Anda di halaman 1dari 6

Judul : Tingkat Depresi Pada Mahasiswa Akhir

Mahasiswa akhir adalah sebutan untuk mahasiswa yang sudah memasuki semester-semester
akhir, dimulai dari semester 7. Banyak orang, terutama yang tidak merasakan bagaimana
perkuliahan, mempertanyakan mengapa banyak mahasiswa akhir yang terlihat depresi.
Bukankah, depresi itu sebuah penyakit jika ada masalah yang sangat berat, misalnya broken
home?

Depresi, dapat diartikan sebagai sebuah kondisi medis yang dirasakan seseorang, terutama sedih
dan frustasi, sehingga dapat berdampak kepada kesehatan mentalnya. Tindakan-tindakan negatif
pun dapat dilakukan oleh seseorang yang depresi, salah satunya bunuh diri. Untuk itu, kita tidak
dapat sembarangan men “judge” seseorang depresi, dan jangan juga seenaknya meremehkan
mereka.

Mahasiswa akhir memang cenderung merasakan depresi, tetap tidak akut. Tugas yang banyak,
belum lagi mengejar-ngejar dosen pembimbing skripsi supaya bisa cepat wisuda, tapi
berminggu-minggu konsul, tidak ada perkembangan. Selalu berakhir dengan kertas yang dicoret-
coret dan dikuliahkan kembali secara pribadi di ruangan sang dosen.

Belum lagi jika bertemu teman-teman SMP-SMA saat reuni, banyak yang sudah wisuda, banyak
yang berkabar akan melanjutkan kuliah, ada yang sudah beranak dua, atau yang karier nya sudah
menanjak. Sedangkan sang mahasiswa akhir ini, hanya bisa mendengarkan dengan tersenyum
pahit, karena naskah skripsinya masih diulang-ulang di Bab 2.

Keluarga pun tidak ada bedanya. Kumpul keluarga besar, bukannya bersenang-senang, bukannya
saling tanya kabar sambil tersenyum sumringah dan makan enak, malah ditanya “kapan
sidang?”. Pertanyaan yang jawabannya sangat sulit dicari oleh mahasiswa akhir. Pertanyaan
“keramat”, kalau kata mereka. Tidak ada orang yang boleh sembarangan menanyakan itu.

Faktor-faktor ini tentunya membuat seseorang semakin frustasi dan memaksakan diri untuk
menyelesaikan pendidikan nya di bangku perkuliahan. Disinilah tanda depresi dapat kita ketahui.
Kita tahu, tidak semua hal dapat berjalan dengan lancer. Begitu juga skripsi. Serajin apapun kita,
sebisa apapun kita, faktor jenuh dan merasa tidak sanggup pasti tak dapat dihindari.

Dan akhirnya, depresi pun tak terelakkan. Di Indonesia, sistem pendidikan yang sangat ketat
membuat banyak mahasiswa akhir akhirnya menyerah dengan mengakhiri hidup mereka.
Karena? Ya, depresi. Sekali lagi, depresi tidak dapat dipandang enteng. Sudah banyak kejadian
yang tidak mengenakkan diakibatkan dari depresi ini.
Contoh Essay Beasiswa

Assalamualaikum wr.wb.

Penulisan essay ini saya lakukan untuk memenuhi syarat memperoleh beasiswa. Nama saya Kira
Ramadhani, lahir di Majalengka, 29 Juni 1998. Saya adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
Ayah saya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil, sedangkan ibu saya hanya seorang ibu
rumah tangga yang tidak berpenghasilan.

Riwayat pendidikan saya yaitu TK Idhata pada tahun 2002, kemudian SDN 1 Majalengka pada
tahun 2004 hingga 2010. Saat di TK, saya sering mengikuti berbagai perlombaan diantaranya
lomba menggambar dan mewarnai, dan pernah mendapatkan juara 1 di kedua lomba. Saat SD,
saya pernah mengikuti Olimpiade Sekolah Nasional (OSN) bidang IPA namun tidak
mendapatkan juara.

Kemudian, dilanjutkan bersekolah di SMPN 2 Majalengka tahun 2011. Di SMP, saya aktif
menjadi pengurus OSIS, dan di tahun kedua saya menjabat sebagai Sekretaris OSIS. SMA saya
di SMAN 3 Majalengka tahun 2014. Di SMA, saya aktif di ekstrakulikuler jurnalistik, dan
menjabat sebagai ketua ekskul jurnalistik di tahun terakhir saya.

Sekarang, saya sedang menjalani semester 3 jurusan Biologi di Institut Pertanian Bogor, karena
saya sangat menyukai Biologi dan bagian-bagian dari pelajarannya. Selain kuliah, saya juga
bekerja sebagai pramusaji di sebuah rumah makan untuk meringankan beban orang tua saya,
sekaligus sedikit menambah uang jajan dan uang yang digunakan untuk keperluan kuliah.

Adanya beasiswa tentu sangat membantu saya untuk meringankan keuangan dalam mengenyam
pendidikan di perkuliahan, serta juga dapat memotivasi saya untuk lebih rajin belajar dan
berprestasi. Karena menurut saya, beasiswa tidak hanya diberikan untuk mahasiswa yang tidak
mampu, namun juga untuk mahasiswa yang memang layak untuk menerimanya. Dan saya
merasa layak untuk itu.

Jika dipercayakan menerima beasiswa ini, saya akan mendalami studi keilmuan Biologi dengan
harapan mampu membuka pemahaman saya untuk semakin banyak mengetahui tentang Biologi.
Saya akan terus giat belajar serta berorganisasi, dengan harapan dapat menambah pengalaman
serta wawasan saya saat kuliah ini.

IPK saya adalah 3.85, namun saya tidak cepat puas. Saya akan tetap giat belajar dan aktif di
perkuliahan serta organisasi untuk meningkatkannya. Demikian essay ini saya tulis dengan
sebenar-benarnya, tidak ada yang saya karang. Terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb.
Contoh Essay Ekonomi

Judul : Melemahnya Rupiah

Semakin tahun, nilai tukar Rupiah cenderung sangat melemah. Hal ini tentunya bukan hal yang
bagus, tetapi juga tidak dapat dihindarkan terutama dari negara-negara berkembang, salah
satunya Indonesia. Nilai tukar Rupiah yang melemah bukannya tanpa sebab, tetapi banyak faktor
yang menunjang hal tersebut.

Salah satu hal yang paling riskan yang menunjang melemahnya nilai tukar Rupiah adalah
kecenderungan melambatnya ekonomi negara Indonesia, sedangkan pada negara-negara maju
sedang terjadi pemulihan ekonomi. Selain itu, merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dan ketidakpastian pemerintah menaikkan harga BBM juga mempengaruhi melemahnya
Rupiah.

Nilai tukar sebuah mata uang sangat ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan atas mata
uang. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat sementara penawarannya menurun,
maka nilai tukar mata uang akan naik, begitu pun sebaliknya. Dengan demikian, Rupiah
melemah karena penawaran yang tinggi, sementara permintaannya rendah.

Melemahnya Rupiah tentunya memiliki beberapa dampak, beberapa diantaranya pada dinamika
ekspor dan impor dan kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri
dipatok dengan mata uang asing. Uang Rupiah yang dimiliki Indonesia harus ditukar dengan
mata uang asing. Akibatnya, nilai tukar Rupiah pun semakin melemah.

Bukan tidak mungkin nilai tukar Rupiah terhadap Dollar naik. Pada tahun 1999, kurs tengah
Rupiah terhadap US Dollar mencapai 7.100, sangat jauh berbeda dengan tahun 2018 yang
mencapai 14.000. Penguatan Rupiah ini didukung dari perbaikan IHSG di Bursa Efek Indonesia
yang mencapai 691,9 poin atau menguat 62,8% pada akhir 2003.

Keluarnya investasi portofolio asing juga menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap melemahnya Rupiah. Hal ini dikarenakan dalam proses ini investor asing menukar
Rupiah dengan US Dollar untuk diputar dan di investasikan di negara lain. Hal ini berarti akan
terjadi peningkatan penawaran terhadap mata uang Rupiah.

Faktor lain yaitu neraca perdagangan yang defisit, yaitu ekspor yang dilakukan Indonesia lebih
kecil daripada impor. Hal ini sebenarnya dapat ditanggulangi jika Indonesia dapat merubah
kultur budaya nya menjadi bangsa yang unggul dalam bidang swasembada di segala bidang. Ini
tentunya memungkinkan dengan kekayaan alam dan potensi sumber daya manusia yang dimiliki
Indonesia.

Faktor ketiga yang juga sangat melemahkan Rupiah adalah bangsa Indonesia yang umumnya
bersifat konsumtif serta boros, bukan menjadi negara yang produktif. Bayangkan saja jika
Indonesia dapat menjadi produktif dan warga negara nya tidak melulu konsumtif, dengan itu
selain menguatnya Rupiah, utang Indonesia ke luar negeri pun dapat dicicil bahkan dilunasi.
Contoh Essay Tentang Diri Sendiri

Nama saya Kira Ramadhani, lahir di Majalengka, 29 Juni 1998. Saya adalah anak bungsu dari
dua bersaudara. Ayah saya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil, sedangkan ibu saya
hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan.

Riwayat pendidikan saya yaitu TK Idhata pada tahun 2002, kemudian SDN 1 Majalengka pada
tahun 2004 hingga 2010. Saat di TK, saya sering mengikuti berbagai perlombaan diantaranya
lomba menggambar dan mewarnai, dan pernah mendapatkan juara 1 di kedua lomba. Saat SD,
saya pernah mengikuti Olimpiade Sekolah Nasional (OSN) bidang IPA namun tidak
mendapatkan juara.

Kemudian, dilanjutkan bersekolah di SMPN 2 Majalengka tahun 2011. Di SMP, saya aktif
menjadi pengurus OSIS, dan di tahun kedua saya menjabat sebagai Sekretaris OSIS. SMA saya
di SMAN 3 Majalengka tahun 2014. Di SMA, saya aktif di ekstrakulikuler jurnalistik, dan
menjabat sebagai ketua ekskul jurnalistik di tahun terakhir saya.

Kesukaan saya terhadap organisasi membuat saya tidak merasakan capeknya berorganisasi. Saya
menikmati seluruh kegiatan saya ini, apalagi saat saya menjadi ketua jurnalistik. Berkutat dengan
berita, topik hangat, serta koran-koran setiap minggunya tidak menyurutkan semangat saya untuk
terus berkarya dan berorganisasi.

Selain itu, menurut saya berorganisasi juga mengajarkan saya untuk bisa memanajemen waktu
dan membuat skala prioritas, yang mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu karena tingkat
kegentingannya lebih tinggi dan harus dikerjakan lebih cepat, dan yang mana yang bisa
dikerjakan beberapa hari akan datang karena tidak terlalu genting dan juga tidak mendesak.

Hal lain yang saya dapatkan dari berorganisasi adalah menambah teman dari luar, baik dari luar
sekolah maupun luar kelas saja. Sebelum ikut organisasi, saya bukan orang yang aktif, saya
hanyalah siswa pendiam yang kerjanya hanya belajar dan belajar. Bercengkerama dengan teman
sekelas pun jarang, apalagi untuk bersapa dengan teman dari kelas lain.

Untungnya, semakin banyak mengikuti organisasi, cara pikir saya sudah semakin berubah.
Pemilihan skala prioritas pun sudah dengan gampang saya lakukan, manajemen waktu antara
sekolah dan organisasi pun tidak membuat saya pusing tujuh keliling. Nilai saya pun di atas rata-
rata, saya juga mendapatkan peringkat 3 besar di kelas.
Contoh Essay Pendidikan

Judul : Pendidikan Sebagai Tolak Ukur Seorang Perempuan

“Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.” –
Nelson Mandela.

Tiliklah sedikit petikan quote dari Nelson Mandela tersebut. Dapat kita artikan secara jelas,
pendidikan adalah senjata atau hal yang sangat di nomor satukan untuk mengubah dunia.
Mengubah dunia dalam hal apa? Tentu saja banyak. Anggaplah dunia kita ini sudah tidak jelas,
kehancuran dimana-mana, peperangan tak terelakkan dan kedamaian sangat tidak diacuhkan.

Banyak orang beranggapan, pendidikan tinggi-tinggi itu tidak perlu. Apalagi untuk perempuan.
Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Toh, nantinya bakal jadi istri orang juga. Toh,
nantinya bakal di dapur juga. Hal-hal seperti ini kebanyakan dikatakan oleh orangtua-orangtua
kita, yang masih percaya dengan zaman Siti Nurbaya. Siti Nurbaya saja, bisa dipinang oleh
Datok Maringgih yang kaya raya, kata mereka.

Pemikiran-pemikiran close minded seperti itu hanya akan menurunkan kualitas negara kita. Apa
salahnya seorang perempuan mengenyam pendidikan tinggi? Apa salahnya seorang perempuan
mengejar gelar Doktor sampai harus meninggalkan kampung halamannya? Tidak ada yang
salah! Ingatlah, seorang anak yang cerdas dari rahim ibu yang juga cerdas pula.

Banyak contoh yang dapat kita lihat dari perempuan-perempuan cerdas di Indonesia. Sebut saja
Tasya Kamila dan Maudy Ayunda. Tasya Kamila mengenyam pendidikan di Columbia
University, AS. Sedangkan Maudy Ayunda baru saja menyelesaikan pendidikan S2 nya di
Oxford University, Inggris. Ini pembuktian dari mereka, bahwa perempuan pun dapat memiliki
gelar setinggi langit.

Pandangan orang-orang ke perempuan di zaman dulu dan sekarang pun sepertinya mulai
berubah. Tetapi memang tidak banyak orang yang menyetujui seorang perempuan menjadi
“wanita karier” karena gila bekerja. Ini memang masih menjadi pro dan kontra di kalangan laki-
laki dan perempuan. Banyak laki-laki berpikiran, hanya laki-laki yang pantas mengenyam
pendidikan tinggi dan bekerja.

Tetapi, akankah lebih baik jikalau laki-laki dan perempuan menikah, mereka sama-sama
bekerja? Mengapa bekerja? Tentu saja karena pendidikan mereka sama-sama tinggi. Dampak
positif dan negatif pun seharusnya sudah mereka ketahui. Apa dampaknya jika seorang
perempuan menyamakan derajatnya dengan laki-laki, dengan mengenyam pendidikan yang
sama?

Seperti yang kita tahu, kebanyakan wanita berpendidikan tinggi, juga ingin bekerja yang giat.
Karena itu, anak mereka kemungkinan dititipkan dengan neneknya, atau baby sitter. Hal-hal
seperti ini memang tak dapat terelakkan, tetapi jangan sampai menyurutkan semangat kita,
seorang perempuan, untuk mengenyam pendidikan. Setinggi, sejauh, dan seluas apapun.

Anda mungkin juga menyukai