Anda di halaman 1dari 5

ULANGAN TENGAH SEMESTER

Bismillaahirrokhmaanirrokhiim
Nama : Diah Ayu Kristihana

Nim : 31402000207

Jurusan : S1 Akuntansi

Mata Kuliah : Pengauditan II

Pengampu : Bapak Dr.E. Chrisna Suhendi, MBA., SE., Ak.CA

ABNORMAL AUDIT FEE AND AUDIT QUALITY


Sharad C. Asthana and Jeff P. Boone
Pendahuluan
Ide dasar dalam penelitian ini adalah bahwa, audit fee yang besar, mencerminkan
sejauh mana hubungan ekonomi antara auditor dan klien. Ikatan ekonomi yang lebih besar
akan mengurangi kualitas audit dengan merusak independensi auditor.
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan kembali antara fee audit abnormal
dengan kualitas audit berdasarkan kerangka konseptual daya tawar klien (Casterella et al.
204) di samping konsep ikatan ekonomi. Dengan memperluas kerangka kerja di dapatkan
prediksi baru dimana biaya abnormal audit fee berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Serta pentingnya mempertimbangkan kekuatan daya tawar klien ketika menilai kualitas audit.
Audit fee yang terlau rendah mengindikasikan ketidak seimbangan kekuatan daya tawar
antara auditor dan klien, hal ini pada akhirnya mempengaruhi kualitas audit.
Data analisis yang diambil dari periode pasca-Sarbanes-Oxley (SOX) (yaitu, tahun
2004-2009), selain data dari periode pra-SOX (yaitu, tahun 2000-2003) menunjukkan
Pengaruh negatif berkurang di tahun-tahun setelah penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOX),
hal ini menunjukkan bahwa SOX efektif dalam meningkatkan independensi auditor atau
memperkuat daya tawar auditor, yang mengarah pada kualitas audit yang lebih tinggi.
Penelitian ini Konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Choi et al.
2010; Hope et al. 2009; Higgs dan Skants, 2006 yang menguraikan total fee audit menjadi
komponen normal dan abnormal, menguji hubungan antara kualitas audit dan fee audit
abnormal, mengkondisikan pengujian pada audit fee abnormal yaitu audit fee abnormal
positif (audit fee lebih tinggi dari normal audit fee), abnormal negatif (audit fee di bawah
normal). Tinggi rendahnya abnormal audit fee dipengaruhi oleh adanya ketergantungan
ekonomi (aconomic bonding) auditor terhadap klien dan kekuatan daya tawar (bargaining
power). Ketergantungan ekonomi (economic bonding) auditor terhadap klien menyebabkan
auditor akan mempertimbangkan biayamanfaat dalam menentukan kualitas auditnya. Auditor
akan mengkompromikan kualitas audit hanya jika keuntungan yang diterima melebihi biaya
yang harus ditanggung. Oleh karena itu, klien yang menginginkan kompromi kualitas audit
akan membayarkan audit fee yang tinggi kepada auditor. Konsep kekuatan daya tawar
(bargaining power) menjelaskan bahwa kualitas audit merupakan upaya yang dilakukan oleh
auditor bersama dengan klien yang timbul setelah adanya proses negosiasi antara keduanya.
Pihak yang lebih kuat dalam proses negosiasi tersebut akan memiliki harapan manfaat yang
lebih besar. Jika klien memiliki bargaining power yang tinggi, maka klien memiliki
kemampuan untuk menegosiasikan kualitas audit yang diinginkan dan menetapkan besaran
audit fee yang lebih rendah. Penelitian ini menggunakan discretionary accruals dan meet-or-
beet earnings. Dengan sampel perusahaan non-Andersen clients.

Engagement Profitability and Economic Bonding


Abnormal audit fees dapat dianggap seperti apa yang dinamakan “client-specific
quasi-rents” oleh DeAngelo (1981). Adanya (positive) client-specific quasi-rents
menimbulkan insentif bagi auditor untuk mengkompromikan independensinya dengan klien
tertentu. Client-specific quasi-rents secara ekonomis mengikat auditor kepada klien,
mengurangi independensi auditor, dan meningkatkan kemungkinan bahwa auditor akan
menyetujui permintaan klien untuk manajemen laba. DeAngelo (1981) menemukan bahwa
negosiasi pada awal masa perikatan audit membutuhkan pertimbangan yang wajar akan
keuntungan pada masa yang akan datang. Kompetisi yang ketat pada masa awal audit
mendorong auditor untuk menurunkan imbal jasa audit hingga mencapai profit yang
minimum demi mendapatkan klien. Hal ini menyebabkan terjadinya praktik low balling tidak
selalu mempengaruhi independensi auditor. Auditor akan mengkompromikan integritas audit
hanya jika keuntungan yang diharapkan (mempertahankan client-specific quasi-rents)
melebihi kerugian yang diharapkan (client-specific quasi-rents hilang dari keseluruhan
portofolio klien, biaya litigasi, dan denda), dan dengan demikian pertanyaan apakah ekonomi
bonding merusak kualitas audit tergantung pada besarnya biaya dan manfaat yang
diharapkan.
Bargaining power
Tawar menawar mempengaruhi kualitas audit karena laporan keuangan yang diaudit
dan kualitasnya adalah upaya bersama antara auditor dan klien (Antle dan Nalebuff 1991)
yang muncul dari proses negosiasi antara keduanya (Gibbins et al. 2001). Literatur negosisasi
menunjukkan bahwa ketika negosiator berbeda dalam daya tawar, pihak yang lebih kuat
mengharapakan konsensi yang lebih besar (Pruitt dan Carnevale 1993; Hornstein 1965;
Michener et al. 1975), dan Barnes (2004) menunjukkan bahwa kualitas audit dapat menurun
ketika daya tawar klien meningkat. Dalam Hatfield et al. (2008) menunjukkan bahwa
pengaruh daya tawar klien terhadap laporan keuangan yang diaudit bergantung pada strategi
negosiasi yang digunakan oleh auditor, dengan strategi negosiasi timbal balik yang mengarah
ke laporan keuangan yang lebih konservatif. Dengan demikian, pertanyaan apakah daya
tawar klien merusak kualitas audit bergantung pada apakah auditor dapat menggunakan
strategi negosiasi yang melemahkan keunggulan yang dimiliki oleh klien dengan daya tawar
yang kuat.
Abnormal audit fee
Abnormal audit fee adalah selisih antara audit fee yang benar-benar dibayarkan
kepada auditor (untuk audit laporan keuangan tahunan) dengan ekspektasi audit fee yang
normal yang seharusnya dikenakan untuk perikatan audit tersebut (Simunic 1980).
Berdasarkan definisi ini, audit fee dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu komponen
fee yang normal (seharusnya) dan komponen yang abnormal. Komponen audit fee yang
normal menceriminkan biaya usaha audit yang regular (seperti, expenses untuk tim audit,
risiko litigasi, dan margin keuntungan normal untuk perikatan audit), sedangkan komponen
audit fee yang abnormal adalah komponen yang dalam penentuannya tidak tranSparan, dan
oleh karena itu, merupakan kesepakatan auditor-klien yang tidak teramati. Abnormal audit
fee dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu abnormal audit fee negatif (dibawah normal audit
fee) dan abnormal audit fee positif (diatas normal audit fee ).
DeFond dkk. (2002) tidak menemukan hubungan antara biaya keterlibatan abnormal
dan opini going concern auditor selama 2000–2001, sementara Krishnan et al. (2005)
menemukan bahwa selama tahun 2001, koefisien respon laba (indikator langsung kualitas
audit) menurun dengan meningkatnya fee audit abnormal. Mitra dkk. (2009) menemukan
selama tahun 2000-2005 hubungan negatif antara fee audit abnormal positif, dan akrual
diskresioner absolut dan akrual peningkatan pendapatan, tetapi tidak menemukan hubungan
antara biaya audit abnormal negatif dan akrual diskresioner. Choi dkk. (2010) menemukan
selama 2000-2003 hubungan positif antara fee audit abnormal positif dan akrual diskresioner
absolut, tetapi tidak ada hubungan ketika fee audit abnormal negatif.
Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan negatif antara kualitas audit dan fee
audit abnormal positif, dan tidak ada hubungan antara kualitas audit dan fee audit abnormal
negatif — temuan yang konsisten dengan hipotesis economic bonding. Namun, seperti
dibahas di atas, fee audit abnormal yang negatif dapat mencerminkan daya tawar klien yang
dapat menurunkan kualitas audit — dengan semakin besar nilai penurunan tersebut, semakin
besar pula daya tawar klien. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pertanyaan apakah daya
tawar klien merusak kualitas audit pada akhirnya bergantung pada apakah auditor dapat
menggunakan strategi negosiasi yang melemahkan keunggulan yang dimiliki oleh klien
dengan daya tawar yang kuat. Jadi, apakah daya tawar klien memengaruhi kualitas audit tetap
merupakan pertanyaan empiris terbuka, yang mengarahkan kami untuk menentukan dan
menguji hipotesis daya tawar klien berikut.
H1a : Kualitas audit akan menurun karena besarnya fee audit di bawah normal.

H1b: Asosiasi yang diprediksi di H1a akan diperkuat dengan proksi bargaining power.

Untuk kelengkapan, peneliti juga menentukan dan menguji hipotesis economic bonding
berikut: H2: Kualitas audit akan menurun karena biaya audit di atas normal meningkat
besarnya.

Fee audit abnormal pasca-SOX


Fee audit abnormal berubah setelah SOX. Lulus pada tahun 2002 setelah penemuan
serangkaian skandal pelaporan keuangan profil tinggi, SOX berusaha untuk meningkatkan
tata kelola perusahaan dan meningkatkan independensi auditor dengan mewajibkan
pengawasan auditor oleh pemerintah federal, meningkatkan pengawasan auditor komite
audit, dan membatasi kesempatan bagi auditor untuk menjual layanan nonaudit kepada klien
(Dewan Perwakilan AS 2002).
H3: Hubungan antara kualitas audit dan fee audit abnormal akan berkurang pada periode
pasca-SOX dibandingkan dengan periode pra-SOX.

Discretionary Accruals Model


Tingkat discretionary accruals umumnya digunakan sebagai pengganti untuk
pelaksanaan kebijaksanaan manajer yang diberikan oleh GAAP. Sejauh komponen
diskresioner dari akrual digunakan oleh manajer untuk mengelola laba secara oportunistik
dan auditor memungkinkan manipulasi untuk tetap tidak dikoreksi, akrual diskresioner
merefleksikan kualitas audit dan laba secara negatif (Schipper 1989; Jones 1991; Levitt 2000;
DeFond dan Park 2001). Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan atau
menurunkan pendapatan tergantung pada insentif manajer.
Hasil peneilitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa abnormal audit fee, baik lebih rendah maupun
lebih tinggi daripada fee normal berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian
juga menyatakan bahwa hubungan negatif tersebut semakin melemah setelah adanya SOX
reform. SOX reform meningkatkan independence dari auditor, sehingga mengurangi bonding
antara auditor dan client, sehingga auditor tidak membiarkan discretionary accruals yang
dibuat oleh clientnya.

Komentar/pendapat:
Pendapat saya mengenai jurnal ini untuk keseluruhan sudah sangat bagus hanya saja,
ada beberapa istilah dalam jurnal yang saya kurang mengerti seperti client specific quasi-
rents, engangement profitability dan economic bonding. Penelitian ini akan sangat
bermanfaat untuk peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi. Sepengetahuan saya masih
sangat sedikit penelitian mengenai abnormal audit fee di negara berkembang.
Karakteristik institusi yang berbeda dari Indonesia dibandingkan dengan negara maju
seperti Amerika Serikat seperti (1) rezim dimana kewajiban auditor relatif kurang ketat, (2)
sistem tata kelola perusahaan two tier (vs one tier), (3) penegakan hukum yang relatif rendah
mungkin akan memberikan hasil yang berbeda. Kontribusi ketiga, di Indonesia ada kewajiban
rotasi untuk KAP dan partner audit, sedangkan di Amerika Serikat tidak ada kewajiban rotasi
KAP, hanya rotasi partner audit. Adanya kewajiban melakukan rotasi KAP meningkatkan
persaingan pasar jasa audit antara KAP BIG 4 dan KAP Non BIG 4 (second tier) terutama
perusahaan klien yang terdaftar di BEI. Dengan pasar yang persaingannya tinggi, mungkin itu
akan menghasilkan daya tawar yang kuat dari klien dalam penentuan audit fee, hal ini dapat
menyebabkan biaya audit yang abnormal negatif (audit fee di bawah normal). Dalam
kompetisi pasar audit yang tinggi, litigasi risiko tinggi dan pengawasan yang ketat, audit fee
abnormal negatif mungkin tidak akan menurunkan kualitas audit, karena auditor akan selalu
menjaga reputasi mereka dan menghindari tuntutan hukum (litigasi) sedangkan pada negara
dengan pengawasan yang longgar hal yang terjadi mungkin sebaliknya Fitriany, dkk. (2015).

Anda mungkin juga menyukai