Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi adalah poses pengamatan untuk mengetahui informasi suatu organisme.
Proses identifikasi organisme dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konvesional dan
molekuler dengan mengambil sampel DNA yang dimilikinya. Proses identifikasi secara
konvesional memiliki kelemahan yaitu tidak spesifik hingga spesies dengan waktu yang
cukup lama. Penggunaan identifikasi molecular memiliki kelebihan diantaranya adalah
dapat menggandakan DNA dalam waktu singkat dan dapat mengidentifikasi organisme
hingga tingkat spesies sehingga dapat diketahui tingkat kekerabatannya dengan organisme
lainnya.
Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007).
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya.
Bakteri adalah organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki
klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron sampai
yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri yang paling renik adalah
Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri terbesar adalah
Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar bakteri beraneka ragam,
yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral). (Sri Maryati, 2007). Maka
dari uraian diatas merupakan beberapa hal yang melatarbelakangi kami untuk

1
membuat makalah yang berjudul identifikasi bakteri.

1.2 Rumusa Masalah

1.2.1 Apa Saja Macam-Macam Bakteri ?

1.2.2 Bagaimana Cara Pengambilan Sample Bakter ?

1.2.3 Bagaimana Cara Pemeriksaan Bakteri ?

1.2.4 Bagaimana Cara Pengecetan/Pewarnaan Bakteri ?

1.2.5 Bagaimana Cara Pengambilan Bahan Pemeriksaan Sputum


Kultur,Darah,Urine,Feses ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Macam-Macam Bakteri

1.3.2 Untuk Mengetahui Cara Pengambilan Sample Bakteri

1.3.3 Untuk Mengetahui Cara Pemeriksaan Bakteri

1.3.4 Untuk Mengetahui Cara Pengecetan/Pewarnaan Bakter

1.3.5 Untuk Mengetahui Cara Pengambilan Bahan Pemeriksaan Sputum


Kultur,Darah,Urine,Feses

1.4 Manfaat

Menambah Pengetahuan Dan Wawasan Penulis Dan Pembaca Khususnya


Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar Mengenai Identifikasi
Bakteri

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam Macam Bakteri
Ada banyak Macam Macam Bakteri, baik yang bermanfaat maupun
merugikan manusia. Pengetahuan yang baik mengenai bakteri akan membantu
manusia dalam kehidupannya. Beberapa jenis bakteri sangat dibutuhkan dalam
proses pembusukan dan pembentukan zat-zat tertentu yang dibutuhkan manusia.
Bakteri-bakteri tertentu sangat dibutuhkan dalam pencernaan manusia.
Penggunaan obat-obatan yang berlebihan, terutama antibiotika, dapat membunuh
dan mengganggu fungsi bakteri pencernaan ini.
Pengobatan yang tidak sesuai prosedur justru dapat membuat bakteri
menjadi semakin kuat. Berikut ini kita akan mempelajari berbagai macam dan
jenis bakteri dari berbagai jenis penggolongan, dan kita juga akan mengenali
bakteri apa saja yang bermanfaat dan merugikan manusia. Kita juga akan
mempelajari bagaimana kita seharusnya memperlakukan bakteri-bakteri tersebut
dengan bijak sehingga kita bisa mendapat manfaat lebih besar dari bakteri tersebut
dan dapat menghindari bahaya yang serius dari perlakuan yang salah pada bakteri.
Beberapa jenis bakteri dapat bergerak dengan alat gerak bernama flagel.
Bakteri dapat bereproduksi dengan dua cara yaitu seksual dan aseksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan cara memindahkan DNA dari donor
ke penerima secara langsung, atau yang disebut juga konjugasi. Sedangkan
reproduksi aseksual umumnya dilakukan dengan pembelahan biner. Bakteri dapat
membelah sekali dalam 20 menit, dan sekali membelah dapat menghasilkan 2 sel
anakan.
Jumlah bakteri di alam bebas sangat berlimpah. Bakteri dapat ditemukan
di banyak dan hampir semua tempat. Tempat hidup bakteri mencakup wilayah
daratan, perairan, udara, berbagai permukaan benda dan bahkan dalam organisme
hidup. Di dalam tubuh manusia, bakteri dapat ditemukan terutama pada saluran
pencernaan, di organ mulut dan kaki manusia, serta di kulit manusia. Berikut ini
merupakan macam-macam bakteri jika dilihat dari berbagai sisi :

3
1. Macam Macam Bakteri berdasarkan Bentuk, yaitu:
a. Basil adalah bakteri berbentuk batang. Contoh bakteri ini adalah Bacillus
anthracis
b. Kokus adalah bakteri berbentuk batang. Contoh bakteri ini adalah
Staphylococcus aureus
c. Spiral adalah bakteri berbentuk bengkok-bengkok dan hampir
menyerupai spiral. Contoh bakteri ini adalah Treponema pallidum.
2. Macam Macam Bakteri berdasarkan Kebutuhan Oksigen, yaitu:
a. Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen, misalnya
bakteri Nitrosomonas
b. Bakteri anaerob merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen,
misalnya bakteri Clostridium tetani.
3. Macam bakteri berdasarkan cara mendapatkan makanan, yaitu :
a. Bakteri autotrof merupakan bakteri yang memproduksi  sendiri
makanannya. Baktero autotrof terdiri dari:
1) Bakteri fotoautotrof merupakan bakteri yang membutuhkan bantuan
energi cahaya matahari untuk membuat makanannya dengan
mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Contoh bakteri
ini adalah bakteri hijau dan bakteri ungu. (Baca juga: Proses
fotosintesis pada tumbuhan)
2) Bakteri kemoautotrof merupakan bakteri yang memanfaatkan energi
dari rekasi kimia untuk membuat makanannya sendiri dari bahan
organik.
b. Bakteri heterotrof merupakan bakteri yang memperoleh makanan dari
organisme lain.
1) Bakteri parasit merupakan bakteri yang memperoleh makanan dari
organisme yang ditumpanginya. Umumnya bakteri parasit
merupakan bakteri yang merugikan, misal Mycobacterium
tuberculosi.

4
2) Bakteri saprofit merupakan bakteri yang memperoleh makanannya
dari sisa-sisa organisme lain,misal Escherichia.

4. Macam bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagella


Flagella atau bulu cambuk merupakan struktur sel yang berbentuk batang atau
spiral dan terletak pada dinding sel, dan berfungsi sebagai alat gerak. Alat
gerak in memungkinkan bakteri berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain.
a. Monotrik merupakan bakteri yang hanya mempunyai satu flagela di salah
satu ujung sel tubuhnya. Contoh: Pseudomonas aeruginosa
b. Amfitrik merupakan bakteri yang mempunyai satu atau banyak flagela di
kedua ujung sel tubuhnya. Contoh: Aquaspirillum serpens
c. Lofotrik merupakan bakteri yang mempunyai banyak flagela di salah satu
ujung sel tubuhnya. Contoh: Pseudomonas fluorescen.
d. Peritrik merupakan bakteri yang mempunyai banyak flagela di seluruh
permukaan sel tubuhnya. Contoh: Salmonella typhosa.
e. Atrik merupakan bakteri yang tidak mempunyai flagela. Contoh:
Escherichia coli.
5. Macam bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel
Pengelompokan bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel dikembangkan
pertama kali oleh Hans Christian Gram melalui pewarnaan Gram.
Berdasarkan karakteristik dinding sel ini bakteri dikelompokkan menjadi
bakteri gram negatif, bakteri gram positif dan bakteri tak berdinding sel.
a. Bakteri gram positif merupakan bakteri yang memiliki lapisan
peptidoglikan tebal dan dinding selnya mampu menyerap warna violet.
Contoh bakteri gram positif adalah bakteri ungu, Enterobacteria, Vibrio,
dan lain-lain.
b. Bakteri Gram Negatif merupakan bakteri yang memiliki lapsan
peptidoglikan tipis dan dinding selnya mampu menyerap warna merah.
Contoh bakteri gram negatif adalah bakteri dengan genus Streptomyces,
Streptococcus, Mycrobacterium tuberculosis, dan lain-lain.

5
c. Bakteri Tidak Berdinding Sel merupakan bakteri yang tidak memiliki
dinding sel seperti bakteri Micoplasma.

2.2 Cara Pengambilan Sampel Bakteri

Prinsip pengambilan sampel secara umum adalah :

1. Suatu bagian tertentu (dapat digambarkan sebagai batch) yang


mengandung jenis dan jumlah bakteri tertentu.
2. Dari batch tersebut diambil sebagian kecil $olumenya untuk
diinterpretasikan sesuai dengan kebutuhan.
3. Sebagian kecil yang diambil ini (sampel) harus sedapat mungkin
menggambarkan dari
batch (populasi) tersebut baik dari segi jumlah ataupun jenis bakteri yang
ada.
4. Pengambilan sampel harus memenuhi syarat secara statistik bila ditinjau
dari $olume yang diambil dan perulangan yang dilakukan.
5. Pada saat pengambilan sampel diharuskan supaya bakteri yang masuk
ke dalam
wadah penampung sampel benar-benar berasal dari sumbernya, bukan
berasal dari lingkungan sekitar.
6. Sampel yang mengandung bakteri tersebut dijaga supaya tetap
menggambarkan kondisi yang ada sebelum memasuki tahap analisa.

Supaya tercapai tujuan diatas, maka dibutuhkan beberapa syarat tertentu


yaitu :
1. Semua peralatan pengambilan sampel harus steril dan dilindungi dari
kontaminasi sebelum dan sesudah pengambilan sampel dilakukan.
2. Dikerjakan dengan prosedur kerja aseptik yang baik dan dengan senyawa
desinfektan yang sesuai.
3. Dipilih peralatan atau wadah sampel yang cocok dan metode pengambilan
yang sesuai dengan jenis sampel.

6
4. Sebaiknya dilaksanakan pencegahan kontaminasi dari operator dengan
memakai sarung tangan dan masker. Pengambilan sampel sebaiknya
dilakukan pada tempat yang sedikit atau tidak terdapat aliran udara.
5. Setelah diambil, sampel langsung dianalisa. Pencegahan pertumbuhan
mikroba dapat
disimpan pada suhu dingin. Jika perlu dapat ditambahkan suatu zat ke
dalam sampel dengan tujuan melindungi mikroba dari kerusakan.
6. Pelabelan sampel harus mengandung nama sampel, waktu pengambilan,
tempat pengambilan, nama operator dan keterangan lain yang mendukung.

Alat yang digunakan :

Contoh peralatan yang biasa dipakai diantaranya adalah botol kaca, botol
plastik pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting dan lainnya. Peralatan
yang berupa wadah penampung harus steril bagian dalamnya sedangkan bagian
luarnya sebaiknya didisinfeksi dengan senyawa-senyawa antimikroba seperti
etanol, sodium hipoklorit dll, sedangkan peralatan untuk mengambil harus
disterilisasi dengan cara yang tepat. Peralatan jangan sampai mengandung sisa-
sisa senyawa yang dapat menghambat mikroorganisme, misalnya sisa deterjen
pada botol dari pencucian rutin atau sisa karat yang ada pada spatula. Semua
peralatan juga tidak boleh terdapat sisa bahan yang berpotensi menjadi nutrisi
seperti sisa agar atau gula. Botol sampel yang digunakan dapat terbuat dari kaca
atau plastik tahan panas dengan ukuran yang cocok. Jenis botol yang
direkomendasikan adalah botol gelas Borosilicate berpenutup ulir dan lebih
baik jika bermulut botol lebar. Jika menggunakan botol plastik sebaiknya terbuat
dari material yang tidak beracun seperti polypropilene yang tahan disterilisasi
dengan autoklaf berulang-ulang. Bila dirasa perlu tutup botol dapat dibungkus
dengan aluminum foil agar bagian leher botol lebih terhindar dari
kontaminasi.Kantong plastik juga bisa dipakai, keuntungannya adalah mengurangi
berat dan resiko botol pecah

Secara umum sampel dengan konsentrasi bakteri yang melimpah tidak begitu
membutuhkan teknik aseptik yang tinggi. Beberapa buah sel bakteri kontaminan
dari udara tidak akan berpengaruh banyak pada sampel 100ml air limbah rumah

7
tangga, tetapi akan sangat berpengaruh pada pengambilan sampel meja Laminar
air Flow dengan teknik contact Plate. Saat mengambil sampel harus benar-benar
diperhatikan bahwa pengambilan tersebut harus secara aseptis, yaitu aman dari
kontaminasi mikroba selain dari sampel tersebut.

Biasanya beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan kontaminasi saat


pengambilan sampel antara lain :

1. Peralatan yang tidak steril


2. Kontaminasi udara
3. Kesalahan Prosedur

Teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua teknik utama yaitu :

1. Teknik pipetting

Teknik pipetting (mentransfer dengan pipet) sering digunakan


saat menganalisa sampel dengan kondisi standar. Keunggulan
teknik ini adalah kita dapat menghitung jumlah bakteri yang kita
pindah tersebut (opsianal, bila di inginkan) misalkan saat kita
melakukan metode TPC (menghitung jumlah
koloni bakteri). Teknik pipetting dapat dilakukan dengan
pengenceran ataupun tanpa pengenceran. Untuk pipetting dengan
pengenceran kita dapat menggunakan pipet Volume sedangkan
pipetting tanpa pengenceran kita dapat menggunakan micro
volume pipettor.

2. Inokulasi dengan jarum ose


Teknik ini digunakan untuk memindahkan kultur bakterial dari
suatu media ke media lainnya. Berbeda dengan teknik pipetting ,
pada teknik ini jumlah bakteri sangatlah banyak sehingga kita tidak
akan bisa menghitungnya.

Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel sesuai tempatnya :


 Sampel air

8
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri.
Jika berasal dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan
miring dengan bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan
sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan
dengan tali. Jika ingin mengambil sampel dari air keran maka
sebelumnya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran
dibakar.
 Sampel padat
a. Membakar karung tersebut sehingga menyebabkan asap
b. menusuk karung dengan suatu pipa runcing steril kemudian
sampel ditampung pada kantung plastik steril.
c. Merendam karung dengan air dingin
d. Menyirami karung tersebut menggunakan beberapa
ramuan-ramuan
e. Menyinari karung tersebut dengan sinar buatan
2.3 Cara Pengecetan Bakteri
Identifikasi bakteri pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya,
hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai
zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak
dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun
secara tidak langsung (melalui biakan murni).
Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi,
ataupunfungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentukjasad.
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur
dalamjasad.

9
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat-sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
(Suriawiria,1999)

Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana


(simple stain), pewarnaan diferensial (differential strain), dan pewarnaan
khusus (specialstrain)

1) Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang
menggunakan pewarna tunggal. Pewarna tunggal yang
biasanya digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah
Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet . Semua
pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik pada bakteri
karena bersifat basa dan alkalin (kromoforiknya bermuatan
positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat basofilik
(suka terhadap basa) sehingga terjadilah gaya Tarik antara
komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal
tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna
dengan baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang.
Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel
bakteri. Gambar pewarnaan sederhana yang dilihat dibawah
mikroskop.
 Cara Kerja
1. Dibersihkan kaca preparat dan cover glass dengan
menggunakan alkohol sampai bebas lemak, lalu
dibersihkan lagi dengan tisu. Difiksasi diatas nyala
lampubunsen.
2. Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan
diratakan diatas kacapreparat.

10
3. Dikeringkan kaca preparat dengan diangin-anginkan hingga
terbentuknoda.
4. Difiksasi dengan dipanaskan diatas nyala lampubunsen.
5. Didinginkan lalu diteteskan larutan zat warna crystal violet
sebanyak 1 atau 2 tetes, dan dibiarkan selama 1 atau
2menit.
6. Dicuci dengan aquades sampai sisa-sisa zat warna
tercuciseluruhnya.
7. Dikeringkan dengandiangin-anginkan.
8. Diamati dengan menggunakanmikroskop.

2) PewarnaanNegatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan
pewarna asam seperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai
pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang
sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti spirochaeta.
Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada
latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri.
Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif,
pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki
komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga
dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat
menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena
negatif charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan
negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang).
Gambar pewarnaan negative dilihat darimikroskop

Cara kerja:
1. Dibersihkan object glass dan cover glass dengan menggunakan
alkohol sampai bebas lemak.
2. Difiksasi diatas nyala lampubunsen.

11
3. Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan
diatas objectglass.
4. Difiksasi dengan cara dipanaskan diatas nyala lampu bunsen.
5. Diteteskan larutan zat warna tinta cina diatas object glass
hinggamerata.
6. Dikeringkan dengandiangin-anginkan.
7. Diamati dengan menggunakanmikroskop.

3) Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan diferensial adalah pewarnaan yang mampu
mendiferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri
dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram
positif
 Bakteri GramNegatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan
zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci
dengan alcohol, sementara bakteri gram negativetidak.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan
terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh
alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan
berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel
berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal
violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh
alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru
(Fitria,2009).
 Bakteri GramPositif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis
ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan
bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan

12
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)
Bakteri gram positif menunjukkan warna biru atau ungu dengan
pewarnaan ini, sedangkan bakteri gram negatif menunjukkan
warna merah. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan
gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi
dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan
gram negatif mengandung lemak dalam presentase lebih tinggi dan
dinding selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum
pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga
memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk
ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada
bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding
selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun
sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel
berwarna ungu, yang merupakan warna dari Kristal Violet.

4) PEWARNAAN TAHAN ASAM


Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium,
Cryptosporidium dan Nocardia tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan sederhana. Namun, mikroorganisme ini dapat
diwarnai dengan menggunakan Karbol Fuchsin yang
dipanaskan. Panas membuat pewarna dapat terserap oleh sel
bakteri karena panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada
dinding sel bakteri. Sekali bakteri tahan asam menyerap karbol
fuchsin, maka akan sangat sulit untuk dilunturkan dengan
asam-alkohol, oleh karena itu mereka disebut bakteri tahan
asam.
Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang
tinggi pada dinding sel mereka.

13
Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-
Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam akan
berwarna merah karena menyerap pewarna karbol fuchsin yang
dipanaskan, karena pada saat pemanasan dinding sel bakteri
yang memiliki banyak lemak membuka sehingga pewarna
dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan dengan asam
alkohol karena pada saat suhu normal lemak pada dinding sel
bakteri kembali menutup, sehingga ketika diwarnai dengan
pewarna tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya
tetapmerah.
Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap
pewarna tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna
biru. Pada metode Kinyoun-Gabbet, tidak perlu dilakukan
pemanasan, maka dari itu metode Kinyoun-Gabbet juga disebut
Cold Stain. Metode Kinyoun-Gabbet tidak perlu dilakukan
dengan pemanasan karena pada pewarna Kinyoun terdapat
alkali fuchsin dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga walau
tanpa pemanasan dapat menghilangkan lapisan lilin pada
dinding sel bakteri tahanasam.
Komposisi Kinyoun antara lain: alkali fuchsin, fenol, alkohol
95%, dan aquades. Sebagai pewarna tandingan adalah Gabbet,
yang memiliki komposisi antara lain : methylene blue, asam
sulfat 96%, alkohol murni, dan aquades. Sama seperti pada
metode Ziehl-Neelsen, bakteri tahan asam akan berwarna
merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
Cara Kerja :
1. Buat apusan/ sediaan pad kaca objek dengan ukuran
2x3cm,fiksasi
2. Warnai dengan karbol fuksin selama 5 menit sambil dipanasi
dengan api kecil dibawah sediaan. Panasnya dipertahankan
sampai keluar uap tetapi jangan sampaimendidih
3. Cuci denganair

14
4. Cuci dengan asam alkohol selama 20detik
5. Cuci dengan airmengalir
6. Warnai dengan biru metilen 1% selama 1menit
7. Cuci dengan air dankeringkan
8. Periksa denganmikroskop
Hasil
1. Bakteri tahan asam ( BTA), berwarnamerah
2. Bakteri tidak tahan asam, berwarnabiru
3. PewarnaanKinyoouin-Gabbet:
4. Buat apusan/sediaan pada kaca objek,fiksasi
5. Tuangkan larutan Kinyoun pada sediaan tersebut
selama 3menit
6. Cuci dengan air selama 30menit
7. Tuang dengan larutan Gabbet selama 1menit
8. Cuci dengan air dan keringkan diudara
9. Amati di bawahmikroskop
10. Hasil : BTA merah dan ( Non BTA) bakteri tidak tahan
asambiru

5) Pewarnaan Khusus
 Pewarnaan Spora
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu
genus Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang
terbentuk di dalam tubuh vegetatif bakteri disebut sebagai
‘endospora’ (endo = dalam, spora=spora) yaitu spora yang
terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan
dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa
lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk
spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang
ekstrim.

15
Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore
ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan
sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis
protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal
spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan tersebut adalah
dengan penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk
memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan
larutan Safranin 0,5% sehingga sel vegetatif ini berwarna merah,
sedangkan spora berwarnahijau.
Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan
posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi.
Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di
dalam proses pewarnaannya melibatkan proses pemanasan, yaitu;
spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga
memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding
pelindung sporabakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai
spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu
sendiri. Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat, yang
mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri,
atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora. Dalam
proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam dupikolinat) yang
kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan pewarna
tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut
Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga
terdapat kompleks Ca2+ dan asam dipikolinanpeptidoglikan.
Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya
yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode
Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit

16
dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang
digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin.

Cara Kerja:

a) Buat olesan bakteri pada kaca objek lalu letakkan kertas saring
di atasnya. Letakkan kaca objek tersebut pada besi. Genangi
olesan bakteri dengan malachite green sambil dipanasi dengan
nyala api kecil. Pemanasan diatur supaya jangan sampai
mendidih atau mengering. Dapat ditambahkan beberapa tetes
malachite green selama pemanasan untuk mencegah
pengeringan. Olesan bakteri tersebut digenangi malachite
green selama 5-10menit.
b) Biarkan kaca objek sampai dingin selama 1menit
c) Cuci kelebihan zat warna dengan airmengalir
d) Tetesi olesan bakteri dengan safranin selama 1menit
e) Cuci dengan airmengalir
f) Keringkan dengan kertassaring
g) Amati dengan mikroskop 1000x menggunakan minyakemersi

2.3. Pemeriksaan Bakteri

a. Pemeriksaan Langsung

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan


pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami,
yang pada saat mengalami fixasi panas serta selama proses pewarnaan
mengakibatkan beberapa perubahan. Cara yang paling baik adalah dengan
membuat sediaan tetesan gantung. Preparat tetes gantung atau preparat
basah memungkinkan pemeriksaan organisme hidup yang tersuspensi dalam
zat cair. Preparat basah diperoleh dengan menaruh setetes zat yang
mengandung organisme pada kaca objek (object glass) dan menutupnya
dengan kaca yang sangat tipis yang dinamakan tutup kaca (cover glass).
Untuk mengurangi laju penguapan dan meniadakan aliran udara, tetesan itu

17
biasanya dilingkari dengan Vaseline sehingga antara objek gelas cekung dan
cover gelas tertutup rapat.

b. Pewarnaan

Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan


respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang
digunakan.
a). Untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan
pewarnaan acid- fast /tahan asam untuk Mycobacterium..
a). Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagel, pewarnaan kapsul,
pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert
digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada
Corynebacterium diphtheriae.

c. Langkah pemeriksaan
1) Penyiapan bahan pemeriksaan

a) Makanan padat :

• Spesimen yang dihancurkan dengan menggunakan blender

• Masukan 10 gram bahan tersebut ke dalam labu erlenmayer


berskala

• Tuangkan 90 ml air garam phisiologis atau aquadest steril


atau garam buffer phospate
• Kocok sebanyak 25 kali sampai homogeny

• Bahan dengan pengenceran tersebut siap dipergunakan untuk


pemeriksaan angka kuman, MPN, dan pemeriksaan biakan.
2) Pemeriksaan angka kuman cara pemeriksaan :

a. Siapkan 6 tabung reaksi, susun pada rak tabung masing-


masing tabung secara berurutan di berti tanda sebagai kode
pengenceran dan tanggal pemeriksaan

18
b. Siapkan 7 petri dish steril. Pada 6 petri dish diberi tanda sesuai kode
pengenceran dan satu petri dijadikan control
c. Pada tabung ke dua sampai ke enam diisi dengan 9 ml air garam
phisiologis.

d. Kocok bahan specimen diatas dalam labu erlenmayer


sebanyak 25 kali sampai homogen. Ambil 10 ml masukan ke
tabung ke satu
e. Pindahkan 1 ml bahan dari tabung ke satu ke dalam tabung ke
dua dengan pipet, cairan dibuat sampai homogeny.

f. Dari masing-masing tabung diatas diambil 1 ml dimasukan ke


dalam masing-masing petri dish steril
g. Kemudian ke dalam petri dish dituangkan plate count agar cair yang
telah dipanaskan dalam water bath 450 C sebanyak 15-20 ml.
Masing-masing petri dish di goyang perlahan-lahan hingga
tercampur merata dan biarkan hingga dingin dan membeku.
h. Masukan dalam incubator 370C selama 2 x 24 jam dalam keadaan
terbalik.

i. Control di buat dari cairan air garam phisiologis atau aquadest.

j. Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan cara menghitung


jumlah koloni yang tumbuh pada tiap petri dish.

3) Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang


telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda.
Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari : test perkiraan (presumptive
test) dan test penegasan (confirmative test).

Test perkiraan (presumptive test) dengan media lactose Broth Cara


pemeriksaan :
a. Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing berisi media lactose
broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi dan
diberi tanda

19
b. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan masukan ke dalam
tabung 1 sd 5 sebanyak 20ml tabung ke 6 sebanyak 1 ml dan ke 7
sebanyak 0,1 ml kemudian digoyang agar tercampur merata.
c. Inkubasikan pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah 24 jam
diperiksa ada tidaknya pembentukan gas dalam tabung
durham. Pembentukan gas pada tabung dilanjutkan pada test
penegasan.

Test penegasan (confirmative test)

media yang dipergunakan : Briliant green lactose bile broth 2%. Tesi
ini untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.
Cara pemeriksaan :

a. Dari tiap-tiap tabung presumptive positif dipindahkan 1-2 ose


ke dalam tabung konfirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%
b. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 35-37 0C
selama 24-48 jam (untuk memastikan adanya coliform) dan
satu seri yang lain diinkubasikan pada suhu 440C selama 24
jam (untuk memastikan adanya coli tinja)
c. Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat
tabung BGLB 2% yang menunjukan positif gas.

4) Pemeriksaan biakan

Dilakukan untuk pemeriksaan kuman pathogen meliputi :

1. E. Coli

2. Salmonella

3. Shigella

4. Vibrio Cholera

5. Staphylococcus aureus

20
Cara pemeriksaan :

1. Siapkan peralatan kerja dan bersihkan semua tempat kerja dengan


disinfektan

2. Ambil bahan specimen pengenceran 10-1 dalam abu erlenmayer dengan


pipet steril 10 ml masukan ke dalam enrichment media.
3. Inkubasikan pada suhu 350C-370C selama 24 jam kecuali :

- Untuk Vibrio cholera dalam alkalis pepton di inkubasikan pada suhu


370C selama 6-8 jam
- Untuk E. Coli dalam BHI broth (brain hearth infusion broth) di
inkubasikan pada suhu 440C selama 20 jam
2. Siapkan media selektif yang akan dipergunakan. Apabila media
tersebut sebelumnya disimpan pada lemari es sebelum digunakan
harus dikeringkan sebentar pada incubator untuk menghilangkan uap
air pada media.

3. Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 ose specimen dari masing-


masing broth ditanam pada media selected yang sesuai.
4. Inkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam

5. Amati kloni yang tumbuh pada masing-masing media isolasi.

2.4 PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

1. Persiapan untuk Pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan


untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah
diberikan pengobatan atau meyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang
diduga berdasarkan gejala klinisnya yang khas (gejala pathognomonic). Untuk
mengetahui penyebab atau perkembangan penyakit infeksi, diusahakan isolasi
dan identifikasi mikroorganisme dari spesimen (sampel) yang diambil. Hasil
pemeriksaan ini dipakai sebagai pedoman dalam pengobatan, perawatan atau
tindakan lainnya pada klien. Kegagalan hasil pemeriksaan penyebab penyakit

21
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan bila hasil pemeriksaan negatif
tidak berarti bahwa hasil diagnosis klinik salah tetapi dapat disebabkan oleh
tehnik atau cara kerja pengambilan dan pengiriman spesimen (sampel, bahan
pemeriksaan) yang salah. Mengingat hasilnya yang sangat penting, maka
pengambilan dan penangan spesimen harus dilakukan dengan benar.

Spesimen pemeriksaan sebaiknya harus diambil sebelum pemberian obat-


obatan, bila terlanjur mengkonsumsi antibiotik sebaiknya setelah 24 jam
pemberian antibiotik. Kadangdiperlukan bantuan secara aktif dalam
pengambilan spesimen pemeriksaan dengan memberikan keterangan kerja
yang jelas terhadap pengambilan spesimen yang diperlukan/dikehendaki.
Pengambilan harus dilakukan dengan cara aseptik untuk menghindari
kontaminasi mikroorganisme lain, dengan wadah (tempat penampung) yang
steril.

Prinsip pengambilan sampel harus representatif (mewakili proses


pemeriksaan yang dikehendaki dan ada kaitannya dengan infeksi
mikroorganisme penyebab penyakit), tanpa memandang asal/jenis spesimen.
Spesimen dalam wadah/tempat steril yang dapat ditutup dengan baik dan tidak
bocor. Hal penting untuk mencegah pencemaran, sampel spesimen harus
segera dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi untuk diproses secepatnya,
dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut atau selama perjalanan
penyakitnya. Kesalahan dalam pemilihan spesimen dalam pengambilan dan
pengiriman dapat memberikan hasil yang tidak sesuai, dan dapat
mengacaukan pengobatan terhadap klien. Dalam pengambilan spesimen harus
memperhatikan kenyamanan dan privasi klien, beri penjelasan dan arahan
yang cukup, sehingga spesimen yang diambil sesuai dengan kebutuhan
pemeriksaan tanpa mengganggu hak klien.

2. Alat Pengambilan Spesimen

Sebelum mengambil spesimen terlebih dahulu dipersiapkan alat untuk


pengambilan spesimen yang meliputi tempat penampungan
spesimen/pewadahan, label atau barcode, registrasi, media transport atau

22
media pembiakan, biakan aerob dan anaerob dan lingkungan tempat
pengambilan spesimen.

Alat yang dipakai pada saat pengambilan spesimen dan tempat spesimen
harus steril untuk menghindari terjadinya infeksi pada tubuh klien dan untuk
menghindari terjadinya kesalahan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus
dipastikan benar berasal dari spesimen, bukan dari alat yang dipakai untuk
pengambilan spesimen, misalnya berasal spuit dan jarum, tempat spesimen,
lidi kapas, spatel dan alat lainnya.

B. PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Macam spesimen

Dalam pemeriksaan laboratorium, diperlukan spesimen yang wujudnya


bermacammacam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan
penyakit. Spesimen dapat berasal dari pengambilan di tempat pemeriksaan,
atau berupa spesimen kiriman berasal dari tempat pelayanan kesehatan lain,
bahkan dapat berasal dari pengambilan di lapangan. Di tatanan pelayanan
klinik perawat sering harus melakukan pengambilan dan pengumpulan
spesimen. Spesimen untuk pemeriksaan meliputi darah, urin, feses atau rectal
swab, sputum, drainase luka, makanan maupun jaringan atau bagian tubuh dan
lain-lain tergantung dari gejala klinik

2. Waktu pengambilan

Waktu pengambilan sangat penting diperhatikan, agar didapatan hasil yang


tepat dan meyakinkan. Waktu ini disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan
pemeriksaan. Contoh: untuk pemeriksaaan yang dicurigai menderita demam
tifoid/typhus abdominalis, maka untuk:

 kepentingan gal cultur, pengambilan darah dilakukan pada minggu I


proses penyakit,

23
 kepentingan pemeriksaan Widal (serologis), pengambilan darah dilakukan
pada minggu ke III,
 kepentingan kontrol (pada klien yang sudah sembuh), diambil tinja sebagai
bahan pemeriksaan. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya
bahaya penularan kepada orang lain, karena meskipun secara klinis sudah
sembuh, tetapi biasanya masih mengandung bakteri Salmonella typhi,
terutama dalam fesesnya (keadaan ini disebut carrier).

Pengambilan spesimen yang bertujuan untuk menemukan microfilaria


Wuchereria bancrofti, pengambilan darah dilakukan pada malan hari,
sedangkan untuk menemukan Plasmodium sp. pengambilan darah dilakukan
saat demam. Kadang pengambilan spesimen dilakukan secara serial (tiga hari
berturut-turut) untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan mikrobanya.

Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan toksikologik pada dugaan


keracunan, harus dilakukan secepatnya agar betul-betul ditemukan bahan
penyebab keracunan tersebut. Spesimen dapat berupa sisa makanan yang
dimakan, bahan muntahan, dan bahan mentah sisa yang dicurigai sebagai
penyebab keracunan.

3. Jumlah atau banyaknya spesimen

Jumlah spesimen ini penting agar pemeriksaan berhasil dan tidak perlu
banyak yang terbuang, contohnya:

 Sampel sputum/dahak

Pada klien diduga penumonia, klien harus batuk yang dalam dan
mengeluarkan dahaknya langsung ke wadah steril, dan apabila diperlukan
dapat diberikan nebulizer atau obat ekspektoransia untuk mempermudah
pengeluaran sputum. Untuk tujuan pemeriksaan bakteri tahan asam
(BTA/Mycobacterium tuberculose), bahan dapat diambil dengan cara:

 sputum sesaat/spot sputum, yaitu sputum yang keluar saat klien


memeriksakan diri,

24
 sputum pagi hari (early morning sputum), yaitu sputum yang keluar pada
pagi hari, dan
 sputum tampung (collecting sputum), yakni sputum yang dikumpulkan
selama 24 jam.
 Sampel darah

Pada pemeriksaan Widal/gal kultur diperlukan 3-5 ml darah vena.


Pada bakterimia 10 ml darah yang diambil dapat diinokoluasikan langsung
ke media kultur/biakan atau ke dalam tabung berisi antikoagulan.

 Sampel urin

Urine merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan


multiplikasi (perkembangbiakan) mikroorganisme sehingga syarat aseptik
dalam pengambilan dan pengiriman harus diperhatikan. Urin dapat
diambil dengan beberapa cara:

 Kateterisasi, pada kasus khusus. Pada klien dengan kateter yang terpasang
selama beberapa hari (dower kateter), urin dapat diambil dengan spuit
disposible langsung pada selang karet yang sebelumnya telah didesinfeksi
dengan alkohol 70%, dan jangan diambil dari kantong urin (urobag).
 Aspirasi suprapubik pada kasus khusus. Aspirasi suprapubik dilakukan
dengan menusukkan jarum langsung ke buli-buli dengan persyaratan atau
keahlian tertentu.
 Urin prosi tengah dengan cara clean catch (cara ini sering digunakan),
klien harus membersihkan daerah periurethral dengan air dan sabun
sampai bersih dan dibilas dengan air matang, baru klien disuruh kencing
(aliran awal dibuang, aliran tengah/pori tengah langsung ditampung dalam
wadah steril yang telah dipersiapkan, lebih kurang 10-20 ml urin. Jumlah
secukupnya dan diambil dari porsi/pancaran urin tengah atau melalui
kateter steril. Spesimen harus dikirim dalam 1-2 jam untuk segera
diperiksa, bila tidak memungkinkan dikirim dapat disimpan dalam almari
es, paling lama 24 jam.
 Sampel feses (tinja)

25
Jumlah secukupnya dan untuk pemeriksaan Salmonella dan
Shigella sebaiknya dipilih tinja yang ada darah atau pus atau lendirnya.
Feses yang diambil diusahakan tidak terkena air jamban atau air kencing
agar tidak terkontaminasi.

C. PEWADAHAN SPESIMEN

Tempat penampungan spesimen atau pewadahan harus memenuhi syarat


bersih atau steril. Untuk mendapatkan tempat (wadah) yang steril sebaiknya
menggunakan sterilisasi fisik (autoklaf), tidak dianjurkan memakai antiseptik
atau desinfektan untuk mensucihamakan wadah tersebut. Wadah dalam
pengambilan spesimen yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan. Kadang
ada satu wadah yang sekaligus dapat dipergunakan untuk transport
(pengiriman).

D. PENGIRIMAN SPESIMEN

1. Pengantar Pemeriksaan

Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium


harus disertai dengan surat pengantar atau blanko permintaan pemeriksaan
yang meliputi:

a. nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat;


b. tanggal pengambilan spesimen;
c. jenis spesimen (darah, urin, pus dan lain-lain);
d. jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan: feses, jenis pemeriksaan:
Shigella, Salmonella, Cholera;
e. asal spesimen: hasil muntahan, rectum (rectal swab), tenggorokan;
f. keterangan klinik klien, lebih baik ditambahkan sedikit tentang riwayat
penyakit sudah mendapat pengobatan atau belum, kalau sudah maka
disebutkan jenis obat yang telah dikonsumsi;
g. nama, alamat pengirim serta tanda tangannya.

2. Waktu Pengiriman

26
Waktu pengiriman tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari rusaknya
spesimen yang dikirim.

3. Keamanan spesimen

Harus diusahakan supaya spesimen yang dikirim tidak mengalami


kerusakan dan tetap murni, misalnya tempat harus steril, ditutup dengan rapat
supaya tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain dan tidak
mengalami kerusakan dalam perjalanan. Untuk menghindari rusaknya bahan
dalam pengiriman, maka diusahakan beberapa cara, misalnya:

a. auntuk pemeriksaan Widal tidak perlu ditambahkan anti koagulan karena akan
diambil serumnya.
b. spesimen feses, beberapa gram tinja (5-10 gram) ditaruh dalam tempat steril
kemudian ditutup lalu dibungkus rapat, setelah itu dikirim ke laboratorium
segera.
c. khusus spesimen untuk pemeriksaan Cholera spesimen terdiri atas:
d. Feses yang pengambilannya dengan cara rectal swab steril langsung,
kemudian swab dan feses dimasukkan ke dalam tabung steril berisi 10 ml
pepton alkali.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada banyak Macam Macam Bakteri, baik yang bermanfaat


maupun merugikan manusia. Macam bakteri ada berdasarkan bentuk,
kebutuhan oksigen, cara mendapat makanan, jumlah dan letak flagella, dan
karakteristik dinding sel. Salah satu contoh prinsip pengambilan sampel
secara umum yakni Suatu bagian tertentu (dapat digambarkan sebagai
batch) yang mengandung jenis dan jumlah bakteri tertentu. Contoh
peralatan yang biasa dipakai diantaranya adalah botol kaca, botol
plastik pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting dan lainnya.
Teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua Teknik utama yakni
Teknik Pipetting dan inokulasi dengan jarum osce. Ada 3 macam prosedur
pewarnaan yakni : Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan
sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (differential strain), dan
pewarnaan khusus (specialstrain). Pemeriksaan bakteri teridiri dari dua
yakni pemeriksan langsung dan pewarnaan. Dalam persiapan
pengumpulan specimen yakni persiapan untuk pemeriksaan dan alat
pengambilan specimen. Dalam pengambilan specimen terdiri dari macam
specimen, waktu pengambilan, jumlah atau banyaknya specimen. Lalu ada
pewadahan specimen dan pengiriman specimen.

3.2 Saran

28
Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai apa itu
Identifikasi Bakteri. Maka dari itu, untuk pengembangan lebih lanjut, penulis
menyarankan kepada pembaca agar lebih memahami Identifikasi Bakteri
manakala di masa depan berguna untuk kehidupan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Sukini,dkk.2017.Mikrobiologi Bahan Ajar Keperawatan.Pusat Pendidikan Sumber Daya


Manusia Keseharan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/mikrobiologi
_bab1-9.pdf Diakses pada tanggal : 19 February 2021.

Alfiah. 2017. Macam-Macam Bakteri dan Peranannya. Terdapat pada :


https://dosenbiologi.com/bakteri/macam-macam-bakteri. Diakses tanggal 19
Februari 2021

Anonim. 2015. Bakteri dan Peranannya. Terdapat pada :


https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/bakteri-dan-peranannya.html.
Diakses tanggal 19 Februari 2021

Libya, Erna. 2014. Cara Pengambilan Sampel Bakteri. Terdapat pada :


https://id.scribd.com/doc/283691238/Cara-Pengambilan-Sampel-Bakteri. Diakses
tanggal 19 Februari 2021

Anonim. 2013. Identifikasi Bakteri. Terdapat pada :


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI%2C_Kusnadi
%2Cdkk/ientifikasi_bakteri.pdf . Diakses tanggal 19 Februari 2021

29
Purnama, Gede. 2008. Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan. Terdapat pada :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/ea822350fdf247b01a9e9283
80c15411.pdf . Diakses tanggal 19 Februari 2021

30

Anda mungkin juga menyukai