologi

mencoba mencari tahu tentang bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia

berlangsung dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial

dan segala perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain yang kesemuanya itu

merupakan struktur sosial. Kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses

pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat ditempat masing-masing.

Untuk memahami novel secara utuh, tidaklah dapat dilepaskan kaitannya dengan

unsur-unsur pembentuk karya sastra yaitu : tema, alur, latar, tokoh, penokohan, dan

gaya bahasa.

Menurut Jones (1968 : 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita (Jones, 1968 : 33).

3. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif yang

biasanya dilakukan dalam studi sastra dan juga menjadi bagian penting dalam penelitian

ilmu-ilmu sosial.

Menurut Patton (2002 : 131) dikutip dalam buku “fiksi populer : Teori dan Metode

Kajian, Ida Rochani Adi “No consensus exists about how to classify the warieties of

qualitative research (tidak ada kesepakatan tentang bagaimana mengklasifikasikan

berbagai jenis penelitian kualitatif)” Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

penelitian kualitatif ini dapat menggunakan pendekatan apapun sepanjang pendekatan

itu dibenarkan dalam penelitian.

Berhubung dengan penelitian ini berupa karya sastra yang ditinjau berdasarkan

aspek sosiologis, maka tujuan utama peneliti yaitu mendeskripsikan antara karakteristik

tokoh utama dengan gejalah-gejalah sosial dan hubungan pengarang dengan karya

tersebut.

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni novel, “5 CM” karya

Donny Dhirgantoro yang diterbitkan pertama kali tahun 2005 oleh Penerbit P.T.

Grasindo, anggota Ikapi, Jakarta. Sumber lain yakni buku-buku mengenai teori-teori

yang berkaitan

4. Pembahasan

a. Aspek Mimesis

Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra

berupa memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan, aspek-aspek
sosiologis ditinjau dari segi penokohan, status sosial, sikap hidup, adat istiadat, dan

perilaku sehari-hari para tokoh dan peristiwa.

Tokoh dan penokohan adalah hal wajib dalam sebuah novel atau cerita

rekaan.Sejauh ini, tokoh ada untuk menggerakkan cerita. Tokoh utama menurut Burhan

dalam Teori Pengkajian Fiksi (2009:176-177), yaitu:

“Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan.Ia

merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian

maupun yang dikenai kejadian.”

Selanjutnya menurut Burhan (2009:177), mungkin saja tokoh utama dalam

novel lebih dari satu orang, meski kadar keutamaannya tidak sama, keutamaan itu

ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan dan pengaruh tokoh-tokoh tersebut

pada perkembangan plot.

Dalam novel 5 CM pelaku dituturkan sebagai orang ketiga, berdasarkan

peranannya lima sahabat tersebut yang menjadi palaku utama. Yaitu: Genta, Riani, Ian,

Zafran, dan Arial. Kelima pelaku tersebut yang menjadi kunci pembangun cerita

dan peristiwa dalam novel ini.

Pengarang memberikan nama pada tokoh bukan tanpa alasan, beberapa nama

ada yang berkaitan dengan bentuk fisik, perilaku, dan hobi tokoh tersebut.

Genta memiliki badan agak gemuk dan rambut agak lurus berjambul, Genta juga

sosok pemimpin diantara sahabat-sahabatnya. Genta juga memiliki sifat yang sama

seperti Riani, Genta juga merupakan sosok yang paling dibutuhkan teman-temanya
karena dia orangnya terbuka. Genta juga merupakan asisten dosen favorit di

kampusnya.

Firman diam lagi.Pikirannya kemana-mana, merenungkan kata-


kata sahabatnya yang udah dia kenal semenjak dia kuliah, yang
dia sendiri ngaku kalo Genta ngga pernah nyerah, berani
mendobrak semuanya, berani dikritik, berani nggak mapan.
Genta masih bengong sendiri, kangen sama Ian, Arial, Zafran,
apalagi Riani. (Dhirgantoro : 140)

Zafran adalah lelaki bertubuh kecil dengan penampilan “standar seniman”,

Zafran memiliki pandangan berbeda dengan sahabat-sahabatnya karena dia dipenuhi

dengan lantunan syair. Seperti pada kutipan berikut:

Sama, gue juga…bingung gue deh, dia orangnya datar, kayaknya


sih nggak cocok sama gue tapi gue nggak bisa melepaskan
bayangannya dari penglihatan dan hati gue.
Zafran mulai bersyair bimbang”.(Dhirgantoro : 78)

Arial adalah sosok lelaki ganteng dan gemar berolahraga, berbadan besar dengan

kulit hitam. Selalu tampil rapi dan apa adanya, Arial itu orangnya biasa aja tapi asyik.

Seperti pada kutipan berikut:

Jarang nyela, jarang becanda, tapi kalo ketawa paling keras


makanya kalo ada dia jadi ramai”.(Dhirgantoro : 8)
“Arial sebentar melirik Indy, suara-suara di kepalanya masih
bersahut-sahutan bilang…ngga…bilang…ngga…bilang…ngga,
Arial selalu tampil apa adanya dan biasa-biasa aja”.(Dhirgantoro :
92)

Riani adalah sosok gadis yang memakai kacamata, Riani juga salah satu aktivis

kampus yang hobinya membaca dan berdebat. Seperti pada kutipan berikut:

“Siapa saja dan apa aja bisa didebatnya, soalnya dia banyak baca
dan banyak belajar”.(Dhirgantoro : 8)
Bentuk fisik Riani cantik, memakai kacamata, cerdas dan mirip artis Hollywood.

Seperti pada kutipan berikut:

Muka gabungan antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?),
bodinya? Persis Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia
sudah ngomong pasti orang pada dengerin. Dia punya semacam
kharisma yang bisa bikin orang menengok”(Dhirgantoro : 8)

Ian seorang lelaki berbadan gendut subur, kepalanya botak plontos. Bajunya

bergambar kartun, celana jins, sama adidas gazelle buluk adalah kostum sehari-hari Ian.

Penggemar bola tapi ngga bisa main bola, seperti pada kutipan berikut:

“apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan waktunya buat
bola, tapi anehnya dia ngga pernah diajak main bola karena ngga
bisa main bola”.(Dhirgantoro : 11)

Bentuk fisik Ian yang bengkak karena hobi makan, main dan nonton. Seperti

pada kutipan berikut:

kalo Ian sudah main champion ship manager (CM), maka hardisk
komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga hari tuh
computer lembur. Ian sepertinya orang tidak peduli kepada siapa
saja kecuali bola.(Dhirgantoro : 11)

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial

tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara

badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok

sosial, pergaulan hidup tersebut akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau

kelompok-kelompok manusia bekerja sama.Ian yang memperjuangkan skripsinya

dengan kerja kerasnya sendiri. Seperti pada kutipan berikut: saling berbicara untuk

mencapai suatu tujuan bersama.


Genta meneruskan sambil menatap keempat temannya, “Ya
nggak ketemuan dulu, ngga nongkrong dulu, ngga kemana-mana
bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak
teleponan, nggak SMS-an. (Dhirgantoro : 63)
Pada kutipan di atas menggambarkan aturan yang dibuat kelima sahabat ini

bahwa larangan atau peraturan yang dibuat harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar,

mereka pun memiliki rumus untuk menggapai asa yakni dengan manggantungkan

mimpi, keinginan, dan cita-cita harus kita gantung 5 cm di depan kening agar ia tak

lepas dari mata. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan berikut:

Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu


taruh disini, di depan kening kamu…jangan menempel.
Biarkan…”
Dia…”
“Menggantung…”
“Mengambang…”
“5 centimeter… di depan kening kamu…”
“Jadi dia ngga akan pernah lepas dari mata kamu.”
(Dhirgantoro : 378)

Dalam novel 5 CM terdapat empat macam realitas sosial yang semua realitas

mengacu pada masalah sosial. Masalah-masalah sosial dalam novel tersebut disebabkan

oleh faktor ekonomi, kebudayaan, dan psikologi. Permasalahan tersebut sebagai

dampak adanya interaksi sosial antar tokoh, dan antar tokoh dengan kelompok.

Masalah- masalah tersbut meliputi masalah persahabatan, percintaan, kemiskinan, dan

kejahatan.

Cinta adalah sebuah emosi dan kasih sayang yang kuat dan keterkaitan pribadi,

cinta juga merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan perasaan belas kasih dan
kasih sayang.Kisah percintaan dalam novel 5 CM tergambar pada tokoh Zafran yang

menyukai Dinda (adik Arial), Genta menyukai Riani namun Riani menyukai Zafran.

Masalah kejahatan tampak pada kejadian selepas di stasiun kereta api Blitar,

rombongan empat pria setengah baya yang berdiri berdesakan menaiki kereta tidak

memiliki tiket. Alhasil mereka harus membayar tiket dua kali lipat dari harga asli jika

beli di loket stasiun, rombongan itu menganggap bahwa banyak juga yang tidak

membeli karcis kereta. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut:

Banyak mas yangndak beli karcis, bukan aku aja. Mas lihat kan,
uangnya banyak sekali di kantongnya, itu uang dari yang bayar di
kereta. Nanti juga uangnya dipangan dawe…, ora kanggo
stasiun,”(dipakai sendiri, nggak untuk stasiun). (Dhirgantoro :
187)

Adanya struktur sosial dalam masyarakat menyebebkan masyarakat tersebut

mengadakan hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota

masyarakat yang lain, karena suatu anggota masyarakat tidak dapat hidup dengan

menutup diri tanpa mengadakan interaksi dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini

didasari karena memang manusia adalah makhluk sosial, dengan demikian relitas sosial

bukanlah suatu keadaan tetapi merupakan proses dinamis yang didalamnya terjadi

perubahan dalam masalah-masalah sosial karena masyarakat akanada selama terjadi

proses perubahan. Semua proses kan berubah dan perubahan itu mencakup masalah

nilai dan moral sosial, perilaku manusia,dan kekuasaan. Semua itu disebabkan oleh

faktor biologis, psikologis, ekonomi, dan kultural.

3.1.1 Sikap Hidup


Sikap hidup dalam novel 5 CM berupa kasih sayang antara manusia satu dengan

manusia yang lainnya. Sikap hidup lainnya juga berupa tanggung jawab,hal ini

dibuktikan pada kutipan berikut:

“Mungkin sekarang kenyamanan sudah jadi segalanya sehingga


tak ada lagi yang mau mengambil risiko untuk mimpi-mimpinya,
tak ada lagi yang mau mencari keajaiban-keajaiban dan
keindahan sebuah hati”.(Dhirgantoro : 2)

Ian teringat saat tadi pagi minta restu sama Papa-Mama, setelah
beberapa tahun nggak cium tangan orang tua sebelum pergi
kuliah. Pagi itu Ian mencium tangan orang tuanya, ada sedikit
sedih di hati Ian karena tangan Papa-Mama sudah tidak sehalus
dulu lagi.Ian bisa ngerasain kulit keriput di tangan mereka.
Berbekal doa dari orang tuanya, Ian merasa siap menghadapi apa
aja hari itu”.(Dhirgantoro : 132).

Kutipan tersebut menggambarkan sikap hidup berupa kasih sayang orang tua

dengan anak. Saat akan pergi untuk ujian skripsi Ian meminta restu kepada kedua orang

tuanya. Terakhir kali mencium tangan orang tuanya, tangan mereka masih halus

berbeda dengan sekarang tangan mereka sudah tidak sehalus dulu lagi kulit mereka

mulai mengkeriput.

Humor, tingkah laku dan percakapan yang terjadi dianggap sebagai keseharian antar

tokoh. Riani juga yang merupakan perempuan sendiri selalu menjadi bagian yang

terlindungi dari teman-temannya. Mereka berempat telah lulus masa kuliah, hanya Ian

yang belum lulus karena dia terlalu sibuk dengan mengerjakan hal lain seperti main

game, nonton film, dan selalu suka makan mi.


b. Aspek sosiologis-Ekspresif

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra

momfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra, pendekatan ini

memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan. Atau sebagai produk imajinasi

sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi pikiran atau perasaan, aspek sosiologi

ekspresif ditinjau dari segi curahan rasa pengarang terhadap situasi tertentu. Keadaan

jiwa pengarang yang meliputi latar belakang sosial budaya, pandangan (agama,

kepercayaan, keyakinan, sikap hidup, dan emosi).

Novel 5 Cm ditulis berdasarkan pengalaman pribadi pengarang ketika ia dan

sahabat-sahabatnya mendaki puncak Mahameru. Hal ini tertulis di biografi singkat

pengarang dalam novel tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas hasil penulisan yang telah di uraikan secara sistematis

pada bab di atas maka dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab berupa kasih sayang

dan keadilan. Kasih sayang antar semasa manusia dan antara orang tua dengan anak,

rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan sesama manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, Ida Rochani. 2012. FiksiPopuler: Teori dan metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Endarwara, Suwardi. 2011. Metode Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta:CAPS.

Keraf, Gorys. 2984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rafiek, M. 2010. Teori Sastra;Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.

Dhirgantoro, Donny.2005. 5cm. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Swingewood, 2012 Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwanti

Kurniawan, Heru. 2011. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto:

Graha Ilmu.
Damono, Supardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern; Beberapa catatan.

Jakarta: Gramedia.

Sasube, S. Adrianus. 1996. Memahami novel Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh. Dini,

Suatu tinjauan Sosiologis. Manado: Unsrat.

Hardjana, Andre. 1983. Kritik Sastra; Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Wardaningsih, 2005. Analisis novel masih ada kereta yang akan lewat karya Mira W.

Manado: UNSRAT

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar. Ruzz Media.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan penerapannya. Bandung: Karya Putra

Darwanti.

Zefo Umboh, Allan. 2012. Analisis penokohan dalam kumpulan cerpen dilarang

mencintai bunga-bunga karya Kuntowijoyo. Manado: Unsrat

Anda mungkin juga menyukai