Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HADIS HADIS SOSIAL

TENTANG

"Larangan Saling Mendengki, Memfitnah, Membenci Dan Memusuhi"

OLEH KELOMPOK 10

NURHASANAH_30400120037

FITRHA RAMADHANA_30400120048

PRODI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini.Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Gowa, 13 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................... ........................2

DAFTAR ISI.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................5

A. Larangan Saling Mendengki............................................................5-7

B. Larangan Saling Memfitnah............................................................8-12

C. Larangan Saling Membenci ...............................................................13

D. Larangan Saling Memusuhi...........................................................14-16

BAB III PENUTUP.................................................................................17

A. Kesimpulan.........................................................................................17

B. Saran...................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasad(Dengki) merupakan bencana dari pada penyakit hati yang di akibatkan perasaan
dendam. Hasad dengki boleh lah kita katakan anak daripada sifat ataupun cucu daripada sifat
marah. Hasad dengki bermula pada zaman nabi adam a.s yakni anaknya antara qabil dan
habil. Begitupun pada zaman rasulullah sudah ada yang namanya dengki, dikalangan umat
manusia, hingga saat ini.

Umumnya semua kita punya sifat ini, cuma bergantung kepada kekuatan diri untuk
mengawalnya. Ada yang tidak mempedulikanya. Ada yang mengikutinya hingga
mengadaikan maruah diri dan orang sekitarnya, kita seringkali lupa bagaimana Allah
mendidik kita supaya senantiasa meminta kepadaNya. Tentulah Allah lebih tahu apa yang
ingin di pinta karna sifatnya yang maha mengetahui. Namun kita tetap di suruh meminta
untuk menunjukkan pengabdian diri kepada Allah selaku pencipta kecewa.

Akibatnya kita akan menyalahkan kelemahan diri karna sikap pesimis (rendah hati) yang
keterlaluan dan menurunkan keazaman untuk terus berjaya. Jika kita benar beriman, pastinya
Allah menguji kita tanda dia sedang melihat keazaman kita menerima takdir dan kekuasaanya
sebagai penentu segala-galanya.

B. Rumusan Masalah

A. Apakah Larangan Saling Mendengki, Memfitnah, Membenci dan Memusuhi?

C. Tujuan

Adapun tujuanya yaitu untuk mempelajari larangan saling mendengki, memfitnah, membenci
dan memusuhi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Larangan Saling Mendengki, Memfitnah, Membenci, Memusuhi

1. Mendengki (Hasad)

Hasad berasal dari bahasa arab yaitu (hasad-yahsudu/yahsidu) yang artinya iri, dengki. Hasad
merupakan suatu sikap seseorang yang tidak senang terhadap orang yang memperoleh
keberuntungan, kenikmatan, atau karunia Allah swt. Sifat ini dapat timbul kepada seseorang
apabila ia merasa tidak senang terhadap keberhasilan orang lain.

SYARAH HADITS

1. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫ = لا تا احا اسد ُْوا‬artinya, jangan sebagian kalian dengki
kepada sebagian yang lain. Sifat dengki ada pada watak manusia karena manusia tidak suka
diungguli orang lain dalam kebaikan apa pun. Terkait perasaaan dengki ini, manusia terbagi
menjadi beberapa kelompok :

Kelompok Pertama, Kelompok ini terbagi menjadi :

1. Yang berusaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang didengki dengan
berbuat zhalim kepadanya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kemudian berusaha
mengalihkan kenikmatan tersebut kepada dirinya.

2. Yang berusaha menghilangkan kenikmatan dari orang yang ia dengki tanpa menginginkan
nikmat itu berpindah kepadanya. Ini merupakan dengki paling buruk dan paling jelek.

Ini adalah dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa iblis yang dengki kepada Nabi
Adam Alaihissallam ketika melihat beliau mengungguli para malaikat, karena Allâh
menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau,
mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya. Iblis
tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga hingga
akhirnya beliau dikeluarkan darinya.

Sifat dengki seperti inilah yang melekat pada orang-orang yahudi. Allâh Azza wa Jalla
menjelaskan dalam banyak ayat al-Qur’ân tentang hal itu. Seperti firman-Nya :
‫مِن با ْع ِد اما تاباينا لا ُه ُم ْال اح ُّق‬
ْ ‫مِن ِع ْن ِد أا ْنفُسِ ِه ْم‬
ْ ‫ارا اح اسدًا‬ ِ ‫مِن أا ْه ِل ْال ِكتاا‬
ْ ‫ب لا ْو يا ُردُّوناكُ ْم‬
ً ‫مِن با ْع ِد إِي امانِكُ ْم كُف‬ ْ ‫اود اكثِير‬

Banyak diantara ahli kitab yang ingin sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah
kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam hati mereka, setelah
kebenaran jelas bagi mereka…” [al-Baqarah/2:109]

Kelompok Kedua

Kelompok ini, jika dengki kepada orang lain, mereka tidak menuruti perasaan dengkinya dan
tidak berbuat zhalim kepada orang yang ia dengki, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Mereka ini terbagi dalam dua jenis :

1. Yang tidak kuasa memupus rasa dengki dari hatinya. Perasaan ini telah menguasai dirinya.
Orang yang seperti ini tidak berdosa.

2. Yang sengaja memunculkan kedengkian pada dirinya, mengulangi lagi. Ini dilakukan
berulang kali disertai harapan kenikmatan yang melekat pada orang yang didengki sirna.
Dengki seperti ini mirip dengan azam (tekad) untuk melakukan kemaksiatan. Dengki seperti
ini kecil kemungkinan terhindar dari perbuatan zhalim terhadap yang ia dengki, kendati
hanya dengan perkataan. Dengan prilakunya yang zhalim ia berhak mendapatkan dosa.

Kelompok Ketiga

Kelompok ini, jika dengki, ia tidak mengharapkan nikmat orang yang ada pada orang yang
didengki itu hilang, namun ia berusaha mendapatkan kenikmatan yang sama dan ingin seperti
dia.

Kelompok Keempat

Kelompok ini, jika mendapati sifat dengki pada dirinya, ia berusaha memusnahkannya,
berbuat baik kepada yang didengki, mendo’akannya dan menceritakan kelebihan-kelebihan
orang yang didengki. Dia tidak hanya berusaha menghilangkan rasa dengki pada dirinya
namun dia juga berusaha menggantikannya dengan rasa senang melihat saudaranya lebih baik
lagi. Ini termasuk derajat iman tertinggi. Orang yang seperti ini adalah mukmin sejati yang
mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.

Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh dengki. Karena ia adalah sifat tercela, sifat orang-
orang Yahudi dan dapat merusak amal. Allâh Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia
mengharapkan segala kelebihan dan keutamaan yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan
kepada orang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ‫اصيب مِ ما ا ْكتا اسبْنا ۚ اوا ْسأالُوا ّللاا‬


‫مِن‬ ِ ‫اصيب مِ ما ا ْكتا اسبُوا ۖ اولِلنِ اساءِ ن‬ ِ ‫علاى با ْعض ۚ ل‬
ِ ‫ِلر اجا ِل ن‬ ‫ضكُ ْم ا‬
‫او ال تاتا امن ْوا اما فاض ال ّللاُ بِ ِه با ْع ا‬
‫علِي ًما‬ ْ ‫ض ِل ِه ۗ ِإن ّللاا كاانا بِكُ ِل اش‬
‫يء ا‬ ْ ‫فا‬

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan Allâh kepada sebagian kamu
atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada
Allâh sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. [an-
Nisâ’/4:32]

‫ = لا تاناا اجش ُْو ا‬Najasy ditafsirkan oleh banyak


2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫او‬
Ulama dengan najasy dalam jual beli. Yaitu menaikkan harga suatu barang yang dilakukan
oleh orang yang tidak berminat membelinya untuk kepentingan penjual supaya untungnya
lebih besar atau untuk merugikan pembeli. Termasuk praktek najasy yaitu memuji barang
dagangan seorang penjual supaya laku atau menawarnya dengan harga yang tinggi padahal
dia tidak berminat. Apa yang dilakukannya hanya untuk mengecoh pembeli sehingga tidak
merasa kemahalan kalau jadi beli. Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, diriwayatkan
bahwasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang najasy.[7]

Ibnu Abi Aufa rahimahullah mengatakan, “Nâjisy (pelaku najasy) adalah pemakan harta riba
dan pengkhianat.”[8]

Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Para Ulama sepakat bahwa pelaku najasy telah
bermaksiat kepada Allâh Azza wa Jalla jika ia tahu najasy itu terlarangan.”[9]

‫ = اولا تاباا ا‬Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


3. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫غض ُْوا‬
melarang kaum Muslimin saling membenci karena mengikuti hawa nafsu. Karena Allâh
Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka bersaudara. Bersaudara berarti saling mencintai,
bukan saling membenci.

Oleh karena itu, perbuatan mengadu domba diharamkan karena bisa menyebabkan
permusuhan dan kebencian. Di sisi lain, berbohong untuk mendamaikan manusia
diperbolehkan dan Allâh menganjurkan mendamaikan mereka.
4. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫ = اولا تاداا اب ُر ْوا‬Abu ‘Ubaid berkata, “Tadâbur (saling
membelakangi) ialah saling memutus hubungan dan saling mendiamkan.”

Dari Abu Ayyûb al-Anshâri Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya
bertemu, namun yang ini berpaling dari satunya dan yang satunya juga berpaling darinya.
Orang yang paling baik di antara keduanya ialah yang memulai mengucapkan salam[14]

5. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫علاى ابي ِْع اب ْعض‬


‫ضكُ ْم ا‬ ْ ‫ = اولا اي ِب‬Dari Ibnu ‘Umar
ُ ‫ـع اب ْع‬
Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Seseorang tidak
boleh menjual diatas penjualan saudaranya dan tidak boleh melamar lamaran saudaranya
kecuali jika ia mengizinkannya.[17]

ْ ‫ لا يا‬، ‫‘ = اا ْلـ ُم ْس ِل ُم أا ُخ ْو ْالـ ُم ْسل ِِم‬Orang


6. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ُ‫ظ ِل ُمهُ اولا يا ْخذُلُهُ اولا ياحْ ق ُِره‬
Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak
menelantarkannya, dan tidak menghinakannya’.

‫ يُشِ ي ُْر إلى ا‬، ‫ = االت ْق اوى هااهُناا‬Takwa itu


7. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫صد ِْر ِه ثاالاثا امرات‬
disini –beliau sambil memberi isyarat ke dadanya tiga kali-.

Di dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terdapat isyarat bahwa kemuliaan
seseorang di sisi Allâh Azza wa Jalla itu ditentukan dengan ketakwaannya. Orang yang
dipandang hina oleh masyarakat karena lemah dan miskin, bisa jadi lebih mulia di sisi Allâh
Azza wa Jalla daripada orang yang terhormat di dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang
artinya, “…Sungguh, orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allâh ialah orang yang
paling bertakwa…” [al-Hujurât/49:13]

8. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‫ب ْام ِرئ مِنا الشر أا ْن ياحْ ق اِرأاخااهُ ْالـ ُم ْسل اِم‬
ِ ‫‘ = بِ اح ْس‬cukuplah
keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim’.

Maksudnya, cukuplah menjadi sebuah keburukan jika orang Muslim menghina saudaranya
yang muslim. Sebab perilaku buruknya ini hanya terdorong kesombongannya, padahal
sombong termasuk perangai yang paling buruk. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya masih ada kesombongan, kendati hanya
sebiji sawi.”[26]

ُ ْ‫ اوعِر‬، ُ‫ و امالُه‬،ُ‫ دا ُمه‬، ‫علاى ْالـ ُم ْسل ِِم اح ارام‬


9. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ُ‫ضه‬ ‫= كُ ُّل ْالـ ُم ْسل ِِم ا‬
‘Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darah, harta dan kehormatannya’.
Sabda ini termasuk yang sering disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
khutbah-khutbah beliau. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikannya saat haji
Wada’, hari Qurban, hari Arafah dan hari kedua dari hari-hari Tasyriq.

2. Larangan Saling Memfitnah

Memfitnah Dalam bahasa sehari hari kata 'fitnah' di artikan sebagai penisbatan atau tuduhan
suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang di tuduh tersebut tidak
melakukan perbuatan yang di tuduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Fitnah
merupakan sifat yang tercela, karna usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik orang
lain, sehingga orang yang tidak di mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar.
Sehingga opini masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah
tersebut.

Hukum Fitnah

Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa
yang tak terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang umatnya memfitnah
sebab fitnah adalah haram.Allah SWT berfirman yang artinya;

Allah SWT berfirman:

ُ ‫ض الظ ِن اِثْم و ال تا اجسس ُْوا او ال اي ْغتابْ ب ْع‬


‫ضكُ ْم اب ْعضًا ۗ اا يُحِ بُّ اا احدُ ُك ْم‬ ‫ٰۤيـاايُّ اها ال ِذيْنا ا امنُوا اجْ تانِب ُْوا اكثِي ًْرا مِنا الظ ِن ۖ اِن اب ْع ا‬
‫ّللا تاواب رحِ يْم‬ ‫ّللا ۗ اِن ٰ ا‬ ‫اا ْنيأْكُ ال لا ا‬
‫حْم ااخِ ْي ِه ام ْيتًا فاك ِار ْهت ُ ُم ْو ُه ۗ اوا ت ُقوا ٰ ا‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada
di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah
kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat 49:
Ayat 12)

merupakan suatu hal yang masih banyak dilakukan oleh orang-orang untuk tujuan
menjatuhkan orang lain atau untuk tujuan buruk lainnya. Fitnah merupakan suatu perbuatan
penisbatan kepada oranglain dimana orang yang di tuduh tidak melakukan perbuatan
tersebut.Fitnah merupakan satu perbuatan yang sangat tercela karena dengan melaukan fitnah
maka kita dapat mencemarkan nama baik, menurunkan harga diri orang yang di fitnah, dan
banyak lagi masalah yang akan timbul untuk orang yang di fitnah. Sehingga muncul pepatah
bahwa fitanah lebih kejam dari pembunuhan. Ketika seseorang melakukan fitnah maka akan
banyak dampak yang ditimbul baik itu untuk orang yang di fitnah maupun untuk dirinya
sendiri. Dampak yang ditimbulkan akibat fitnah yaitu munculnya penyakit hati seperti syirik,
angkuh, kikir dan juga dapat menyebabkan kesengsaraan, dan berbagai hal buruk lainnya.
Selain menimbulkan dampak yang buruk fitnah dalam Islam merupakan satu hal yang paling
dilarang.

=> Berikut ini larangan fitnah dalam Islam

1. Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan

‫ْث أا ْخ ارجُوكُ ْم او ْال ِفتْناةُ أا اشدُّ مِنا ْالقاتْ ِل اولا تُقااتِلُوهُ ْم عِندا ْال امس ِْج ِد ْال اح ار ِام احتى‬
ُ ‫ْث ثا ِق ْفت ُ ُموهُ ْم اوأا ْخ ِرجُوهُم مِ ْن احي‬
ُ ‫اوا ْقتُلُوهُ ْم احي‬
‫يُقااتِلُوكُ ْم فِي ِه فاإِن قااتالُوكُ ْم فاا ْقتُلُوهُ ْم اكذالِكا اجزا اء ْالكااف ِِرينا‬

Artinya : “Dan bunuhlah mereka dimanapun kamu temui mereka, kemudian usirlah mereka
dari mana mereka telah mengusir kamu; dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.
Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram terkecuali jika mereka perangi kamu
di tempat tersebut. Jika mereka perangi kamu maka perangilah mereka. Demikianlah balasan
untuk orang kafir.” (QS.Al-Baqarah : 191)

Makna dari ayat tersebut yaitu fitnah merupakan satu perbuatan yang dapat menimbulkan
kekacauan. Fitnah dapat menimbulkan dampak buruk seperti mengusir teman atau sahabat
dari kampung halamannya, dapat merampas harta, dapat menyakiti hati seseorang dan bahkan
dapat mengganggu kebebasan seseorang pada saat beragama. Cara terhindar dari fitnah
wanita yaitu meningkatkan keimanan.

2. Dosa melakukan fitnah lebih besar dari pada membunuh

Selain dalam surat Al-Baqarah ayat 191 larangan dan bahaya fitnah dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 217.

ُ ‫عن اسبِي ِل ّللاِ اوكُ ْفر بِ ِه او ْال امس ِْج ِد ْال اح ار ِام اوإِ ْخ ارا‬
‫ج أا ْه ِل ِه مِ ْنهُ أا ْكبا ُر‬ ‫صد ا‬ ‫ع ِن الش ْه ِر ْال اح ار ِام قِتاال فِي ِه قُلْ قِتاال فِي ِه اكبِير او ا‬ ‫يا ْسأالُوناكا ا‬
‫عن دِينِ ِه‬ ‫طاعُواْ او امن يارْ تا ِددْ مِ نكُ ْم ا‬ ‫عن دِينِكُ ْم إِ ِن ا ْستا ا‬ ‫عِندا ّللاِ او ْال ِفتْناةُ أا ْكبا ُر مِنا ْالقاتْ ِل اولا يازا الُونا يُقااتِلُوناكُ ْم احت ا‬
‫ى يا ُردُّوكُ ْم ا‬
‫ار هُ ْم فِي اها خاا ِلدُونا‬ ْ ‫طتْ أا ْع امالُ ُه ْم فِي الدُّ ْنياا اواآلخِ ارةِ اوأ ُ ْولاـئِكا أا‬
ِ ‫ص احابُ الن‬ ‫فايا ُمتْ اوه اُو كاافِر فاأ ُ ْولاـئِكا احبِ ا‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai berperang di bulan haram.


Katakanlah “Melakukan perang pada bulan haram merupakan (dosa) besar. Tetapi
menghalangi orang di jalan Allah dan ingkar kepada-Nya (menghalangi orang yang masuk)
Masjidil Haram dan juga mengusir penduduk yang ada disekitarnya lebih besar (dosanya)
menurut pandangan Allah.

Sedangkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mereka tidak akan pernah berhenti perangi
kamu sampai murtad, jika sanggup. Barangsiapa orang yang murtad dari agamanya,
kemudian dia mati dalam keadaan kekafiran maka akan sia-sia amalnya di dunia maupun di
akhirat dan mereka merupakan penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya (QS.Al-
Baqarah:217)”.

Dalam ayat tersebut fitnah dikatakan penganiayaan dalam berbagai perbuatan yang dilakukan
untuk menindas islam dan juga kaum muslim. Oleh karena itu fitnah sangatlah dilarang.

3. Orang yang melakukan fitnah orang kafir dan jahanam merupakan tempat untuk orang
kafir

‫طة بِ ْالكااف ِِرينا‬


‫اومِ ْن ُهم من ياقُو ُل ائْذان ِلي اولا تا ْفتِنِي أالا فِي ْال ِفتْنا ِة اسقاطُواْ اوإِن اج اهن ام لا ُمحِ ي ا‬

Artinya : “Diantara mereka ada orang berkata “berilah saya izin (tidak berperang) dan
janganlah menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa orang yang
terjerumus ke dalam fitnah dan sesungguhnya Jahannam itu benar meliputi orang kafir.
(QS.At-Taubah:49).

Makna dari surat tersebut yaitu ketika seseorang melakukan atau terjerumus fitnah maka
orang tersebut termasuk ke dalam orang kafir dan jahanam merupakan tempat yang akan
mengelilingi orang tersebut di hari kiamat.

4. Fitnah akan membuat hidup menyesal

Fitnah merupakan satu hal yang sangat amat dilarang. Ketika seseorang melakukan fitnah
maka akan menyebabkan hidup orang tersebut menjadi menyesal akan perbuatan tersebut.
Oleh karena itu ketika mendengar suatu berita berhati-hatilah jangan sampai mempercayai
fitnah.

5. Fitnah lebih berat dari ketidaktaatan

Selain lebih kejam dari pada pembunuhan fitnah merupakan perbuatan yang lebih berat dari
ketidaktaatan. Melakukan fitnah akan menyebabkan hukuman yang lebih berat. Allah
menghukum seseorang yang melakukan fitnah lebih besar dari pada orang yang melakukan
dosa besar. Fitnah merupakan dosa yang tak terampuni.

Melakukan fitnah akan menyebabkan suatu kebingungan. Ketika seseorang melakukan fitnah
maka akan ada banyak orang yang terjatuh ke dalam dosa besar akibat fitnah dan banyak
orang tidak menyadari hal tersebut. Tidak akan ada pengampunan bagi orang yang
melakukan fitnah. Itulah sebabnya mengapa orang tidak menyukai fitnah.

6. Tidak akan diberi syafa’at Nabi SAW

Rasulullah SAW bersabda “Syafaa`ti li ahl al-kabaair min ummati, Syafaatku untuk orang
yang melakukan dosa besar”. Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
SAW tidak akan memberikan syafaatnya untuk orang-orang yang melakukan fitnah. Orang
yang melakukan fitnah dikutuk seperti iblis. Jika tidak ada orang yang mengeluarkan kutukan
tersebut maka fitnah adalah tertidur dan Allah sangat mengutuk orang yang membangunkan
fitnah ataupun menyebarkan fitnah. Oleh karena itu fitnah sangatlah dilarang oleh Allah
karena tidak akan diberi syafa’at oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu cara menghadapi
fitnah menurut islam yaitu menghadapinya dengan sabar.

7. Fitnah akan mencegah seseorang masuk surga

Fitnah merupakan dosa wanita yang paling dibenci Allah dan dilarang dalam Islam karena
dapat mencegah seseorang masuk surga. Seseorang yang melakukan fitnah, ghibah dan juga
menggunjing tidak akan pernah masuk surga mereka merupakan orang yang bangkrut
sekalipun mereka berpuasa dan berdoa.

Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat “siapakah orang yang bangkrut?” lalu mereka
berkata “orang yang tidak memiliki kekayaan”. Kemudian Rasulullah SAW berkata “Bukan
itu, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai amal ibadah.” Lalu sahabat
bertanya kembali “Bahkan ketika orang tersebut mengerjakan shalat dan puasa?”

Dan Rasulullah SAW menjawab

“bahkan ketika dia shalat dan puasa karena perbuatan baiknya akan diberikan kepada orang
yang terzalimi, dia ghibah dan juga fitnah bahkan perbuatan buruk orang yang di fitnah dan
di tindas akan diberikan kepada orang yang memfitnahnya.”

Oleh sebab itu janganlah sekali-kali melakukan fitnah karena fitnah merupakan perbuatan
yang sangat dilarang oleh agama.
3. Larangan Saling Membenci

Membenci, Kebencian merupakan emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidak
sukaan, permusuhan, atau antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal
ini jga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurkan atau
menghilangkanya. Kadangkala kebencian di dekskripsikan sebagai lawan daripada cinta atau
persahabatan, tetapi banyak orang yang menganggap bahwa lawan daripada cinta adalah
ketidak pedulian.

Allah berfirman

ْ ‫إِن اما ْال ُمؤْ مِ نُونا إِ ْخ اوة فاأ ا‬


‫ص ِلحُوا بايْنا أاخ ااو ْيكُ ْم ۚ اواتقُوا ّللاا لاعالكُ ْم تُرْ اح ُمون‬

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat ( QS –Al-Hujurat : 10)

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saling bersaudara dalam agama dan akidah.
Berdamailah dengan saudara kalian saat terjadi perselisihan dan pertentangan. Bertakwalah
kepada Allah saat terjadi perselisihan tentang hukum-hukumNya dan berlakulah sebagai
penengah, supaya kalian dirahmati dan ditolongNya dalam menciptakan perdamaian, sebagai
hasil dari ketakwaan kalian Dari sini jelas sudah jika sesama muslim dilarang untuk saling
membenci dan bermusuhan

Namun, kebencian yang dilarang dalam Islam adalah kebencian yang dilatarbelakangi oleh
motif duniawi. Apabila kebencian itu dilandasi atas dasar agama dan kebenaran, maka hal itu
diperbolehkan bahkan dijadikan sebagai indikator keimanan.

[Riyadh ash-Shalihin] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ّلِل فاقا ِد ا ْستا ْك ام ال‬


‫اإلي امانا‬ ِ ِ ‫ او امنا اع‬،‫ّلِل‬ ‫ اوأا ْع ا‬،‫ّلِل‬
ِ ِ ‫طى‬ ‫ اوأا ْبغ ا‬،‫ّلِل‬
ِ ِ ‫اض‬ ِ ِ ‫ام ْن أا احب‬

“Setiap orang yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah,
dan melarang karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakan iman.” [Shahih. HR. Abu
Dawud].
Membenci kaum beriman adalah perbuatan yang diharamkan. Islam justru memotivasi agar
pemeluknya saling mengasihi, menyayangi dan tidak menyimpan dendam, dengki dan benci.
Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Ketahuilah wahai manusia bahwasanya orang-orang yang beriman adalah saudara di dalam
agama, dan persaudaraan ini diwajibkan bagi mereka untuk mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, dan membenci apa yang ada pada saudaranya
sebagaimana ia membenci atas dirinya sendiri, maka jika terjadi perselisihan diantara 2
muslim dengan saling bermusuhan dan berperang; maka wajib untuk mendamaikan
keduanya, dan menjadikan mereka agar takut kepada azab Allah dengan mencegahnya yaitu
mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah; semoga dengan itu
kalian mendapatkan rahmat Allah dan ampunan Allah serta keridhoan dari-Nya.

4. Larangan saling memusuhi

Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, sehingga tidak ada kebencian
yang mengakar dalam diri mereka, permusuhan yang bekepanjangan, dan sifat dengki yang
menggerogoti akhlak mereka. Islam adalah rahmat atau dalam bahasa masyhur nya yaitu
kasih sayang. Jadi tiada hari tanpa kasih sayang, dan pengamalan kasih sayang tersebut
merupakan amalan hingga ajal menjemput. Oleh karena itu ada beberapa ayat quran dan
sabda rasul yang berkaitan dengan bahaya dan larangan saling berhubungan, bermusuhan dan
dengki.

Allah Ta'ala berfirman:

Allah SWT berfirman:

‫ّللا لاعالكُ ْم تُرْ اح ُم ْونا‬ ْ ‫اِن اما ْال ُمؤْ مِ ن ُْونا ا ِْخ اوة فاا ا‬
‫ص ِلح ُْوا بايْنا ااخ ااو ْيكُ ْم اوا تقُوا ٰ ا‬

innamal-mu`minuuna ikhwatun fa ashlihuu baina akhowaikum wattaqulloha la'allakum tur-


hamuun
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10)

Sabda Rasulullah melihat:

Dari Anas ra, bahwasanya Nabi melihat bersabda: "Janganlah engkau semua saling benci-
hentikan, saling dengki-mendengki, saling belakang-membelakangi dan saling putus-
memutuskan - ikatan persahabatan atau kekeluargaan - dan jadilah engkau semua hai namba-

hamba Allah sebagai- saudara. Tidaklah halal bagi seseorang Muslim kalau ia meninggalkan
- baik itu tidak menyapa - saudaranya lebih dari tiga hari. " (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

"Pintu-pintu syurga itu dibuka pada Senin dan Kemis, lalu diampunlah bagi setiap hamba
yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, melainkan seseorang yang antara dirinya
dengan saudara itu ada rasa kebencian -dalam hati , lalu dikatakanlah- yakni Allah berfirman
kepada malaikatnya: "Nantikanlah dulu kedua orang ini, sehingga membuat berdamai
kembali. Nantikanlah kedua orang ini, sehingga menyebabkan berdamai kembali.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Janganlah kalian
berprasangka sebab prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian saling
mengintai kesalahan, saling bersaing, saling iri, saling benci, dan saling bermusuhan. Jadilah
kalian hamba Allah yang bersaudara," (HR Bukhari [6064] dan Muslim [2563]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Pintu surga
dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Maka pada hari itu setiap hamba diberi ampunan selama
ia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seorang hamba yang
bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, 'Akhirkan dulu mereka hingga mereka
akur, akhirkan dulu mereka hingga mereka akur, akhirkan dulu mereka hingga mereka akur,
akhirkan dulu mereka hingga mereka akur ', " (HR Muslim [2565]).

Diriwayatkan dari Hisyam bin Amir al-Anshari ra, bahwasanya ia pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim memusuhi saudaranya muslim
lebih dari tiga hari. Mereka berdua jauh dari kebenaran selama mereka memutuskan
hubungan. Kemarahan siapa yang reda terlebih dahulu maka hal itu sebagai kafarat keinginan
dan keinginan mereka berdua meninggal disaat hubungan tersebut maka mereka tidak akan
masuk selamanya. Jika salah seorang mereka mengucapkan salamnya dan tidak dijawan oleh
yang lain maka malaikatlah yang menjawab salamnya tersebut. Sementara yang lain akan
mendapat jawaban dari syaitan, " (shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [402]).

1. Dilarang saling bermusuhan, memutuskan hubungan dan memboikot lebih dari tiga hari
karena urusan dunia. Sebab hal ini penghalang, naiknya amalan dan masuknya seseorang ke
surga.

2. Kebalikan dari yang lalu, perintah untuk saling bersaudara karena Allah dan bersatu dalam
manhaj Allah. Oleh karena itu ALlah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan
cara mempersaudarakan mereka, sebab itu merupakan tali keimanan yang terkuat, terbaik,
dan yang paling kokoh.

Allah SWT berfirman:

ْ ‫ف بايْنا قُلُ ْوبِكُ ْم فاا ا‬


‫صباحْ ت ُ ْم بِنِ ْع امت ِٰۤه ا ِْخ اوا‬ ‫علا ْيكُ ْم اِذْ كُ ْنت ُ ْم اا ْعداآ ًء فاا ا ل ا‬ ِ ٰ ‫ّللا اجمِ ْيعًا و ال تافارقُ ْوا ۖ اواذْكُ ُر ْوا نِ ْع امتا‬
‫ّللا ا‬ ِ ٰ ‫اص ُم ْوا بِ اح ْب ِل‬
ِ ‫اوا ْعت‬
‫ّللا لاـكُ ْم ايتِه لاعالكُ ْم تا ْهتاد ُْونا‬ ِ ‫على اشفاا ُح ْف ارة مِنا الن‬
ُ ٰ ُ‫ار فاا ا ْنقاذاكُ ْم ِم ْن اها ۗ كاذلِكا يُبايِن‬ ‫نًا ۚ اوكُ ْنت ُ ْم ا‬

wa'tashimuu bihablillaahi jamii'aw wa laa tafarroquu wazkuruu ni'matallohi 'alaikum iz


kuntum a'daaa`an fa allafa baina quluubikum fa ashbahtum bini'matihiii ikhwaanaa, wa
kuntum 'alaa syafaa hufrotim minan-naari fa angqozakum min-haa, kazaalika yubayyinullohu
lakum aayaatihii la'allakum tahtaduun

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi
bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
agar kamu mendapat petunjuk."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 10).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mendengki (Hasad)

Hasad berasal dari bahasa arab yaitu (hasad-yahsudu/yahsidu) yang artinya iri, dengki. Hasad
merupakan suatu sikap seseorang yang tidak senang terhadap orang yang memperoleh
keberuntungan, kenikmatan, atau karunia Allah swt. Sifat ini dapat timbul kepada seseorang
apabila ia merasa tidak senang terhadap keberhasilan orang lain.

Memfitnah Dalam bahasa sehari hari kata 'fitnah' di artikan sebagai penisbatan atau tuduhan
suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang di tuduh tersebut tidak
melakukan perbuatan yang di tuduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Fitnah
merupakan sifat yang tercela, karna usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik orang
lain, sehingga orang yang tidak di mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar.
Sehingga opini masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah
tersebut.

Membenci, Kebencian merupakan emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidak
sukaan, permusuhan, atau antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal
ini jga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurkan atau
menghilangkanya. Kadangkala kebencian di dekskripsikan sebagai lawan daripada cinta atau
persahabatan, tetapi banyak orang yang menganggap bahwa lawan daripada cinta adalah
ketidak pedulian.

Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, sehingga tidak ada kebencian
yang mengakar dalam diri mereka, permusuhan yang bekepanjangan, dan sifat dengki yang
menggerogoti akhlak mereka. Islam adalah rahmat atau dalam bahasa masyhur nya yaitu
kasih sayang. Jadi tiada hari tanpa kasih sayang, dan pengamalan kasih sayang tersebut
merupakan amalan hingga ajal menjemput. Oleh karena itu ada beberapa ayat quran dan
sabda rasul yang berkaitan dengan bahaya dan larangan saling berhubungan, bermusuhan dan
dengki.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terapat banyak kekurangan, olehnya
itu diharapkan kritik dan saran teman teman terutama dosen pengajar yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

[1]Al-Wajiz fi fiqh As-sunnah wa Al-kitab Al-'Aziz. Cetakan ketiga, tahun 1431 H.

[2] Hasan HR. at-Tirmidzi (no. 2510 ), Ahmad (I/165, 167), dan lainnya. Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Irwâ-ul Ghalîl (III/28, dalam bahasan hadits no. 777
dan Hidâyatur Ruwât no. 4966).

[3] Shahih. HR. Bukhâri (no. 5025, 7529), Muslim (no. 815), dan lainnya dari Shahabat Ibnu
‘Umar Radhiyallahu anhuma.

[4] Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (II/260-263)

[5] https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/larangan-fitnah-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai