Nim : L021201026
Kehadiran Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan diharapkan dapat mengantisipasi
sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan yang sangat besar di bidang perikanan, baik yang berkaitan
dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun
perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern.
PP NO. 50/2015 TTG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA IKAN KECIL
Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil itu bertujuan untuk mewujudkan kemandirian
Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil dalam rangka meningkakan kesejahterana, kualitas, dan
kehidupan yang lebih baik; b. Meningkatkan usaha Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil yang
produktif, efisien, bernilai tambah, dan berkelanjutan.
Perlindungan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam adalah segala upaya untuk membantu
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam dalam menghadapi permasalahan kesulitan
melakukan Usaha Perikanan atau Usaha Pergaraman.
Secara umum undang-undang ini mencakup pemberian hak kepada masyarakat untuk mengusulkan
penyusunan Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan, serta Rencana Aksi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; pengaturan mengenai Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan kepada
Setiap Orang dan Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Lokal, dan Masyarakat Tradisional yang
melakukan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; pengaturan pemanfaatan
pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya; serta pemberian kewenangan kepada Menteri, gubernur,
dan bupati/wali kota dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pasal 25
(1) Usaha perikanan dilaksanakan dalam sistem
bisnis perikanan, meliputi praproduksi, produksi,
pengolahan, dan pemasaran.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai praproduksi,
produksi, pengolahan, dan pemasaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 19
(1) Selain Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, Pelaku Usaha dapat menyediakan
dan/atau mengelola prasarana Usaha Perikanan
dan Usaha Pergaraman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 yang dibutuhkan Nelayan,
Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.
(2) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah dapat bekerja sama dengan Pelaku Usaha
dalam menyediakan dan/atau mengelola
prasarana Usaha Perikanan dan Usaha
Pergaraman.
Pasal 5
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses
alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 30
(1) Pemerintah daerah provinsi menetapkan
daerah pelindungan laut untuk menjamin
ketersediaan sumber daya ikan bagi Nelayan
Kecil.
(2) Nelayan Kecil diberikan prioritas melakukan
penangkapan ikan yang ramah lingkungan di
kawasan konservasi perairan pada zona perikanan
berkelanjutan.
(3) Ketentuan mengenai daerah pelindungan laut
bagi Nelayan Kecil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah provinsi.
Pasal 31
(1) Pembudidaya-Ikan Kecil dapat melakukan
kegiatan pembudidayaan ikan komoditas pilihan
di wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia.
(2) Pembudidaya-Ikan Kecil diberikan prioritas
melakukan pembudidayaan ikan di kawasan
konservasi perairan pada zona perikanan
berkelanjutan.
(3) Pembudidaya-Ikan Kecil dalam melakukan
kegiatan pembudidayaan ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menaati ketentuan
konservasi dan ketentuan lain yang ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Ketentuan konservasi dan ketentuan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;
b. pembudidayaan ikan dan perlindungannya;
c. pencegahan pencemaran dan kerusakan
sumber daya ikan serta lingkungannya;
d. wabah dan wilayah wabah penyakit ikan;
e. jenis ikan yang membahayakan sumber daya
ikan, lingkungan, dan kesehatan manusia; dan
f. jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan,
dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dari wilayah
Negara Republik Indonesia.
PEMANFAATAN
Pasal 12
(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
berdasarkan RPPLH.
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum tersusun,
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan
berdasarkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup dengan
memperhatikan:
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan
hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup;
dan
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan
masyarakat.
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup
nasional dan pulau/kepulauan;
b. gubernur untuk daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota;
atau
c. bupati/walikota untuk daya dukung
dan daya tampung lingkungan
hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah
kabupaten/kota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penetapan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.