Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INTRANATAL CARE

DOSEN PEMBIMBING :

Yuliati Amperaningsih,.SKM.,M.Kes.

Disusun Oleh:

NAMA : KADEK SHINTA PUTRI

NIM : 1914401093

KELAS : TINGKAT 2 REGULER 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. DEFINISI
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan turunnya
janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin secara
alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan tanpa
komplikasi pada ibu maupun janin (Dwi Asri H & Cristine Clervo P, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar
uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
(37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir
dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak
ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan
tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24 jam,dengan letak janin
belakang kepala.( Varneys,2003)
persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus
dan keluar melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan
alat dan tidak terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi
belakang kepala berlangsung dalam kurang dari 24 jam.

B. ETIOLOGI

Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.banyak faktor yang


memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori
yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan
otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang
menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :

1. Penurunan Kadar Progesteron


Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.

4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi
janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.

5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra
amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai
pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
C. TANDA DAN GEJALA, KLASIFIKASI

1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat


a. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya
menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri
pada anggota bawah.

b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah
mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan
kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing
yang disebut Pollakisuria.

c. False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
 Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
 Tidak teratur
 Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang
 Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix

d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi
lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing- masing ibu, misalnya pada
multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian
besar masih dalam keadaan tertutup.

e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga
ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan
menjadi panjang dan sulit.

f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi,
mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.

2. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :

 Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.


 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
 Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
 Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
 Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.

b. Penipisan dan pembukaan servix


Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan
karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal
ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-
kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
D. PATOFISIOLOGI
Serviks yang akan mengalami persalinan normal secara bertahap akan melunak,
menipis, mudah berdilatasi, dan bergerak ke arah anterior mendekati waktu
persalinan. Serviks pada wanita multipara lebih cepat matang dibandingkan nulipara,
dan pemahaman mengenai paritas penting dalam menentukan saat yang tepat untuk
melakukan pemeriksaan serviks pada kehamilan lanjut (Varney, 2007).
Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena faktor hormonal, kurangnya produksi
oksitosin akan menghambat kontraksi otot uterus secara alami dan adekuat, sehingga
mengurangi respon serviks untuk menipis dan membuka. Akibatbya kehamilan
bertahan lebih lama dan tidak ada kecenderungan untuk persalinan pervaginam
(Varney, 2007).
Menurut Anik Maryuni (2013 :209), mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat
berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intra
amnion dengan dunia luar.
4. Infeksi intra amnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intra
amnion.
b. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
c. Tindakan hygine buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang sering

PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan Tes Lakmus (tes nitrazin), jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketebuan atau
bisa melakukan pemeriksaan Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis (Hidayat, 2009:16).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat membantu apabila
belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika, 2013:250).

F. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2 menit
setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan puting payudara
ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu tangan
diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama kontraksi
tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial kearah beakang dan
ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang tali pusat dan tunggu adanya
kontraksi kuat (2-3 menit). Selama kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada
tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan
kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap
berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT
pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. d) Begitu plasenta terasa terlepas,
plasenta di keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta. Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas
sesuai dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
4. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak berkontraksi kuat selama
10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi
bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1- 2 menit, ikuti
protokol untuk perdarahan pasca persalinan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan 
jaringan (perineum), kompresi saraf, kontraksi.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama persalinan.
3. Risiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
4. Resiko infeksi. Faktor risiko : prosedur invasif berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
H. TUJUAN RECANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan 
jaringan (perineum), kompresi saraf, kontraksi.
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan
kriteria hasil :
      Mengungkapkan penurunan nyeri
      Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol nyeri.
2. Kelelahan  berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama
persalinan.
Tujuan : Diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan
kriteria hasil :
 nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his),
 ibu menyatakan masih memiliki cukup tenaga.
3. Resiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit,
diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan
kriteria hasil :
 tekanan darah dan nadi pasien normal (TD: 110/70- 119/79mmHg ; N:60-
90x/menit)
 mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari uterus dengan kehilangan darah
dalam batas normal.

4. Resiko infeksi. Faktor risiko: prosedur invasif berulang, trauma jaringan,


pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi dengan
kriteria hasil : tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.

I. INTERVENSI DAN RASIONAL

Dx. Intervensi Rasional


Nyeri akut b.d  Identifikasi derajat  Mengklarifikasi
tekanan mekanik ketidak nyamanan dan kebutuhan
pada bagian sumbernya. memungkinkan
presentasi, dilatasi/  Pantau dan catat intervensi yang tepat
peregangan  aktivitas uterus pada  Memberikan informasi
jaringan (perineum), setiap kontraksi. tentangkemajuan
kompresi saraf,  Berikan dukungan dan kontinu, membantu
kontraksi. informasi yang identifikasi pola
berhubungan dengan kontraksi abnormal.
persalinan.  Informasi tentang
 Anjurkan klien untuk perkiraan kelahiran
mengatur upaya untuk menguatkan upaya
mengejan. yang telah dilakukan
 Bantu ibu untuk berarti.
memilih posisi optimal  Upaya mengejan
untuk mengejan. spontan yang tidak
 Kaji pemenuhan terus menerus
kandung kemih, menghindari
kateterisasi bila terlihat efeknegatif
distensi. berkenaandenganpenur
 Dukung dan posisikan unan kadar oksigen ibu
blok sadel / anastesi dan janin.
spinal, local sesuai  Posisi yang tepat
indikasi. dengan relaksasi
memudahkan kemajuan
persalinan.
 Meningkatkan
kenyamanan,
memudahkan turunnya
janin, menurunkan
resiko trauma kantung
kencing.
 Posisi yang tepat 
menjamin penempatan
yang tepat dari obat-
obatan dan mencegah
komplikasi.

Kelelahan  Kaji tanda – tanda vital  Nadi dan tekanan darah


berhubungan dengan yaitu nadi dan tekanan dapat menjadi indikator
peningkatan darah.   terhadap status hidrasi
kebutuhan energi  Anjurkan untuk dan energi ibu.
selama persalinan. relaksasi dan istirahat di  Mengurangi
antara kontraksi.  bertambahnya keletihan
 Sarankan suami atau dan menghemat energy
keluarga untuk yang dibutuhkan untuk
mendampingi ibu. persalinan.
 Tawarkan dan berikan  Dukungan emosional
minuman atau makanan khususnya dari orang –
kepada ibu. orang yang berarti bagi
ibu dapat memberikan
kekuatan dan motivasi
bagi ibu.
 Makanan dan asupan
cairan yang cukup akan
memberi lebih banyak
energi dan mencegah
dehidrasi yang
memperlambat
kontraksi atau kontraksi
tidak teratur.
Risiko kekurangan  Instruksikan klien untuk  1Mengejan membantu
volume cairan. mendorong pada pelepasan dan
Faktor risiko: kontraksi, bantu pengeluaran,
peningkatan mengarahkan menurunkan kehilangan
kehilangan cairan perhatiannya untuk darahm dan
secara tidak mengejan. meningkatkan kontraksi
disadari, laserasi  Palpasi uterus uterus.
jalan lahir.  Pantau tanda dan gejala  perhatikan
kehilangan cairan ”ballooning”.Menunjuk
berlebihan atau syock. kan relaksasi uterus
 Tempatkan bayi di dengan perdarahan ke
payudara klien bila ia dalam rongga uterus.
merencanakanuntuk  3Hemoragi
memberi ASI. dihubungkan dengan
kehilangan cairan lebih
 Catat waktu dan besar dari 500 ml dapat
mekanisme pelepasan dimanifestasikan oleh
plasenta ; misalnya peningkatan nadi,
mekanisme Duncan penurunan TD,
versus mekanisme sianosis, disorientasi,
Schulze. peka rangsangan, dan
 Dapatkan dan catat penurunan kesadaran.
informasi yang  Penghisapan
berhubungan dengan merangsang pelepasan
inspeksi uterus dan oksitoksin dari hipofisis
plasenta untuk fragmen posterior,
plasenta yang tertahan. meningkatkan kontraksi
 Hindari menarik tali miometrik dan
pusat secara berkebihan. menurunkan kehilangan
 Berikan cairan melalui darah.
rute parenteral.  Lebih banyak waktu
 Berikan oksitoksin diperlukan bagi
melalui rute IM atau IV plasenta untuk lepas,
drip diencerkan dakam dan lebih banyak waktu
karutan elektrolit, sesuai di mana miometrium
indikasi.  tetap rileks, lebih

 Bantu sesuai kebutuhan banyak darah hilang.

dengan pengangkatan  Jaringan plasenta yang


plasenta secara manual tertahan dapat
di bawah anestesi umum menimbulkan infeksi
dan kondisi steril. pascapartum dan
hemoragi segera atau
lambat.
 Kekuatan dapat
menimbulkan putusnya
tali pusat dan retensi
fragmen plasenta,
meningkatkan
kehilangan darah.
 Bila kehilangan cairan
berlebihan, penggantian
secara parenteral
membantu
memperbaiki volume
sirkulasi dan oksigenasi
dari organ vital.
 Meningkatkan efek
vasokonstriksi dalam
uterus untuk
mengontrol perdarahan
pascapartum setelah
pengeluaran plasenta.
 Intervensi manual perlu
untuk memudahkan
pengeluaran placenta
dan menghentikan
hemoragi.

Resiko infeksi.  Lakukan perawatan  Membantu


Faktor risiko : parienal setiap 4 jam. meningkatkan
prosedur invasif  Catat  tanggal  dan kebersihan , mencegah
berulang, trauma waktu pecah ketuban. terjadinya infeksi uterus
jaringan, pemajanan  Lakukan pemeriksaan asenden dan
terhadap patogen, vagina hanya bila sangat kemungkinan sepsis.ah
persalinan lama atau perlu, dengan kliendan janin rentan
pecah ketuban. menggunakan tehnik pada infeksi saluran
aseptik. asenden dan
 Pantau suhu, nadi dan kemungkinan sepsis.
sel darah putih.  Dalam 4 jam setelah
 Gunakan tehnik asepsis ketuban pecah akan
bedah pada persiapan terjadi infeksi.
 Pemeriksaan vagina
peralatan. berulang meningkatkan
resiko infeksi
Kolaborasi : endometrial.
 Berikan antibiotik sesuai  Peningkatan suhu atau
indikasi.  nadi dapat menandakan
infeksi.
 Menurunkan resiko
kontaminasi.
 Digunakan dengan
kewaspadaan karena
pemakaian antibiotik
dapat merangsang
pertumbuhan yang
berlebih dari
organisme  resisten.

DAFTAR PUSTAKA

Poltekkes Tjk. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1052/5/BAB%20II.pdf (Diakses Pada


Tanggal 11 Januari 2021)
Unair.http://repository.unair.ac.id/29448/9/14.%20BAB%202%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2021)
Unimus. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-caturindri-5155-2-
bab2.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2021)
Umpo. http://eprints.umpo.ac.id/4060/3/BAB%20II.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari
2021)
Unimus. http://repository.unimus.ac.id/1311/3/5.%20BAB%20II.pdf (Diakses Pada Tanggal
11 Januari 2021)
Poltekkes Malang.
http://perpustakaan.poltekkeszalang.ac.id/assets/file/kti/1502100018/bab_II.pdf(Diakses
Pada Tanggal 11 Januari 2021)
Unimus. http://repository.unimus.ac.id/1311/3/5.%20BAB%20II.pdf (Diakses Pada Tanggal
11 Januari 2021)
http://repo.stikesicmejbg.ac.id/2568/1/ALFIATUL%20LAILI%20MUNIROH
%20%28161110001%29.docx (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2021)
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai