Oleh:
1.Muh ismar almujhidin :30400120060
2.Syahrul ande:30400117050
3.Amin rais :30400120047
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Salam serta shalawat diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW atas perjuangannya Umat Islam terbebas dari zaman kebodohan
Penulis makalah ini membahas tentang Perkembangan ilmu fikih dan ushul
dikih Ajaran ini tentunya memiliki sejarah dan ajaran yang bisa dipelajari dan
bantuan maupun dukungan kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penulis
juga menyadari, bahwa masih terdapat Sedikit kesalahan dan kekurangan pada laporan
tersebut.
Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk membenahi makalah ini. Penulis berharap laporan
ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok penulis
sendiri. Selain itu, semoga laporan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pihak-
pihak yang membutuhkan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….13
3.2. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Ilmu fikih merupakan ilmu yang meembahas tentang hukum hukum yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Ash-Sunnah. Ilmu ini adalah salah satu ilmu yang
di gunakan oleh para ulama dalam menetapkan suatu hukum. Ilmu fikih tidak hanya
membahas tentang ibadah,sholat, puasa,zakat dll sebagainya. Akan tetapi ilmu fikih
ini membahas semua hal hal yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis itu sendiri.
Begitupun dengan Ushul fikih, yang mana ushul fikih adalah ilmu yang
mempelajari dasar dasar ilmu fikih. Ilmu ini juga merupakan metode seorang ulama
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan
Tujuan dari pada mempelajari ilmu fikih dan ushul fikih itu sendiri adalah untuk
mengetahui bagaimana cara / metode yang di lakukan oleh para ulama dalam
iv
BAB 2.PEMBAHASAN
1.sejarah perkembangan ilmu fikih ini mulai berkembang pada masa kepemimpinan
Rasulallah Saw saat itu sudah berkembang tentang ilmu fiqih.dan ilmu fiqih ini
berkembang juga pada masa kepemimpinan khulafaur rosyidin seperti,abu bakar as-
shidiq, umar bin khattab, usman bin affan, dan ali bin abi tholib. setelah khulafaur
rosyidin dilanjutkan oleh para tabiin dan tabiit serta para ulama ilmu fiqih.karena
hukum ilmu fiqih sangat penting karena ilmu fiqih mengajarkan kita untuk mengetahui
Sebagai sebuah kedisiplinan ilmu yang mandiri dalam sejarah perkembangan ilmu
fiqih,proses pembentukan ilmu fiqih melalui tahapan yang sangat panjang dan
ini sangat berkaitan erat dalam perkembangan sejarah ilmu fiqih di kalangan umat
islam didunia dan sebagai pedoman hukum dan syariat juga tentang pentingnya belajar
ilmu fiqih.
Periode pertumbuhan ini terjadi dan berlangsung pada saat waktu kenabian yang fase
terjadinya hampir lama yaitu dua puluh tiga tahun pada periode pertumbuhan
ini.periode ini dimulai sejak kebangkitan Nabi Muhammad Saw sejak turunnya wahyu
dari Allah SWT yang melalui perantara malaikat jibril yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dan berakhir pada saat Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11
H.pada era ini merupakan fase pertumbuhan dan pembentukan ilmu fiqih islam suatu
fase atau masa turunnya syariat islam dalam definisi yang sebenarnya.
v
Sumber hukum islam pada saat ini berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist.
Pengertian fiqih pada masa itu identik dengan syarat, karena penentuan hukum
pembinaan ini berlangsung pada masa sahabat nabi atau khulafaurrasyidin.periode ini
dimulai sejak Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11 H (632 M) dan berakhir pada
masa Bani Ummayah pada masa ke khalifahan Muawiyah bin Abi Sofyan pada masa
Pada periode pembinaan tersebut dalam konteks yang ada sumbernya,fiqih memiliki
dua unsur terpenting yaitu al-quran dan al-hadist serta ijhtihad sebagai satu sumber
pelengkap bagi sumber-sumber hukum yang ada.Pada periode kebangkitan ini periode
sejarah fiqih islam periode ini berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama dan
panjang yaitu mulai tahun 41 H/661 M sampai dengan tahun 656 H/1528 M.
Pada Periode kebangkitan ini ilmu fiqih telah mencapai kemajuan yang amat pesat dan
banyak.para ulama sangat tekun dan serius dalam melakukan ijtihad terhadap berbagai
persoalan yang bada saat ini terutama tentang syara’ atau tentang hukum ilmu
fiqih.Periode kemunduran ilmu fiqih ini dimulai pada masa abad pertengahan 7 H.
https://www.kompasiana.com/ikafais/5f97901165eaa17bdf4e9d62/sejarah-
perkembangan-ilmu-fiqih
vi
2.Pada zaman belum ada ilmu khusus yang mempelajari Ushul Fiqh. Karena pada
masa itu, Rasul sendiri yang memberikan fatwa dan menetapkan hukum secara
langsung dengan mengambil nash dari al Qur’an atau menjelaskan hukum sesuai
tertentu, akan tetapi ijtihadnya dilakukan secara naluri, artinya dilakukan tanpa
memerlukan usul dan kaidah yang dijadikan pedoman dalam mengistinbathkan hukum.
Masalah seperti dalam Ushul Fiqh sudah ada sejak zaman Rasulullah dan sahabat yaitu
seperti ijtihad, qiyas, nasakh dan takhsis. Contoh ijtihad seperti yang dilakukan oleh
Mu’adz bin Jabbal (Abu Daud, IX, 509). Tentang takhsis seperti ketika Abdullah bin
Mas’ud dalam menetapkan iddah wanita hamil. Dia menetapkan bahwa batas iddah-
nya berakhir ketika is melahirkan. Pendapat tersebut didasarkan pada surat at Thalaq
ayat 4 dan 6. Menurutnya ayat tersebut turun setelah surat al Baqarah ayat 228. Kasus
tersebut terkandung pemahaman ushul, bahwa nash yang datang kemudian dapat me-
Pada masa Tabi’in, cara meng-istinbath hukum semakin berkembang. Diantara mereka
ada yang menempuh metode qiyas disamping berpegang pada fatwa sahabat. Pada
masa ini mulai tampak perbedaan-perbedaan mengenai hukum. Perbedaan itu terlihat
jelas pada masa al ‘Aimmat al Mujtahidin. Seperti Abu Hanifah misalnya menempuh
metode qiyas dan istihsan, sementara Imam Malik berpegang pada amalan orang-orang
Madinah. Menurutnya amalan mereka lebih dapat dipercaya dari pada hadits ahad.
vii
Hal itu menunjukkan bahwa pada zaman nabi, sahabat, tabi’in dan sesudahnya
secara sistematis.
Seiring meluasnya islam, banyak pula peristiwa-peristiwa baru yang muncul. Para
Ulama yang tersebar ke negri-negri baru telah terpengaruh oleh lingkungan dan pola
dengan metodenya sendiri yang dianggap benar. Keadaan ini tentu menimbulkan
pendapat antar daerah. Mereka menjadikan sesuatu sebagai hujjah, padahal sebenarnya
Semua itu menjadikan dorongan dan motivasi untuk menyusun batasan dan bahasan
dipegang oleh para mujtahid dalam mengistinbathkan hukum. Kaidah itulah yang
disebut dengan “Usul al-Fiqh”. Usul Fiqh dikenal dengan sebagai suatu cabang ilmu
viii
terlebih dahulu. Karena itulah dalam Ilmu Ushul Fiqh juga timbul aliran-aliran. (Salam,
1994 : 72)
Orang yang pertama kali menghimpun kaidah-kaidah yang bercerai berai dalam suatu
himpunan yang berdiri sendiridalam satu kitab secara cermat adalah Imam Abu Yusuf,
teman Abu Hanifah, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu an Nadim dalam kitab al
Fihrasar, akan tetapi apa yang dia tulis tidak pernah sampai pada kita. (Khallaf, 1947 :
9)
Pada penghujung abad kedua dan awal abad ketiga, Imam Muhammad bin Idris al
Syafi’i (150-204 H) tampil berperan dalam meramu dan membukukan Ushul Fiqh.
Seperti disimpulkan Abdul Wahhab Abu Sulaiman, sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa itu. Perkembangan pesat tersebut dimulai dari masa Harun al
ditempuh oleh Ulama Ahli Kalam dalam membahas Ilmu Kalam. Para Ulama Ahli
Ushul Fiqh yang termasuk dalam aliran ini memakai akal pikiran yang rasional dan
ix
alasan-alasan yang kuat dalam menetapkan kaidah-kaidah dan berdasar pada bukti-
bukti dengan memegangnya sebagai suatu kebenaran sekalipun tidak sesuai furu’ yang
Yang termasuk aliran ini adalah para Ahli Ilmu Ushul Fiqh dari ulama Syafi’iyah dan
Kitab-kitabnya ada ar Risalah disusun oleh Imam asy Syafi’i merupakan kitab Ushul
Fiqh pertama kali, kitab al Mu’tamad oleh Abu al Husain Muhammad ibn Aly al Basri
(aliran Mu’tazilah), kitab al Burhan oleh Abu al Ma’aliy Abdul Malik ibn Abdillah al
Ghazali (Ulama Syafi’iyah). Dari kitab-kitab tersebut yang sampai ketangan kita
Yang menggunakan metode ini adalah Ulama Hanafiyah. Dalam membahas soal-soal
yang berkaitan dengan Ushul Fiqh, mereka memperhatikan dan menyesuaikan dengan
soal-soal furu’, tanpa memandang alasan-alasan dan jalan pikiran yang rasional.furu’
Kitab-kitab Ushul Fiqh yang disusun berdasarkan metode Ulama Hanafiyah ada kitab
Ushul Fiqh oleh Abu al Hasan al Karakhi, kitab Ushul Fiqh oleh Abi Bakar ar Razi,
x
Ta’sis an Nazar oleh Abu Zaid ‘Ubaidillah ibn ‘Umar al Qadi ad Dabusiy dll. (Salam,
1994 : 23-25)
Muncul aliran yang menggabungkan dua aliran tersebut dalam penulisan Ushul Fiqh.
Seperti kitab Badi’ al Nizam karya Ahmad bin Ali al Sa’ati (Hanafiyah) yang
menggabungkan dua buku yaitu Ushul al Bazdawi oleh Ali ibn Muhammad al Bazdawi
(Hanafiyah) dengan kitab al Ihkam fi Ushul al Ahkam oleh al Amidi (Syafi’iyah), kitab
Jam’u al Jawami oleh Ibnu as Sibki (Syafi’iyah) dengan kitab al Tahrir oleh al Kamal
menyusun ar Risalah, asy Syafi’i menempuh metode deduktif filsafat yaitu menyusun
khususnya metode Mantiq dalam penulisan kitabnya. Alasan mereka bahwa Mantiq
telah dikenal Islam sebelum masa asy Syafi’i dan ia sendiri mengerti bahasa Yunani
dan ternyata metode Qiyasnyamirip dengan metode tamsil Aristo (Ali Sami al Nasyr :
668-669). Namun alasan tersebut kurang kuat karena Asy Syafi’i sabgat membenci
manthiq Aristo. Dengan demikian hal tersebut tidak menjadikan asy Syafi’i
xi
Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, metode inilah yang dikembangkan oleh
asy Syafi’i banyak menarik minat ulama-ulama Ushul Fiqh sesudahnya, baik dari
kalangan fuqaha maupun dari kalangan mutakallimin. Ulama yang dianggap menerima
pengaruh manthiq secara sungguh-sungguh ialah al Ghazali karena secara mencolok ia
mengemukakan teori-teori manthiq sebagai muqaddimah kitabnya Mustasyfa.
Didalamnya ia menegaskan barang siapa yang tidak menguasai ilmu manthiq Aristo,
maka ilmunya tidak dapat dipastikan kebenarannya. Atas dasar inilah al Ghazali
menilai manthiq Aristo sebagai salah satu syarat ijtihad dan merupakan fardhu kifayah
bagi umat Islam. Hal ini membawa al Ghazali pada posisi yang bertentangan dengan
para fuqaha Islam ketika itu. (Syafe’i, 2010 : 40-41)
https://www.kompasiana.com/maratuz/sejarah-perkembangan-ushul-
fiqh_55643d25b39373392eee644d
xii
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode pertumbuhan ini terjadi dan berlangsung pada saat waktu kenabian yang fase
terjadinya hampir lama yaitu dua puluh tiga tahun pada periode pertumbuhan
ini.periode ini dimulai sejak kebangkitan Nabi Muhammad Saw sejak turunnya wahyu
dari Allah SWT yang melalui perantara malaikat jibril yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dan berakhir pada saat Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11
H.pada era ini merupakan fase pertumbuhan dan pembentukan ilmu fiqih islam suatu
fase atau masa turunnya syariat islam dalam definisi yang sebenarnya.
xiii
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat mebantu teman teman semua terkhususnya diri pribadi
dalam memahani arti dari ilmu fikih dan ushul fikih itu senditri. Saya berharap teman
teman semua dapat membuat makalah yang lebih sempurna..sehingga dengan makalah
itu menjadi sebuah wadah atau ladang pahala bagi kita semua dalam menuntut ilmu.
Kata nabi saw. Menuntut ilmu adalah hukumnya wajib..sekian terima kasih kurang
lebihnya mohon di maafkan..
DAFTAR PUSTAKA
1.Muh ismar,Amin rais,syahrul ande,9 maret 2021, makalah perkembangan ilmu fikih
dan ushul fikih
2. https://www.kompasiana.com/ikafais/5f97901165eaa17bdf4e9d62/sejarah-
perkembangan-ilmu-fiqih
3. https://www.kompasiana.com/maratuz/sejarah-perkembangan-ushul-
fiqh_55643d25b39373392eee644d
xiv
1