LAPORAN PENDAHULUAN
DOSEN PEMBIMBING :
Yuliati Amperaningsih,.SKM.,M.Kes.
Disusun Oleh:
NIM : 1914401093
B. ETIOLOGI
4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi
janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra
amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai
pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
C. TANDA DAN GEJALA, KLASIFIKASI
b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah
mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan
kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing
yang disebut Pollakisuria.
c. False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
Tidak teratur
Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang
Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi
lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing- masing ibu, misalnya pada
multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian
besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga
ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan
menjadi panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi,
mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.
2. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan Tes Lakmus (tes nitrazin), jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketebuan atau
bisa melakukan pemeriksaan Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis (Hidayat, 2009:16).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat membantu apabila
belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika, 2013:250).
F. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2 menit
setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan puting payudara
ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu tangan
diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama kontraksi
tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial kearah beakang dan
ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang tali pusat dan tunggu adanya
kontraksi kuat (2-3 menit). Selama kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada
tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap
berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT
pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. d) Begitu plasenta terasa terlepas,
plasenta di keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta. Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas
sesuai dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
4. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak berkontraksi kuat selama
10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi
bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1- 2 menit, ikuti
protokol untuk perdarahan pasca persalinan.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan
jaringan (perineum), kompresi saraf, kontraksi.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama persalinan.
3. Risiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
4. Resiko infeksi. Faktor risiko : prosedur invasif berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
H. TUJUAN RECANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan
jaringan (perineum), kompresi saraf, kontraksi.
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan
kriteria hasil :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol nyeri.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama
persalinan.
Tujuan : Diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan
kriteria hasil :
nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his),
ibu menyatakan masih memiliki cukup tenaga.
3. Resiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit,
diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan
kriteria hasil :
tekanan darah dan nadi pasien normal (TD: 110/70- 119/79mmHg ; N:60-
90x/menit)
mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari uterus dengan kehilangan darah
dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA