c. Terapi insulin pada pasien perioperatif dengan masalah kadar glukosa darah dan
diabetes melitus dan jenis operasi
Pada pasien DM yang tergantung insulin (tipe 1) dianjurkan mengurangi dosis
insulin waktu tidur (malam) sebelum waktu operasi untuk mencegah hipoglikemia.
Mempertahankan dosis insulin secara kontinyu didasarkan pada hasil pemeriksaan gula
darah sebelumnya dan atas advis dokter yang merawat. Dianjurkan mengonsulkan pasien
ke dokter anestesi dan penyakit dalam untuk mendapat rekomendasi sesuai kondisi
terakhir. Monitoring berkala perlu dilakukan untuk mengenali kondisi hiperglikemia
maupun hipoglikemia.
Semua pengobatan umum seharusnya diteruskan sampai waktu pagi hari operasi.
Metformin sebagaimana telah dijelaskan diatas seharusnya dihentikan 2 hari sebelum
operasi mayor karena dapat menyebabkan asidosis laktat. Chlorpropamida seharusnya
dihentikan 3 hari sebelum operasi karena masa kerjanya memanjang. Dalam kedua kasus
ini obat kerja pendek seperti Glibenclamid dapat menggantikannya. Glibenclamid
seharusnya dihentikan sekurang-kurangnya 24 jam sebelum operasi. Bila DM sangat
tidak terkontrol tetapi keton tidak ditemukan baik dalam darah maupun urin, mulai
pemberian insulin menurut sliding scale. Bila keton ditemukan, tunda operasi bila tidak
emergensi dan dikelola secara tim. Jika operasi tergolong emergensi pasien dikelola
menurut pengelolaan operasi mayor pasien DM. Secara umum, jika pasien diperkirakan
dapat makan dan minum dalam 4 jam sejak mulai operasi digolongkan termasuk
termasuk operasi minor.
Semua operasi selain minor dikategorikan sebagai operasi mayor. Dari sumber
yang lain disebutkan bahwa pembedahan dapat digolongkan mayor bila menggunakan
general anestesi selama satu jam atau lebih. Pasien bedah minor yang puasa sebaiknya
dijadwalkan sebagai operasi minor pertama. Bila gula darah > 10 mmol/L (180 mg%)
pasien dikelola sesuai penanganan bedah mayor. Pasien DM yang terkontrol dengan diet
harus dimonitor gula darahnya lebih sering (per-4 jam). Hindari penggunaan larutan RL
karena laktat dapat meningkatkan konsentrasi gula darah.
Bedah Minor DM tipe 1: Berikan insulin kerja sedang dengan dosis separuh total
insulin pagi secara subkutan bila glukosa darah pagi sekurang-kurangnya 126 mg/dL.
Gula darah diperiksa 1 jam preoperasi dan minimal 1 kali intraoperasi serta setiap 2 jam
setelah operasi. Pemberian insulin rutin dimulai saat penderita mulai makan. DM tipe 2:
Hentikan regimen hipoglikemik oral pada hari operasi, gula darah diukur 1 jam sebelum
operasi dan sekurang-kurangnya 1 kali selama operasi. Penderita yang mendapat terapi
insulin sebelumnya di injeksi insulin subkutan dengan dosis separuh dari total dosis pagi
bila kadar gula darah pagi sekurang-kurangnya 126 mg/dL. Setelah operasi gula darah
diperiksa11. Bila gula kadar darah pagi sekurang-kurangnya 150 mg/dL, (sumber yang
lain ≥ 126 mg/dL) pasien biasanya diberikan insulin dengan dosis setengah pemberian
pagi secara SC diikuti pemberian infus glukosa 5% 1,5 cc/jam10. Selanjutnya di ruang
operasi, siapkan akses intravena lain untuk infus dextrose 5% sehingga terpisah dari jalur
pemberian cairan lain, periksa gula darah setiap 2 jam dimulai setelah pemberian insulin,
setiap 1 jam intra operasi dan 2-4 jam setelah operasi.
Pertemuan II
a. Pengkajian Keperawatan dengan masaklah DM pada pasien perioperatif
1. Identitas klien dan Penanggung jawab
Merupakan salah satu informasi untuk melengkapi data-data yang diperlukan saat
akan, sedang dan selesainya dilakukan operasi, agar tidak salah pasien dalam
melakukan perawatan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien DM di perlukan juga data-data sebagai berikut yang merupakan tanda dan
gejala dari penyakit DM
a) Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh
b) Kesemutan
c) Menurunya BB
d) Meningkatnya nafsu makan
e) Sering haus
f) Banyak kencing
g) Menurunya ketajaman penglihatan
Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi jalannya operasi
3. Riwayat kesehatan dahulu sepertiriwayat penyakit pankreas, hipertensi, MC, ISK
berulang atau operasi
Pada klien DM data riwayat kesehatan dahulu juga diperlukan agar mengetahui
penyakit, pengobatan/perawatan, alergi dan juga riwayat operasi yang mungkin
pernah di alami oleh klien sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sangat diperlukan saat praoperatif, intraoperatif dan juga
postoperatif. Hal dikarenakan hasil pemeriksaan fisik akan mempengaruhi jalannya
operasi dan dapat membahayakan saat akan dilakukannya operasi jika hasil
pemeriksaan fisik tidak dengan hasil yang diharuskan.Hal ini berguna untuk
memastikan seberapa stabil tubuh klien serta untuk melihat apakah tubuh mampu
menjalankan operasi yang akan dilakukan.Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan
tanda-tanda vital (suhu, nadi, RR , TD) dan pemeriksaan head to toe. contoh jika
seseorang dengan TD : orang tersebut tidak dapat melakukan operasi karena
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang juga akan mempengaruhi saat akan dilakukannya operasi,
karena pemeriksaan sebelum operasi berguna untuk memastikan seberapa stabil
tubuh klien serta untuk melihat apakah tubuh mampu menjalankan operasi yang
akan dilakukan. pemeriksaan setelah operasi juga akan dilakukan untuk memastikan
tidak adanya komplikasi yang terjadi pasca operasi, juga untuk menentukan
tindakan selanjutnya yang diperlukan
b. Diagnosa KeperawatanPreoperatif
1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan
dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondis yang dihadapi,
tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi
2. Koping tidak efektf berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
dibuktikan dengan mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, menggunakan
mekanisme koping yang tidak sesuai
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Ketidakbugaran Fisik, perubahan
metabolisme, Nyeri dibuktikan dengan kekuatan otot menurun, mengeluh sulit
menggerakkan ekstermitas, ROM menurun
4. Defisit Pengetahuan tentang pembedahan berhubungan dengan Kurang Terpapar
Informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan
perlaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
c. IntervensiKeperawatanPreoperatif
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat
tindakan Asuhan
dengan kekhawatiran ansietas
Keperawatan selama …
mengalami kegagalan x 24 jam diharapkan 2. Identifikasi kemampuan
Ansietas berkurang/
dibuktikan dengan mengambil keputusan
hilang dengan kriteria
merasa bingung, hasil : 3. Monitor tanda-tanda
1. klien mengatakan
merasa khawatir ansietas(verbal dan non
cemasnya
dengan akibat dari verbal)
berkurang/hilang
kondis yang dihadapi, 4. Pahami situasi yang
2. klien mengatakan
tampak gelisah, tampak membuatnya ansietas
tidak merasa
tegang, sulit tidur, dan khawatir 5. Dengarkan dengan
sulit berkonsentrasi 3. tidak tampak tegang penuh perhatian
dan gelisahpola 6. Gunakan pendekatan
tidur normal yang tenang dan
meyakinkan
7. Diskusikan perencanaan
realstis tentang
perstiwa yang akan
datang
8. Anjurkan keluarga
untuk selalu ada untuk
klien
9. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
10. Anjarkan teknik
relaksasi dan distraksi
jika ansetas datang
11. Kolaborasi pemberan
obat ansietas jika perlu
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan mobilisasi
5. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
6. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga
dalam membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
9. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur kekursi)
4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai yang
dijadwalkan
5. Jelaskan mengenai
masalah kesehatan
6. Berikan kesempatan
klien untuk bertanya
7. Ajarkan cara
pemeliharaan
kesehatan
Kebutuhan Insulin akan meningkat pada keadaan sepsis, obesitas, pasien yang
tidak stabil, pasien yang diterapi dengan menggunakan steroid, dan pada pembedahan
Cardiopulmonary Bypass. Jika menggunakan regimen GIK insulin 15 unit dalam 500
ml larutan dekstrosa 10% yang mengandung 10 mEq kalium, dosis awal yang biasa
digunakan adalah 100 ml/jam.
Pemberian insulin intravena sangat fleksibel dan dapat diberikan secara titrasi
sehingga merupakan obat ideal dalam perioperatif DM. Krinsley melaporkan pada
pasien dengan gula darah terkontrol stabil pada level normal, angka kematian menurun
29,3%, lama perawatan RS menurun 10,8%, insufisiensi ginjal menurun 25% dan
kebutuhan tranfusi darah berkurang 18,7%; dengan subjek pasien DM yang diberikan
insulin secara infus kontinyu intravena dibandingkan dengan pasien DM yang diberikan
insulin di ICU. Selain itu absorbsi insulin yang diberikan SC atau IM sangat tergantung
pada aliran darah pada jaringan tersebut sehingga tidak dapat diprediksi selama operasi.
Pertemuan III
a. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Preoperatif
Dx Implementasi Evaluasi
Ansietas 1. Mengidentifikasi tingkat S: klien mengatakan
berhubungan ansietas cemasnya berkurang dan
dengan 2. Mengidentifikasi tidak khawatr menghadap
kekhawatiran kemampuan mengambil operasi
mengalami keputusan O:
kegagalan dibuktikan 3. Memonitor tanda-tanda -TTV normal
dengan merasa ansietas(verbal dan non -Tidak tampak tegang dan
bingung, merasa verbal) gelisah
khawatir dengan 4. Memahami situasi yang -tidak sulit tidur
akibat dari kondis membuatnya ansietas A: masalah ansietas teratasi
yang dihadapi, 5. Mendengarkan dengan P: Hentikan intervensi
tampak gelisah, penuh perhatian
tampak tegang, sulit 6. Mengunakan pendekatan
tidur, dan sulit yang tenang dan
berkonsentrasi meyakinkan
7. Mendiskusikan
perencanaan realstis
tentang perstiwa yang akan
datang
8. Mengajurkan keluarga
untuk selalu ada untuk
klien
9. Mengajurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
10.Mengajarkan teknik
relaksasi dan distraksi jika
ansetas
datangberkolaborasi
pemberan obat ansietas
jika perlu
6. Memfasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
9. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur kekursi)
7. Mengajarkan cara
pemeliharaan kesehatan
Sumber :
1. https://dokumen.tips/documents/perioperatif-diabetes-melitus.html diakses tgl 19
oktober 2020 jam 12.00 wib
2. F.Y.Widodo. (2013). Pemantauan Penderita Diabetes Mellitus. Bagian Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya , 62-63.
3. https://hellosehat.com/diabetes/gula-darah-normal/hiperglikemia/#gref
4. http://anestesi.fk.ugm.ac.id/jka.ugm/download-file-680769.pdf diakses tgl 19 oktober
2020